Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian

tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah

juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran

getah radang menjadi lancer, serta memberikan ketenangan dan kesenangan

pada klien. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan

otot, perut kembung, dan kedinginan. (Stevens, PJM, F, Bordui, WE, Van Der

Meer, GI, Almekinders, J, Caris, & I, AG Van Der Weyde. 2012).

Masa nifas pada persalinan normal dimulai beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa nifas

(peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini

yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009).

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), masa nifas (puerperium)

dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Batas waktu nifas yang paling

singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam

waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batas

maksimumnya adalah 40 hari.

Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI, 2007), diusia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di


2

Dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi

pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif

mencapai 32,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anak

mereka. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis

dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena

kurangnya masa menyusui serta pengetahuan ibu yang kurang tentang

menyusui (Astuti, 2013).

Terjadi perubahan fisiologi selama masa post partum yang meliputi

semua sistem tubuh salah satu diantaranya yaitu perubahan pada sistem

reproduksi. Disamping involusi, terjadi juga perubahan-perubahan penting

lainnya yaitu timbulnya laktasi (Nengah dan Surinati, 2013). Laktasi adalah

keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses

bayi menghisap dan menelan ASI. Dalam proses menyusui ditemukan

beberapa masalah salah satunya adalah pembengkakan (engorgement)

payudara (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Pembengkakan (engorgement) payudara terjadi karena ASI tidak

dihisap oleh bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan dan bendungan ASI

(Bahiyatun, 2009). Statis pada pembuluh darah dan limfe akan

mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal yang mempengaruhi

berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara

meningkat. Hal tersebut juga bisa terjadi dikarenakan adanya sumbatan

pada saluran susu (Bahiyatun, 2009).


3

Duktus tersumbat dapat menimbulkan nyeri pada payudara, nyeri

biasanya timbul hanya pada satu payudara dan hanya sedikit rasa hangat

dirasakan atau tidak ada rasa hangat sama sekali. Dalam suatu penelitian 96

dari 100 ibu dilaporkan mengalami nyeri pada waktu-waktu tertentu. Hal

inI terjadi terutama antara hari ke-3 dan ke-7. Pada beberapa wanita, nyeri

ini berlangsung selama 6 minggu (Wheeler, 2004) .

Nyeri adalah pengalaman sensorik yang dicetuskan oleh rangsangan

yang merupakan ancaman untuk menghancurkan jaringan (Mander, 2004).

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri dapat meberikan respons akibat adanya

stimulasi atau rangsangan. Stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut

ditrasmisikan berupa implus-implus nyeri ke sumsum tulang belakang oleh

dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) dan serabut C. Implus nyeri

menyebrangi tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur

spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT)

atau spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa

informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri (Uliyah, 2008).

Nyeri payudara pada post partum dapat diatasi dengan melakukan

kompres panas untuk mengurangi rasa sakit (Ambarwati dan Wulandari,

2010). Kompres panas juga akan menghasilkan efek fisiologis untuk

tubuh yaitu efek vasodilatasi, peningkatan metabolisme sel dan

merelaksasikan otot, sehingga nyeri yang dirasa berkurang. Kompres

panas dengan suhu 40,50C –43 0C merupakan salah satu pilihan tindakan

yang digunakan untuk mengurangi dan bahkan mengatasi rasa nyeri (Potter

dan Perry, 2006).


4

Kompres hangat juga dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan

merelaksasikan otot – otot yang tegang. Kompres hangat dilakukan dengan

mempergunakan buli – buli panas atau kantong air panas secara konduksi

dimana terjadi pemindahan panas dari buli – buli ke dalam tubuh sehingga

akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan

ketegangan otot. Nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang.

Kompres hangat memiliki beberapa pengaruh meliputi melebarkan

pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan

tersebut, pada otot panas memiliki efek menurunkan ketegangan,

meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan

serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan oksigen dan

karbondioksida di dalam darah akan meningkat sedangkan derajat

keasaman darah akan mengalami penurunan (Anugraheni dan

Wahyuningsih, 2014).

