Anda di halaman 1dari 52

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teoritis

1. Pengertian Post Partum

Post partum ialah masa enam minggu sejak bayi sampai organ-organ

reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2005).

Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa

nifas ini yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009).

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), masa nifas (puerperium)

dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Batas waktu nifas yang paling

singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam

waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batas

maksimumnya adalah 40 hari.

2. Tahap Masa Post Partum

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Periode Immediate Post Partum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan

karena antonia uteri.

b. periode Early Post Partum

Fase ini berlangsung 24 jam – 1 minggu, dan memastikan

involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea

tidak berbau busuk dan tidak demam.


17

c. Periode Late Post Partum

Fase ini berlangsung 1 minggu – 5 minggu. Pada periode ini

yang perlu dilakukan yaitu perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling KB (Saleha, 2009).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan Uterus

Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal

ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta sehingga

jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami

nekrosis dan lepas. Uterus akan mengalami pengecilan (involusi)

secara berangsur-angsur hingga kembali seperti sebelum hamil. Tinggi

fundus uterus pada bayi lahir yaitu setinggi pusat, saat uri lahir fundus

uteri dua jari bawah pusat (Suherni, 2008).

b. Lochea

Menurut Saleha (2009), lochea adalah cairan sekret yang berasal

dari cavum uteri dan vagina selama nifas. Lochea terbagi menjadi tiga

jenis yaitu:

c. Perubahan Payudara

Menurut Waryana (2010), perubahan pada payudara dapat meliputi


:

1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan


hormon prolaktin setelah persalinan.

2) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada


hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
18

3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya


proses laktasi.

d. Perubahan Vagina dan Perineum

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae

(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Pada perineum,

terjadi robekan perineum pada semua persalinan pertama. Robekan

perineumumumnya terjadi di garis tengah dan bisa meluas apabila

kepala janin terlalu cepat (Suherni, 2008).Laserasi spontan pada

vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.

Tindakan episiotomi adalah mengiris atau menggunting perineum

menurut arah irisan ada tiga: medialis, mediolaeralis dan lateralis

dengan tujuan agar supaya tidak terjadi robekan-robekan perineum

yang tidak teratur dan robekan musculus princter ani (Rukiyah,

2009).

e. Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi

progesteron, sehingga yang menyebabkan terjadi nyeri ulu hati dan

konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi

karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan

cairan selama persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi

karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomi

(Bahiyatun, 2009).

f. Perubahan Sistem perkemihan

Setelah persalinan, terjadi diuresis fisiologis akibat

pengurangan volume darah dan peningkatan produk sisa. Beberapa


19

ibu, khususnya setelah persalinan yang menggunakan bantuan alat,

mengalami kesulitan saat mulai berkemih. Ada pula ibu yang

mungkin mengalami kesulitan menahan lebih lama aliran urinenya

saat ada dorongan berkemih. Banyak ibu meneteskan urinenya saat

batuk, tertawa, bersin, atau melakukan gerakan yang tiba tiba.

Gejala ini dikenal dengan istilah inkontinensia (Brayshaw, 2008).

g. Perubahan Sistem Endokrin

1) Hormon Plasenta

Saat plasenta lepas dari dinding uterus, kadar Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) dan Human Plasental

Lactogen (HPL) secara berangsur turun dan normal kembali

setelah 7 hari post partum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu

setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi terdapat dalam

plasma (Bahiyatun, 2009).

2) Hormon Hipofisis

Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui

tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar

follicle stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita

menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak

berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin

meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara progresif

sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin

tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan

(Bobak, 2005).
20

3) Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan

payudara. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan

sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini

membantu uterus kembali kebentuk normal dan pengeluaran air

susu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

B. Konsep Dasar Asi Dan Asi Ekslusif

1. Definisi ASI

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah SWT untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan

serangan penyakit (Yahya, 2005).

Pengertian lain tentang ASI adalah minuman alamiah untuk semua

bayi cukup bulan selama usia bulan-bulan pertama (Nelson, 2000).

Sehingga dapat disimpulkan ASI adalah makanan sempurna bagi bayi baru

lahir, selain itu, payudara wanita memang berfungsi untuk menghasilkan

ASI (Chumbley, 2004).

2. Definisi ASI Eksklusif

ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan

sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak di harapkan

mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh,

madu, air putih. Pada pemberian ASI ekslusif bayi juga tidak diberikan

makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim, dan

sebagainya (Sidi, 2011).


21

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air

putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,

biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin mineral dan obat

(Prasetyono, 2012)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat

1 diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI

Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan

selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain”.

Semula Pemerintah Indonesia menganjurkan para ibu menyusui

bayinya hingga usia empat bulan. Namun, sejalan dengan kajian

WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes 11 lewat Kepmen No

450/2004 menganjurkan perpanjangan pemberian ASI eksklusif

hingga enam bulan.

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif

adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,

dan tim (Roesli, 2005).

3. Kandungan ASI

ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat

kekebalan, dan sel darah putih, dengan porsi yang tepat dan seimbang.

Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap ibu, berubah dan berbeda dari
22

waktu ke waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu (Roesli,

2005).

Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari

hari ke hari (stadium laktasi) sebagai berikut:

a. Kolostrum (colostrum/susu jolong)

Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau

dapat pula jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih

banyak dari susu matang) dan protein, dan keluar pada hari

pertama sampai hari ke-4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat

sisa dari saluran pencernaan bayi dan mempersiapkannya untuk

makanan yang akan datang. Jika dibandingkan dengan susu

matang, kolostrum mengandung karbohidrat dan lemak lebih

rendah, dan total energi lebih rendah. Volume kolostrum 150-

300 ml/24 jam.

b. ASI transisi/peralihan

ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi

ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan

kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume akan

makin meningkat. ASI ini keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai

hari ke-10/ke-14.

c. ASI matang (mature)

Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan

seterusnya, komposisi relatif konstan.


23

d. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit

ASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai komposisi

berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk).

Foremilk dihasilkan sangat banyak sehingga cocok untuk

menghilangkan rasa haus bayi. Hindmilk keluar saat menyusui

hampir selesai dan mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak

dibanding foremilk, diduga hindmilk yang mengenyangkan

bayi.

e. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi

Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi karena mengandung

enzim lipase yang mencerna lemak. Susu formula tidak

mengandung enzim, sehingga bayi kesulitan menyerap lemak

susu formula. Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang

(omega-3, omega-6, DHA, dan asam arakhidonat) suatu asam

lemak esensial untuk myelinisasi saraf yang penting untuk

pertumbuhan otak. Lemak ini sedikit pada susu sapi. Kolesterol

ASI tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan

otak. Kolesterol juga berfungsi dalam pembentukan enzim

metabolisme 13 kolesterol yang mengendalikan kadar kolesterol

di kemudian hari sehingga dapat mencegah serangan jantung

dan arteriosklerosis pada usia muda.

f. Karbohidrat ASI

Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya

lebih banyak dibanding dengan susu mamalia lainnya atau


24

sekitar 20-30 % lebih banyak dari susu sapi. Salah satu produk

dari laktosa adalah galaktosa yang merupakan makanan vital

bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa meningkatkan

penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan

tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus

yang baik yaitu, Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa

menghasilkan asam laktat yang memberikan suasana asam

dalam usus bayi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri

patogen.

g. Protein ASI

Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan

protein utama susu sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio

whey dan kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam

susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih menguntungkan bayi,

karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein. ASI

mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi

mengandung lactoglobulin dan bovine serum albumin yang

sering menyebabkan alergi. Selain itu, pemberian ASI eksklusif

dapat menghindarkan bayi dari alergen karena setelah 6 bulan

usus bayi mulai matang dan bersifat lebih protektif. ASI juga

mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai

sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin

membiarkan flora 14 normal usus untuk tumbuh dan membunuh

bakteri patogen.
25

Zat imun lain dalam ASI adalah suatu kelompok

antibiotik alami yaitu lysosyme. Protein istimewa lainnya yang

hanya terdapat di ASI adalah taurine yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk

pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung taurine sama

sekali.

h. Faktor pelindung dalam ASI

ASI sebagai imunisasi aktif merangsang pembentukan daya

tahan tubuh bayi. Selain itu, ASI juga berperan sebagai

imunisasi pasif yaitu dengan adanya SIgA (secretory

immunoglobulin A) yang melindungi usus bayi pada minggu

pertama kehidupan dari allergen

i. Vitamin, mineral dan zat besi ASI

ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap

dan mudah diserap oleh bayi.

4. Jenis-jenis ASI

Jenis Air Susu Ibu yang dikeluarkan oleh ibu memiliki 3 stadium,

yaitu menurut stadium laktasi adalah air susu kolostrum, air susu transisi

dan air susu matur, mengenai stadium laktasi akan dijelaskan dibawah ini

(Nugroho, 2011)

a. Kolostrum Kolostrum

merupakan cairan yang pertama kali dieksresi oleh kelenjar

payudara yang mengandung tissue debris dan radual material yang

terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelumnya

dan setelah masa puerperium.


26

b. ASI peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur,

siekresi dari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, selama dua minggu,

volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta

komposisinya, kadar imunoglobin dan protein menurun, sedangkan

lemak dan laktosa meningkat.

c. ASI matur

ASI yang diekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang

dikatakan komposisinya relative konstan, tetapi ada juga yang

mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru

konstan, tidak menggumpal jika dianaskan.

5. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Roesli (2004) manfaat ASI bagi bayi yaitu:

a. ASI sebagai nutrisi

Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan

tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai

usia 6 bulan.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang

sakit, karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan

c. ASI meningkatkan kecerdasan

ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak

ikatan panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak

bayi agar tumbuh optimal. Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit
27

sekali terdapat pada susu sapi. Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi

yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.

d. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang

Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi

dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

e. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu sebagai berikut :

1. Melindungi anak dari serangan alergi

2. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara

3. Membantu pembentukan rahang yang bagus

4. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak,

dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung

5. Menunjang perkembangan motorik bayi.

Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada ibu, yaitu:

a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan (post partum).

