Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3 SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Uraian Analisis

NAMA : MARNI
NIM : 030512455
UPBJJ : PEKAN BARU

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Jelaskan  permasalahan dan tantangan dalam pembangunan ekonomi Indonesia saat
pandemi covid 19!
2. Jelaskan  strategi pembangunan ekonomi Indonesia saat ini!

JAWABAN :
1. Pandemi Covid-19 melanda dunia, dan Indonesia termasuk di dalamnya. Indonesia
berjuang melawan Covid-19 dengan memodifikasi kebijakan karantina wilayah
(lockdown) menjadi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang bersifat lokal
sesuai tingkat keparahan di wilayah provinsi, kabupaten, atau kota. Selama masa
pandemi ini, perekonomian dunia dan Indonesia mengalami pelambatan.
Pemerintah dan lembaga kajian strategis memprediksi Indonesia tumbuh rendah
atau bahkan negatif di tahun 2020. Untuk itu, Pemerintah berupaya mengagendakan
kebijakan Normal Baru agar dampak ekonomi akibat pandemi tidak sampai
menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Kebijakan ini berhubungan dengan
perencanaan pembangunan dimana Pemerintah sudah menetapkan program,
target, dan major projects  di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024. Pemerintah perlu melakukan penelaahan kembali terhadap
rencana jangka menengah mengingat pada tahun 2020 semua program dilakukan
pengalihan fokus untuk penanganan Covid-19. Pemerintah mempunyai 3 alternatif
dalam perencanaan jangka menengah, apakah tetap dengan rencana semula,
melakukan revisi moderat, atau mengganti dengan rencana yang baru dengan
mendasarkan asumsi yang sudah diperbaharui dengan datangnya pandemi Covid-19
dan dampak ekonomi yang mengiringinya.
2. ektor konstruksi di Indonesia pun turut terdampak pandemi.
Pekerjaan konstruksi adalah
sektor padat karya dimana tingginya intensitas interaksi pekerja di
lapangan dinilai rentan terpapar
virus. Dampak pandemi Covid-19 yang bisa dirasakan secara
langsung pada sector konstruksi
adalah keterlambatan penyelesaian proyek, bahkan beberapa
proyek terhenti, peningkatan
anggaran proyek dan berpotensi terjadi sengketa kontrak. Di sisi
lain, ketersediaan rantai pasok
yang tidak lancar, material, peralatan dan tenaga kerja konstruksi
terhambat, yang mengakibatkan
adanya multiplier effect pada aspek sosio-ekonomi, seperti
pemutusan hubungan kerja dan
pemberlakuan pembatasan mobilisasi di berbagai daerah.
Permasalahan lain yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan yang
sedang berjalan adalah
proses pengawasan, baik pengawasan terkait mutu pekerjaan
maupun kepatuhan terhadap protokol
kesehatan. Dalam masa ini, pihak pengguna jasa (pemilik proyek)
dan penyedia jasa (konstraktor
dan konsultan) sama-sama mengalami masa sulit untuk bertahan
dalam menyelesaikan proyek
yang sedang berjalan. Namun demikian, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) tetap berkomitmen menyelesaikan pembangunan
infrastruktur dalam rangka menjaga
keberlanjutan kegiatan ekonomi.
Berkaitan dengan penetapan wabah Covid-19 sebagai Kejadian
Luar Biasa (KLB), upaya
pencegahan telah dilaksanakan Kementerian PUPR dengan
mengeluarkan Instruksi Menteri PUPR
No.02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19)
dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang disahkan pada
tanggal 27 Maret 2020. Hal ini
bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dalam penyelenggaraan
jasa konstruksi, Pengguna dan
Penyedia Jasa. Kementerian PUPR tetap berkomitmen
menyelesaikan pembangunan infrastruktur
dalam rangka menjaga keberlanjutan kegiatan ekonomi di tengah
merebaknya pandemi Covid-19.

II. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu prioritas utama
pemerintah, yang tentu
saja pelaksanaannya harus memperhatikan aspek keselamatan
kerja agar tidak terjadi kecelakaan
kerja yang berpotensi menghambat jalannya pembangunan
infrastruktur. Menteri PUPR, Basuki
Hadimuljono selalu memberikan perhatian atas penyelenggaraan
konstruksi yang aman sehingga
terwujud zero accident, salah satunya dengan membentuk Komite
Keselamatan Konstruksi, yang
bertugas sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020
dalam rangka melakukan
pengawasan konstruksi.
Berkaitan dengan terbitnya UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja di akhir tahun 2020
memberi dampak pada beberapa peraturan termasuk Undang-
Undang sektor Jasa Konstruksi,
salah satunya adalah UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi. Perubahan tersebut terlihat
dengan terbitnya peraturan pelaksanaan tingkat teknis (mikro),
dimana Kementerian PUPR
mengeluarkan 3 (tiga) Peraturan Menteri: Pertama Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi Peraturan Menteri PUPR Nomor 8 Tahun
2021 tentang Penilai Ahli,
Kegagalan Bangunan, dan Penilaian Kegagalan Bangunan; Kedua
Peraturan Menteri PUPR Nomor
9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi
Berkelanjutan; dan Ketiga Peraturan
Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi. Dilanjutkan dengan terbitnya
peraturan pelaksanaan tingkat menengah (meso), yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 2 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi.
Plt. Direktur Jenderal Bina Konstruksi Trisasongko Widianto saat
memberikan sambutan
dalam Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR Amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2020
tentang Peraturan Pelaksanaan
UU Nomor 2 Tahun 2017 pada Kamis (29/07/2021) secara daring,
mengungkapkan bahwa terbitnya
peraturan mikro dan meso ini, diharapkan menjadi acuan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
menerapkan Konstruksi Berkelanjutan, penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK), dan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan
(Standar K4) sebagai upaya mewujudkan infrastruktur yang
berkualitas. Pada setiap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa harus menerapkan SMKK
yang sesuai Standar K4. Untuk itu, Peraturan Menteri PUPR Nomor
10 Tahun 2021 yang diterbitkan
dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi, sehingga
penerapan SMKK di lingkungan pekerjaan konstruksi terlaksana
dengan baik.
Kesuksesan program Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK) pada proyek
konstruksi tidak terlepas dari peran aktif berbagai pihak, koordinasi
dan bekerja sama. Hal ini sudah
seharusnya menjadi prioritas utama dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi. Masing-masing pihak
memiliki tanggung jawab yang sama dan saling mendukung untuk
keberhasilan penyelenggaraan
jasa konstruksi yang ditandai dengan evaluasi positif dari
pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai