Anda di halaman 1dari 33

KLASIFIKASI TES PSIKOLOGI

Makalah

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pengantar Asesmen Psikologi yang diampu
oleh:

Bapak Jasmadi, S. Psi., M. A., Psikolog

Oleh :

Athaya Luthfiyah Arisda

NIM : 210901026

FAKULTAS PSIKOLOGI

3UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa,
yang karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Klasifikasi Tes Psikologi” ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam juga kami
sanjungkan ke pangkuan Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam
kebodohan menuju ke alam yang berilmu pengerahuan seperti sekarang ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Jasmadi, S. Psi., M. A., Psikolog, selaku
dosen pengampu mata kuliah ini yang senantiasa membimbing penulis, dan penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sesuai
yang diharapkan. dan dapat dijadikan referensi bagi penulis selanjutnya.

Penulis menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 10 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................... Ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................. 5

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................... 6

BAB III
KESIMPULAN.............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 32

3
No & Berdasarkan Aspek Berdasarkan Mazhab Berdasarkan Jumlah Berdasarkan Cara
Klasifikasi yang Diukur yang Melandasi Subjek Penyelesaiannya
Ability Non Tes Tes Non Individual Klasikal Verbal Non Verbal
Test Ability Proyektif Proyektif (Performance)
Test
1. TIKI TAT DAM TIKI WAIS IST IST PAULI
2. IST 16 PF BAUM IST BINET TES WARTEGG
RAVEN
3. BINET EPPS
4. CFIT MMPI
5. WISC RO
6. WAIS KRAP
ELIN
7. WPPSI DAP
8. SPM
9. CPM
10. APM
11. FACT
12. SON

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel
dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan antar
individu atau juga mengukur reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda (Anastasi &
Urbina, 1997).
Penggunaan tes psikologi saat ini menjadi suatu bagian yang sangat penting dalam
pengukuran terhadap individu. Tes psikologi berperan sebagai alat untuk menggali atribut
psikologi individu.

Tes psikologi berperan sebagai alat untuk menggali atribut psikologi individu. Terdapat
tujuh jenis tes psikologi yang beragam tergantung tujuan pengukurannya. Pertama, tes
intelegensi untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum. Kedua, tes bakat
untuk mengetahui bakat atau potensi khusus seseorang. Ketiga, tes kreativitas untuk mengukur
kapasitas individu untuk menemukan solusi yang tidak biasa dan tidak terduga khususnya
dalam memecahkan masalah yang masih samar. Keempat, tes kepribadian untuk mengukur
trait, kualitas, atau perilaku yang menunjukkan individualitas seseorang. Kelima, tes prestasi
untuk mengukur pencapaian individu setelah mempelajari sesuatu. Keenam, tes inventori minat
untuk mengukur kecenderungan seseorang pada aktifitas atau topik-topik tertentu. Dan
terakhir, tes neuropsikologi untuk mendapatkan data mengenai keluhan gangguankognitif
(Gregory, 2004).

Hasil tes psikologi digunakan sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan.
Informasi individu yang digali melalui suatu tes psikologi dapat menjadi prediktor yang
meramalkan performa individu dalam suatu tugas. Oleh karena itu tes psikologi yang akan
dipergunakan harus memenuhi kualitas psikometri yang baik agar dapat diterapkan dalam
mengukur suatu atribut psikologi pada individu (Murphy, 2005).

B. Rumusan Masalah
• Apa saja macam-macam tes psikologi berdasarkan aspek yang diukur?

C. Tujuan Penulisan
• Untuk mengetahui macam-macam tes psikologi berdasarkan aspek yang diukur.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. BERDASARKAN ASPEK YANG DIUKUR (ABILITY VS NON ABILITY)

1. Ability Test (Tes Kemampuan)


Tes kemampuan (ability test) adalah tes yag digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan (ability) seseorang. Tes ini digunakan untuk mendeferensiasikan tingkatan
kemampuan individu dalam populasi. Tes kemampuan menggambarkan potensi yang dimiliki
oleh peserta tes. Tes kemampuan (ability test) didesain untuk menyeleksi peserta test mengenai
kemampuan tertentu, seperti ketelitian, kecepatan, keakuratan, kelogisan dalam berpikir,
kemampuan mengikuti instruksi dan lain-lain.

Ciri-ciri tes kemampuan (Ability test)


Secara umum, ciri-ciri tes kemampuan adalah sebagai berikut:
1. Pengerjaannya dibatasi oleh waktu (peserta tes perlu menyadari ada berapa soal yang
harus dijawab dan berapa waktu yang disediakan, berhati-hati dalam mengalokasikan
waktu untuk menjawab setiap pertanyaan).
2. Lebih banyak tes kemampuan terdiri dari pilihan ganda dan membutuhkan yang
jawaban pendek.
3. Terkadang lembar jawaban dan buku soal dipisah.
4. Jawaban yang tersedia hanya memiliki satu jawaban benar.
5. Tingkat kesukaran biasanya meningkat dari soal awal hingga akhir
6. Membutuhkan kecepatan dan akurasi. Terkadang akurasi lebih penting dari kecepatan,
namun jika Anda stuck pada sebuah pertanyaan, lewati saja dan balik lagi, jika masih
ada waktu. Kadang-kadang penilaian didasari juga oleh jawaban yang salah (misal,
setiap jawaban salah nilai berkurang 1).

Bagian-bagian Tes Kemampuan (Parts of Ability Test)


Tes kemampuan terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:
1. Tes kemampuan verbal reasoning (melakukan evaluasi kritis terhadap informasi
tertulis)
2. Tes kemampuan numerical reasoning (interpretasi logis dari informasi numerik dan
statistik)

6
3. Tes kemampuan comprehension (pemahaman bahasa)
4. Tes kemampuan abstract, mechanical, atau spatial reasoning (pattern recognition)
5. Tes kemampuan information checking (memeriksa error/perhatian terhadap detail)
6. Tes Kemampuan following logical instructions
7. Tes kemampuan kecepatan mempelajari dan menjadi terampil pada hal-hal baru.
Banyak alat inteligensi yang digunakan untuk mengukur inteligensi menurut salah satu
pandangan. (Nuraeni, 2012) mengemukakan bahwa hingga kini telah banyak tes inteligensi
yang disusun oleh para ahli baik tes inteligensi, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Tes inteligensi juga beraneka ragam, baik disajikan secara individual maupun secara kelompok,
tes verbal dan tes performansi, maupun tes inteligensi untuk orang cacat khusus misalnya tuna
rungu dan tuna netra. Beberapa bentuk tes inteligensi antara lain:
1. Tes inteligensi untuk anak-anak, seperti tes Binet, WISC, WPPSI, CPM, CFIT skala
1 & 2, dan TIKI dasar.
2. Tes inteligensi untuk remaja hingga dewasa, seperti TIKI menengah, TIKI tinggi,
WAIS, SPM, APM, CFIT skala 3.
3. Tes inteligensi untuk tuna rungu seperti, tes SON.

1. TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia)


Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI) adalah salah satu rangkaian tes untuk menentukan
tingkat kecerdasan individu. TIKI adalah alat ukur yang dibuat dari kerjasama fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung dan “Department of Industrial and Organizational
Psychology and Test Development, Vrije Universiteit (UV)” di Amsterdam. Penanggung jawab
dalam proyek ini adalah Prof. Dr. P. J. D. Drent dari UV dan B. Dengah, Dipl. Psych. dari UNPAD.
Sub tes TIKI dasar :
• berhitung angka
• gabungan bagian,
• eksklusi gambar,
• hubungan kata,
• membandingkan gambar,
• labirin,
• berhitung huruf,
• mencari pola,
• eksklusi kata,
• mencari segitiga.

Sub tes TIKI menengah:

7
• berhitung angka,
• gabungan bagian,
• eksklusi gambar,
• hubungan kata,,
• berhitung soal,
• meneliti,
• membentuk benda,
• konklusi kata,
• bayangan cermin,
• berhitung huruf,
• membandingkan benda,
• pembentukan kata.

Sub tes TIKI tinggi:


• berhitung angka
• gabungan bagian
• hubungan kata
• abstraksi non verbal
• deret angka
• meneliti,
• membentuk benda,
• konklusi kata,
• bayangan cermin,
• analogi kata,
• bentuk tersembunyi,
• pembentukan kata.

✓ Tes ini terdiri dari tiga kelompok yaitu TIKI dasar untuk Sekolah Dasar sampai SMP
kelas II, TIKI menengah untuk siswa SMP kelas III dan SMA dan TIKI tinggi untuk
mahasiswa dan orang dewasa (Nur’aeni, 2012).
✓ Alat tes ini dilakukan minimal oleh sarjana Psikologi.
✓ Dalam pengetesan biasanya per-alatan yang digunakan adalah Buku soal yang terdiri
dari 10 subtest lembar jawaban.
✓ Bentuk tes TIKI yaitu bentuk buku yang di dalamnya terdapat beberapa sub
tes tergantung tipe TIKI-nya apakah TIKI-D, TIKI-M, atau TIKI-T.
✓ Bisa digunakan individual atau klasikal. TIKI memiliki
bentuk singkat (short form) yaitu terdiri dari empat sub tes.

8
✓ Total waktu 100 menit untuk mengerjakan semua sub tes TIKI dan total waktu 41 me
nit untuk mengerjakan TIKI bentuk singkat , ditambah dengan waktu instruksi per sub
tes 3-5 menit.

✓ Tes TIKI dasar dipergunakan untuk mengungkap tingkat kecerdasan sesuai tipe TIKI-
nya dalam bentuk IQ (intelligence quotion)
✓ Skoring dilakukan dengan menghitung jawaban benar pada setiap subtes. Setelah itu
dijumlahkan total jawaban benar dari keseluruhan subtes.

Cara mengetahui skor IQ dapat dilihat melalui norma dari jenis alat tes TIKI yang digunak
an. Alat tes TIKI memiliki mean 100 dan standar deviasi 10.
Klasifikasi Skala Weschler
• 128 ke-atas : Very Superior
• 120-127 : Superior
• 111-119 : Bright Normal (High Average)
• 91-110 : Average
• 80-90 : Dull Normal (Low Average)
• 66-79 : Borderline-Defective
• 65 ke-bawah : Mentally Defective

Keunggulan alat tes TIKI


Alat tes ini dibuat dan dikembangkan di Indonesia, sehingga apabila tes ini digunakan
sesuai dengan culture Indonesia. Alat tes ini dibuat dengan mengkategorikan usia yaitu TIKI-
D (Sd kelas 6 - SMP), TIKI-M (SMP kelas 3 - SMA), TIKI-T (Mahasiswa dan Dewasa).

Kelemahan alat tes TIKI


Alat tes ini dibuat berdasarkan kultur yang ada di Indonesia sehingga penggunaannya
hanya bisa dilakukan di Indonesia saja.

2. IST (Intelligence Structure Test)

9
Intellligence Structure Test adalah salah satu tes psikologi yang digunakan mengukur
tingkat kecerdasan seseorang atau inteligensi seseorang. Tes IST dikembangkan oleh Rudolf
Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai
keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil
tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil
atau prestasi suatu tes. Intelligenz Struktur Test (IST) terdiri dari sembilan subtes antara lain:
Satzerganzung (SE) yaitu melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA) yaitu melengkapi kata-kata,
Analogien (AN) yaitu persamaan kata, Gemeinsamkeiten (GE) yaitu sifat yang dimiliki
bersama, Rechhenaufgaben (RA) yaitu kemampuan berhitung, Zahlenreihen (SR) yaitu deret
angka, Figurenauswahl (FA) yaitu memilih bentuk, Wurfelaufgaben (WU) yaitu latihan balok,
dan Merkaufgaben (ME) yaitu latihan simbol. Tes IST terdiri dari sembilan sub tes terdiri dari
176 item soal. Waktu pengerjaan yang dibutuhkan dalam penyajian tes IST ini kurang lebih
selama 90 menit dengan instruksi yang berbeda-beda pada setiap sub tesnya. Tes IST ini
membutuhkan seorang tester yang memiliki keterampilan dalam menyajikan tes dan proses
skoring serta interpretasi yang memakan waktu. Tes ini dapat dilakukan secara individual
maupun klasikal (Kumolohadi & Suseno, 2012).
1. Sub tes Satzerganzung (SE) mengungkap kemampuan berpikir kongkrit praktis, mengukur
keinginan berprestasi, pengambilan keputusan, kemampuan memahami realitas, common
sense, pembentukan pendapat/penilaian, dan kemandirian dalam berpikir.
2. Sub tes Wortauswahl (WA) mengungkap kemampuan bahasa dengan menangkap inti
kandungan makna dari sesuatu yang disampaikan, kemampuan empati serta kemampuan
berpikir induktif dengan menggunakan bahasa.
3. Sub tes Analogien (AN) mengungkap kemampuan berpikir secara fleksibilitas, kemampuan
menghubung-hubungkan atau mengkombinasikan, resistensi, serta kemampuan untuk
berubah dan berganti dalam berpikir.
4. Sub tes Gemeinsamkeiten (GE) mengukur kemampuan memahami esensi pengertian suatu
kata untuk kemudian dapat menemukan kesamaan esensial dari beberapa kata, serta
mengukur kemampuan menemukan ciri-ciri khas yang terkandung pada dua objek dalam
upaya menyusun suatu pengertian yang mencakup kekhasan dari dua objek tersebut.
5. Sub tes Rechhenaufgaben (RA) mengukur kemampuan berpikir logis, kemampuan bernalar,
memecahkan masalah praktis dengan berhitung, matematis, dan kemampuan berpikir runtut
dalam mengambil keputusan.
6. Sub tes Zahlenreihen (ZR) mengukur kemampuan berhitung dengan didasari pada
pendekatan analisis atas informasi faktual yang berbentuk angka sehingga ditemukan suatu
kesimpulan.
7. Adanya kemampuan mengikuti komponen irama dalam berpikir. Sub tes Figurenauswahl
(FA) mengungkap kemampuan membayangkan secara menyeluruh dengan cara dengan
menggabung-gabungkan potongan suatu objek visual secara konstruktif sehingga
menghasilkan suatu bentuk tertentu.
8. Sub tes Wurfelaufgaben (WU) mengukur kemampuan analisis yang turut disertai dengan
kemampuan membayangkan perubahan keadaan ruang secara antisipasif. Dalam