Menyusui bayi setelah melahirkan akan menurunkan resiko

perdarahan post partum, karena pada ibu menyusui peningkatan kadar

oksitosin menyababkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga

perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini menurunkan angka

kematian ibu melahirkan.

b. Mengurangi terjadinya anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia

karena kekurangan zat besi. Karena menyusui mengurangi

perdarahan.
28

c. Menjarangkan kehamilan

Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak hamil

pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak hamil sampai

bayi berusia 12 bulan.

d. Mengecilkan Rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu

rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.

e. Ibu lebih cepat langsing kembali

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.

f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada umumnya bila wanita dapat menyusui sampai bayi berumur 2

tahun atau lebih, diduga akan menurunkan angka kejadian carcinoma

mammae sampai sekitar 25%, dan carcinoma ovarium sampai 20-

25%.

g. Lebih ekonomis/murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu

formula dan perlengkapan menyusui. Selain itu, pemberian ASI juga

menghemat pengeluaran untuk berobat bayi karena bayi jarang sakit.

h. Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air,

tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar suhunya sesuai.
29

i. Memberi kepuasan bagi ibu

Saat menyusui, tubuh ibu melepaskan hormon-hormon seperti

oksitosin dan prolaktin yang disinyalir memberikan perasaan

rileks/santai dan membuat ibu merasa lebih merawat bayinya.

j. Portabel dan praktis

Air susu ibu dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam

keadaan siap minum, serta dalam suhu yang selalu tepat.

k. Ibu yang menyusui memiliki resiko yang lebih rendah untuk terkena

banyak penyakit, yaitu endometriosis, carcinoma endometrium, dan

osteoporosis.

ASI, selain bermanfaat bagi ibu dan bayi, ASI juga sangat

bermanfaat badi keluarga, dan Negara diantaranya : (menurut

Prasetyo, 2012)

a. Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu

formula, botol susu, serta kayu bakar serta minyak tanah

untuk merebus air, susu, dan peralatannya

b. Jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit

biaya guna perawatan kesehatan

c. Penjaragan kelahiran lantaran efek kontrasepsi MAL dari

ASI ekslusif

d. Jika bayi sehat, berarti menghemat waktu keluarga

e. Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia

f. Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu

formula, air pana, dan lain sebagainya ketika bepergian


30

g. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni (ekslusif) dapat menjarangkan

kehamilan. Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu menyusui

adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan.

Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan

hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya

kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban bagi

ibu sendiri, juga merupakan resiko tersendiri bagi ibu untuk

mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan

kematian akibat persalinan.

h. Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,

tetapi jug untuk ibu, ibu akan merasa bangga dan diperlukan,

rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia

i. Manfaat ASI bagi Negara

Pemberian Air Susu Ibu ekslusif akan menghemat

pengeluaran Negara karena hal-hal berikut, menurut (Roesli,

2009)

- Penghematan devisa untuk pembelian susu formula,

perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu

- Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-

mencret dan sakit saluran napas

- Penghematan obat-obatan dan sarana kesehatan

- Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan

berkualitas untuk membangun Negara


31

- Sebagai langkah awal untuk mengurangi bahkan

menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang

khususnya bagi indonesia

6. Hambatan Menyusui Secara Eksklusif

Pada Ibu Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara eksklusif

sangat bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai berikut

(Roesli, 2005):

a. ASI tidak cukup

Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI

secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kurang,

tetapi hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang

produksi ASInya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI

yang cukup untuk bayinya.

b. Ibu bekerja

Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif,

karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah. Kebijakan

pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pemberian ASI oleh

pekerja wanita telah dituangkan dalam kebijakan Pusat Kesehatan

Kerja Depkes RI pada tahun 2009.

c. Alasan kosmetik

Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun

1995 pada ibu-ibu Se-Jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama

berhenti memberi ASI pada anak adalah alasan kosmetik. Ini karena
32

mitos yang salah yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara

menjadi jelek.

d. Adanya anggapan bahwa tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh

Anggapan tersebut tidak benar, karena dengan menyusui berarti

seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi

juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula.

Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan

lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan

emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya.

e. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja.

Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena

terlalu sering didekap dan dibelai, ternyata salah. Menurut DR. Robert

Karen dalam bukunya, The Mystery of Infant-Mother Bond and It’s

Impact on Later Life, anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri,

manja, dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu

diperhatikan oleh orang tua.

f. Susu formula lebih praktis

Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula

diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus

steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru

dibuat. Sementara itu, ASI siap pakai dengan suhu yang tepat.

g. Takut badan tetap gemuk

Pendapat ini salah, karena pada waktu hamil badan

mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Timbunan


33

lemak ini akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan

wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan

timbunan lemak ini.

7. Kontraindikasi Menyusui

Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 33 Tahun 2012

menyatakan pemberian ASI eksklusif adalah wajib, kecuali dalam 3

kondisi, yaitu: Ibu tidak ada, indikasi medis, serta karena ibu dan bayi

terpisah. Menyusukan bayi terkadang tidak mungkin dilaksanakan

karena terdapat kelainan atau penyakit, baik pada ibu maupun dari

bayinya. Misalnya pada bayi yang sakit berat, stomatitis yang berat,

dehidrasi, asidosis, bronkopneumonia, meningitis dan ensefalitis (Staf

Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 2002).

Dari pandangan ibu, ada sedikit kontraindikasi terhadap

menyusui. Puting susu yang sangat masuk ke dalam (retraksi papilla

mammae) menyulitkan dalam memberikan ASI. Puting yang pecah-

pecah atau lecet (cracked nipple) biasanya dapat dihindari jika

mencegah payudara menjadi kencang. Mastitis dapat dikurangi

dengan terus menyusui dan sering pada payudara yang terkena, untuk

mencegah payudara kencang diberikan kompres hangat dan antibiotik

(Nelson, 2000).

