Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya Kami
dapat menyelasikan makalah ini dengan tepat waktu.Terimakasih kami ucapkan
kepada orang tua, dosen, teman-teman serta berbagai sumber yang telah menjadi
referensi bagi makalah ini.
Kami mengajukan makalah yang berjudul Gangguan Disosiatif untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Abnormal.Makalah ini
1

membahas tentang definisi, karakteristik, treatmen dan pencegahan gangguan


disosiatif.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan, kami berharap agar dosen
memberikan kritik dan saran demi meningkatkan mutu tulisan kami.Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi baru dan bermanfaat bagi pembaca.

Depok, Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL...................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah ...2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Disosiatif . 3
B. Jenis-jenis Gangguan Disosiatif . 3
C. Treatmen
Gangguan
Identitas
Disosiatif
9
D. Treatmen Amnesia Disosiatif dan Gangguan Depersonalisasi ..... 10
BAB III KESIMPULAN ... 12
DAFTAR PUSTAKA 14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermula darri Abad ke 20 di Los Angeles, Seorang Hillside Strangler
(Tukang Cekik dari daerah Hillside) yang telah menteror Kota, membunuh, dan
membuang sejumlah wanita pekerja seks komersial di pegunungan yang mengitari
kota Hillside, bernama Kenneth Bianchi.
Saat itu Kenneth Bianchi yang telah menjadi tersangka sedang melakukan
pemeriksaan oleh psikiater polisi dengan menggunakan pengaruh hipnosis saat
seorang polisi itu memberikan pertanyaan kepada Kenneth, ketika proses hipnosis itu
sedang berlangsung, Bianchi menegaskan bahwa sebuah kepribadian yang
tersembunyi dalam dirinyalah yang bernama Steve, yang telah melakukan
serangkaian pembunuhan tersebut. Kenneth juga menegaskan, Ken tidak
mengetahui apapun mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh Steve tersebut. Hal
yang dialami Kenneth inilah yang disebut dengan menderita gangguan kepribadian
ganda ( Dissociative Disorder ).
Dissociative disorder adalah sebuah tipe gangguan psikologis yang
menganggu fungsi self identitas, memori, atau kesadaran, yang kemudian
membentuk sebuah kepribadian yang utuh. Orang yang mengalami gangguan
Disosiatif tidak mengenal dirinya secara eksistensial atau filosofis, ia hanya tahu,
siapa namanya, dimana ia tinggal apa yang ia lakukan sehari hari, ia juga ingat
peristiwa peristiwa penting dalam hidupnya, tapi ia tidak mampu menceritakan
secara detail.
Penderita gangguan Disosiatif juga merasa lebih baik seiring berjalannya
waktu, namun dikala tertentu satu atau lebih dari aspek kehidupan sehari harinya
akan terganggu secara aneh.