Berdasarkan pengelolaan kasus yang dilakukan oleh penulis di


Rumah Sakit Ibu dan anak sayang ibu di dapatkan data kejadian masalah
yang sering di jumpai yaitu phlebitis dan nyeri payudara pada ibu
nifas.Didapatkan data dari hasil survailens IPCN RSIA Sayang Ibu pada
bulan November yaitu kasus phlebitis sebesar 38,22 % dari 54 pasien
rawatan, angka ini cukup besar karena setiap kejadian > 20 % merupakan
suatu masalah. Sedangkan data dari nyeri payudara pada ibu nifas
sebagian ibu nifas mengalami nyeri payudara setelah melahirkan
terutama pada ibu nifas dengan anak pertama .
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan asuhan yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Pemberian Kompres hangat Terhadap Penurunan Nyeri Payudara Pada Pasien


5

Nifas Dan Penurunan Skala nyeri pada penderita Phlebitis Di Rsia Sayang Ibu

Tahun 2016

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat kepada pasien untuk

mengurangi nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk

melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal dengan

tujuan memberikan kenyaamanan kapada pasien. Sylvia A price (2005)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena

mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan

pertama kehidupan bayi. Seorang ibu sering mengalami masalah dalam

pemberian ASI eksklusif, salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI

yang tidak lancar. Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan

pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru lahir (Wulandari dan Handayani,

2011). Menurut data WHO (2016),

ASI (Air susu Ibu) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Air

susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal ini

tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi karena ASI

mengandung zat imunologik yang melindumgi bayi dari infeksi praktek

menyusui dinegara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta

bayi pertahun, atas dasar tersebut WHO merekomendasikan hanya untuk

memberikan ASI sampai bayi berusia 4 sampai 5 bulan ( Depkes RI, 2015 p. 1)

Cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode

2007-2014. Berdasarkan hasil Riskesdas (2012), cakupan pemberian ASI

eksklusif di Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase tertinggi terdapat di


6

Provinsi NTB sebesar 79,7% dan terendah di Provinsi Maluku sebesar 25,2%

(Balitbangkes, 2013). World Health Organization (WHO) dan United Nations

Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat

satu jam pertama setelah melahirkan dan melanjutkan hingga usia 6 bulan

pertama kehidupan bayi. Pengenalan makanan pelengkap dengan nutrisi yang

memadai dan aman diberikan saat bayi memasuki usia 6 bulan dengan terus

menyusui sampai 2 tahun atau lebih (WHO, 2016).

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di

Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012, jumlah AKB 32 per 1000 kelahiran hidup dan

Akaba 40 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi

Jawa Tengah pada tahun 2015 sebanyak 619 kasus. Dengan demikian Angka

Kematian ibu Provinsi Jawa Tengah 111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2015. Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015

sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015).

United Nations Childrens’s Fund (UNICEF) (2013) menjelaskan bahwa

tingginya angka kematian bayi di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian

Air Susu Ibu (ASI) secara dini serta pemberian ASI Ekslusif. Hal ini ini

dibuktikan oleh data World Health Organization (WHO) (2003) dalam profil

kesehatan Indonesia 2012 bahwa AKB di Indonesia sebagian besar terkait

dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53 %. Beberapa penyakit yang timbul akibat

malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), kematian perinatal


7

(23%), yang sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan

pemberian ASI secara dini

Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah menetapkan target cakupan

pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2012 sebesar 25,06 %, tahun 2013

sebesar 57,67 %, tahun 2014 60,7 %, dan pada tahun 2015 sebesar 61,6 %.

