Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan sebanyak 99% kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Di Indonesia
Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti
Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup.

Perdarahan bertanggung jawab atas 28% kematian maternal yang merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak. Salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar karena kasus
perdarahan dalam masa nifas yang terjadi karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan
upaya penanganan yang baik dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan
keterampilan tenaga kesehatan khususnya dalam pertolongan persalinan. Magann et al. (2013),6
menyebutkan bahwa risiko terjadi perdarahan pascapersalinan meliputi plasenta dilahirkan lebih
dari 15 menit setelah kelahiran bayi, adanya riwayat retensi plasenta sebelumnya, nulipara, dan
persalinan kala satu lama.

Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab resiko perdarahan yang terjadi segera
setelah terjadinya persalinan. Dibandingkan dengan risiko-risiko lain dari ibu bersalin,
perdarahan post partum akibat retensio plasenta merupakan salah satu penyebab yang dapat
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak
mendapat perawatan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi gangguan plasenta?
2) Bagaimana etiologi gangguan plasenta?
3) Bagaimana tanda dan gejala gangguan plasenta?
4) Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan gangguan plasenta?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi gangguan plasenta
2) Untuk mengetahui etiologi gangguan plasenta
3) Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan plasenta
4) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gangguan plasenta
1.4 Manfaat
1) Mahasiswa memahami definisi gangguan plasenta
2) Mahasiswa memahami etiologi gangguan plasenta
3) Mahasiswa memahami tanda dan gejala gangguan plasenta
4) Mahasiswa memahami asuhan keperawatan pasien dengan gangguan plasenta

Gangguan Plasenta

1. Definisi
A. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari
30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian gangguan pelepasan plasenta disebabkan
oleh gangguan kontraksi uterus (Nugroho, 2012). Menurut Nugroho (2012) retensio
plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
1) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehigga
menyebbakan kegagaln mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan myometrium.
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau
melewati lapisan myometrium.
4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
myometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tertahanya plasenta di dalam cavum uteri karena
konstriksi ostium uteri.
B. Solusio Plasenta yaitu terlepasnya plasenta dari tempat implantasi sebelum waktunya.
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang terimplantasi
normal diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.

2. Etiologi
A. Penyebab retensio plasenta dibagi menjadi dua, yaitu penyebab fungsional, dan penyebab
patologi-anatomi.
a. Penyebab fungsional

Penyebab fungsional dari retensio plasenta adalah lemahnya his dan juga plasenta
adhesiva, yaitu plasenta yang sukar lepas karena tempatnya (insersi pada sudut tuba),
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis), maupun ukurannya (plasenta
sangat kecil).

b. Penyebab patologi-anatomi

Penyebab patologi-anatomi dari retensio plasenta adalah implementasi dari plasenta yang
terlalu dalam.
Normalnya plasenta melekat pada endometrium, namun pada kasus ini plasenta lebih
dalam, yaitu pada lapisan miometrium, bahkan lapisan serosa dari uterus.

B. Faktor penyebab yang di duga menjadi penyebab solusio plasenta


1) Hipertensi kronik
2) Pre eklamsia
3) Tali pusat pendek
4) Trauma
5) Gizi
6) Usia lanjut
7) Multiparitas
8) Merokok, konsusmsi alkhohol

3. Tanda dan gejala


A. Retensio plasenta
Menurut Aspiani (2017) tanda dan gejala yang terjadi pada retensio plasenta adalah

1) Plasenta belum lahir setelah 30 menit


2) Perdarahan segera
3) Kontraksi uterus baik

Penyulit:

1) Tali pusat putus akibat tarikan berlebihan


2) Inversio uterus akibat tarikan
3) Perdarahan lanjutan

B. Solusio plasenta
1) Anamnesis: Perdarahan biasanya pada TM 3, perdarahan pervagina berwarna
kehitaman, nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam banyak, syok dan
kematian janin intra uterin
2) Pemeriksaan fisik: tanda vital dapat normal ampai menunjukan tanda syok
3) Pemeriksaan obstetric: nyeri tekan uterus dan tegang, bagian janin sukar dinilai,
denyut jantung sukar dinilai atau tidak ada, air ketuban bercampur darah.

Dapus

Brahmana, I. B. (2018). Perdarahan Pascapersalinan oleh Karena Retensi Plasenta pada P4a0
Postpartum Spontan , Janin Besar , dengan Hipertensi dalam Kehamilan. 18(1).
https://doi.org/10.18196/mm.180112

Mayasari, D., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2017). Perdarahan Post Partum Dini e . c
Retensio Plasenta Early Post Partum Haemorrhage e . c Retensio Plasenta. 7.

Wahyuntari, Evi. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai