Disusun oleh :
KELOMPOK 5
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya sehingga
dapat menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk lebih
memahami tentang “HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN DAN BELAJAR 1”
penulisan makalah ini kami mendapat bantuan dari berbagai revisi materi dari dosen dan
website. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang
turut memudahkan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya dan bagi semuanya dan semoga apa yang saya bahas disini
dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan teman-teman semua
PENDAHULUAN
Belajar merupakan salah satu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik
dalam pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan
terbatas. Perumusan itu berlaku bagi segala macam kegiatan belajar dan tidak terbatas
pada salah satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu
perubahan pada anak. Terjadinya perubahan tersebut karena adanya pertumbuhan dan
perkembangan. Dan jika seseorang tidak dapat mengikuti pertumbuhan dan
perkembangan itu maka belajar seseorang akan kurang maksimal. Karena
perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan kearah yang lebih maju dan dewasa
dan perubahan-perubahan itu juga didukung dengan kematangan fisik seseorang atau
yang disebut dengan pertumbuhan. untuk itulah kami membuat makalah yang berjudul
“Hubungan antara perkembangan dengan belajar”, agar kita dapat lebih mudah
memahami hubungan antara perkembangan dengan belajar karena itu adalah salah satu
modal yang sangat penting kita kuasai saat kita akan mengajar atau belajar nanti.
BAB II
ISI
Perkembangan adalah suatu perubahan ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Secara
garis besarnya perkembangan adalah suatu proses, dalam perkembangan terdapat
beberapa aliran yaitu:
1. Aliran asosiasi
Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat bahwa hakikatnya perkembangan
itu adalah proses asosiasi. Salah satu tokoh yang terkenal adalah John Locke. Locke
berpendapat bahwa pada permukaan jiwa anak adalah bersih semisal selembar kertas
putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam
hal ini Locke membedakan adanya dua macam pengalaman yaitu:
a. Pengalaman luar yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indra, yang
menimbulkan sensasi.
b. Pengalaman dalam yaitu pengalaman yang mengenai keadaan dan kegiatan batin
sendiri, yang menimbulkan ”reflexion”.
Bagi para ahli yang mengikuti aliran Gestalt perkembangan adalah proses differensiasi.
Dalam proses differensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-
bagiannya adalah sekunder; keseluruhan ada lebih dahulu baru disusul oleh bagian-
bagiannya. Kalau kita ketemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita
saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus,atau
dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan,sebagai
gestalt; baru kemudian menyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti
misalnya baju yang baru, vulpen yang bagus, dahi yang terluka, dan sebagainya.
3. Aliran sosiologis
Aliran ini menganggap bahwa perkembangan adalah proses sosialisasi . James Mark
Badwin menerangkan perkembangan sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi
yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi berlangsung atas
dasar hukum efek (law off effect) tingkah laku pribadi diterangkan sebagai
imitasi.kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi adalah
peniruan terhadap orang lain. Baldwin berpendapat, bahwa ada dua macam peniruan
yaitu:
a. Nondeliberate imitation
b. Deliberate imitation
Misalnya anak-anak berrmain “peranan sosial” yaitu misalnya menjadi ibu, penjual
kacang, menjadi kondektur menjadi penumpang kereta api, dan sebagainya. Proses
peniruan ini terjadi pada tiga taraf, yaitu:
1. Taraf yang pertama yaang disebut taraf proyektif (projective stage); pada taraf ini
anak mendapatkan kesan mengenai model (objek) yang ditiru.
2. Taraf yang kedua disebut taraf subyektif (subjective stage); pada taraf ini anak
cenderung untuk meniru gerak-gerakan, atau sikap model atau obyeknya.
3. Taraf ketiga disebut taraf eyektif (ejective stage); pada taraf ini anak telah menguasai
hal yang ditirunya itu; dia dapat mengerti bagaimana orang merasa, berangan-angan,
berpikir dan sebagainya.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
1. Nativisme
2. Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat yang langsung
bertentangan dengan pendapat aliran nativisme. Aliran Empirisme berpendapat bahwa
perkembangan itu semata-mata bergantung kepada faktor lingkungan, sedangkan dasar
tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama daripada aliran ini adalah John
Locke.
3. Konvergensi
Paham ini berpendapat, bahwa didalam perkembangan individu baik dasar atau
pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat kemungkinan telah
ada pada masing-masing individu, tetapi bakat yang tersedia perlu menemukan
lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya anak sulung, anak bungsu,
anak tunggal, anak yang semua saudaranya berlainan jenis dengan dia sendiri, dan
sebagainya, mereka itu menunjukan sifat-sifat yang khas bukan karena keturunan tetapi
kedudukan mereka dalam struktur keluarga yang khas, yang menyebabkan adanya sikap
yang khas dari orang-orang tua mereka serta anggota-anggota keluarga yang lain yang
lebih dewasa.
Kemiripan yang ada antara anak-anak dengan orang tua mereka tidaklah berakar pada
dasar atau keturunan, melainkan berakar pada lingkungan, yaitu peniruan dalam
perkembangannya anak menirukan orang-orang yang lebih dewasa dan pergaulannya
terutama dengan orang tuanya, maka yang dijadikan objek atau model peniruan adalah
orang tuanya.
Langeveld secara fenomenologis mencoba menemukan hal-hal yang memungkinkan
perkembngan anak menjadi dewasa, ada empat azas dalam perkembangan yaitu:
a. Asas biologis
b. Asas ketidak-berdayaan
c. Asas keamanan
d. Asas Eksplorasi
Kenyataan pertama anak adalah makhluk hidup, maka dia berkembang. Supaya
perkembangan anak berlangsung dalam rangka normal, maka keadaan biologisnya
harus normal. Anak yang keadaan biologisnya cacat akan menunjukan kelainan-
kelainan dalam perkembangan mereka. Terutama pada anak-anak yang masih muda
dipenuhinya secara normal kebutuhan-kebutuhan biologis merupakan hal yang mutlak,
anak yang kekurangan makanan misalnya akan penyakitan, hal ini akan mengakibatkan
lebih lambat perkembangannya.