10
kemampuan ini terdapat peran imajinasi, kreativitas, fleksibilitas berpikir dan kemampuan
menyusun atau mengkonstruksi perubahan.
9. Sub tes Merkaufgaben (ME) mengukur daya ingat seseorang yang didalamnya terdiri dari
kemampuan memperhatikan, kemampuan menyimpan atau menging

3. Tes Binet
Tes Binet Simon adalah tes inteligensi yang pertama sekali dipublikasikan pada tahun
1905 di Paris-Prancis, untuk mengukur kemampuan mental seseorang. Alfred Binet
menggambarkan inteligensi sebagai sesuatu yang fungsional, Inteligensi menurut Binet terdiri
atas tiga komponen yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan
untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri. Tes Binet yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford Binet
Intelligence Scale Form L-M, yaitu revisi ketiga dari Terman dan Merril pada tahun 1960.
Binet bekerja sama dengan ahli psikologi Prancis Theodore Simon yang kemudian
menerbitkan skala Binet-Simon yang pertamanya. Skala ini, yang dikenal sebagai skala 1905,
tes Standford-Binet memiliki 30 masalah atau tes yang diatur dalam urutan tingkat kesulitan
yang makin tinggi. Tingkat kesulitan ditentukan secara empiris dengan menyelengarakan tes
pada 50 anak normal berusia 3 sampai 11 tahun. Dan pada sejumlah anak terbelakang mental
dan orang dewasa.
✓ Bentuk tes binet ini berupa sebuah kotak yang di dalamnya terdiri dari buku manual, buku
kunci, dan buku tabel IQ, dan seperangkat material seperti form board 3 lubang, 1 gambar
anak, 12 kubus hijau, manik 48 buah, 2 utas tali sepatu, 1 cincin jahit, satu pasang sendok
garpu, dua buah kancing hitam putih, satu sepatu, satu boneka, satu mobil, satu kursi, satu
kunci, satu lokomotif, dan lain sebagainya.
✓ Dilakukan secara individual, dan biasanya menghabiskan waktu selama 60-90 menit, dan
dapat dilakukan secara bertahap
✓ Tes ini digunakan untuk mengetahui skor IQ seseorang mulai usia 2-14 tahun, tes ini
dipergunakan untuk mendeteksi anak yang mengalami keterbelakangan mental atau
kecerdasan terbelakang sehingga dari hasil tes binet ini tidak hanya diperoleh skor IQ namun
juga didapatkan usia mentalnya.

4. CFIT (Culture Fair Intelligence Test)

11
CFIT pertama kali dikembangkan oleh Raymond B. Cattell pada tahun 1940. CFIT adalah salah
satu alat tes yang popular di Indonesia karena alat tes ini cenderung efektif hanya memerlukan
sekitar 30 menit. CFIT memiliki 3 skala yang dibagi atas usia maupun kemampuan, Skala 1
digunakan untuk usia 4-8 tahun, Skala 2 digunakan untuk usia 8-13 tahun, dan Skala 3
digunakan untuk individu dengan kecerdasan diatas rata-rata. Alat tes ini bisa digunakan secara
kolektif.

Menurut Cattell (dalam Suwandi, 2015) inteligensi terbagi menjadi 2 komponen, yaitu
fluid dan crystallized intelligence. Fluid intelligence merupakan kecerdasan yang berasal dari
sifat bawaan lahir atau hereditas. Sedangkan crystallized intelligence adalah kecerdasan yang
sudah dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya kecerdasan yang didapat melalui proses
pembelajaran di sekolah. Tes ini dikembangkan sebagai tes non verbal untuk mengukur fluid
intelligence (Gf).

. Skala 1 memiliki delapan subtes, namun yang benar-benar adil secara budaya hanya
separuhnya (Suwandi, 2015). Terdapat kemiripan antara skala 2 dan 3 tes CFIT, yang
membedakan hanya tingkat kesukarannya. Suwandi (2015) menjelaskan bahwa skala ini terdiri
dari empat subtes, yaitu:

• Series terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk melanjutkan gambar secara
logis dari 3 gambar yang telah disajikan sebelumnya.

• Classification terdiri dari 14 item, peserta diinstruksikan untuk mencocokan 2 gambar


dari setiap seri. Kemudian pada gambar yang cocok dipasangkan bersama.

• Matrice terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk menentukan mana dari 5
alternatif yang paling logis untuk melengkapi pola matriks yang telah disajikan.

• Topology terdiri dari 10 item, peserta diinstruksikan untuk mencari aturan umum
dimana titik ditempatkan dengan menyimpulkan aturan dan memilih gambar yang
berlaku.

5. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children)

12
Tes inteligensi Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) adalah salah satu tes
yang sering dan umum digunakan di dunia psikologi serta sering digunakan oleh para psikolog.
Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan oleh David Wechsler yang
mempublikasikannya pada tahun 1939, dimana tes ini mengukur fungsi intelektual yang lebih
global. Tes inteligensi WISC digunakan untuk tes inteligensi pada anak usia 8- 15 tahun. Tes
WISC terdiri atas tes verbal dan tes performance. Tes verbal terdiri atas materi perbendaharaan
kata, pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka. Sedangkan tes performance
terdiri atas mengatur gambar, melengkapi gambar, rancangan balok, merakit objek, mazes dan
simbol. (Mudhar & Rafikayati, 2017).

Melalui Tes WISC dapat mendeskripsikan berbagai aspek kecerdasan anak dan dapat
mengukur kemampuan kognitif seseorang dengan melihat pola-pola respon pada tiap-tiap
subtes. Andayani (2001) mengungkapkan bahwa kemampuan yang diukur oleh masing-masing
subtes antara lain:

• Operasi ingatan jangka-panjang, kemampuan untuk memahami, kapasitas berpikir


asosiatif dan juga minat dan bacaan anak.
• Kemampuan anak untuk menggunakan pemikiran praktis didalam kegiatan sosial
sehari-hari, seberapa jauh akulturasi sosial terjadi, dan perkembangan conscience atau
moralitasnya.
• Kemampuan anak untuk menggunakan konsep abstrak dari angka dan operasi angka,
yang merupakan pengukuran perkembangan kognitif, fungsi non-kognitif yaitu
konsentrasi dan perhatian, kemampuan menghubungkan faktor kognitif dan
nonkognitif dalam bentuk berpikir dan bertindak.
• Kemampuan untuk menerjemahkan masalah dalam bentuk kata-kata ke dalam operasi
aritmatika.
• Penyerapan fakta dan gagasan dari lingkungan dan kemampuan melihat hubungan
penting yang mendasar dari hal-hal tersebut.
• Kemampuan belajar anak, banyaknya informasi, kekayaan ide, jenis dan kualitas
bahasa, tingkat berpikir abstrak, dan ciri proses berpikirnya.
• Identifikasi visual dari objek-objek yang dikenal, bentuk-bentuk, dan makhluk hidup,
dan lebih jauh lagi kemampuan untuk menemukan dan memisahkan ciri-ciri yang
esensial dari yang tidak esensial.

6. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale)

13
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) dikembangkan oleh David Wechsler.
Akibat rasa ketidakpuasan dengan batasan dari teori Stanford-Binet dalam penggunaannya,
khususnya dalam pengukuran kecerdasan untuk orang dewasa sehingga dikembangkanlah tes
ini. David Wechsler kemudian meluncurkan tes kecerdasan baru yang dikenal sebagai
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) pada 1955. Tes ini digunakan oleh orang dewasa
usia 16-75 tahun atau lebih. Pelaksanaan tes ini dilakukan secara individu (Maarif et al., 2017).