Infeksi akut pada ibu dapat merupakan kontraindikasi

menyusui jika bayi tidak menderita infeksi yang sama. Sebaliknya,

tidak perlu menghentikan penyusuan kecuali kalau keadaannya


34

memerlukan. Bila bayi tidak terkena dan keadaan ibu memungkinkan,

payudara dapat dikosongkan dan ASI diberikan pada bayi (Nelson,

2000).

Septikemia, nefritis, eklamsia, perdarahan profus, tuberkulosis

aktif, demam tifoid, kanker payudara, dan malaria merupakan

kontraindikasi untuk penyusuan, sama seperti nutrisi jelek yang

kronis, penyalahgunaan bahan, kelemahan, neurosis, berat, dan

psikosis pasca partus (Nelson, 2000).

8. Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Pemberian ASI

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya peningkatan

pemberian ASI eksklusif dengan berbagai cara :

Menerbitkan peraturan dan perundangundangan mengenai

pemberian ASI eksklusif pun sudah dilakukan. Kepmenkes RI

No.450/MENKES/IV/2004, merupakan salah satu upaya kementrian

kesehatan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI eksklusif,

dalam undang-undang ini diatur agar semua tenaga kesehatan yang

bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada

semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif.

Dalam Keputusan Mentri Kesehatan ini diputuskan Sepuluh

Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Isi dari LMKM

tersebut adalah:

a. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan

Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara

rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.


35

b. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan

keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui

dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi

lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan

menyusui.

d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah

melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu

mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara

mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas

indikasi medis.

f. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI

kepada bayi baru lahir

g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama

bayi 24 jam sehari.

h. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan

terhadap lama dan frekuensi menyusui

i. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI

j. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)

dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah

Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.


36

Selain upaya di atas, pada tahun 2012 Pemerintah RI

mengesahkan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang

Pemberian ASI eksklusif.

Dalam peraturan ini pemerintah RI mengatur fungsi dan peranan

pemerintah dari segala jajaran mulai dari tingkat pusat sampai daerah

untuk mendukung dan melaksanakan program peningkatan pemberian

ASI eksklusif.

Peraturan ini juga mengatur lembaga pemerintah dan lembaga

kesehatan untuk memberikan edukasi mengenai pemberian ASI

eksklusif, tatacara dan isi edukasi yang disampaikan turut diatur dalam

peraturan ini. Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI juga mengeluarkan

kebijakan tentang pemberian ASI pada pekerja wanita.

Kebijakan ini mengemukakan strategi untuk pemberian ASI pada

pekerja wanita. Isi strategi tersebut adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk

meningkatkan status kesehatan ibu pekerja dan bayinya.

b. Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai

instansi pemerintah yang terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja,

LSM dalam program pemberian ASI di tempat kerja dan

meningkatkan produktivitas kerja.

c. Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di

tempat kerja mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui

penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang

merupakan standar interna-sional.


37

d. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang

menyusui di tempat kerja dengan :

1. Menyediakan sarana ruang memerah ASI

2. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI.

3. Menyediakan materi penyuluhan ASI

4. Memberikan penyuluhan

e. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi

pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak

pengusaha.

C. Konsep Dasar Kompres Hangat

1. Definisi

Pemberian Kompres Hangat adalah tindakan dengan menggunakan

air hangat atau alat penghangat yang bertujuan untuk mengurangi nyeri

saat proses persalinan. Kompres yang diberikan pada punggung bawah di

area tempat kepala menekan tulang belakang akan mengurang nyeri, panas

yang dihasilkan akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut sehingga

membuka sirkulasi yang disebabkan adanya tekanan (Ratnaningsih, 2010).

Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang

dilipat-lipat, dikenakan dengan tekanan, kadang-kadang mengandung obat

dan dapat basah ataupun kering, panas ataupun dingin (Kamus Dorland,

1996). Adapun tujuan dari pemberian kompres yaitu menurunkan suhu

tubuh, mengurangi rasa sakit atau nyeri, mengurangi perdarahan dan

membatasi peradangan. Beberapa indikasi pemberian kompres adalah


38

klien dengan suhu tinggi, klien dengan perdarahan hebat, dan pada klien

kesakitan. Kompres hangat merupakan pemberian kompres pada area yang

memiliki pembuluh darah besar menggunakan air hangat Suhu air yang

digunakan dalam kompres hangat adalah 340 C sampai 37 0C ( 93-98 0 F)

(Wolf, 1984).

2. Manfaat Kompres Hangat

Manfaat kompres hangat Teknik kompres hangat pada proses

persalinan dapat mempertahankan komponen sistem vaskuler dalam

keadaan vasodilatasi sehingga sirkulasi yang terjadi ke otot panggul

menjadi homeostasis (Manurung, 2011).

Panas juga dapat merangsang serat saraf yang menutup gerbang

nyeri sehingga transmisi implus nyeri kemedula spinalis dan otak dapat

dihambat. Kompres hangat juga mampu untuk meredakan nyeri dan

membuat rasa nyaman pada ibu yang ingin melahirkan (Potter & Perry,

2006).

