DISUSUN OLEH:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Keju
Susu sapi segar merupakan susu sapi yang tidak dikurangi atau
ditambahkan sesuatu kedalamnya dan diperoleh dari pemerahan sapi-sapi sehat
secara berkelanjutan dan sekaligus. Susu sebagian besar digunakan dalam bahan
makanan yang baik dan bernilai gizi tinggi. Bahan makanan ini mudah dicerna
dan mengandung zat-zat makanan yang sangat diperlukan oleh manusia seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral dan air (Aritonang, 2009). Susu memiliki
susunan dan perbandingan zat gizi sempurna, kandungan zat gizi yang lengkap,
mudah dicerna dan diserap darah, serta mutu dan lemak susu lebih tinggi dari
pada bahan makanan lain (Buckle dkk., 2009). Aritonang (2009) menyatakan
kualitas susu ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor kebersihan,
susunan susu dan sifat-sifat susu. Nilai gizi yang tinggi juga menyebabkan air
susu mudah rusak karena merupakan media yang disukai oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat
singkat air susu sangat tidak layak untuk dikonsumsi apabila tidak ditangani
dengan benar.
Susu sapi merupakan salah satu sumber asupan zat gizi, didalamnya
terkandung zat-zat yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh
manusia, misalnya kandungan protein yang tinggi, sehingga susu sapi menjadi
salah satu minuman pilihan yang digemari oleh masyarakat. Sebagai mana “empat
sehat lima sempurna” dimana susu sapi merupakan komponen kelima yang
menyempurnakan asupan zat gizi bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Susu
sapi memiliki kekurangan, salah satunya dalam kondisi normal daya simpan susu
cukup singkat yaitu 3 jam setelah proses pemerahan oleh sebab itu, susu harus
segera diolah dan diberikan perlakuan khusus, seperti pasteurisasi, sterilisasi,
diolah menjadi jenis minuman fermentasi, seperti yoghurt, dadih, keju. Keju
merupakan salah satu hasil olahan produk yang berasal dari susu. Salah satu keju
yang banyak diproduksi yaitu keju Mozzarella. Keju ini banyak digunakan dalam
produk makanan siap saji, seperti pizza, roti panggang, burger, karena sifat keju
Mozzarella yang mudah meleleh pada suhu 100 – 120oC, sehingga menghasilkan
bentuk dan rasa yang menarik.
Kandungan zat gizi yang terdapat dalam susu adalah air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Kandungan zat gizi tersebut
dapat berbeda tergantung dari pakan yang dikosumsi oleh ternak. Semakin
baik pakan yang dikosumsi oleh ternak tersebut, maka semakin baik pula
kandungan gizi dari susu tersebut.
Komposisi Kandungan(%)
Air 87,4
Total padatan 12,6
Padatan bukan lemak 9
Lemak 3,6
Laktosa 4,9
Protein 3,4
Mineral 0,7
Sumber: Purwadi (2019)
C. Jenis keju dari susu sapi
a. Keju mozarella
Keju Mozzarella merupakan keju khas Italia yang biasa digunakan
dalam pembuatan pizza.Ciri-ciri keju Mozzarella adalah elastis, berserabut
dan lunak.Berdasarkan data yang didapat keju Mozzarella merupakan keju
dengan tingkat konsumsi tertinggi kedua (32%) setelah keju Cheddar
(34%). Proses pembuatan keju Mozzarella memerlukan enzim renin yang
berfungsi untuk menggumpalkan susu. Enzim renin memiliki kekurangan
antara lain harga yang mahal, jumlah terbatas dan kualitasnya sulit
dikontrol, sedangkan kelebihannya yaitu ketersedian tinggi dalam waktu
relatif singkat, flavour pahit minimal dibandingkan dengan keju yang
dihasilkan oleh enzim protease nabati, seperti papain dan bromelin
(Mulyani dkk., 2009)
b. Keju cheddar
Keju Cheddar merupakan salah satu diantara sekian banyak keju
yang beredar didunia. Jenis keju ini berasal dari Cheddar, sebuah desa di
Inggris, keju Cheddar kemudian menyebar dan menjadi sangat populer
keseluruh dunia serta mengalami modifikasi. Keju Cheddar memiliki
karakteristik yang disebababkan oleh adanya proses cheddaring dalam
pembuatannya, cheddaring adalah proses pemeraman dadih hangat dalam
wadah selama dua jam. Setelah priode ini terjadi perubahan asam laktat
secara cepat serta kadar air dan tekstur dadih yang diinginkan tercapai.
c. Keju gouda
Keju Gouda merupakan salah satu jenis keju semi keras yang
berasal dari negeri Belanda (Netherland) yang dibuat dengan bahan baku
utama dari susu segar atau dari susu skim (Scott, 1981). Proses
penggumpalan kasein susu pada keju ini menggunakan rennet. Kultur
bakteri yang digunakan untuk memproduksi asam laktat berasal dari
mesophilik seperti Streptococcus cremoris, Streptococcus diacetylactis,
dan atau Leuconostoc citrovorum, selain itu Streptococcus lactis,
Streptococcus lactis hollandicus dan Lactococcus cremoris juga umum
digunakan sebagai starter pada proses pembuatan keju Gouda.
1. Pasteurisasi
Botol kaca yang berisi susu yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 37 ° C sampai nilai pH mencapai 5,5 (selama 8
jam). Selama inkubasi botol ditutup dengan aluminium foil ( Wardhani,
1996).