WAIS menjadi alat tes yang paling populer karena paling banyak digunakan di dunia
saat ini. Tes ini semula bernama Wechsler Bellevue Intellegence Scale (WBIS). Tes
intellegensi ini memiliki enam subtes yang terkombinasikan dalam bentuk skala pengukuran
keterampilan verbal dan lima subtes membentuk suatu skala pengukuran ketrampilan tindakan
(Rohmah, 2011). Maarif (2017) menjelaskan materi tes WAIS terbagi menjadi 11 subtes. Ada
pun sub-sub tes tersebut terdiri atas:

Skala Verbal terdiri dari:


1. Informasi
Berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat diperoleh oleh
setiap orang dan lingkungan sosial dan budaya sehari-hari dimana ia berada.
2. Rentang Angka
Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan lisan dan subjek diminta
untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.
3. Kosa Kata
Berisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan sampai kepada
yang sulit didefinisikan.
4. Hitungan
Berupa masalah hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di Sekolah Dasar.
5. Pemahaman
Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.
6. Kesamaan
Berupa 13 soal yang dibuat agar subjek menyatakan persamaan dari 2 benda.

Skala Performance terdiri dari:


1. Kelengkapan Gambar
Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang berjumlah
21 kartu.
2. Susunan Gambar
Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang disajikan
dalam urutan yang tidak teratur.
3. Rancangan Balok
Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap
macam pola diberikan di tas kartu sebagai soal.

4. Perakitan Objek

14
Terdiri dari potongan-potongan langkap bentuk benda yang dikenal sehari-hariyang disajikan
dalam susunan tertentu.
5. Simbol Angka
Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempnyai simbolnya sendiri-sendiri. Subjek
diminta menulis simbol untuk masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia
sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik

contoh contoh soalnya

Beberapa kategori tingkatan IQ menurut nilai yang diperoleh :

• Very Superior (>130)


• Superior (120 – 129)
• High Average (110 – 119)
• Average (90 – 109)
• Low Average (80 – 89)
• Borderline (70 – 79)
• Extremely Low (<69)

Tujuan dari WAIS yaitu:


Untuk mengungkap intelligensi orang dewasa. Tujuan pemisahan verbal dan performence IQ
adalah untuk keperluan diagnosa jika misalnya seseorang mendapat handicap dalam bidang
verbal atau cultural.

15
7. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence)

Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) dikembangkan oleh


Weschler. Sesuai dengan namanya, alat tes ini dirancang dan ditujukan untuk anakanak pada
usia sebelum masuk sekolah atau anak-anak yang ada pada tingkat taman kanak-kanak,
perkiraan usia dimulai dari 2 tahun atau saat anak mulai masuk ke taman kanak-kanak hingga
umur 6 tahun saat anak mulai masuk ke sekolah dasar. Alat tes ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kecerdasan anak secara keseluruhan serta dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik keterlambatan atau kesulitan anak tersebut (Cloudida, 2018).

Atribut psikologis dan kemampuan-kemampuan yang diukur oleh alat tes ini terdiri dari
dua penilaian besar, yaitu tes verbal yang mencangkup atas tes kemampuan menerima
informasi, kemampuan pemahaman, kemampuan berhitung, kemampuan melihat persamaan
dan pengertian; serta tes prestasi yang terdiri atas rumah binatang dengan mencocokan nama
binatang dan tempat tinggalnya, penyelesaian gambar dengan melengkapi gambar yang
kosong, mencari jejak, bentuk geomteris, labirin dan puzzle balok (Siswina et al., 2016).

Alat tes WPPSI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan dan


mengklasifikasikan anak-anak dengan keterlambatan kemampuan kognitif, mengevaluasi
keterlambatan kemampuan kognitif, gangguan intelektual dan autisme. WPPSI juga dapat
digunakan untuk menentukan jenis sekolah yang tepat bagi anak hingga melihat apakah anak
mengalami kerusakan pada otak (Wechsler, 2012).

8. SPM (Standard Progressive Matrices)

Standard Proggressive Matrices (SPM) adalah tes inteligensi yang dirancang oleh J.C
Raven pada tahun 1936 serta diterbitkan pertama kali di tahun 1938. SPM yang dijumpai di
Indonesia yaitu hasil revisi pada tahun 1960. Tes SPM mengukur kecerdasan orang dewasa.
Tes ini mengungkapkan faktor general (G faktor) atau kemampuan umum seseorang. Tes SPM
digunakan secara individual atau klasikal dan waktu penyajian yang dibutuhka n 30 menit
(Kumolohadi & Suseno, 2012).

Tes SPM memuat 60 soal yang di dalamnya terbagi menjadi lima seri yaitu seri A, B,
C, D dan E. Setiap seri terdiri dari 12 soal yang berbentuk gambar-gambar. Setiap soal terdiri
dari satu gambar besar yang tidak lengkap dan terdapat pilihan jawaban untuk melengkapi
gambar tersebut. Dalam penyajian tesnya, set A dan B menyediakan enam gambar kecil sebagai
pilihan, sedangkan untuk set C, D, dan E, disediakan delapan pilihan. Penyusunan soal
bertingkat dari soal yang mudah ke soal yang sukar (Rahmadani, 2019).

Raven (dalam Kumolohadi & Suseno, 2012) menjelaskan bahwa tes SPM tidak
memberikan skor berupa suatu angka IQ seseorang, melainkan dengan tingkatan (grade)

16
inteligensi menurut besarnya skor total dan usia subjek. Tingkat inteligensi subjek
dikelompokkan berdasarkan atas nilai persentil sebagai berikut:

• Grade I yaitu Intellectually superior ditujukan bagi subjek yang memiliki nilai persentil
95 ke atas.
• Grade II yaitu Difenitelly above the avarage in intellectual capacity ditujukan bagi
subjek yang memiliki nilai terletak diantara persentil 75 sampai dengan persentil 95.
• Grade III yaitu Intellectually avarage ditujukan bagi subjek yang memiliki nilai terletak
diantara persentil 25 sampai dengan 75.
• Grade IV yaitu Difenitelly below the avarage in intellectual capacity ditujukan bagi
subjek yang memiliki nilai terletak diantara persentil 5 sampai dengan persentil 25.
• Grade V yaitu Intellectually defective ditujukan bagi subjek yang memiliki nilai yang
terletak pada dan di bawah persentil 5.

9. CPM (Coloured Progressive Matrices)

CPM atau Coloured Progressive Matrices merupakan salah satu alat tes yang dibuat
oleh Raven. CPM sendiri merupakan alat tes yang dibuat dikarenakan adanya keperluan
pengetesan intelegensi pada anak-anak yang tidak dapat menggunakan alat tes Raven
sebelumnya yaitu SPM atau Standart Progressive Matrices. Hal tersebut menjadikan CPM
dapat digunakan pada anak-anak dengan rentang usia lima sampai sebelas tahun dan orang
dewasa namun dengan syarat memiliki tingkat pendidikan yang rendah. perbedaan yang
mendasar antara SPM dan CPM adalah adanya warna pada alat tes CPM (Nuraeni, 2012).

CPM terdiri dari 36 gambar, gambar-gambar tersebut terdiri dari 3 kelompok atau 3 set
A, set Ab, dan set B yang masing-masing dari 12 soal. Persoalan CPM bergerak dari mudah ke
sulit, yang menuntut keakuratan diskriminasi. Soal-soal yang lebih sulit melibatkan analogi,
permutasi, perubahan titik dan hubungan yang logistik (Anastasi & Urbina, 2003).Tiap item
terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar
penutup. Tugas testi adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang tepat untuk
menemukan pada gambar besar.

Cara penilaian (skoring) pada tes ini adalah memberi nilai 1 pada jawaban yang benar,
dan nilai 0 pada jawaban yang salah. Sehingga skor mentah atau Raw Scored maksimal yang
dapat diperoleh adalah 36 (RS maksimal= 36). Setelah Raw Score diperoleh, maka penguji
perlu mengubah skor tersebut ke dalam bentuk persentil, sesuai dengan Usia Kronologis (CA)
testee. Jika sudah diubah menjadi persentil, maka tester akan dapat menggolongkan testee ke
dalam Grade dan Kapasitas Intelektual.

17
Tes ini berdasarkan pengukuran spearman atas faktor umum. Tes ini dapat diberikan baik
secara individu maupun secara kelompok. Waktu untuk mengerjakan tes ini adalah tidak
dibatasi

10. APM (Advanced Progressive Matrices)

Tes Advanced Progressive Matrices (APM) dikembangkan oleh Raven yang


merupakan tipe tes kedua dari tes yang ia kembangkan.

Tes Advanced Progressive Matrices mengukur kinerja intelektual dari mereka yang
memiliki inteligensi di atas rata-rata. Selain itu, tes ini juga mampu membedakan secara tajam
antara mereka yang tergolong memiliki inteligensi unggul dari yang lainnya.

Tes ini terdiri dua set yaitu set I mencangkup 12 soal dengan waktu pengerjaan 5 menit
dan tes II mencangkup 36 soal dengan waktu pengerjaan 40 menit. Pemberian soal set I kepada
testi ditunjukkan dengan maksud untuk menjelaskan prinsip-prinsip kerjanya, dan kemudian
dilanjutkan ke set II dimana pengukuran sebenarnya dilakukan. Soal-soal pada set II meliputi
persoalan-persoalan yang mampu menjadi alat pengukur pada proses berpikir tinggi secara
analitis sehingga APM berguna untuk mendapatkan gambaran tentang laju kecepatan dan
keberhasilan belajar yang mungkin dicapai seseorang didalam suatu bidang studi (Sunarya,
2017). APM adalah alat tes yang dikembangkan oleh Raven, sebenarnya alat tes pertama Raven
adalah RPM namun kalah popular dengan CPM, SPM, dan APM karena bersifat umum
sehingga tidak saya masukan dalam list alat tes ini. APM ini digunakan untuk orang-orang
yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata.

11. Tes FACT (Flanagan Aptitude Classification Test)

Tes FACT disusun oleh J.c Flanagan, seseorang professor psikologi pada Universitas
Pittsburgh dan direktur American Institute for Research. Tes ini dikembangkan dalam usaha
untuk mendapatkan suatu system klasifikasi baku dalam penentuan bakat dan kemampuan
dasar seseorang pada tugas-tugas tertentu. Dikembangkan untuk mendapatkan suatu sistem
klasifikasi baku dalam penentuan bakat dan kemampuan dasar seseorang dalam tugas tertentu.
Fact Merupakan seperangkat tes yang terdiri atas 14 tes yang dapat dipergunakan secara
keseluruhan atau sebagian-sebagain. Dikembangkan untuk mendapatkan suatu sistem
klasifikasi baku dalam penentuan bakat dan kemampuan dasar seseorang dalam tugastertentu.

18
Penggunaan tes ini digunakan untuk:

1. Alat bantu untuk memprediksi kerja dan perencanaan program latihan dalam rangka
konseling pekerjaan dan
2. Alat seleksi dan penempatan karyawan.
3. Alat bantu memprediksi keberhasilan kerja
4. Untuk konseling pekerjaan

Tes FACT terdiri atas 14 item soal, dapat digunakan keseluruhan atau sebagiannya saja:

1. Inspection. Mengukur kemampuan seseorang untuk meneliti adanya ketidaksempurnaan


dari sebuah benda secara tepat dan teliti.
2. Coding. Mengukur kemampuan untuk memahami kode-kode yang diberikan, kemudian
menggunakan kode itu dalam tugas yang sesungguhnya.
3. Memory. Mengingat kembali kode yang telah dipelajari dalam coding.
4. Precission. Mengukur kecepatan dan ketepatan untuk membuat tingkat-tingkat kecil
dengan menggunakan satu tangan atau dua tangan bersama-sama.
5. Assembly. Untuk mengukur kemampuan seseorang di dalam melihat sesuatu bentuk
benda apabila bagian-bagian benda itu disusun sesuai dengan instruksi.
6. Scales. Mengukur kecepatan dan ketelitian untuk membaca scala dan grafik.
7. Coordination. Yaitu koordinasi gerakan tangan dan lengan dan untuk mengadakan
kontrol terhadap gerakan yang terus menerus mengikuti suatu arah.
8. Judgment and Comprehension. Mengukur sesuatu melalui yang dibaca, kemudian untuk
berfikir secara logis dan mengadakan penilaian secara praktis.
9. Arithmatic. Mengukur kecakapan bekerja dengan angka-angka secara cepat dan tepat.
10. Patterns. Kemampuan mengutip pola-pola baik dalam posisi yang sama maupun
terbalik..
11. Compenents. Kemampuan untuk mengetahui bagian benda yang ada di dalam suatu
keseluruhan benda.
12. Tables. Kecepatan dan ketelitian membaca tabel dari angka dan huruf.
13. Mechanics. Kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip mekanika dan menganalisa
gerakan-gerakan mekanis.
14. Expression. Diungkap mengenai pengetahuan bahasa terutama menyusun bahasa.

19
12. SON (Snijders Oomen Non Verbal Scale)

SON merupakan akronim dari Snijders Oomen Non Verbal Scale. SON merupakan
salah satu tes inteligensi non verbal digunakan untuk individu dengan rentan usia 3 – 16 tahun.
Alat tes ini juga tidak hanya sebatas untuk individu dalam kondisi normal namun juga dapat
digunakan untuk individu dengan disabilitas seperti tunarungu. Alat tes ini dapat digunakan
oleh individu dengan tunarungu dikarenakan tes SON berbentuk puzzle dan rangkaian gambar
yang perlu dicocokan dan peserta tidak dituntut untuk menjawab perintah yang diberikan. SON
sendiri dirancang mulai pada tahun 1939 – 1942, di Amsterdam dan kemudian dalam
perkembangannya banyak dilakukan revisi-revisi pada aitem alat tes ini (Nuraeni, 2012).

Karena non-lingualisme dari tes-SON, tes-tes ini sangat sesuai untuk menilai individu-
individu dengan masalah atau hambatan dalam bidang pengembangan bahasa dan bicara dan
komunikasi serta bagi para imigran yang tidak berbicara bahasa pemimpin tes dengan lancar.
Tes-tes tersebut ramah anak karena sifat adaptif mereka dan umpan balik yang diterima peserta.
Hal ini membuat tes ini berlaku untuk menilai anak-anak yang sulit untuk diuji. Setiap tes
membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk dikelola.

