Disusun Oleh:
1. Michael Jersy Theofilos (20090000184)
2. Azalia Prasanna Putri Amani (20090000191)
3. Desy Ayu Al Fitriani (20090000192)
4. Muhammad malvino pratama (20090000222)
FAKULTAS PSIKOLOGI
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Yang Maha kuasa, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Psikodiagnostik mengenai tes individual dan kelompok. Atas
dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak
terima kasih
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karna keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Psikodiagnostik berasal dari dua kata, yaitu psikologi dan diagnostik . Psikologi adalah
ilmu tentang prilaku manusia. Sedangkan Diagnostik adalah mencari tahu. Bisa disimpulkan
psikodiagnostik ini adalah ilmu tentang mencari tau masalah psikologi yang muncul.
Psikodiagnostik ini mucul di latar belakangi oleh kebutuhan klisis, yang dieksiskan oleh
Herman Rorschach. Dalam mendiagnosa seorang individu, Herman membuat sebuah tes yang
dinamkan “Test Rorschac”. Test Rorschach adalah suatu test yang berupa bercak tinta, yang
diteteskan pada kertas sehingga memunculkan bentuk gambar yang simetris. Lalu
subjek/individu yang ditest diminta untuk mengiterpretasikan gambar tersebut. Beberapa
Psikologi menggunakan test ini untuk memeriksa kepribadian seseorang.
Dalam perkembangannya kemudian pengertian psikodiagnostik kini, bukan lagi
terbatas pada menegakkan diagnosa seperti yang diuraikan diatas, tetapimenjadi lebih luas dan
umum sebagai proses logik yang bertahap dan sistematik dalam pemeriksaan psikologi untuk
tujuan memahami kepribadian seseorang yang diperiksa. Jadi diagnostik dalam pengertian
dibidang psikologi sekarang ini bukan hanya berarti mengklasifikasikan gangguan tingkah
laku/kepribadian yang ada, tetapi lebih luas dari itu dapat dikatakan sebagai pengertian
membuat deskripsi tentang kepribadian individu, baik dari segi struktur maupun dinamikanya.
Karena itu sebagai konsekuensinya dalam psikodiagnistik akan tercermin pula
pembahasan tentang proses pemeriksaan psikologi, teknik dan cara dalam pemeriksaan, cara
pengadministrasian pemeriksaan psikologi dan cara menginterprestasikannya, sampai dengan
proses pengambilan kesimpulan tentang kepribadian orang yang diperiksa. Yang perlu
diperhatikan adalah tahapan dalam pemeriksaan psikologi yang mengikuti aturan yang baku
baik secara keseluruhan maupun secara khusus bila menyangkut materi pemeriksaan
psikologinya.
Dalam Psikodiagnostik untuk menilai seseorang atau sekelompok orang dilakukan
melalui tiga hal yang disebut levy dengan istilah psychodiagnostic matrix,yaitu
tes,interview,dan observasi. Tes merupakan salah satu cara untuk sampai pada penelitian
terhadap seseorang,namun tes bukan satu-satunya cara, dan bukan pula hanya sebagai alat
bantu. Sedangkan interview/wawancara adalah alat untuk memperoleh invormasi yang dapat
dilakukan dalam berbagai setting untuk keperluan yang umum maupun khusus. Selanjutnya
observasi atau pengamatan adalah cara lain untuk melakukan assesment yaitu kegiatan
mengenali dan memahami irang lain dengan menggunakan metode-metide ilmiah.
Adapun alat tes yang digunakan dalam psikodiagnostik dapat dibedakan menjadi 2
jenis. Yang pertama adalah tes individu yang dilakukan terhadap satu orang pada satu waktu
tertentu. Sedangkan yang ke 2 adalah tes kelompok yang dilakukan pada banyak orang
sekaligus pada satu waktu atau waktu yang sama.
4
Tes individu pada dasarnya memiliki beberapa jenis-jenis tes yg mencakup pada
individual antara lain tes kepribadian, tes intelegensi, tes kemampuan, dll. Sedangkan Tes
kelompok adalah tes yang dapat melayani sekelompok testi dalam sewaktu-waktu.
B. Rumusan Masalah
Apakah pengertian tes individu dan kelompok ?
Apa saja tes yang termasuk dalam tes individu ?
Apa saja tes yang termasuk dalam tes kelompok ?
Apa kekurangan dan kelebihan dari tes individu dan tes kelompok ?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian tes individu dan kelompok
Mengetahui tes yang termasuk dalam tes individu
Mengetahui tes yang termasuk dalam tes kelompok
Mengetahui kekuarangan dan kelebihan dari tes individu dan tes kelompok
D. Manfaat Penulisan
Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang tes individu dan tes kelompok
Memahami tentang penulisan yang baik dan benar dalam tes individu dan tes kelompok
5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Tes Individual
1. Pengertian
Tes Individu Dilakukan terhadap satu orang pada satu waktu tertentu. Dalam
pelaksanaannya lebih berfokus pada global atau holistic serta tester berhadapan
langsung dengan testee, tujuan utama tes individu yaitu untuk mengukur
kemampuan umum (general trait) dari individu, Time consuming, Observasi
terhadap testee bisa dilakukan dengan lebih intensif, Skor tidak tergantung pada
kemampuan membaca testee.
6
menjadi lima faktor dan dua bidang (verbal dan non verbal)
sehingga menghasilkan 10 subtes. Kelima faktor tersebut
adalah: Fluid Reasoning, Pengetahuan, Penalaran
Kuantitatif (tes kuantitatif, rangkaian angka), Penalaran Visual-
Spasial (melipat kertas, mengkopi), Working Memory (memori
kalimat, memori sajian urutan benda).
Skala Kaufman
Skala Kaufman terdapat 2 jenis, yaitu:
Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC)
Skala-skala inteligensi dalam baterai (rangkaian) ini
adalah Sequal Processing Scale dan Simulation
Processing Scale. Sequal Processing Scale yaitu skala
yang mengungkap abilitas atau kemampuan untuk
memecahkan permasalahan secara bertahap dengan
penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal
diantara stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun
visual harus ditangni secara berurutan agar tercapai
performansi yang optimal. Dalam K-ABC kemampuan
ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana
subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam
urutan sama dengan urutan nama yang disebut oleh
penguji.
Simulation Processing Scale yaitu skala yang bertujuan
mengungkap kemampuan anak dalam memecahkan
permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan
memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang
sama. Permasalahan yang diajukan sering kali bersifat
analogi atau mengandung aspek spasial. Baik berwujud
perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya
menghendaki pengerahan daya sintesis simultan agar
tercapai penyelesaian yang benar. Dalam K-ABC,
stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan bercak
tinta yang disajikan separuh selesai (Gestalt Completion)
dan analogi visual yang umumnya abstrak (Matrix
Analogies). Baterai (rangkaian) dalam skala ini juga
menyajikan kombinasi Sequantial dan Simultaneous
Processing yang masing-masing disebut Mental
Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan
non-Verbal Scale. Skor pada kesemua skala dalam K-
ABC memiliki mean 100 dan unit SD sebesar 15 agar
dapat dibandingkan langsung satu sama lain dan dengan
ukuran inteligensi lain.
7
Tes ini dilaksanakan secara individual untuk anak-anak
dan remaja untuk usia 3-18. tujuannya yaitu untuk
mengurangi perbedaan skor antara anak-anak dari
kelompok etnis dan budaya yang berbeda.
8
Objek, kebenaran jawaban dan kecepatan menjawab sangat
diperhitungkan. Jawaban yang benar akan tetapi diberikan
setelah batas waktu yang dibolehkan tidak akan mendapat skor.
Semakin cepat penyelesaian diberikan, skornya akan semakin
tinggi.
WISC
Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan
tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-
anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12
subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai
persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Keduabelas
subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu
skala Verbal (verbal) yang terdiri dari information (informasi),
comprehension (pemahaman), arithmetic (hitungan), similiarites
(kesamaan), vocabulary (kosakata), dan digit span (rentang
angka). Golongan kedua adalah skala performansi
(performance) yang terdiri dari picture completion (kelengkapan
gambar), picture arrangement (susunan gambar), block design
(rancangan balok), object assembly (perakitan objek), coding
(sandi), mazes (taman sesat).
Melalui prosedur pemberian skor yang telah ditentukan,
setiap subjek akan memperoleh skor pada masing-masing
subtes. Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk
angka standar melalui tabel norma sehingga akhirnya diperoleh
suatu angka IQ –deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-
deviasi untuk skala verbal dan satu angka IQ-deviasi untuk skala
performansi, dan satu angka IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.
b. Tes Inventori
Rorschach
Dalam tes ini, klien diperlihatkan sepuluh kartu dengan
bentuk ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir simetris. 5
kartu berwarna hitam, putih dan abu-abu yang berbayang,
sedangkan 5 kartu lainnya memiliki warna. Tes ini mengevaluasi
emosi-emosi yang dialami klien dalam hidupnya, tingkat
intelektual dan membantu menjelaskan komponen-komponen
kepribadian seseorang.
Dasar Pemikiran Tes Rorschach:
Asumsi
ada hubungan antara persepsi dengan kepribadian.
Bercak tinta
ambigous dan unstructure, yaitu persepsi personal,
spontan dan tidak dipelajari.
Tujuan utama
9
mendeskripsikan kepribadian seseorang secara
keseluruhan (Gestalt).
Thematic Apperception Test (TAT)
TAT didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang
melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh motivasi internal
dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press
(tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya
akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan
lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema
merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman
kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu
perilaku unik (khas) seseorang.
Dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena
menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang
ambigu dan klien yang harus menceritakan sebuah cerita dari
gambar yang tertera. Tugas klien adalah menceritakan apa yang
sedang terjadi saat ini, sebelumnya (situasi apa yang
menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan
perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan bagaimana
akhir dari cerita yang dibuat klien.
Metode dengan menggunakan kartu bergambar seukuran
4 X 6 inchi. Diberikan masing – masing, pria dan wanita, 5 jenis
kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong.
TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan
kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah
laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose. Manfaat khusus
TAT, Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan
langkah pertama dalam psikoanalisa.
B. Tes Kelompok
1. Pengertian
Dilakukan pada banyak orang sekaligus pada satu waktu atau waktu yang sama,
fokusnya lebih sempit, yaitu untuk memprediksi kinerja akademik atau profesi,
skor tes sangat tergantung pada kemampuan membaca testee, validitasnya lebih
10
tinggi, lebih sering digunakan untuk proses screening (pendidikan atau
pekerjaan).
a. Tes Inteligensi
IST
Tes ini terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan secara struktur, dimana dari struktur tersebut
menggambarkan pola kerja tertentu. Tes ini cocok untuk
digunakan dalam memahami diri dan pengembangan pribadi,
merencanakan pendidikan dan karir serta membantu dalam
pengambilan keputusan hidup seseorang.
Terdiri dari 9 subtes yang keseluruhannya berjumlah 176
item. Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang
berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan
manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap
interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan subtes saling
berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan
interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer
dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
CFIT
Tes yang dikembangkan oleh R.B. Cattel pada tahun
1920, pernah melakukan beberapa kali revisi untuk
meningkatkan validitas. Pada tahun 1949, skala yang digunakan
tes ini mengalami perubahan. Sejak itu skala tes yang ada
dipakai hingga sekarang.
CFIT mengukur inteligensi individu dalam suatu cara
yang direncanakan untukmengurangi pengaruh kecakapan
verbal, iklim kebudayaan dan tingkat pendidikan (Cattell dalam
Kumara, 1989). Alasannya yaitu perbedaan kebudayaan dapat
mempengaruhi performance test (hasil), sehingga
dikembangkan tes yang adil budaya (culture fair) antara lain
CFIT.
11
Untuk peserta tes usia 16-74 tahun. MAB-II
menghasilkan 10 skor subtes, serta IQ verbal, kinerja, dan skala
penuh.
Tes Kemampuan Kognitif (CogAT – Cognitive Abilitiy Test)
CogAT merupakan salah satu tes kombinasi terbaik
berbasis sekolah yang digunakan saat ini (Lohman & Hagen,
2001).
Sembilan subtes CogAT mencakup Tes Kombinasi
Verbal, Tes Kombinasi Kuantitatif, dan Tes Kombinasi
Nonverbal.
Matriks Progresif Raven (RPM)
Merupakan tes nonverbal penalaran induktif yang di
dasarkan pada stimuli ber-gambar. RPM bermanfaat sebagai
pengujian tambahan untuk orang-orang yang memiliki
kelemahan pendengaran, bahasa, dan fisik.
b. Tes Inventory
PAPI
Tes PAPI Kostik di buat oleh Guru Besar Psikologi
Industri asal Massachusetts, Amerika, Dr. Max Martin Kostick,
pada awal tahun 1960. PAPI Kostick mengukur dinamika
kepribadian (psychodynamics) dengan memperhatikan
keterkaitan dunia sekitarnya(environment) termasuk perilaku
dan nilai perusahaan(values) yang diterapkan dalam suatu
perusahaan atau situasi kerja dalam bentuk motif (need) dan
standar gaya perilaku menurut persepsi kandidat (role) yang
terekam saat psikotest. Secara singkat, PAPI Kostick
merupakan laporan inventori kepribadian (self report inventory),
terdiri atas 90 pasangan pernyataan pendek berhubungan dalam
situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek keribadian yang
dikelompokkan dalam 7 bidang: kepemimpinan (leadership),
arah kerja (work direction), aktivitas kerja (activity), relasi social
(social nature), gaya bekerja (work style), sifat temperamen
(temperament), dan posisi atasan-bawahan (followership).
DISC
Sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya
kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton
Marston. Dalam penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini
telah membuka wawasan dan pemikiran, baik secara profesional
maupun secara personal. Seperti umumnya alat-alat tes sejenis
(termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk
kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian
dalam proses penerimaan tentara AS pada tahun-tahun
menjelang Perang Dunia II. Setelah keandalannya terbukti,
12
kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan
rekrutmen yang lebih umum.
DISC personality system merupakan bahasa universal
mengenai perilaku. Penelitian mengelompokkan karakteristik
perilaku dalam empat bagian utama yang disebut sebagai gaya
kepribadian. Orang dengan gaya yang serupa cenderung
menampilkan ciri perilaku yang mirip. Setiap individu memiliki
keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut intensitasnya.
DISC merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti
Dominant (D), Influencing (I), Steadiness (S),
Conscientiousness (C).
EPPS
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule)
merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian
seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H.
A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki
manusia.
EPPS umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu
tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi,
penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam
mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada
satu item saja yang terlewatkan maka interpretasi secara akurat
tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan secara
individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya adalah
untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang
normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang
ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-
pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek
adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan
pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan
dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau
konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten
dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar
konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia
konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor
(Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
c. Tes minat
RMIB
Menurut sejarahnya, tes tersebut disusun oleh Rothwell
pertama kali pada tahun 1947. Saat itu tes ini hanya memiliki 9
13
jenis katagori dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian
pada tahun 1958, tes diperluas dari 9 katagori menjadi 12
katagori oleh Kenneth Miller. Sejak saat itu, tes minat tersebut
menjadi Test Interest Rothwell-Miller atau yang lebih dikenal
dengan Tes RMIB (Rothwell Miller Interest Blank).
Tes ini sebenarnya bertujuan mengenal pasti minat
individu terhadap 12 kategori pekerjaan yaitu kategori Outdoor,
Mechanical, Computational, Scientific, Personal Contact,
Aesthetic, Literary, Musical, Social service, Clerical, Practical,
Medical.
Jumlah skor yang terkecil menunjukkan bidang minat
yang utama yang menjadi pilihan individu yang mengambil
ujian ini, manakala jumlah skor yang terbesar menunjukkan
bidang minat tersebut paling tidak penting kepadanya (Sidek,
1998).