3. Mekanisme Kompres Hangat Terhadap Tubuh

Kompres hangat dan dingin mempengaruhi tubuh dengan cara

yang berbeda. Kompres dingin mempengaruhi tubuh dengan cara

vasokontriksi pembuluh darah, mengurangi oedem, mematirasakan sensasi

nyeri, memperlambat proses inflamasi, mengurangi rasa gatal. Sedangkan

kompres hangat mempengaruhi tubuh dengan vasodilatasi pembuluh

darah, memberi nutrisi dan oksigen pada sel, meningkatkan suplai darah,

dan mempercepat penyembuhan. (Barbara R Hegner, 2003).


39

Mekanisme kompres hangat dimana tubuh akan memberikan sinyal

ke hipothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang

peka terhadap panas dihipotalamus dirangsang, sistem efektor

mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.

Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada

medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik

bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi (Wolf, 1984). Terjadinya

vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan energi panas melalui kulit

meningkat.

4. Prosedur Pemberian Kompres Hangat

Persiapan alat dan prosedur pelaksanaan dalam pemberian kompres

hangat termuat dalam lampiran 1 Pemberian kompres pada daerah leher,

ketiak dan lipat paha mempunyai pengaruh yang baik dalam menurunkan

suhu tubuh karena ditempat-tempat itulah terdapat pembuluh darah besar

yang akan membantu mengalirkan darah. Sedangkan kompres pada daerah

abdomen baik karena reseptor yang memberi sinyal ke hipotalamus lebih

banyak (Guyton, 2002).

5. Teknik kompres hangat

Bahan yang perlu disiapkan antara lain :

a) buli-buli,

b) termometer air,

c) kain bersih atau handuk.

d) Persiapan untuk melakukan tindakan ini:

1. cuci tangan,
40

2. persiapkan alat, siapkan buli-buli dan isi buli-buli menggunakan air

panas yang bersuhu (45℃), isi buli tersebut menggunakan air

panas sebanyak setengah bagian buli-buli.

3. Keluarkan udara yang berada pada buli tersebut dengan cara

meletakkan atau menidurkan buli-buli dilipat sampai kelihatan

permukaan air di leher buli-buli,kemudian tutup buli-buli kembali

dengan rapat dan benar.

4. Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak, keringkan buli

menggunakan kain yang bersih dan masukkan buli kedalam

kantung buli-buli. Letakkan buli pada area punggung bagian

bawah. Kaji kondisi klien untuk mengetahui adanya kelainan yang

mungkin muncul karena pemberian kompres hangat. Alihkan buli-

buli selama 10 menit. Mengganti buli selama 20 menit dipasang

dengan air panas kembali atau sesuai yang dikehendaki klien.

Memberian kompres selesai bereskan alat-alat yang sudah

dipergunakan. Mencuci tangan dan mendokumentasikan berapa

skala nyeri setelah pemberian kompres hangat.

D. Asuhan Keperawatan Post Partum

Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada

pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh

dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil

(Saleha, 2009).
41

1. Pengkajian

a. Anamnesa

Tujuan anamnesa adalah mengumpulkan informasi tentang

riwayat kesehatan dan kehamilan untuk digunakan dalam proses

membuat keputusan klinis guna menentukan diagnosa dan

mengembangkan rencana asuhan yang sesuai (Erawati, 2011).

b. Riwayat Kesehatan

Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah :

1. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini.

Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari misalnya pola makan, buang air kecil

atau buang air besar, kebutuhan istirahat dan mobilisasi.

2. Riwayat persalinan ini meliputi adakah komplikasi, laserasi

atau episiotomi.

3. Obat atau suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet

zat besi.

4. Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi,

penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk

suasana hati yang dirasakan ibu sekarang, kecemasan dan

kekhawatiran.

5. Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi

sehari-hari.
42

6. Bagaimana rencana menyusui nanti (ASI Eksklusif atau

tidak), rencana merawat bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri

atau dibantu orang tua atau mertua).

7. Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.

8. Pengetahuan ibu tentang nifas.

9. Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik adalah menilai kesehatan dan

kenyamanan fisik ibu dan bayinya untuk membuat keputusan

klinis guna menentukan diagnosa dan mengembangkan

rencana asuhan yang paling sesuai (Erawati, 2011).

10. Keadaan umum, kesadaran

a) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi dan

pernafasan.

b) Payudara: pembesaran, putting susu (menonjol atau

mendatar, adakah nyeri dan lecet pada putting), ASI atau

kolostrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang

atau benjolan abnormal.

c) Abdomen: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

d) Kandung kemih kosong atau penuh.

e) Genetalia dan perineum: pengeluaran lochea ( jenis,

warna, jumlah, bau), odema, peradangan, keadaan

jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan,

kebersihan perineum dan hemmoroid pada anus.

(Suherni, 2008)
43

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang

respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah

kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk

mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan

perawat (Setiadi, 2012)

Beberapa diagnose keperawatan berdasarkan Nanda Nic-

Noc (2015) adalah sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan bendungan

ASI.

2. kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan faktor biologis (asupan nutrisi zat besi

tidak adekuat).

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha memenuhi kebutuhan klien. Proses

perencanaan antara lain adalah membuat tujuan dan menetapkan

kriteria hasil, memilih intervensi dan membuat rasionalisasi dari

intervensi yang dipilih (Setiadi, 2012).