B. Rumusan Masalah
1

1. Apa itu gangguan disosiatif?


2. Ada berapa jenis gangguan disosiatif?
3. Apa itu gangguan identitas disosiatif?
4. Apa itu gangguan amnesia disosiatif?
5. Apa itu gangguan depersonalisasi?
6. Bagaimana treatmen pada gangguan identias disosiatif?
7. Bagaimana treatmen pada amnesia disosiatif dan gangguan depersonalisasi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya bagian
dari kepribadian individu yang terpisah dari fungsi kesadarannya. Individu
dengan gangguan disosiatif mengalami perubahan sementara pada aspek
kesadarannya yang mengakibatkan hilangnya identitas pribadi, menurunnya
kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar, dan gerakan tubuh yang aneh. Pada
saat individu mengalami gangguan disosiatif, bagian dari kepribadian yang
terdisosiasi tidak dapat diakses oleh bagian kesadaran lainnya dari klien. Dengan
kata lain, dalam gangguan disosiatif ada suatu pemisahan yang berat atas fungsifungsi kepribadian sampai individu tidak menyadari atau kehilangan kontak
dengan aspek-aspek yang penting dari kepribadiannya.
B. Jenis-jenis Gangguan Disosiatif
1. Gangguan Identitas Disosiatif
Gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder) memiliki
asumsi bahwa seseorang mengembangkan lebih dari satu jati diri dalam
kepribadiannya. Kepribadian yang lain ini disebut dengan alter, sedangkan
inti dari kepribadian disebut dengan host. Kondisi ini pada awalnya disebut
dengan gangguan kepribadian ganda (multiple personality disorder MPD).
Pada gangguan identitas disosiatif, setiap alter memahami agar memiliki pola
yang konsisten dan tetap dalam memaknai, berhubungan, serta berpikir
mengenai lingkungan sekitar dan dirinya.
a. Karakteristik Gangguan Identitas Disosiatif
Individu dengan gangguan identitas disosiatif setidaknya memiliki
dua identitas atau kepribadian yang berbeda, setiap kepribadian memiliki
pola pemaknaan, pola berpikir, pola berhubungan, pola perilaku, riwayat
hidup, serta citra diri yang berbeda. Pada waktu yang berbeda, salah satu
dari identitas atau kepribadian mengalami alih perilaku individu.
Orang dengan gangguan disosiatif memiliki identitas utama yang
diasosiasikan dengan nama aslinya. Identitas utama atau host pada
umumnya pasif dan dependen, mungkin juga mengalami depresi dan

dibebani dengan perasaan bersalah. Alter biasanya memiliki kepribadian


yang sangat berbeda, mungkin saja memiliki perilaku yang kasar,
menuntut, atau memiliki perilaku merusak diri. Meraka mungkin memiliki
perbedaan usia, ras, tingkat kecerdasan, dan pola afeksi, bahkan mereka
dapat memiliki jenis kelamin yang berbeda.
Transisi antara satu alter dengan yang lainnya biasanya terjadi secara
tiba-tiba, dipicu oleh stress psikososial, atau stimulus pribadi yang
mencolok. Pada waktu-waktu tertentu, hanya satu alter yang berinteraksi
dengan lingkungan eksternal meskipun alter lainnya secara aktif ikut
memaknai apa yang sedang terjadi atau ikut memengaruhi kejadian
tersebut. Sebagian dari kepribadian merasakan kehilangan atau mengalami
distorsi waktu.Alter dapat saling melengkapi ingatan mereka intuk mengisi
kekosongan yang terjadi atau alter mungkin memiliki akses ingatan dari
alter lain.
Psikiatri Richard Kluft menggambarkan beberapa kunci karakteristik
dari gangguan identitas disosiatif, termasuk sifat dasar kepribadian yang
terletak pada diri individu yang sama serta hubungan mereka satu sama
lain. Kepribadian klasik dari host yang mencari bantuan professional,
cenderung depresif, cemas, terlihat baik, masokhis, dan serius.Alter yang
sering terlihat di antaranya anak-anak, pelindung, penolong, alter yang
mengekspresikan impuls yang terlarang, alter yang tercipta berdasarkan
rasa kehilangan seseorang yang dicintai, alter yang membawa memori yang
hilang atau rahasia dalam keluarga, penuntut balas yang mengekspresikan
kemarahan karena adanya pengalaman penyiksaan, dan pembela terhadap
orang yang menyiksa.
Orang dengan gangguan identitas disosiatif juga mengalami sejenis
amnesia, ketika mereka memiliki celah pada ingatan mereka mengalami
beberapa aspek dari sejarah kehidupan personal mereka.Beberapa individu
memiliki celah memori selama beberapa tahun, bahkan selama satu dekade
atau lebih.Ketidakmampuan untuk mengingat kembali informasi pribadi
yang penting tidak dapat dijelaskan melalui penjelasan mengenai lupa.
Terkadang, hanya jika orang lain memberitahu mereka mengenai kejadian