20
2. Non Ability Test

Non ability tes disebut juga tes non kognitif. Azwar (2016) mengemukakan bahwa atribut
psikologi yang tidak termasuk kemampuan kognitif atau biasa dikenal dengan istilah non-
kognitif disebut sebagai atribut kepribadian atau atribut afektif. Dalam konteks metoda
pengukuran dan konstruksi instrumen, atribut non-kognitif dikenal sebagai performansi tipikal.
Tes non kognitif, disebut juga tes performansi tipikal, adalah seperangkat tes yang apabila tes
tersebut dikenakan kepada testee (orang yang dikenai tes) maka testee akan memberikan respon
yang sesuai dengan tipikal kepribadiannya. Setiap jawaban yang diberikan oleh testee pada tes
non kognitif tidak pernah dinilai benar atau salah, setiap jawaban yang sesuai dengan perasaan
testee itu dianggap jawaban yang paling baik.

1. TAT (Thematic Apperception Test)

TAT diciptakan oleh seorang psikolog dari Harvard bernama Morgan dan Murray dan
TAT yang lazim dilakukan kepada orang-orang terdiri dari setumpuk kartu bergambar, yang
mengandung ekspresi-ekspresi yang kuat. Kartu TAT ini juga di kategorikan berdasarkan
gender, B untuk boys, G untuk girls dan M-F untuk male and female, yakni untuk kedua jenis.

TAT ini didasarkan pada teori kebutuhan Murray 19 yang memandang bahwa dalam
suatu perilaku manusia pasti didorong oleh adanya motivasi internal dan eksternal,
sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi dorongan
tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang
disebut sebagai tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak
jaman kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas)
seseorang.

TAT dikembangkan oleh beberapa peneliti secara kontinum. Henry A Murray lah yang
pertama kali memperkenalkan konsep ini dari arsip-arsip tulisannya pada tahun 1935 dalam
buku “A Method of Apperception Test”. Kemudian Leopold Bellak pada tahun 1947
mengembangkan metode intepretasi dalam buku “A Guide to the Interpretation of the Thematic
Apperception Test”. Penggunaan TAT di Indonesia lebih populer menggunakan metode yang
dikembangkan Leopold Belak.

Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah suatu teknik proyeksi, yang
digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang menampakkan diri
dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi (atau interpretasi yang ada artinya)
terhadap lingkungan. Dengan teknik ini seorang interpreter yang mahir dapat mengungkap
dorongan-dorongan emosi, sentiment, kompleks dan konflik-konflik pribadi yang dominan.

21
Manfaat TAT

• TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang,


sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis,
neurose dan dapat digunakan untuk anak minimun usia 4 tahun kalau dimungkinkan.
Ada perangkat pelengkap TAT khusus untuk anak-anak yaitu CAT.
• Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan
langkah pertama dalam psikoanalisa.

Materi TAT terdiri dari 20 gambar: 11 kartu untuk segala testi; termasuk disini kartu kosong,
dan 9 kartu disesuaikan untuk dewasa/anak dan pria/wanita. Ke 9 kartu ditandai dengan:

• BM = Boy & Male (untuk pria)


• GF = Gilr & Female (Untuk wanita)
• MF = Male & Female (untuk dewasa)
• GB = Boy & Girl (untuk anak-anak 4 – 14 tahun)

Deskripsi Kartu Kartu TAT

Kartu 1. Seorang anak laki-laki sedang memandangi sebuah biola yang terletak di atas meja
di depannya.

Stimulus yang dihasilkan : Keinginan untuk berprestasi, Hubungan dengan orang tua

Kartu 2. Pemandangan desa; disebelah depan ada seorang wanita membawa buku; dilatar
belakang ada seorang laki-laki sedang bekerja di ladang dan seorang wanita lebih tua dari
wanita pertama sedang memandanginya.

22
image.jpg728×455 59.3 KB
Stimulus yang dihasilkan : Ambisi klien , sikap terhadap orang tua.

Kartu 3. GM. Dilantai seorang anak kali-laki sedang meringkuk menmpel sofa dengan
kepalanya disandarkan di atas tangan kanannya. Disampingnya di lantai tergeletak sepucuk
pistol.

Stimulus yang dihasilkan : Putus asa, Kesedihan, Depresi, konflik.

2. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionaire)

Tes kepribadian 16 PF merupakan karya adaptasi dari “Sixteen Personality Factor


Questionaire (16 PF)” yang diciptakan oleh Raymond B. Cattel. Tes ini diterbitkan

23
oleh Institut for Personality and Ability (IPAT) pada tahun 1972. Tes kepribadian 16 PF terdiri
dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk A, B, C, D, E, dan F. Bentuk A, B, C, dan D dapat
menggunakan buku manual singkat. Bentuk E dan F adalah untuk individu-individu yang
mengalami kesukaran atau hambatan di dalam pendidikan dan membaca.

16 PF mencakup sebuah daftar dengan lebih dari serratus pertanyaan, dan memilih di
antara dua pernyataan tertentu dnegan opsi memilih satu jawaban tengah. Jadi, terdapat tiga
opsi untuk masing-masing pernyataan dan sasaran pengujian diminta untuk memilih jawaban
“di antaranya” (in between), atau mungkin hanya jarang. Opsi ini mungkin dipandang oleh
sasaran pengujian sebagai netral dan sebuah cara menghindari pengambilan keputusan-
keputusan sulit. Kebanyakan digunakan di dalam prosedur-prosedur seleksi pada manajemen
tengah dan senior, namun dapat digunakan pada level lainnya. Tersedia laporan yang luas, yang
mencakup laporan kompetensi, laporan praktisi, laporan profil, dan laporan pengembangan
karir, yang memberikan pembahasan mendalam tentang sasaran pengujian.

Kategori Tes 16 PF

1. 16 PF Form untuk usia 16 tahun ke atas


2. HSPQ (High School Personality Questionnaire) untuk usia 12 s/d 16 th
3. CPQ (Childrens Personality Questionnaire) untuk usia 8 s/d 12 th
4. ESPQ (Early School Personality Questionnaire) untuk usia 6 s/d 8 th
5. CAQ (Clinical Analisis Questionaire) untuk kasus klinis

Tes ini memerlukan penyelesaian sekitar setengah jam, karena pada dasarnya ada lebih
banyak opsi untuk dipilih, dengan tiga kemungkinan jawaban: ya (yes), diantaranya (in
between), dan tidak (no); benar (true), diantaranya (in between), salah (false); dan ya (yes),
kadang-kadang (sometimes), tidak (no). Pertanyaan-pertanyaan tes ini mudah dan langsung,
serta relatif mudah untuk memilih “diantaranya”.

3. Tes EPPS (Edward’s Personal Preference)

24
Tes EPPS adalah singkatan dari Edward’s Personal Preference Schedule yang
merupakan bentuk tes untuk mengukur kepribadian seseorang melalui motif dan kepentingan
mereka menggunakan rumusan dari teori Allen L. Edward.