3. Koagulasi Susu Terfermentasi
4. Pembuangan whey
6. Penggaraman
Curd yang telah ditimbang kemudian diberi garam sebanyak 3%. Garam yang
diberikan dalam bentuk kristal yang telah dihaluskan dan ditaburkan
kemudian diaduk sampai betul-betul rata (Hadiwiyoto, 1983). Penggaraman
ini menambah cita rasa keju menjadi agak asin dan menambah ketahanan keju
(Legowo, 2003).
7. Pematangan
proses yang mengubah dadih segar menjadi keju yang penuh dengan
rasa.Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur yang digunakan pada
proses produksi. Karakter akhir dari keju banyak ditentukan dari jenis
pematangannya.Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada pada
temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap dimakan.Waktu
pematangan bervariasi mulai dari beberapa minggu untuk keju lunak hingga
beberapa hari untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.
a. Protein
Protein adalah makronutrien yang unik karena tidak dapat disimpan sebagai
bentuk nonfungsional dalam tubuh kita, seperti nutrisi makro lainnya.
Makronutrien lainnya seperti lemak dapat disimpan dalam adiposit sedangkan
karbohidrat dapat disimpan sebagai glikogen. Protein susu utama termasuk
kasein, -laktoglobulin, laktoferin, albumin serum dan imunoglobulin yang
memberikan berbagai aktivitas biologis sebagai protein utuh atau peptida. Di
antara protein susu, kasein adalah protein utama dalam keju; yang ada dalam
bentuk agregat setelah kombinasi dengan kalsium fosfat koloid dikenal
sebagai misel kasein. Kasein dalam keju kaya akan nutrisi karena tingginya
pasokan asam amino esensial, fosfat, dan kalsium. Mereka juga bertindak
sebagai sumber energi yang baik dalam makanan manusia.
Nilai gizi protein keju sedikit lebih rendah dari protein susu karena hilangnya
protein yang mengandung belerang dalam whey selama proses pembuatan
keju. Namun, penggunaan teknik tertentu dalam pembuatan keju, seperti
ultrafiltrasi untuk konsentrasi susu dan penambahan protein whey dalam susu,
mencegah hilangnya protein yang aktif secara biologis. Kecernaan protein
keju lebih tinggi daripada susu sumber dan ini sangat meningkat selama
proses pengawetan keju. Langkah pra-pencernaan biasanya disebut proses
pengawetan keju dan proses ini meningkatkan konversi protein menjadi
peptida dan asam amino yang lebih kecil. Kasein yang tidak larut dalam air
dalam keju sebagian besar diubah menjadi senyawa nitrogen yang larut dalam
air selama proses pengawetan. Peptida yang lebih kecil ini mudah diserap oleh
usus dan beberapa asam amino yang terbentuk selama proses pengawetan
membantu meningkatkan sekresi asam lambung, seperti asam aspartat dan
glutamat. Dengan demikian, keju menyediakan sumber peptida dan asam
amino yang baik dari kasein dan dengan demikian mencegah pembongkaran
protein penting dalam tubuh kita.
b. Lemak
c. Mineral
d. Vitamin
Kandungan vitamin bervariasi antara jenis dan variasi keju. Itu juga
tergantung pada vitamin susu, kultur mikroba dan juga kondisi di mana keju
dimatangkan. Vitamin susu, seperti vitamin A dan D, sebagian besar disimpan
dalam dadih keju bersama dengan vitamin larut lemak lainnya. Pada sebagian
besar keju, beberapa vitamin yang larut dalam air, seperti folat, niasin, B12
dan riboflavin, dicatat dalam jumlah yang cukup untuk memiliki efek yang
signifikan pada nutrisi manusia. Vitamin yang larut dalam air sensitif terhadap
panas daripada vitamin yang larut dalam lemak dan jumlah vitamin yang
cukup hilang dalam pasteurisasi susu dan juga dalam whey. Kehilangan
vitamin larut air dalam keju kambing adalah sekitar: 10-20% untuk asam
askorbat, <1% untuk riboflavin, 5-7% untuk piridoksin, folat dan cobalamin,
sekitar 10% untuk thiamin, 0% untuk niasin, pantotenat. asam dan biotin.
Namun, jumlah vitamin yang larut dalam air yang cukup diproduksi oleh
kultur BAL yang digunakan. Kandungan folat tercatat tinggi dalam susu
kambing laktat lunak catur. Folat dan vitamin B12 dapat membantu
mengurangi kadar homosistein yang tinggi dalam darah, asam amino yang
dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, sedangkan niasin dan riboflavin
penting untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
e. Probiotik
Keju adalah salah satu produk olahan susu yang diperoleh karena
terbentuknya koagulasi susu oleh rennet (enzim pencernaan dalam lambung
hewan penghasil susu). Bagian dari susu cair yang mengalami proses koagulasi
akan membentuk substansi padat seperti gel yang disebut curd dan sejumlah besar
air serta beberapa zat terlarut akan terpisah dari curd yang disebut wheyRhizophus
oryzae berpotensi sebagai starter dalam pembuatan keju. Keju merupakan salah
satu produk bioteknologi yang berasal dari penggumpalan protein susu.
Rhizophus oryzae yang mampu mengkoagulasikan protein pada susu yang
berpotensi sebagi pengganti rennet. Pembuatan keju terdiri dari beberapa tahap
yaitu pasteurisasi, pengukuran pH, fermentasi dan inkubasi, koagulasi susu
terfermentasi, pembuangan whey, pengepresan curd dan penimbangan berat curd,
penggaraman.
DAFTAR PUSTAKA
Kwak, H.S., Ganesan, P. & Hong, Y.H. 2011. Nutritional Benefits In Cheese.
Nova Science Publishers, Inc. ISBN 978-1-61209-828-9.