Anda di halaman 1dari 4

Pada mulanya seorang Konseli datang ke konselor untuk mengkonsolidasikan

masalahnya. Biasanya datang pertama kali ini lebih bersifat “identifikasi pasien”. Tetapi
untuk tahap penanganan (treatment) diperlukan kehadiran anggota keluarga yang lain.
Menurut Satir, tidak mungkin mendengarkan peran, status, nilai, dan norma keluarga atau
kelompok jika tidak ada kehadiran anggota keluarga yang lain. Jadi dalam pandangan ini,
anggota keluarga yang lain harus datang ke konselor (Brammer dan Shortromm, 1982).
Tahapan terapi keluarga secara garis besar proses dalam konseling keluarga
adalah:
1) Pengembangan Rapport, merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling
percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Upaya pengembangan rapport ini
ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni kontak mata; perilaku nonverbal (perilaku
attending, bersahabat atau akrab, hangat, luwes, ramah, jujur atau asli, penuh perhatian); dan
bahas lisan atau verbal yang baik.
2) Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan untuk menghargai
perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar masalah yang mereka
hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul dinamika interaksi dari semua individu
yang terlibat dalam konseling.

3) Pengembangan alternatif modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli maupun anggota
keluarga mengembangkan dan melatihkan perilakuperilaku baru yang disepakati berdasarkan
hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap ini muncul home assignment, yaitu mempraktikan
perilaku baru selama masa 1 minggu (misalnya) di rumah, kemudian akan dilaporkan pada
sesi berikutnya untuk dibahas, dievaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya.

4) Fase membina hubungan konseling. Adanya acceptance, unconditional positive regard,


understanding, genuine, empathy. Memperlancar tidakan positif. Terdiri dari eksplorasi,
perencanaan atau mengembangkan perencanaan bagi konseli sesuai dengan tujuan untuk
memecahkan masalah, kemudian penutup untuk mengevaluasi hasil konseling sampai
menutup hubungan konseling.
Menurut Conjoint Terapi keluarga, proses konseling yang dapat ditempuh adalah:
a. Intake interview, building working alliance. bertujuan untuk mengeksplorasi
dinamika perkembangan konseli dan anggota keluarga lainnya (untuk
mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya,
pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya).
b. Case conceptualization and Treatment Planning, mengenal masalah atau
memperjelas masalah, kemudian fokus pada rencana intervensi apa yang akan
dilakukan untuk penanganan masalah
c. Implementation, menerapkan intervensi yang disertai dengan tugastugas yang
dilakukan bersama antara konseli dan keluarga, contohnya: free drawing art task
(menggambar bebas yang mewakili keberadaan mereka baik secara kognitif,
emosi, dan peran yang mereka mainkan), homework.
d. Evaluation termination, melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan
konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan
tujuan konseling.
e. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki
dan meingkatkan proses konseling

Terapi keluarga untuk memperbaiki pola komunikasi orang tua dan anak

Terapi keluarga harus mempertimbangkan sistem individualitas dan keadaan yang berhubungan
dengannya (Devi, 2016). Terapi keluarga berfokus pada keadaan sekarang dan perubahan
perilaku. Perubahan yang diharapkan dalam terapi ini adalah dapat merubah pola interaksi
negatif menjadi interaksi positif dalam keluarga, yang mengarah pada diri individu itu sendiri
dan cara menyelesaikan masalah. Terapi ini berfokus untuk membuat keluarga dapat
menyelesaikan masalah dengan sendirinya dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Sesi terapi keluarga yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Sesi 1: Social Stage


Pada sesi social stage, terapis memperkenalkan diri dan perannya sebagai seorang terapis.
Terapis membangun raport pada anggota keluarga agar merasa nyaman mengikuti terapi dan
memberikan gambaran terkait proses yang akan dilakukan selanjutnya. Terapis memberikan
pertanyaan kepada masing-masing anggota keluarga dan terapis tidak memihak kepada siapapun.
Tujuan pada sesi social stage adalah untuk mengetahui pendapat mengenai masalah dalam
keluarga.

Sesi 2: Problem Stage

Pada sesi kedua yaitu problem stage, terapis melakukan penggalian masalah secara detail kepada
setiap anggota dan tidak memberikan saran. Tujuan pada sesi problem stage adalah menggali
masalah secara lebih detail terhadap seluruh anggota keluarga.

Sesi 3: Interaction Stage

Sesi ketiga yaitu interaction stage, terapis dan seluruh anggota keluarga bersama-sama
membicarakan permasalahan yang terjadi dalam keluarga kemudian mencari tahu pola interaksi
yang salah. Tujuan dari sesi ini adalah dapat melihat pola interaksi yang salah.

Sesi 4: Defining Desired Change

Pada sesi defining desired changes, terapis mendefinisikan masalah secara konkrit berdasarkan
yang didapat pada sesi sebelumnya. Terapis kemudian mengajak keluarga untuk mencari
kesepakatan mengenai perubahan yang diharapkan. Tujuan pada sesi ini adalah anggota keluarga
dapat mendefinisikan masalah secara bersama-sama dan mencari kesepakatan untuk melakukan
perubahan.

Sesi 5: Ending The Interview

Pada sesi ending the interview, terapis memberikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan di luar
sesi terapi untuk semua anggota keluarga. Perubahan perilaku yang diharapkan menjadi tugas
masing-masing anggota untuk mencapai perubahan dalam keluarga. Terapis meminta masing-
masing anggota sampai pertemuan selanjutnya melaporkan dengan menggunakan teknik
directives berupa daftar checklist yang bertujuan untuk membuat anggota keluarga melakukan
sesuatu yang berbeda dan merasakan pengalaman yang berbeda.

Sesi 6: Evaluasi

Perubahan Pada sesi ini, terapis melakukan evaluasi terhadap perubahan pada sesi sebelumnya
apakah dapat diterapkan dalam keluarga untuk memperbaiki hubungan dalam keluarga dan
melihat kelebihan serta kekurangan setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya. Terapis
memberikan saran agar masing-masing anggota dapat saling membangun komunikasi dengan
baik antar anggota. Tujuan dari sesi ini adalah untuk melihat perubahan-perubahan telah terjadi
pada tiap anggota keluarga.

Sesi 7: Terminasi

Pada sesi ini, terapis melakukan pemberhentian terapi dan memberikan dukungan. Terapis
memberikan evaluasi pada keseluruhan sesi yang telah dilakukan. Terapis menanyakan perasaan
antar anggota setelah melakukan terapi dan membahas manfaat yang didapatkan selama proses
terapi kemudian terapis menyimpulkan kegiatan terapi dari awal sampai akhir.

DAPUS

Ariani, A. (2021). Terapi keluarga untuk memperbaiki pola komunikasi orang tua dan anak.
Procedia : Studi Kasus Dan Intervensi Psikologi, 8(4), 161–169.
https://doi.org/10.22219/procedia.v8i4.14787

Anda mungkin juga menyukai