Penemu tes ini adalah Henry A. Murray pada tahun 1938, ia mengembangkan tes ini
dengan menggunakan metode forced choice, yaitu metode yang mewajibkan peserta tes
memilih salah satu diantara dua pernyataan pada setiap item atau pertanyaan yang ada.

Dalam tes ini, ada 15 kebutuhan (needs) yang diuji, sesuai dengan teori Edward, yang terdiri
dari:

1. Achievement: kebutuhan akan sukses atau mencapai sesuatu


2. Deference: kebutuhan mengikuti dan melakukan ekspektasi tertentu
3. Order: kebutuhan menjadi teratur atau terorganisasi
4. Exhibition: kebutuhan menjadi pusat perhatian
5. Autonomy: kebutuhan menjadi independen
6. Affiliation: keinginan untuk berteman dan kecenderungan loyal
7. Intraception: kebutuhan menganalisa diri sendiri dan orang lain
8. Succorance: kebutuhan dibantu orang lain
9. Dominance: kebutuhan untuk menjadi pemimpin
10. Abasement: kecenderungan merasa bersalah dan butuh berkompromi
11. Nurturance: kebutuhan menunjukkan kasih sayang dan dukungan
12. Change: kebutuhan berubah
13. Endurance: kebutuhan untuk menyelesaikan sesuatu, tekun
14. Heterosexuality: kebutuhan bersosialisasi atau bergaul dengan lawan jenis untuk dan
mendapat afeksi dari mereka
15. Aggression: kebutuhan agresi tinggi baik verbal maupun secara fisik sehingga
bertentangan dengan orang lain

4. Tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)

25
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) diterbitkan pada tahun 1940.
Perancang MMPI adalah R. Starke Hathway, PhD., dan JC. Mckinley, MD. Pada tahun 1940-
1943 MMPI disusun menggunakan sampel yang meluar baik jumlah item dan pengetesan
kepada sejumlah orang normal. Jawaban dari pernyataan tes MMPI sangat mudah dengan
pilihan YA, TIDAK, atau TIDAK TAHU. Dari 1000 item yang disajikan dengan menggunakan
criterion keying test construction, secara empiris item valid dipilih untuk menyusun konstruk
MMPI. MMPI merupakan hak cipta dari University of Minnesota. MMPI dikembangkan pada
tahun 1930 di Universitas Minnesota sebagai tes kepribadian yang komprehensif dan serius
yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah kejiwaan.

Tes MMPI adalah tes psikologi yang digunakan untuk proses diagnosa gangguan jiwa
oleh psikiater seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kebohongan
dan sebainya. Tes MMPI ini berupa ratusan pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban
berupa setuju (+) dan tidak setuju (+). Jadi saat melakukan tes, badan harus sehat dan fit karena
dibutuhkan ketahanan dan konsentrasi yang tinggi dalam menjawab setiap pernyataan. Tips
dan kunci menjawab MMPI ini adalah kejujuran.

Pada tahun 1972 Butcher dan Dahlstrom mengawali revisi MMPI menjadi MMPI-2 dan
penelitian terus berlanjut sampai awal era 1990-an. Awal terciptanya MMPI banyak digunakan
sebagai alat kontemporer di bidang psikologi untuk mengukur kesehatan mental dengan
didasarkan pada praktek kesehatan secara umum. Selama beberapa dekade dengan beragam
penelitian sampai pad MMPI-2 (termasuk MMPI-2 RF) penggunaan MMPI bervariasi dalam
mendiagnosa kesehatan mental dengan beragam setting termasuk konteks di luar kesehatan
mental secara umum misal alat seleksi karyawan, program mendeteksi penggunaan alkohol
atau obat terlarang. Secara umum MMPI/MMPI-2 dapat digunakan untuk:

− Evaluasi pasien gangguan jiwa untuk membantu status kesehatan mentalnya.


− Alat menilai simptom untuk menentukan perawatan yang sesuai
− Alat menilai pasien untuk melakukan perencanaan perawatan
− Evaluasi efek dari perawatan atau terapi
− Alat penelitian epidemilogi menggunakan kriteria kepribadian
− Alat penilai kepribadian untuk posisi publik seperti polisi, tentara, pilot, pemadan
kebakaran, calon bupati-gubernur-presiden, serta jabatan-jabatan lain untuk dilihat kesehatan
jiwanya.
− Alat penelitian psikologi terutama menentukan perbedaan kriteria kepribadian
− Alat penelitian genetika kepribadian
− Alat penelitian dengan konteks budaya berbeda
− Evaluasi kesehatan mental orang tua
− Evaluasi kesehatan mental tersangka (alat forensik kesehatan mental)

Terdapat beberapa skala MMPI dengan beragam desain kegunaan, yaitu Skala Validitas,
skala klinis, skala content skala supplementary, dan subscales.

Kelebihan dan kekurangan MMPI/MMPI-2


26
1. Kelebihan
− Psikolog/Psikiater perlu mengadministrasikan tes
− Inventori laporan diri
− Pilihan hanya YA/ TIDAK.
− Inventori kepribadian yang paling banyak digunakan di dunia
− Diterjemahkan (dan dibuat norma ulang) ke berbagai bahasa.
− Lebih dari 250 skala atau sistem yang saat ini dikembangkan dengan variasi setting klinis
yang berbeda-beda.
− Terdapat skala yang secara eksplisit mengevaluasi validitas pelaksanaan tes
− Dapat diadministrasikan dalam bentuk “short form (370 item awal)” ketika waktu terbatas
atau kerjasama dengan testee tidak memungkinkan lagi.
− Versi tes yang secara khusus didesain untuk remaja dan dewasa.

2. Kekurangan
− Klien harus menjawab item pernyataan yang banyak
− Interview klinis terstruktur
− Pilihannya hanya YA/ TIDAK
− Isi berorientasi mendalam pada psikopatologi
− Dibutuhkan kemampuan baca, paling tidak klien lulus SMP
− Skala conten overlap.

5. Tes Rorschach (RO)

Tes ini dikembangakan oleh Herman Rorschach dan dipublikasikan pada tahun 1921
bersamaan dengan dipublikasikannya monograph Psychodiagnosdtik. Dalam tes ini, klien

27
diperlihatkan sepuluh kartu dengan bentuk ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir
simetris. Lima kartu berwarna hitam, putih dan abu-abu yang berbayang, sedangkan lima kartu
lainnya memiliki warna. Saat ini, teknik Ro ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
pengetesan/assesment/ diagnostik psikologi.

Berikut adalah beberapa kartu bercak tinta (inkblot) dari tes Rorschach yang terdapat dalam
buku Rorschach Test – Psychodiagnostic Plates disertai dengan respons yang paling sering
diutarakan oleh subjek menurut berbagai penulis.

Respon populer
Beck: Kelelawar , kupu-kupu, ngengat
Piotrowski: kelelawar (53%), kupu-kupu (29%)
Dana (Perancis): kupu-kupu (39%)

Komentar
Saat melihat kartu ini, sering ditanyakan bagaimana atau apa yang harus mereka lakukan
dengan kartu ini (misalnya membaliknya), yang mana hal ini tidak signifikan. Kartu ini
digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek mengatasi tugas baru dan stres .

28
Respon populer
Beck: dua manusia
Piotrowski: binatang berkaki empat (34%, bagian abu-abu)
Dana (Perancis): animal: anjing, gajah, beruang (50%, abu-abu)

Komentar
Bercak merah pada kartu II sering dilihat sebagai darah , dan kartu ini adalah kartu yang paling
khas. Respon subjek terhadap kartu ini digunakan untuk mengukur bagaimana mereka
menangani perasaan marah atau luka batin. Bisa juga menghasilkan respon seksual.

Respon populer
Beck: dua manusia (abu-abu)
Piotrowski: figur manusia (72%, abu-abu)
Dana (Perancis): manusia (76%, abu-abu)

Komentar
Kartu III berupa dua manusia yang saling berinteraksi, dan digunakan untuk mengetahui
bagaimana subjek berhubungan dengan orang lain.

29
6. Tes Krapelin

Tes Kraepelin adalah cabang psikotes kerja yang muncul pada abad ke-19. Kraepelin test berisi
angka-angka 0-9 yang tersusun secara acak. Adapun penamaan tes ini didasarkan pada nama
pencetusnya, yakni Emilie Kraepelin yang merupakan psikiater terkenal asal Jerman.
Istilah lain dalam penyebutan Kraepelin test ialah tes koran. Hal tersebut karena lembar kertas
berisi angka ini berukuran cukup lebar sehingga membuatnya mirip dengan koran.
Awalnya, Emilie Kraepelin menggunakan tes ini untuk membedakan antara individu normal
dan tidak normal. Namun, dalam perkembangannya, berbagai perusahaan dan angkatan militer
mulai memanfaatkan Kraepelin test dalam rangka seleksi sekaligus penempatan karyawan.

Tujuan Tes Kraepelin


Tes Kraepelin bertujuan untuk mengukur beberapa aspek berikut:

a. Aspek Ketahanan
b. Aspek Motivasi
c. Aspek Emosi
d. Aspek Adaptasi dan Stabilitas Diri

Berikut adalah tata cara mengerjakan tes Kraepelin:

1. Kraepelin test terdiri dari 45 kolom dan 60 baris yang berisi deretan angka 0—9.
2. Keseluruhan waktu dalam tes yakni selama 20 menit, dengan rincian:
3. Pengisian identitas diri: 4 menit.
4. Penyampaian instruksi: 2 menit.
5. Latihan contoh soal: 1 menit.
6. Pengerjaan soal: 12 menit 30 detik.
7. Peserta tes harus menjumlahkan angka-angka yang berdekatan mulai dari bawah ke
atas.
8. Peserta harus menuliskan hasil penjumlahan di samping kanan antara kedua angka yang
dijumlahkan.
9. Jika hasil penjumlahan lebih dari 10, peserta cukup menuliskan angka satuan. Contoh:
apabila hasil penjumlahannya 13, kamu hanya perlu menuliskan angka 3 saja.
10. Setiap 30 detik, pengawas akan memberi instruksi “Pindah!”, maka kamu harus segera
pindah ke kolom selanjutnya. Kamu tidak perlu melanjutkan sisa soal pada kolom
sebelumnya agar tidak terjadi gap antar kolom.
11. Jika terdapat kesalahan dan ingin menggantinya, cukup coret dan tulis jawaban baru di
samping kananny

7. Goodenough Draw-a-Man Test / Draw a Person Test

30
Draw a Person Test adalah Tes menggambar orang ini yang merupakan salah satu jenis
tes psikologi yang dikembangkan oleh Florence Goodenough pada tahun 1926. Pada saat itu,
tes ini dikenal dengan istilah “Goodenough Draw a Man Test”.

Draw a Person Test ( tes psikotes menggambar orang) kemudian disempurnakan dan
dikembangkan oleh Dr.Dale B.Harris pada tahun 1963 yang kemudian diberi nama
“Goodenough-Harris Drawing Test”. Sampai saat ini, tes ini dikenal dengan istilah DAP (Draw
A Person Test). Tes ini adalah tes yang sederhana. Tak ada kendala bahasa, budaya maupun
kendala komunikasi antara penguji dan peserta tes. Tes ini juga sangat universal dipakai dalam
berbagai keperluan psikologi. Di Indonesia tes menggambar orang ini sangat luas dipakai untuk
seleksi penerimaan karyawan swasta, pegawai BUMN, maupun instansi lainnya. Dalam tes ini,
anda sebagai peserta tes diminta untuk menggambar tiga orang pada tiga lembar terpisah. Yaitu
gambar laki-laki. Gambar perempuan. Dan gambar anda sendiri. Biasanya untuk tes DAP
disiapkan 3 kertas 1 pensil dan 1 penghapus untuk menggambar dan kemudian diberikan
intruksi oleh testee.

BAB III
KESIMPULAN

31
Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel
dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan antar
individu atau juga mengukur reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda.
Terdapat bermacam-macam tes Psikologi berdasarkan jenis klasifikasinya. Salah
satunya berdasarkan aspek yang diukur, terbagi menjadi dua jenis tes.
1. Tes Ability
2. Tes Non Ability

Tes kemampuan (ability test) adalah tes yag digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan (ability) seseorang. Tes ini digunakan untuk mendeferensiasikan tingkatan
kemampuan individu dalam populasi. Tes kemampuan menggambarkan potensi yang dimiliki
oleh peserta tes. Tes kemampuan (ability test) didesain untuk menyeleksi peserta test mengenai
kemampuan tertentu, seperti ketelitian, kecepatan, keakuratan, kelogisan dalam berpikir,
kemampuan mengikuti instruksi dan lain-lain.

Non ability tes disebut juga tes non kognitif. Azwar (2016) mengemukakan bahwa
atribut psikologi yang tidak termasuk kemampuan kognitif atau biasa dikenal dengan istilah
non-kognitif disebut sebagai atribut kepribadian atau atribut afektif. Dalam konteks metoda
pengukuran dan konstruksi instrumen, atribut non-kognitif dikenal sebagai performansi tipikal.
Tes non kognitif, disebut juga tes performansi tipikal, adalah seperangkat tes yang apabila tes
tersebut dikenakan kepada testee (orang yang dikenai tes) maka testee akan memberikan respon
yang sesuai dengan tipikal kepribadiannya. Setiap jawaban yang diberikan oleh testee pada tes
non kognitif tidak pernah dinilai benar atau salah, setiap jawaban yang sesuai dengan perasaan
testee itu dianggap jawaban yang paling baik.

DAFTAR PUSTAKA

32
https://www.hrdpsikotes.site/2021/11/psikotes-tiki-tes-intelegensi-koletif.html
nur’aeni. 2012. Tes Psikologi: Tes Intelegensi dan Tes Bakat. Purwokerto Press.

Pusparani, Citra. 2020. Alat Tes Intelegensi. Makalah. Universitas Persada Indonesia.
Nailah, Amandah. Macam-Macam Alat Tes Intelegensi. Makalah.

https://slideplayer.info/slide/13883686/
https://www.hrdpsikotes.site/2021/11/psikotes-tiki-tes-intelegensi-koletif.html

https://www.psychologymania.com/2011/07/tes-fact-flanagan-aptitude.html
https://www.psikologimultitalent.com/2016/01/sejarah-dan-teori-interpretasi-tes.html

https://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2012/05/15/tes-tes-berbasis-psikologi/
https://myskill.id/blog/dunia-kerja/mengenal-tes-kraepelin/

33

Anda mungkin juga menyukai