Anda di halaman 1dari 3

1.

Definisi
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negatif yang
menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan nafas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama (Purnawan &
Saryono, 2010). Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (Brunner dan Suddarth, 2008).
Pada perkembangannya dewasa ini, alat bantu napas mekanik bukan saja sebagai
pengganti fungsi pompa dada, namun lebih luas lagi yaitu mengatasi gangguan ventilasi-
perfusi paru, sehingga dengan demikian alat bantu napas ini disepakati sebagai alat
penyelamat kehidupan pasien kritis yang memerlukan terapi intensif. Tujuan utama
tunjangan ventilasi mekanik adalah untuk menjamin ventilasi-oksigenasi yang adekuat,
mengurangi kerja napas, dan memperbaiki gangguan pertukaran oksigen di alveoli.
Fungsi ventilator umumnya antara lain, mengembangkan paru selama inspirasi, dapat
mengatur waktu dari inspirasi ke ekspirasi, mencegah paru untuk menguncup sewaktu
ekspirasi, serta dapat mengatur waktu dari fase ekspirasi ke fase inspirasi. Semua ventilator
mekanik canggih dilengkapi oleh monitor pengukur tekanan (pressure gauge), pembatas
tekanan untuk mencegah paru dari barotrauma (pressure limiting device), pengaman (alarm)
tekanan tinggi dan rendah, serta pengatur volum paru (spirometer).

2. Indikasi
Pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik yaitu :
1) Pasien dengan gagal nafas
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia
yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik.
Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum
terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan
ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa
udara karena distrofi otot).
2) Insufisiensi jantung
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan
primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan
konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung
juga berkurang.
3) Pasien yang membutuhkan bantuan bukan karena berhubungan dengan langsung
dengan sistem pernapasan, yaitu :
a. Pasien yang akan melakukan pembedahan berhubungan dengan ketidakstabilan
sirkulasi, asidosis metabolik dan hipotermia
b. Pasien yang membutuhkan kontrol tekanan intracranial seperti traumatic brain
injury atau hepatic enphalopathy;
c. Pasien yang membutuhkan perlindungan jalan napas seperti : aspirasi yang
berhubungan dengan kesadaran dan pemberian obat sedasi dan obstruksi atau
gangguan pada area pernapasan atas (facial trauma, acute epiglotis, tumor laring
dan bakteri akut faring)
d. Pasien yang membutuhkan pemantauan akibat imobilisasi dengan diagnostik kritis
seperti unstable spine fracture

Menurut Pontopidan (2006), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik


(ventilator) bila :
a. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
b. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg
c. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg
e. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB
Dapus :

Mangku, G., Senapathi, T.G., Wiryana, I.M., Sujana, I.B., Sinardja, K. 2010. Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media.

Viana W, Nawawi M. 2017. Ventilasi Mekanik. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran

Iwan, P. dan Saryono. 2010. Mengelola Pasien dengan Ventilator Mekanik. Jakarta: Rekatama.

Anda mungkin juga menyukai