tersebut, individu menjadi sadar terhadap apa yang telah meraka lakukan
atau katakan.
Pada tahun 1980-an, gangguan kepribadian ganda diikutsertakan
dalam DSM dan digambarkan dengan cara tertentu. Diagnosis tersebut
dapat diaplikasikan dalam suatu situasi ketika orang mengalami kekacauan
diri dan menggambarkan pengalaman terpisah yang dialami oleh individu.
Skeptisme mengenai diagnosis penyakit tersebut muncul pada tahuntahun belakangan ini. Orang yang paling skeptis mengenai gangguan
kepribadian ganda adalah psikolog Kanada Nicholas Spanos yag meyakini
bahwa faktor sosial membentuk perilaku yang ditampilkan pada MPD.
Spanos menyatakan bahwa kondisi ini digunakan oleh orang sebagai
pembenaran untuk merasionalisasikan kegagalan mereka dan memanipulasi
simpati dari orang lain.
Kriteria diagnostik identitas disosiatif berdasarkan DSM V adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan identitas ditandai dengan dua atau lebih kepribadian yang
berbeda (alter) atau kepemilikan pengalaman, sebagaimana dibuktikan
oleh diskontinuitas dalam arti diri, kognisi, perilaku, mempengaruhi,
persepsi, dan atau kenangan. Gangguan ini dapat diamati oleh orang lain
atau dilaporkan oleh pasien.
2. Setidaknya dua dari alter berulang mengendalikan perilaku
3. Setidaknya ketidakmampuan salah satu alter mengingat informasi pribadi
yang penting
4. Gejala bukan bagian dari praktik budaya atau agama yang diterima
secara luas, dan bukan karena obat atau kondisi medis
2. Amnesia Disosiatif
Dissociative Amnesia sebelumnya disebut amnesia psikogenik,
individu tidak mampu mengingat detail diri yang penting dan pengalaman
yang seringkali berhubungan dengan kejadian traumatis atau sangat
menekan. Memori ini hilang tanpa berhubungan dengan adanya disfungsi
otak yang berkaitan dengan kerusakan otak atau obat-obatan, juga bukan
sebuah kondisi lupa yang umumnya terjadi. Orang-orang yang mengalami

amnesia disosiatif sangat umum memberikan gambaran tentang sebuah


rentang atau rangkaian dalam ingatan mereka mengenai kejadian bermasalah
di masa lalu atau bagian-bagian kehidupan mereka. Amnesia disosiatif jarang
terjadi, sejauh ini merupakan hal yang sangat umum dalam gangguan
disosiatif. Terdapat sebuah kesepakatan yang diperhatikan setelah perang
dunia ke 2, ketika banyak individu dengan trauma yang berhubungan dengan
pertempuran mengalami amnesia (Cardiner & Spiegel, 1947). Orang-orang
yang mudah menjadi amnesia, tidak dapat mengingat fakta-fakta atau
kejadian-kejadian penting dalam hidup individu tersebut maupun identitas
personalnya. Namun, secara khas individu tersebut sadar bahwa disana
terdapat jurang yang sangat lebar antara ingatan dan pengetahuan dengan diri
individu sendiri.
a. Bentuk-bentuk amnesia disosiatif
1) Localized Amnesia
Bentuk yang sangat umum adalah ketika individu lupa semua
kejadian yang terjadi selama interval waktu tertentu.Biasanya interval
waktu ini diikuti dengan cepat oleh kejadian yang sangat menggangu,
2)

seperti kecelakaan mobil, kebakaran, atau bencana alam.


Selective Amnesia
Individu gagal mengingat kembali beberapa hal, tetapi tidak
semua hal, detail kejadian-kejadian yang terjadi selama periode waktu
tersebut. Orang orang yang dapat selamat dari kebakaran dapat
mengingat saat ambulan membawanya menuju rumah sakit, namun

3)

tidak dapat mengingat saat selamat dari rumah yang terbakar.


Generalized Amnesia
Sebuah sindrom ketika seseorang tidak dapat mengingat semua

hal dalam kehidupannya.