Seluruh ibu di dunia diharapkan dapat melaksanakan pemberian ASI, dan

setiap bayi memperoleh haknya yaitu mendapat ASI sesuai dengan tujuan

Sustaiable Development Goal’s (SDG’s) ke -3. Target ke-2 yaitu pada tahun

2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah (Dinkes prov

Jawa Tengah, 2013). Presentase pemberian ASI ekslusif di Kabupaten

Kebumen pada bayi usia 0-6 bulan pada tahun 2011 sebesar 49,46%, tahun

2012 sebesar 54,58%, tahun 2013 61,17%, tahun 2014 59,3%, tahun 2015

68,3%. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI

adalah melalui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (Dinas Kesehatan Kebumen,

2015). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya

beberapa hal. Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif

diantaranya adalah, produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), masalah

pada puting susu (28%), pengaruh iklan pada susu formula (16%), pengaruh

orang lain terutama keluarga (4%). Oleh karena itu dukungan untuk pemberian

ASI sangat diperlukan dari keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan untuk

menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas (Dinkes, 2008).

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI kurang adalah

ibu yang mengalami gangguan psikologis atau kecemasan ringan sebanyak


8

73,3%. Faktor mental dan psikologis ibu menyusui sangat besar pengaruhnya

terhadap proses menyusui dan kelancaran produksi ASI. Seorang ibu yang

mengalami stress, perasaan tertekan dan tidak nyaman saat menyusui dapat

menghambat jumlah ASI yang keluar, akibatnya setelah 2 sampai 3 hari

melahirkan ASI yang diproduksi oleh ibu hanya sedikit bahkan tidak keluar

(Sholihah, 2010). Produksi ASI kurang salah satunya dapat disebabkan karena

tidak dilakukannya persiapan puting susu terlebih dahulu dan kurangnya reflek

oksitosin. Salah satu cara untuk meningkatkan refleks oksitosin adalah dengan

melakukan pijat punggung. Pijat punggung merupakan stimulasi yang dapat

merangsang reflek let down dan dapat membantu merangsang pelepasan

hormon oksitosin sehingga mempertahankan produksi ASI serta memberikan

rasa nyaman pada ibu (Depkes RI, 2007).

Penelitian yang dilakukan Nurhanifah (2013) menunjukkan bahwa

pemberian kompres hangat payudara mampu meningkatkan kelancaran

produksi ASI. Kompres hangat payudara selama pemberian ASI akan dapat

meningkatkan aliran ASI dari kelenjar-kelenjar penghasil ASI. Manfaat lain

dari kompres hangat payudara antara lain, stimulasi refleks let down, mencegah

bendungan pada payudara yang bisa menyebabkan payudara bengkak,

memperlancar peredaran darah pada daerah payudara (Saryono & Roischa,

2009 dalam Fithrah Nurhanifah, 2013).

Penelitian yang dilakukan Morhenn (2012) menunjukkan bahwa

dilakukannya pijat punggung dan kompres hangat payudara dapat melancarkan

produksi ASI pada ibu post partum, pijat punggung dapat mempercepat
9

pengeluaran ASI, karena dasar dari teknik pijat punggung adalah untuk

merangsang refleks oksitosin. Penelitian lain menunjukan hasil bahwa ibu post

partum yang mendapatkan intervensi pijat punggung selama 15 menit dalam

waktu 4 hari mengalami peningkatan kelancaran ASI dan kompres hangat

payudara dapat menstimulasi refleks let down (Patel & Gedam, 2013 dalam

Venny Vidayanti, 2015). Fenomena yang ditemukan di Desa Bumiharjo,

Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, dari bulan Maret-April 2017

terdapat 16 ibu post partum. 6 diantanya mengalami masalah produksi ASI,

seperti jumlah ASI yang dapat di produksi hanya sedikit. Berdasarkan hal

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus “Penerapan Pijat

Punggung Dan Kompres Hangat Payudara Terhadap Kelancaran Produksi ASI

Pada Ibu Post Partum” di Desa Bumiharjo, Kecamatan Klirong, Kabupaten

Kebumen

Saking pentingnya ASI bagi bayi, maka para ahli menyarankan agar ibu

menyusui bayinya selama 6 bulan sejak kelahiran, yang dikenal dengan istilah

ASI Eksklusif. Dalam era globalisasi, banyak ibu yang bekerja. Keadaan itu

sering menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya, sehingga pemberian ASI Eksklusif tidak mengkin tercapai. Nah,

supaya ibu yang bekerja juga dapat memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya, maka ibu memerlukan pengetahuan dan cara pemberian ASI yang

benar ( Dwi, 2009 p. 27) Dr. Dien Sanyoto Besar, Sp.A. menerangkan bahwa

bayi yang baru lahir harus lanngsung diberi ASI, maksimal satu jam setelah
10

lahir. Namun dalm kenyataanya, bayi diberi susu formula lantaran ASI belum

keluar

Kota Lubuklinggau merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera

Selatan yang terus berupaya meningkatkan derjat kesehatan terutama kesehatan

PHBS, Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau telah melaksanakan program

pelayanan kepada lansia. Adapun hasil pencapaian dari tiap perbulan di Panti

Jompo Thresna Werdha Kota Lubuklinggau tahun 2010 dapat di lihat dari tabel

1.1

TABEL 1.1
REKAPITULASI PENGHUNI PANTI
TRESNA WERDHA KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2010/ 2012

30

25

20

15 laki-laki
Column1
10

0
tahun 2010 tahun 2011 tahun 2012
(sumber : daftar penghuni panti tresna werdha Kota Lubuklinggau)
11

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penghuni

Panti Tresna Werdha pada tahun 2010 berjumlah 45 orang terdiri dari laki-laki

20 orang dan perempuan 25 orang, untuk tahun 2011 berjumlah 40 orang

terdiri dari laki-laki 16 orang dan perempuan 24 orang. Sedangkan pada tahun

2012 berjumlah 37 orang terdiri dari laki-laki 20 orang dan perempuan 17

orang.

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan yang di lakukan

peneliti di Panti Jompo Thresna Werdha didapatkan hasil kondisi lingkungan

baik di dalam ruangan maupun diluar ruangan banyak terdapat tempat-tempat

yang kotor dan kurang kebersihannya dan sangat jauh dari program yang

dicanangkan pemerintah yaitu menerapkan pola hidup bersih dan sehat

(PHBS). Hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan sikap

masyakarat, dalam hal ini seluruh penghuni Panti Thresna Werdha akan

pentingnya menjaga kesehatan.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan tersebut di peroleh baik dari

pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain. (Notoatmojo, 2003).

Sikap adalah kesiapan dari psikologis untuk bertindak atau bereaksi

dengan cara tertentu, sikap sering muncul dalam bentuk pasangan, satu

disadari dan yang lainya tidak disadari (Jung, 2008)


12

Dari uraian di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang

“Hubungan pengetahuan dan sikap penghuni Panti Werdha terhadap Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Panti Jompo Thresna Werdha Kota

Lubuklinggau Tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan

permasalahan “ Pemberian Kompres Hangat Untuk Melancarkan ASI pada Ibu

Post Partum di Ruang Ummu Anisa Rumah Sakit Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau tahun 2018.

1.3 Tujuan Studi Kasus

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah melakukan pemberian

kompres hangat untuk melancarkan ASI pada ibu post partum.

1.4 Manfaat Stadi Kasus

1.4.1 Manfaat Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan informasi yang di peroleh serta

memberikan pengalaman dan kemampuan bagi peneliti dalam

melakukan suatu penelitian sesuai dengan metodelogi ilmiah yang

benar.

1.4.1 Manfaat Bagi Institusi


13

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi institusi

pendidikan serta dapat menambah bahan perpustakaan sehingga dapat

menambah informasi pengetahuan yang membaca.

1.4.1 Manfaat Bagi Tempat Pengambilan Kasus

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau panduan

untuk meningkatkan kinerja para tenaga medis dalam menangani klien

dengan masalah pasca melahirkan.

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

dorongan bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

masalah pasca melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai