Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Irfan Ali

Nim : 18.05.51.2092
Tugas Pertemuan ke-3 Makul perpajakan

1. Pasal 2 UU KUP mengatur mengenai NPWP dan PKP, jelaskan self assesment
dalam memperoleh NPWP dan pengukuhan PKP yang diatur dalam pasal 2 UU
KUP tersebut !
Jawab : Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem "self assessment" wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib
Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang
dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim
atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta. Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut adalah suatu sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau indentitas Wajib
Pajak, oleh karena itu kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok
Wajib Pajak. Selain daripada itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak
diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya. Terhadap
Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak dikenakan sanksi perpajakan.
2. Udin berencana membuka sebuah usaha tempat makan di dalam mall pada
tanggal 1 Oktober 2019, jelaskan kewajiban perpajakan apa saja yang harus
dilaksanakan oleh Udin, saat pendirian, maupun saat usahanya sudah berjalan?
Jawab : Sementara itu dalam PP tentang OSS, proses pengajuan perizinan TDUP
termasuk izin usaha restoran bisa dilakukan secara online melalui sistem OSS. Syarat
utama pelaku usaha mendapatkan izin usaha TDUP restoran adalah sudah memiliki
Nomor Induk Berusaha (NIB). Sebagaimana kita tahu, NIB juga berlaku sebagai
TDP, Angka Pengenal Impor (API), Hak Akses Kepabeanan, dan Pendaftaran ke
BPJS. Artinya pelaku usaha langsung mendapatkan TDP begitu mendapatkan NIB.
Berbeda dari proses pengajuan izin usaha TDUP restoran melalui PTSP di mana TDP
diperoleh oleh pelaku usaha setelah mendapatkan TDUP. Di OSS, pelaku usaha
diawal sudah memiliki TDP, sementara pada proses melalui PTSP justru dokumen
perizinan terakhir yang didapatkan pelaku usaha adalah TDP.
Perbedaan lainnya berdasarkan PP tentang OSS disebutkan bahwa sertifikasi
merupakan bagian dari pemenuhan komitmen izin komersial dan/atau izin
operasional. Bagi pelaku usaha di bidang pariwisata, diperlukan sertifikasi usaha
pariwisata. Untuk restoran, sertifikasi yang dimaksud adalah Sertifikat Laik Sehat
(SLS).
Sebagaimana telah disebutkan di atas, tindaklanjut dari berlakunya PP tentang OSS,
untuk usaha di bidang pariwisata terbitlah Permenpar No. 10 Tahun 2018. Di dalam
peraturan menteri ini, proses pemenuhan komitmen izin operasional dan/atau izin
komersial dibedakan tergantung besarnya usaha. Untuk usaha pariwisata yang telah
terdapat Standar Usaha Pariwisata dan LSU Bidang Pariwisata, Sertifikat Usaha
Pariwisata wajib dimiliki oleh Pelaku Usaha dengan ketentuan:
 Untuk usaha besar wajib memiliki Sertifikat Usaha Pariwisata paling lambat 2
(dua) tahun sejak TDUP diterbitkan melalui sistem OSS.
 Untuk usaha menengah wajib memiliki Sertifikat Usaha Pariwisata paling
lambat 4 (empat) tahun sejak TDUP diterbitkan melalui sistem OSS.
 Untuk usaha mikro dan kecil wajib memiliki Sertifikat Usaha Pariwisata
paling lambat 6 (tahun) tahun sejak TDUP diterbitkan melalui sistem OSS.
Tentunya, untuk izin usaha restoran, yang diatur di Permenpar No.10/2018 berbeda
dengan proses yang diatur berdasarkan Pergub Usaha Pariwisata disebutkan bahwa
pelaku usaha berkomitmen mengurus SLS 3 hingga 12 bulan setelah TDUP
diterbitkan PTSP.
3. Terkait dengan soal no sebelumnya, sanksi apa yang akan diterima Udin apabila
tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya?
Jawab : Pengusaha yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas
perusahaannya akan dipandang lebih kredibel di mata konsumen. Selain karena
NPWP sering menjadi syarat kontrak dengan konsumen, pengusaha atau Wajib Pajak
Badan taat pajak terlihat lebih profesional dan memiliki reputasi yang dapat
dipercaya. Sederhananya, apabila pimpinan perusahaan taat membayar pajak setiap
bulan maupun setiap tahun, menunjukkan bahwa ia bertanggung jawab dan memiliki
komitmen tinggi atas kewajiban perpajakan pada negara. Tidak hanya itu, di era
digital dimana berita dan publikasi bisa diterbitkan secepat mungkin, bukan tidak
mungkin pihak DJP akan mengumumkan perusahaan mana saja yang belum
membayar pajak. Ini tentu membuahkan risiko tersendiri pada konsumen yang
menjadi ragu pada perusahaan yang tidak taat pajak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai