Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN ALAM


PERASAAN : DEPRESI
PADA LANSIA

Windy Freska
DEFINISI DEPRESI 2
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan
komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak
berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan
diri, kegelisahan atau agitasi.

Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan


tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan
tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
DEFINISI DEPRESI MENURUT 3
AHLI
 Beck dan Alford (2009) merupakan sebuah gangguan
psikologis yang ditandai dengan penyimpangan
perasaan, kognitif, dan perilaku individu. Individu
yang mengalami gangguan depresi dapat merasakan
kesedihan, kesendirian, menurunnya konsep diri,
serta menunjukkan perilaku menarik diri dari
lingkungannya

DEPRESI PADA LANSIA


gangguan mental yang dialami individu usia 60 tahun ke
atas seperti perasaan sedih, adaya kecemasan, sulit
tidur dan tidak memiliki harapan
Menurut Kaplan 4
Depresi pada lansia berasal dari faktor fisik
(penyakit fisik yang diderita), faktor psikologis
(kondisi sosial, ekonomi dan kepribadian), dan
faktor sosial (kurangnya dukungan sosial dan
kesepian).
5
ETIOLOGI 6
 Faktor Biologis
- Faktor Genetik :
- Gangguan Pada Otak
- Gangguan Neurotransmitter
- Perubahan Endokrin
 Faktor Psikologis
- Penyimpangan Perilaku
- Penyimpangan Psikodinamis
- Penyimpangan Kognitif
 Faktor Sosial
PATOFISIOLOGI
7
Struktur neocortical dorsal mengalami hipometabolis dan struktur
limbic ventral mengalami hipermetabolis selama dalam keadaan
gangguan depresif.
Selain itu jalur fronto-striatal pada otak memediasi antisipasi yang
mengarah ke afek (alam perasaan) yang positif, dan
abnormalitasnya bisa menghasilkan satu ketidaksanggupan untuk
mendorong antisipasi. Terjadinya kerusakan pada sirkuit fronto-
orbital dapat menimbulkan iritabilitas, dan pengurangan
sensitifitas pada isyarat-isyarat sosial. Begitu pula kerusakan
cingulata anterior dapat menyebabkan apatis dan menurunnya
inisiatif. Kerusakan sirkuit dorsolateral dapat menyebabkan
kesulitan dalam merubah tempat, dalam belajar dan generasi
daftar kata. Begitu pula hipoaktivitas korteks
prefrontodorsolateral dan gyrus angularis telah dihubungkan pula
dengan gangguan psikomotor dan gangguan depresif.
GAmBARAn KlINIS
8
TANDA Dan GEJALA
9
TINGKATAN DEPRESI PADA 10

LANSIA
 Depresi ringan
Suasana perasaan yang depresif, Kehilangan minat,
kesenangan dan mudah lelah, konsentrasi dan perhatian
kurang.
 Depresi Sedang
Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial
 Depresi Berat
Kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna.
DAMPAK DEPRESI 11

 Tekanan darah tinggi


 Gastritis
 Vertigo
 Migrain
 Kanker
 Stroke
 Penyakit Jantung
 Dimensia
 Reumatik
MANAJEMEN TERAPI PADA
LANSIA 12
13

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN ALAM
PERASAAN : DEPRESI
PADA LANSIA
PENGKAJIAN
14
 Identitas diri klien
 Riwayat Keluarga
 Riwayat Penyakit Klien
 Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya
tanda dan gejala karakteristik
 Kaji adanya depresi.
 Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang
tepat, seperti geriatric depresion scale.
 Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
 Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
 Lakukan observasi langsung terhadap :
- Perilaku.
- Afek
- Respon kognitif
 Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
- Identifikasi berapa lama sudah menjadi pemberi
15
asuhan dikeluarga tersebut.
- ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi
pemberi asuhan dan anggota keluarga yang lain.
- Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan
klien dan sumber daya komunitas
- Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi kelrga.
- Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan
kekhawatiran pemberi asuhan tentang dirinya sendiri.
 Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi
- Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan
depresi, harus membina hubungan saling percaya
dengan pasien lansia.
KLASIFIKASI DATA
16
 Data Subyektif
- Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat
- Sering mengemukakan keluhan somatic
- Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak ada
tujuan hidup
- Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan
berkonsentrasi.
 
 Data Obyektif
- Gerakan tubuh yang terhambat
- Ekspresi wajah murung
- Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
- Pasien tampak malas, lelah
- Proses berpikir terlambat, konsentrasi terganggu
DIAGNOSA KEPERAWATAN 17

 Mencederai diri berhubungan dengan depresi.


 Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan
koping maladaptif.
 Ketidak berdayaan
 Risiko bunuh diri
 Gangguan pola tidur
18

RENCANA KEPERAWATAN
 Dx 1 : Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
19
 Kriteria Hasil:
- Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.
- Lansia tampak lebih bahagia.
- Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
 Intervensi
- Bina hubungan saling percaya dengan lansia.
- Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin
dengan sikap empati dan Dengarkan pemyataan
pasien dengan sikap sabar empati dan lebih
banyak memakai bahasa non verbal.
- Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai
diri sendiri.
 Dx 2 : Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptive 20
 Kriteria Hasil :
- Klien dapat meningkatkan harga diri
- Klien dapat menggunakan dukungan sosial
- Klien dapat menggunakan obat dengan benar
 Intervensi
- Kaji dan kerahkan sumber internal individu
- Kaji dan manfaatkan sumber ekstemal individu
- Kaji sistem pendukung keyakinan
- Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan
- Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
mengatasi keputusasaannya.
- Lakukan rujukan sesuai indikasi
 Dx 3 : Ketidakberdayaan
 Tujuan : Berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya, Melakukan21
kegiatan dalam menyelesaikan masalahnya.
 Tindakan pada Lansia :
- Beri kesempatan bagi pasien untuk bertanggung jawab
terhadap perawatan dirinya
- Beri kesempatan memilih tujuan perawatan dirinya
- Beri kesempatan untuk memilih aktifitas perawatan diri
 Tujuan : Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien, Keluarga mampu membantu pasien mengoptimalkan
kemampuannya.
 Tindakan pada Keluarga
- Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah
dimiliki pasien
- Bersama keluarga memilih kemampuan untuk dilakukan
pasien
- Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
- Anjurkan keluarga untuk membantu sesuai kemampuan
 Dx 4 : Resiko Bunuh Diri
 Tujuan : Klien tidak membahayakan dirinya sendiri, Pasien mempunyai alternatif
penyelesaian masalah yang konstruktif.
 Tindakan pada Lansia
22
- Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide bunuh diri
- Buat kontrak dengan pasien untuk tidak melakukan bunuh diri
- Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadi penyebab
timbulnya ide bunuh diri
- Bantu pasien untuk memilih cara menyelesaikan masalah secara
konstruktif.
- Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat.
 Tujuan : Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasien, Menciptakan
lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri
 Tindakan :
- Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku ide
bunuh diri
- Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada
pasien
- Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien
- Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan
koping positif
 Dx 5 : Gangguan Pola Tidur
 Tujuan : Klien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur, 23
Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
 Tindakan pada Lansia
- Bersama klien mengidentifikasi gangguan pola
tidur
- Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan
tidur
- Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai
dengan kebutuhannya
- Berikan pujian jika pasien memilih cara yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan tidurnya
 Tujuan : Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan
pola tidur, Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan
tidur
 Tindakan pada Keluarga
- Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala
gangguan pola tidur pada pasien
- Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang
KESIMPULAN 24

Gangguan depresi merupakan salah satu gangguan


mental-emosional yang cukup sering dijumpai pada
orang usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh karena
faktor penyebab dari gangguan depresif begitu besar
kemungkinan akan dialami oleh orang usia lanjut. Di lain
pihak, walaupun terapi untuk gangguan depresif tersebut
bisa dilaksanakan namun hasilnya tidaklah dapat
mencapai hasil yang maksimal, mengingat kekurangan
secara fisik dan psikososial pada orang usia lanjut
tidaklah dapat dikembalikan seperti semula
25

Anda mungkin juga menyukai