Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya Kami
dapat menyelasikan makalah ini dengan tepat waktu.Terimakasih kami ucapkan
kepada orang tua, dosen, teman-teman serta berbagai sumber yang telah menjadi
referensi bagi makalah ini.
Kami mengajukan makalah yang berjudul Gangguan Disosiatif untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Abnormal.Makalah ini
1
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL...................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah ...2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Disosiatif . 3
B. Jenis-jenis Gangguan Disosiatif . 3
C. Treatmen
Gangguan
Identitas
Disosiatif
9
D. Treatmen Amnesia Disosiatif dan Gangguan Depersonalisasi ..... 10
BAB III KESIMPULAN ... 12
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermula darri Abad ke 20 di Los Angeles, Seorang Hillside Strangler
(Tukang Cekik dari daerah Hillside) yang telah menteror Kota, membunuh, dan
membuang sejumlah wanita pekerja seks komersial di pegunungan yang mengitari
kota Hillside, bernama Kenneth Bianchi.
Saat itu Kenneth Bianchi yang telah menjadi tersangka sedang melakukan
pemeriksaan oleh psikiater polisi dengan menggunakan pengaruh hipnosis saat
seorang polisi itu memberikan pertanyaan kepada Kenneth, ketika proses hipnosis itu
sedang berlangsung, Bianchi menegaskan bahwa sebuah kepribadian yang
tersembunyi dalam dirinyalah yang bernama Steve, yang telah melakukan
serangkaian pembunuhan tersebut. Kenneth juga menegaskan, Ken tidak
mengetahui apapun mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh Steve tersebut. Hal
yang dialami Kenneth inilah yang disebut dengan menderita gangguan kepribadian
ganda ( Dissociative Disorder ).
Dissociative disorder adalah sebuah tipe gangguan psikologis yang
menganggu fungsi self identitas, memori, atau kesadaran, yang kemudian
membentuk sebuah kepribadian yang utuh. Orang yang mengalami gangguan
Disosiatif tidak mengenal dirinya secara eksistensial atau filosofis, ia hanya tahu,
siapa namanya, dimana ia tinggal apa yang ia lakukan sehari hari, ia juga ingat
peristiwa peristiwa penting dalam hidupnya, tapi ia tidak mampu menceritakan
secara detail.
Penderita gangguan Disosiatif juga merasa lebih baik seiring berjalannya
waktu, namun dikala tertentu satu atau lebih dari aspek kehidupan sehari harinya
akan terganggu secara aneh.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya bagian
dari kepribadian individu yang terpisah dari fungsi kesadarannya. Individu
dengan gangguan disosiatif mengalami perubahan sementara pada aspek
kesadarannya yang mengakibatkan hilangnya identitas pribadi, menurunnya
kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar, dan gerakan tubuh yang aneh. Pada
saat individu mengalami gangguan disosiatif, bagian dari kepribadian yang
terdisosiasi tidak dapat diakses oleh bagian kesadaran lainnya dari klien. Dengan
kata lain, dalam gangguan disosiatif ada suatu pemisahan yang berat atas fungsifungsi kepribadian sampai individu tidak menyadari atau kehilangan kontak
dengan aspek-aspek yang penting dari kepribadiannya.
B. Jenis-jenis Gangguan Disosiatif
1. Gangguan Identitas Disosiatif
Gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder) memiliki
asumsi bahwa seseorang mengembangkan lebih dari satu jati diri dalam
kepribadiannya. Kepribadian yang lain ini disebut dengan alter, sedangkan
inti dari kepribadian disebut dengan host. Kondisi ini pada awalnya disebut
dengan gangguan kepribadian ganda (multiple personality disorder MPD).
Pada gangguan identitas disosiatif, setiap alter memahami agar memiliki pola
yang konsisten dan tetap dalam memaknai, berhubungan, serta berpikir
mengenai lingkungan sekitar dan dirinya.
a. Karakteristik Gangguan Identitas Disosiatif
Individu dengan gangguan identitas disosiatif setidaknya memiliki
dua identitas atau kepribadian yang berbeda, setiap kepribadian memiliki
pola pemaknaan, pola berpikir, pola berhubungan, pola perilaku, riwayat
hidup, serta citra diri yang berbeda. Pada waktu yang berbeda, salah satu
dari identitas atau kepribadian mengalami alih perilaku individu.
Orang dengan gangguan disosiatif memiliki identitas utama yang
diasosiasikan dengan nama aslinya. Identitas utama atau host pada
umumnya pasif dan dependen, mungkin juga mengalami depresi dan
tersebut, individu menjadi sadar terhadap apa yang telah meraka lakukan
atau katakan.
Pada tahun 1980-an, gangguan kepribadian ganda diikutsertakan
dalam DSM dan digambarkan dengan cara tertentu. Diagnosis tersebut
dapat diaplikasikan dalam suatu situasi ketika orang mengalami kekacauan
diri dan menggambarkan pengalaman terpisah yang dialami oleh individu.
Skeptisme mengenai diagnosis penyakit tersebut muncul pada tahuntahun belakangan ini. Orang yang paling skeptis mengenai gangguan
kepribadian ganda adalah psikolog Kanada Nicholas Spanos yag meyakini
bahwa faktor sosial membentuk perilaku yang ditampilkan pada MPD.
Spanos menyatakan bahwa kondisi ini digunakan oleh orang sebagai
pembenaran untuk merasionalisasikan kegagalan mereka dan memanipulasi
simpati dari orang lain.
Kriteria diagnostik identitas disosiatif berdasarkan DSM V adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan identitas ditandai dengan dua atau lebih kepribadian yang
berbeda (alter) atau kepemilikan pengalaman, sebagaimana dibuktikan
oleh diskontinuitas dalam arti diri, kognisi, perilaku, mempengaruhi,
persepsi, dan atau kenangan. Gangguan ini dapat diamati oleh orang lain
atau dilaporkan oleh pasien.
2. Setidaknya dua dari alter berulang mengendalikan perilaku
3. Setidaknya ketidakmampuan salah satu alter mengingat informasi pribadi
yang penting
4. Gejala bukan bagian dari praktik budaya atau agama yang diterima
secara luas, dan bukan karena obat atau kondisi medis
2. Amnesia Disosiatif
Dissociative Amnesia sebelumnya disebut amnesia psikogenik,
individu tidak mampu mengingat detail diri yang penting dan pengalaman
yang seringkali berhubungan dengan kejadian traumatis atau sangat
menekan. Memori ini hilang tanpa berhubungan dengan adanya disfungsi
otak yang berkaitan dengan kerusakan otak atau obat-obatan, juga bukan
sebuah kondisi lupa yang umumnya terjadi. Orang-orang yang mengalami
3)
psychogenic
fugue,
sebuah
kondisi
yang
menggambarkan
membangun sebuah lingkungan yang aman, jauh dari stressor yang mengancam
yang mungkin dapat membangkitkan disosiasi. Pada keamanan dalam konteks
treatmen, klinisi akan mengenalkan teknik yang menyenangkan, beberapa
bersifat psikoterapeutik dan yang lain bersifat psikofarmakologis. Beberapa
klinisi akan menambah obat dan intervensi, juga membantu meningkatkan
kondisi tenang. Obat yang paling umum digunakan adalah sodium pentobarbital
dan sodium amobarbital yang memfasilitasi proses wawancara, khususnya pada
klien yang mengalami amnesia disosiatif atau fugue disosiatif. Jika amnesianya
telah hilang, maka klinisi akan membantu klien menemukan kejadian apa dan
faktor-faktor apa yang menyebabkan amnesia.
Ganguan disosiatif menyajikan kesempatan unik menghargai
kompleksitas pikiran manusia dan variasi cara yang tak biasa ketika beberapa
orang merespons pengalaman-pengalaman hidup yang penuh tekanan. Kedua
gangguan ini sangat jarang terjadi dan sulti untuk diterapi.Meskipun penjelasan
yang saat ini ada bergantung pada perspektif psikologis.
10
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan disosiatif adalah dimana seseorang merasa terlepas dari dirinya dan
lingkungan sekelilingnya. Seseorang atau individu tersebut terkadang seperti
mengalami mimpi atau seperti hidup di suasana dalam film. Adapun bentukbentuk gangguan disosiatif adalah gangguan identitas disosiatif, amnesia
11
mengalami disosiataif.
Penanganan yang diambil dalam menangani individu yang mengalami gangguan
disosiatif adalah di ambil langkah dengan cara berfokus pada penanganan
kecemasan dan depresinya terlebih dahulu. Kemudian dapat melakukan terapi
dengan menggunakan pendekatan psikoanalisa yaitu asosiasi bebas, analisis
mimpi, dan analisis tranferensi. Selanjutnya dapat diambil langkah dengan
memberikan terapi hipnosis dan juga pemberian obat penenang ringan seperti
benzodiazepin untuk mengingat kembali berbagai kejadian.
12
DAFTAR PUSTAKA
Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi Abnormal: perspektif klinis
pada gangguan psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Kring, A. M., Johnson, S. L., Davison, G. C., Neale, J. M. (2012). Abnormal
psychology. United States of Amerika
Sutardjo, A., & Wiramihardja. (2015). Pengantar psikologi abnormal. Bandung: PT
Refika Aditama
13