Kenyataan kedua bahwa pada waktu dilahirkan anak manusia jauh sangat tidak berdaya
jika kita bandingkan dengan anak hewan. Kalau hewan hidup menggunakan instinkna
karena hal demikian secara hakikatnya diperlukan untuk menjamin keberadaan didunia
ini.
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsiorgan
jasmaniah,perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang
oleh organ-organ fisik. Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), perkembangan secara luas
menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan
tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.Perkembangan pada
prinsipnya merupakan rentetanperubahan jasmani dan rohani (fisio-psikis) manusia
yang menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Proses-proses perkembangan yang
berkaitan dengan kegiatan belajar diantaranya:
1. Motor
Development (Perkembangan Motor) Siswa
Dalam psikologi, motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan,
dan kegiatan yang melibatkan pada otot-otot dan gerkan-gerakannya, juga kelenjar-
kelenjar dan sekresinya. Dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang menigkatkan
atau menghasilkan stimulasi / rangsangan terhadap organ-organ fisik. Motor
Development (perkembangan motor) merupakan perkembangan progresif dan
berhubungan dengan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills). Keterampilan
motorik (Motor skill). Orang yang memiliki keterampilan motorik mampu melakukan
suatu gerak-gerik jasmani dalam
urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
anggota badan secara terpadu.
b. Pertumbuhan otot-otot
c. Perkembangan
dan pertumbuhan fungsi kelenjar-kelenjar endoktrin (endocrine glands).Kelenjar
endokrin secara umum merupakan kelenjar dalam tubuh yang memproduksi dalam
hormon yang disalurkan ke seluruh bagian dalam tubuh melalui aliran darah. Lawan
endokrin adalah eksokrin (excocrine) yang memiliki pembuluh tersendiri untuk
meyalurkan hasil sekresinya (proses pembuatan cairan atau getah)seperti kelenjar ludah
(Gleitman, 1987). Perubahan
fungsi kelenjar akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang
remaja terhadap lawan jenisnya.
Pengaruh Perubahan fisik seseorang juga tampak pada sikap dan perilaku terhadap
orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self concept) siswa
tersebut. Self concept ialah totalitas sikap dan presepsi seseorang terhadap dirinya
sendiri.
a. Pengetahuan: Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan
b. Pemahaman: mencakup pengetahuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari
c. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menagkap kaidah atau metode bekerja pada
suatu kasus/ problem yang konkret atau baru
e. Sintesis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru
f. Evaluasi: mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu atau beberapa hal,
bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
Pada umumnya bayi yang berusia dibawah usia 18 bulan, belum memiliki Object
permanence. Artinya benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia
dengar selalu dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada ditempat lain.
Ketika seorang bayi berinteraksi dengan lingkungannya, ia akan mengasimilasi sekema
sensori motor sedemikian rupa dengan mengarahkan kemampuan akomodasi yang ia
miliki hingga mencapai ekuilibrium yang memuaskan kebutuhannya. Pada fase ini
aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman langsung dari panca indra.
Pada tahap ini anak akan merepresentasikan dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Kata-kata dan gamabar-gambar ini menunjukan adanya penigkatan pemikiran simbolis
dan melampaui hubungan informasi dan sensor dan tindak fisik. Perkembangan ini
bermula ketika anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai object permanence.
Sekema kognitif anak yang masih terbatas itu ialah bahwa pengamatan dan pemahaman
anak terhadap situasi lingkungan yang ia tanggapi sangat ditanggapi oleh
watak egocentrism. Maksudnya anak tersebut belum bisa memahami pandangan-
pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangannya sendiri. Gejala ini
disebabkan masih terbatasnya conservation (koservasi/pengekalan) yakni operasi
kognitif yang berhubungan dengan pemahaman anak terhadap aspek dan dimensi
kuantitatif materi lingkungan yang ia respon.
Anak saat ini dapat berfikir seara logis tentang peristiwa yang konkrit dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Pada fase ini
bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan peraturan yang berlaku dan anak masih
berpikir harfiah sesuai dengan
tugas-tugas yang diberikannya.
Pada tahap konkret operasional terdapat system operasi kognitif yang meliputi:
1). Conservation
2). Addition of classes
Pada fase ini, anak telah mampu mengembangkan pola-pola berpikir formal, mampu
berpikir logis, rasional, dan bahkan abstrak.Mampu menangkap arti simbolis, kiasan dan
menyimpulkan suatu berita dan sebagainya.
Piaget dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seorang anak, terutama
ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.Sementara itu, lingkungan social
adalah pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah kognitif anak tersebut
secara aktif.
Teori dua tahap perkembangan moral versi piaget, yang antara tahap pertama dan kedua
diselingi dengan masa transisi, yaitu;
1. Realisme Moral,
(dalam tahap perkembangan kognitif pra-operasional) yang berlangsung pada usia
4-7 tahun dengan cirri khas: memusatkan pada akibat-akibat perbuatan,aturan-aturan
dipandang tak berubah, dan hukum atas pelanggaran bersifat
otomatis
2. Masa Transisi,
(dalam tahap perkembangan konkret-operasional) yang berlangsung pada usia 7-10,
memiliki cirri khas: perubahan secara bertahap kearah pemikiran moral tahap ke
dua.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral
siswa ditekankan perlunya Conditioning (pembiasaan merespon) dan
Imitation (peniruan).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://karyatulisku.com/hubungan-antara-perkembangan-dengan/