Alat tes ini banyak digunakan untuk dunia pen
didikan misalnya
penjurusan di SMA dan Perguruan Tinggi,
serta dapat digunakan untuk dunia kerja dalam penentuan
posisi jabatan seseorang (placement).
Holland
Tes holland berefleksi tentang jaringan hubungan antara
tipe-tipe kepribadian dan antara model-model lingkungan yang
dituangkan dalam bagan yang disebut Hexagonal Model dan
model ini menggambarkan aneka jarak psikologis antara tipe-
tipe kepribadian dan model-model lingkungan. Holland juga
mengatakan bahwa orang dapat di golongkan ke dalam salah
satu dari 6 jenis kepribadian.
Model Orientasi oleh John L. Holland
Realistic (R) : Biasanya menyukai kegiatan di luar
ruangan dengan peralatan atau mesin, seperti petani, ahli
elektronik, dll. Orang dengan tipe seperti ini biasanya
memiliki sifat mudah menyesuaikan diri, tenang, teguh
dalam pendirian.
Investigative (I) : Biasanya orang dengan tipe ini
menyukai kesendirian dalam pekerjaan maupun
memecahkan masalah. Tipe ini menyukai eksplorasi dan
berusaha memahami sesuatu kejadian dibandingkan
memaksakan sesuatu kepada orang lain. Memiliki sifat
analitis, hati-hati, kritis, dll. Contohnya adalah ahli
biologi.
Artistic (A) : Orang tipe artistic memiliki keahlian seni,
menyenangi pekerjaan orisinil, menyukai pekerjaan
dengan unsur ide daripada keteraturan. Memiliki sifat
14
emosional, kurang teratur, intuitif. Contohnya adalah
composer, musisi, penari.
Social (S) : Biasnya menyukai keberadaan dirinya dalam
soial, tertarik bergaul dengan situasi sosial, dan suka
membantu permasalahan orang lain. Memiliki sifat
ramah, sopan, ringan tangan untuk membantu.
Contohnya seperti guru, terapis, psikolog.
Enterprising (E) : Memiliki jiwa kepemimpinan,
kemampuan berbicara di depan umum, senang
mempengaruhi orang lain. Cirinya menyukai perhatian
dominasi, energik, terbuka. Contohnya seperti Pedagang.
Conventional (C) : Tipe ini menyukai rutinitas yang
teratur, bekerja sesuai standar. Pribadi ini senang dengan
kepatuhan, kesadaran, kehati-hatian. Contohnya seperti
analis keuangan, pegawai perpustakaan, banking.
15
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes Individual adalah tes yang dilakukan terhadap satu orang pada satu waktu
tertentu. Sedangkan tes kelompok adalah tes yang dilakukan pada banyak orang
sekaligus pada satu waktu atau waktu yang sama, namun fokusnya lebih sempit, yaitu
untuk memprediksi kinerja akademik atau profesi. Setiap tes memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Tes kelompok akan memicu kecemasan yang berlebih
kepada orang-orang yang sulit untuk menyesuaikan diri namun dapat lebih efisien
dalam penggunaan waktu dan biaya. Sedangkan dengan tes individual kita dapat lebih
memahami perbedaan antar individu namun hasil yang didapat tidak dapat
digeneralisasikan pada kelompok.
B. Saran
Dengan mengikuti beberapa tes psikologi kita dapat memahami diri kita lebih
dalam lagi. Mengerjakan tes dengan apa adanya sehingga hasil yang muncul atau
didapatkan akurat dan sesuai.
16
DAFTAR PUSTAKA
Deti, Nurhasanah, (2018). Tes Individu VS Tes Kelompok Teori dan Jenis,
https://nurhasanahdeti.blogspot.com/2018/01/tes-individu-vs-tes-kelompok-teori-
dan.html?m=1 dikses pada 19.30
Anne, Anastasi, Susaba Urbina (2007). Tes Psikologi. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT indeks.
Gregory, Robert J.( 2013).Tes Psikologi. Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta: PT Erlangga.
17