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)

mengembangkan rencana keperawatan yang telah diperluas dan

dikaitkan dengan kriteria hasil atau Nursing Outcomes

Classification (NOC) serta intervensi atau Nursing Interventions


44

classification (NIC). Hasil dari NOC adalah konsep-konsep netral

yang merefleksikan pernyataan atau perilaku klien.mengarahkan

perawat untuk meninjau ulang aktivitas perawatan pertama yang

dikaitkan dengan intervensi tersebut (Nursalam, 2009).

Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan pada diagnosa

keperawatan pertama adalah setelah diberikan asuhan keperawan

diharapkan pasien menunjukkan berdasarkan NOC: nyeri akut

dapat teratasi dengan kriteria hasil, skala nyeri berkurang (1-3),

Tekanan darah normal (120/60 mmHg), Nadi normal (60-120

x/menit), respirasi normal (16-20x/menit). Intervensi sesuai NIC

adalah identifikasi rasa ketidaknyamanan dan penyebabnya,

berikan tindakan yang memberikan kenyamanan, misal kompres

hangat pada punggung, payudara, perineum, bantu memilih posisi

optimal untuk mengejan, berikan oksigen dan tingkatkan

pemberian cairan infus (Ujiningtyas, 2009).

Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan pada diagnosa

keperawatan kedua adalah setelah diberikan asuhan keperawan

diharapkan pasien menunjukkan berdasarkan NOC: skala nyeri 2,

payudara tidak kenceng dan tidak teraba keras dan sekresi ASI

lancar. Intervensi sesuai NIC adalah kaji nyeri P Q R S T, ajarkan

teknik breast care, berikan kompres panas, kolaborasi pemberian

analgesik (Wilkinson, 2007).

Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan pada diagnosa

keperawatan kedua adalah setelah diberikan asuhan keperawan


45

diharapkan pasien menunjukkan berdasarkan NOC: skala nyeri 2,

payudara tidak kenceng dan tidak teraba keras dan sekresi ASI

lancar. Intervensi sesuai NIC adalah kaji nyeri P Q R S T, ajarkan

teknik breast care, berikan kompres panas, kolaborasi pemberian

analgesik (Wilkinson, 2007).

Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan pada diagnosa

keperawatan ketiga adalah setelah diberikan asuhan keperawan

diharapkan pasien menunjukkan berdasarkan NOC: konjungtiva

tidak anemis, tidak pucat, HB : 12 g/dl, Ht : 33-45%, tidak lemas.

Intervensi sesuai NIC adalah kaji nutrisi pasien, anjurkan makan

sedikit tapi sering, pendidikan kesehatan nutrisi ibu menyusui,

kolaborasi dengan dokter untuk pemberian tranfusi dan pemberian

Fe (Wilkinson, 2007).

4. Implementasi

Penatalaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap ini merupakan tahap tahap ke

empat dalam proses asuhan keperawatan. Oleh karena itu

penatalaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan

sesuai skala urgnt dan non urgent. Dalam penatalkasaan tindakan

ada tiga yang harus dilalui yaitu : persiapan, perencanaan, dan

pendokumentasian (nur salam, 2001)

5. Evaluasi

Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang

sistematis pada status kesehatan klien. Evaluasi terdiri dari dua

jenis yaitu evaluasi formatif atau evaluasi jangka pendek dimana


46

evaluasi ini dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan

dilakukan sampai tujuan akhir. Sedangkan evaluasi sumatif ini.

disebut evaluasi akhir atau jangka panjang, dimana evaluasi

dilakukan pada akhir tindakan keperawatan. System penulisan pada

tahap evaluasi ini umumnya menggunakan system SOAP

(Nursalam, 2001).

Adapun tujuan evaluasi yang diharapkan dalam pemberian asuhan

keperawatan pada ibu pasca persalinan adalah :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan

bendungan ASI.

2. kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan faktor biologis (asupan nutrisi zat

besi tidak adekuat.


47

E. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang


mempengaruhi pemberian mempengaruhi ibu
Asi Ekslusif tidak memberikan Asi
Faktor Instrinsik secara Ekslusif :
- Pendidikan - Asi Tidak Cukup
- Sumber informasi/ - Nyeri pada saat
media menyusi
- Riwayat persalinan - Putting lecet
Faktor Ekstrinsik - Ibu bekerja
- Alat Perawatan - Alasan kosmetik
Payudara - Mitos yang berlaku
- Waktu dalam masyakarat
- Peran Bidan/ - Takut gemuk
Perawat - dll

Perawatan Post
Partum :
Perawatan Payudara

- Ibu dapat menyusi


bayinya dengan baik
- Nyeri berkurang
- Pembengkakan pada
payudara dapar
teratasi
48

F. Kerangka Konsep

Tempat dilakukannya - Tidak terjadi


perawatan payudara pembengkakan
adalah : pada area pada payudara
mamae yang ibu, sehingga ibu
5.4
mengalami dapat
pembengkakan dengan memberikan
5.5diberikan
cara Asinya secara
kompres hangat ekslusif
5.6
49

5.7 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
6. intrinsik
* Faktor
- Pendidikan
- 7.
Sumber informasi - Klien dapat
- Riwayat Perawatan post menyusui
8.
persalinan partum dengan baik
- Perawatan - Nyeri
* Faktor
9. ekstrinsik payudara berkurang
- Alat perawatan - Pembengkakan
payudara
10. pada payudara
- Waktu teratasi
- Peran bidan/
perawat

10.4 Kerangka konsep

Tempat dilakukan Tidak terjadi


pembengkakan pada
kompres air hangat kedua payudara ibu
adalah di daerah mamae
50
51

16

Intervensi sesuai NIC adalah kaji nyeri P Q R S T, ajarkan teknik

breast care, berikan kompres panas, kolaborasi pemberian analgesik

(Wilkinson, 2007).

Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan pada diagnosa

keperawatan ketiga adalah setelah diberikan asuhan keperawan

diharapkan pasien menunjukkan berdasarkan NOC: konjungtiva

tidak anemis, tidak pucat, HB : 12 g/dl, Ht : 33-45%, tidak lemas.

Intervensi sesuai NIC adalah kaji nutrisi pasien, anjurkan makan

sedikit tapi sering, pendidikan kesehatan nutrisi ibu menyusui,

kolaborasi dengan dokter untuk pemberian tranfusi dan pemberian

Fe (Wilkinson, 2007).

C. Nyeri

1. Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan

potensial yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Rasa nyeri

merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan

rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan

memindahkan stimulus nyeri (Judha, 2012). Nyeri adalah pengalaman

sensorik yang dicetuskan oleh rangsangan yang merupakan ancaman

untuk menghancurkan jaringan (Mander, 2004).


52

Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenagkan yang


sering kali dialami oleh individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri
merupakan
53

17

salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya


asuhan keperawatan kepada seorang pasien (Andarmoyo, 2013).

2. Klasifikasi Nyeri

Nyeri diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri

kronis. Nyeri akut diakibatkan oleh penyakit, radang atau injuri

jaringan. Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan.

Nyeri kronik, secara luas dipercaya menggambarkan penyakitnya.

Nyeri kronik dapat berlangsung lebih lama (lebih dari enam bulan).

Nyeri ini dapat dan sering menyebabkan masalah yang berat bagi

pasien (Judha, 2012).

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan

adanya rangsangan. Reseptor nyeri dapat meberikan respons akibat

adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi yang diterima oleh

reseptor tersebut ditrasmisikan berupa implus-implus nyeri ke

sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A

(delta) dan serabut C. Implus nyeri menyebrangi tulang belakang pada

interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling

utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau spinothalamus dan

spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi mengenai sifat

dan lokasi nyeri (Uliyah, 2008).

3. Alat Ukur Nyeri


54

Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual

serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda. Penilaian intensitas nyeri dapat

dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut :


55

18

1. Skala Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Sangat
Nyeri Nyeri

Gambar 2.1
Skala Nyeri Numerik
Sumber : Andarmoyo (2013)
2. Skala deskriptif

Skala diskriptif merupakan alat pengukuran tingkat

keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal

(Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang

terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan

jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini di ranking dari

“ tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Alat

VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri.

Deskriptif

Nyeri
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri yang
Nyeri Ringa Sedang Berat tidak
tertahanka

Gambar 2.2
56

Skala Nyeri Deskriptif


Sumber : Andarmoyo (2013)
57

19

3. Skala analog visual

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) adalah suatu

garis lurus/horisontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsis verbal pada setiap

ujungnya. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang

menunjukan letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri

biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan

ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri yang buruk”.

Analog

Tidak Nyeri Nyeri yang


tidak
tertahankan

Gambar 2.3
Skala Nyeri Analog Visual
Sumber : Andarmoyo (2013)

D. Nyeri Payudara

Terjadi peningkatan aliran darah ke payudara bersamaan dengan

produksi ASI dalam jumlah banyak. Dalam proses menyusui ditemukan

beberapa masalah salah satunya adalah pembengkakan (engorgement)

payudara (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pembuluh darah payudara

menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan

rasa sakit (Saleha, 2009).

Masalah ini paling sering ditemui pada ibu pascabersalin.


58

Tersumbatnya saluran ASI dapat menyebabkan payudara rasa sakit, teraba


59

20

ada benjolan yang terasa sakit, bengkak dan payudara mengeras. Pada

kondisi ini, saluran ASI tidak mengalami pengosongan dengan baik

sehingga ASI menumpuk (Riksani, 2012).

Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan

meningkatnya tekanan intraduktal yang mempengaruhi berbagai segmen

pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Hal

tersebut juga bisa terjadi dikarenakan adanya sumbatan pada saluran

susu. Di payudara sumbatan tersebut bisa terjadi pada satu atau bisa lebih

duktus laktiferus (Bahiyatun, 2009).

Duktus tersumbat dapat menimbulkan nyeri pada payudara, nyeri

biasanya timbul hanya pada satu payudara dan hanya sedikit rasa hangat

dirasakan atau tidak ada rasa hangat sama sekali. Dalam suatu penelitian

96 dari 100 ibu dilaporkan mengalami nyeri pada waktu-waktu tertentu.

Hal ini terjadi terutama antara hari ke-3 dan ke-7. Pada beberapa wanita,

nyeri ini berlangsung selama 6 minggu (Wheeler, 2004) .

E. Kompres

Panas 1. Definisi

Kompres panas adalah memberikan rasa hangat pada daerah

tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan

hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain

untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa


60

sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi

lancar,
61

21

serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien


(Istichomah, 2007).

Kompres panas yaitu dimana kompres panas dapat meredakan

iskemia dan melancarkan pembuluh darah sehingga meredakan nyeri

dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera

(Bonde, 2013).