4) Continuous Amnesia
Mencakup kegagalan untuk mengingat kembali kejadian khusus
mencakup waktu saat itu.
Fugue Dissosiatif
Pada DSM V, fugue termasuk pada amnesia disosiatif. Dahulunya
disebut

psychogenic

fugue,

sebuah

kondisi

yang

menggambarkan

kebingungan seseorang mengenai identitas dirinya secara mendadak dan

melakukan perjalanan yang tidak diharapkannya menuju tempat lain. Orang


yang mengalami kondisi fugue tidak mampu mengigat kembali kisah atau
kejadian-kejadian yang telah mereka alami, setelah itu bahkan mereka bisa
membuat identitas diri yang baru dan biasanya menjadi individu yang lebih
ramah. Fugue jarang terjadi dan biasanya berlalu dengan cepat. Gangguan ini
lebih sering terjadi pada waktu tertentu seperti selama masa perang atau
setelah sebuah bencana alam . Krisis personal atau stress yang sangat hebat,
seperti krisis keuangan, keinginan melarikan diri dari hukuman (Spiegek
&Cardena, 1991) atau pengalaman trauma (Classen, Koopman, & Spiegel,
1993) dapat juga menyebabkan kondisi fugue.
Peristiwa fugue mungkin menjadi lazim terjadi pada orang-orang
yang sangat mudah terhipnotis (highly hypnotizable). Orang berada dalam
kondisi fugue secara aktual meninggalkan suasana traumatik atau tertekan dan
meninggalkan identitas awalnya.

Kriteria diagnostik amnesia disosiatif berdasarkan DSM V adalah sebagai


berikut:
1. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting,
biasanya yang bersifat traumatik atau stres, yang terlalu luas untuk
menjelaskan menjadi kelupaan yang biasa
2. Amnesia yang tidak dijelaskan oleh zat, atau oleh kondisi medis atau
psikologis lain
3. Menentukan disosiatif fugue subtipe jika:
a. Amnesia termasuk ketidakmampuan untuk mengingat masa lalu
seseorang, kebingungan tentang identitas, atau asumsi identitas baru
b. Mendadak, tak terduga perjalanan jauh dari rumah atau kantor
3. Ganguan Depersonalisasi

Distorsi persepsi pikiran tubuh terjadi berulang kali dan tanpa


pengaruh obat-obatan. Periode stress yang kuat seperti waktu yang cepat
setelah sebuah kecelakaan dapat juga menyebabkan sebuah episode
depersonalisasi pada individu yang mudah diserang. Beberapa ahli telah
menemukan bahwa pengalaman depersonalisasi secara umum mengikuti
sebuah kejadian yang penuh tekanan dan muncul dalam ketenangan setelah
kemarahan (Shader & Scharfman, 1989). Suatu peristiwa yang benar-benar
dipertimbangkan cukup jarang terjadi, saat ini gangguan depersonalisasi akan
didiagnosis dengan frekuensi yang meningkat (Kihlstrom, 2005).
Orang dengan gangguan depersonalisasi merasa mereka tidak nyata,
bahwa badan mereka berubah bentuk atau ukuran atau mereka menjadi
dikendalikan oleh kekuatan diluar diri mereka seolah mereka bergerak secara
otomatis seperti robot. Pada waktu yang sama mereka menyadari bahwa
mereka bukanlah robot, terkadang, hal aneh terjadi dalam tubuh dan pikiran
mereka. pada suatu waktu, individu mungkin mengalami percakapan antara
diri yang mengamati dan diri yang melakukan aktifitas (Steinberg, 1991).
Serangan gangguan depersonalisasi terjadi pada remaja atau dewasa awal.
Gangguan depersonalisasi biasanya terdapat pada individual yang
memiliki sejarah buruk emosional masa kecil, gangguan fisik, dan pelecehan
seksual.
Kriteria diagnostik gangguan depersonalisasi berdasarkan DSM V adalah
sebagai berikut:
1. Depersonalisasi: pengalaman menetap atau seakan-akan merupakan
seorang pengamat dari proses mental atau tubuh seseorang, seolah-olah
berada dalam mimpi, meskipun pengujian realitas utuh
2. Derealisasi: pengalaman menetap atau berulang dari ketidaknyataan
lingkungan
3. Gejala tidak dijelaskan oleh zat, gangguan disosiatif lain, gangguan
psikologis lain, atau oleh kondisi medis.
C. Treatmen Gangguan Identitas Disosiatif

Pada umumnya, gangguan identitas disosiatif telah dihubungkan dengan


pengalaman mengalami penyiksaan pada masa kanak-kanak.Menurut pandangan
tersebut, anak yang mengalami trauma gagal mengembangkan jati diri yang
terintegrasi dan berkesinambungan.
Kluft berpendapat bahwa treatmen merupakan bentuk dari terapi pascatrauma yang membantu klien untuk sembuh. Terapi membantu klien untuk
mengintegrasikan Alter menjadi kepribadian yang utuh dan mengembangkan
strategi coping dalam menghadapi memori yang menyakitkan dari masa lalu dan
stress dari peristiwa hidup yag terjadi saat ini tanpa harus membuat individu
terpecah kepribadiannya.
Pendekatan treatmen yang paling umum melibatkan teknik yang berasal
dari psikoterapi psikoanalisis, terkadang juga menggunakan hipnoterapi yang
mengarahkan klien untuk dihipnotis dan didorong untuk mengingat kembali
peristiwa masa lalu yang menyakitkan saat beada dalam keadaan tak sadarkan
diri. Klinisi yang menggunakan pendekatan ini menyatakan berbagai macam
alteryag asosiasinya terhadap memori tertentu dibangkitkan satu per satu dan
disatukan menjadi satu kepribadian yang utuh. Setiap alter mungkin
membutuhkan treatmen yang terpisah dan terapis mungkin harus menetapkan
hubungan kerja yang positif dengan setiap alter. Karena beberapa alter dapat
bersikap kasar dan antagonis, sementara yang lainnya dapat bersifat dependen
dan menggoda, setiap alter dapat memberikan respons yang berbeda pada
intervensi alternatif.
Beberapa klinisi memilih untuk menggunakan teknik kognitif-perilaku
dibandingkan hipnoterapi sebagai usaha untuk mengubah disfungsi sikap klien.
Sikap ini muncul dari riwayat penyiksaan yang pernah dialami klien,
D. Treatmen Amnesia Disosiatif dan Gangguan Depersonalisasi
Treatment unutuk gangguan disosiatif ada bermacam-macam, sebagian
besar karena kondisinya juga bervariasi. Gangguan identitas disosiatif
merupakan gangguan yang berbeda dari gangguan depersonalisasi. Meskipun
demikian, tujuan utama dalam memberikan treatmen terhadap orang dengan
simtom-simtom disosiatif adalah dengan membawa kestabilan dan integrasi
dalam hidup mereka. Hal yang penting dalam treatmen mereka adalah

membangun sebuah lingkungan yang aman, jauh dari stressor yang mengancam
yang mungkin dapat membangkitkan disosiasi. Pada keamanan dalam konteks
treatmen, klinisi akan mengenalkan teknik yang menyenangkan, beberapa
bersifat psikoterapeutik dan yang lain bersifat psikofarmakologis. Beberapa
klinisi akan menambah obat dan intervensi, juga membantu meningkatkan
kondisi tenang. Obat yang paling umum digunakan adalah sodium pentobarbital
dan sodium amobarbital yang memfasilitasi proses wawancara, khususnya pada
klien yang mengalami amnesia disosiatif atau fugue disosiatif. Jika amnesianya
telah hilang, maka klinisi akan membantu klien menemukan kejadian apa dan
faktor-faktor apa yang menyebabkan amnesia.
Ganguan disosiatif menyajikan kesempatan unik menghargai
kompleksitas pikiran manusia dan variasi cara yang tak biasa ketika beberapa
orang merespons pengalaman-pengalaman hidup yang penuh tekanan. Kedua
gangguan ini sangat jarang terjadi dan sulti untuk diterapi.Meskipun penjelasan
yang saat ini ada bergantung pada perspektif psikologis.

10

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan disosiatif adalah dimana seseorang merasa terlepas dari dirinya dan
lingkungan sekelilingnya. Seseorang atau individu tersebut terkadang seperti
mengalami mimpi atau seperti hidup di suasana dalam film. Adapun bentukbentuk gangguan disosiatif adalah gangguan identitas disosiatif, amnesia

disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan depersonalisasi.


Gangguan identitas disosiatif adalah gangguan di mana seseorang mempunyai
kepribadian alter (kepribadian pengganti) selain kepribadiannya yang utama.
Kepribadian alter ini bisa menjadi beberapa kperibadian yang berbeda-beda.
Dalam satu individu bisa mempunyai satu, dua, tiga, empat, bahkan lebih
kepribadian alter. Ketika seorang individu sedang menjadi seseorang dengan
kepribadian alter, kperibadian alter tersebut mengetahui, mengenal, dan dapat
merasakan adanya kepribadian utama, namun kepribadian utama tidak mengenal,
tidak tahu, tidak mengingat siapa kepribadian alter. Kemudian berbeda dengan
amnesia disosiatif, amnesia disosiatif adalah suatu gangguan di mana seseorang
itu dapat lupa, tentang peristiwa-peristiwa yang pernah di alami yang membuat ia
menjadi trauma. Amnesia disosiatif ini ada dua macam yaitu amnesia selektif di
mana indvidu lupa pada hal-hal khusus yang mengganggu dalam suatu periode
tertentu, sedangkan amnesia menyeluruh adalah individu yang melupakan
seluruh hidupnya sekalipun dengan namanya. Selanjutnya fugue disosiatif
adalah Individu yang mengalami gangguan yang membuat ia melakukan
perjalanan ke lokasi baru, ia biasanya akan tinggal di lingkungan baru, dengan
nama baru, identitas sosial baru, serta status sosial yang baru juga dengan segala
aktivitas yang baru juga. Dan yang terakhir adalah gangguan depersonalisasi di
mana individu merasa mengalami perubahan yang aneh dalam melihat, dan
mempresepsikan lingkungan sekitar. Gangguan depersonalisasi ini dapat

11

muncul ketika seseorang tersebut mengalami kecemasan yang berlebihan dan

keadaan stress yang dialami.


Gangguan disosiatif terdapat di budaya Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik
disebut amok sebuah sindrom yang terdapat di di mana seseorang menjadi
sangat kacau secara emosional dan menyerang orang lain. Di negara-negara
Afrika Utara dan Timur Tengah terdapat istilah lain yaitu zar sebuah sindrom
yang menggambarkan penguasaan roh-roh dalam diri seseorang yang sedang

mengalami disosiataif.
Penanganan yang diambil dalam menangani individu yang mengalami gangguan
disosiatif adalah di ambil langkah dengan cara berfokus pada penanganan
kecemasan dan depresinya terlebih dahulu. Kemudian dapat melakukan terapi
dengan menggunakan pendekatan psikoanalisa yaitu asosiasi bebas, analisis
mimpi, dan analisis tranferensi. Selanjutnya dapat diambil langkah dengan
memberikan terapi hipnosis dan juga pemberian obat penenang ringan seperti
benzodiazepin untuk mengingat kembali berbagai kejadian.

12

DAFTAR PUSTAKA
Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi Abnormal: perspektif klinis
pada gangguan psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Kring, A. M., Johnson, S. L., Davison, G. C., Neale, J. M. (2012). Abnormal
psychology. United States of Amerika
Sutardjo, A., & Wiramihardja. (2015). Pengantar psikologi abnormal. Bandung: PT
Refika Aditama

13

Anda mungkin juga menyukai