2. Mekanisme Dalam Menurunkan Nyeri.

Pemakaian kompres panas biasanya dilakukan hanya setempat

saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuluh-

pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah

di dalam jaringan tersebut. Aktivitas sel yang meningkat akan

mengurangi rasa sakit atau nyeri dan akan menunjang proses

penyembuhan luka dan proses peradangan (Andarmoyo, 2013).

Menurut Potter dan Perry (2006) dalam Rasdini (2012), terapi

panas merupakan salah satu modalitas terapi fisik yang menggunakan

sifat fisik panas secara konduksi untuk menstimulasi kulit sehingga

dapat menurunkan persepsi nyeri seseorang. Selain itu, teknik ini juga

mudah dilakukan oleh penderita sehari-hari.

Memberikan kompres panas atau dingin dapat memberi rasa

nyaman sesuai keinginan ibu (Chapman, 2006). Salah satu terapi non-

farmakologis yang berguna menurunkan intesitas nyeri yaitu

stimulasi masase kuntaneus dan kompres panas (Price dan Wilson,

2006).
62

22

Potter dan Perry (2006) dalam Nengah dan Surinati (2013),

pemberian kompres panas menimbulkan efek hangat serta efek

stimulasi kutaneus berupa sentuhan. Efek ini dapat menyebabkan

terlepasnya endorphin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri.

Cara kerjanya adalah rangsangan panas pada daerah lokal akan

merangsang reseptor bawah kulit dan mengaktifkan transmisi serabut

sensori A beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini juga

menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta A

berdiameter kecil. Keadaan demikian menimbulkan gerbang sinap

menutup transmisi implus nyeri.

Ketika panas diterima reseptor, impuls akan diteruskan

menuju hipotalamus posterior akan terjadi reaksi reflek

penghambatan simpatis yang akan membuat pembuluh darah

berdilatasi (Guyton dan Hall, 2007).

Kompres panas meningkatkan suhu kulit lokal, sirkulasi dan

metabolisme jaringan. Kompres panas mengurangi spasme otot dan

meningkatkan ambang nyeri. Kompres panas juga mengurangi

respons ‘melawan atau menghindar’ seperti dibuktikan dengan

gemetar dan berdiri bulu roma (Simkin dan Ruth, 2005).

Menurut Kusumastuti (2008) dalam Nengah dan Surinati

(2013), kompres panas dianggap bermanfaat untuk memperbaiki

sirkulasi darah, tertama pada engorgement payudara post partum.


63

Salah satu pengurang nyeri dengan metode alami adalah metode

panas dingin. Memang tak menghilangkan keseluruhan nyeri namun

setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air panas yang dibungkus

handuk dicelupkan ke air dingin


23

mengurangi pegal di punggung dan kram bila di


tempel di punggung (Judha, 2012).

Dalam report information from Donald, M dan

Susanne (2014) menyatakan untuk pembengkakan

payudara, bayi perlu minum ASI lebih sering untuk

membantu mengalirkan susu, sedangkan

pembengkakan payudara dapat mereda dengan

kompres panas dan shower air panas di daerah

payudara yang nyeri.

3. Prosedur Dalam Kompres Panas

Instrumen yang digunakan adalah tiga buah

handuk (dua handuk kecil untuk kompres panas, satu

handuk ukuran sedang untuk menutup dan

mengeringkan payudara yang sudah dikompres), air

yang bersuhu

410C dalam waskom, termometer air dan stopwatch


(Nengah dan Surinati , 2013).

Fase kerjanya, sebelum melakukan tidakan

menjaga privasi pasien terlebih dulu. Langkah yang

pertama yaitu menyiapkan instrumen yang akan

digunakan, lalu membuka baju bagian atas pasien dan

meletakan handuk ukuran sedang di bahu untuk


menutup bagian payudara. Langkah selanjutnya

melakukan kompres panas pada bagin payudara pasien

secara bergantian. Cara mengompres, menggunakan

handuk kecil yang sudah dicelupkan ke waskom yang

berisi air panas lalu di kompreskan pada bagian

payudara mulai dari pangkal payudara menuju putting

susu. Setelah itu mengeringkan payudara dengan

handuk dan merapikan pasien (Donald, M dan

Susanne, 2014).

a. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian mempengaruhi ibu
Asi Ekslusif tidak memberikan Asi
Faktor Instrinsik secara Ekslusif :
- Pendidikan - Asi Tidak Cukup
- Sumber informasi/ - Nyeri pada saat
media menyusi
- Riwayat persalinan - Putting lecet
Faktor Ekstrinsik - Ibu bekerja
- Alat Perawatan - Alasan kosmetik
Payudara - Mitos yang berlaku
- Waktu dalam masyakarat
- Peran Bidan/ - Takut gemuk
Perawat - dll

Perawatan Post
Partum :
Perawatan Payudara

- Ibu dapat menyusi


bayinya dengan baik
- Nyeri berkurang
- Pembengkakan pada
payudara dapar
teratasi

b. Kerangka Konsep
Tempat dilakukannya - Tidak terjadi
perawatan payudara pembengkakan
adalah : pada area pada payudara
mamae yang ibu, sehingga ibu
mengalami dapat
pembengkakan dengan memberikan
cara diberikan Asinya secara
kompres hangat ekslusif

Anda mungkin juga menyukai