Anda di halaman 1dari 5

BEBERAPA VARIABEL PENTING PENENTU KEBERHASILAN

BUDIDAYA MOINA DENGAN MEDIA CHLORELLA

Pakan alami merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan


pembenihan ikan, baik ikan air tawar maupun ikan-ikan perairan laut.
Keberadaannya menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan bagi
kegiatan produksi benih. Penggunaannya biasanya dilakukan pada saat ikan
masih dalam fase larva dimana organ-organ tubuhnya belum terbentuk
secara sempurna dan ukuran buka mulutnya masih relatif kecil. Pakan alami
yang dapat digunakan bermacam-macam jenisnya mulai dari phytoplankton,
zooplankton, sampai dengan dari jenis anelida seperti tubifex.

Keberadaan Moina dibutuhkan untuk pemeliharaan larva ikan pada


hampir seluruh komoditas baik ikan konsumsi maupun ikan hias seperti ikan
patin, lele, mas, jelawat, gurame dll. Penggunaannya dapat dilakukan baik
secara langsung sebagai pakan pada masa pemeliharaan larva di hatchery
ataupun sebagai starter pada saat persiapan kolam.

Untuk membudidayakannya, digunakan phytoplankton berupa


Chlorella sebagai media hidupnya, oleh karenanya sebelum dilakukan
budidaya Moina terlebih dahulu dilakukan kultur massal Chlorella. Ada
beberapa hal yang sangat penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan
baik budidaya Chlorella maupun Moina seperti kualitas inokulan, kualitas
media, cuaca, dan adanya kontaminan. Pada saat seluruh variabel berada
dalam kondisi optimum maka usaha budidaya Moina akan berjalan dengan
lancar, namun pada saat salah satu atau sebagian tidak terpenuhi secara
optimum maka metode-metode alternatif harus dapat dilakukan untuk
mengurangi resiko kegagalan budidaya.

Variabel penentu keberhasilan budidaya Moina


Kondisi media
Chlorella merupakan salah satu faktor penting pertama yang
menentukan keberhasilan budidaya Moina, karena dalam hal ini Chlorella
merupakan media dan sumber makanan utama bagi Moina, oleh karenanya
keberadaannya mutlak harus dipenuhi baik dari aspek kualitas maupun
kuantitas. Aspek kualitas yang harus dipenuhi bagi media diantaranya adalah
kemurnian sel Chlorella pada media massal, adanya kontaminasi berupa
phytoplankton lain dalam media dapat menjadi kompetitor nutrisi bagi
Chlorella. Salah satu yang umum dan sering ditemukan di BBAT Jambi
adalah kontaminasi dari spesies alga hijau yaitu Scenedesmus sp,
Phytoplankton ini sangat mengganggu karena selain sebagai kompetitor
nutrisi bagi Chlorella pertumbuhan scenedesmus juga cukup cepat, saat
kerapatan selnya meningkat hingga warna media menjadi hijau pekat maka
dapat menghalangi intensitas cahaya matahari hingga kolom media
akibatnya perkembangan Chlorella juga menjadi terhambat.

a. b.
Gambar a) Chlorella sp, b) Scenedesmus sp (sumber : forum
hawaaworld.com)

Untuk mendapatkan media massal Chlorella dengan tingkat


kemurnian yang tinggi dan jumlah yang memadai maka hal yang harus
dilakukan adalah sterilisasi air dan wadah dengan klorin agar terhindar dari
kontaminasi luar, menggunakan inokulan yang memiliki tingkat kemurnian
minimal 95 % dengan jumlah sepertiga dari volume media dan dosis pupuk
yang tepat. Kontaminasi lain adalah dari golongan protozoa, media Chlorella
yang terkontaminasi protozoa biasanya memiliki pertumbuhan yang lambat
dan kerapatan sel puncak yang rendah.
Selain aspek kualitas, aspek kuantitas juga harus terpenuhi, dalam hal
ini berhubungan dengan mutu dan banyaknya pupuk yang digunakan. Pada
kondisi cuaca yang panas penggunaan pupuk dapat dimaksimalkan untuk
mempercepat pertumbuhan namun pada kondisi cuaca berpresipitasi
penggunaan pupuk dapat dioptimalkan dengan mengurangi dosis karena
dengan jumlah pupuk yang berlebih tetapi tanpa adanya sinar matahari maka
Chlorella tetap tidak akan tumbuh. Jumlah optimum yang baik agar Chlorella
bisa menjadi media yang baik untuk budidaya Moina adalah jika dalam
kondisi eksponen memiliki kerapatan sel lebih dari 10 juta sel/ml. Hal ini
terjadi seperti pada saat budidaya Moina dengan media Chlorella pada tahun
2011 dimana rerata puncak pertumbuhan Chlorella mencapai 11,67 juta
sel/ml dan kerapatan sel saat inokulasi Moina >106 sel/ml pada kondisi
tersebut dapat dihasilkan Moina segar sebanyak 353 kg/thn.

Kualitas dan kuantitas inokulan Moina


Hal berikutnya yang juga dapat berpengaruh terhadap hasil panen
Moina adalah jumlah dan kualitas inokulan Moina. Untuk mendapatkan
jumlah panen yang maksimal dengan waktu panen yang tepat maka inokulan
Moina yang digunakan harus merupakan induk yang siap bereproduksi, hal
ini bertujuan agar pada saat setelah diinokulasi induk-induk tersebut segera
bereproduksi untuk selanjutnya anakan yang dihasilkan kemudian dapat
melewati massa pertumbuhan selama empat hari sehingga pada saat
dilakukan pemanenan didapatkan Moina sudah berada dalam tahap dewasa,
dengan demikian siklus budidaya menjadi lebih singkat.

a. b.
Gambar a) Moina dewasa, b) anak Moina yang baru dilahirkan
Hamid. M.A, dkk (2009) menyebutkan bahwa Moina sp yang ada di
BBAT Jambi dapat melahirkan anak setiap harinya sebanyak 5-26 ekor
dengan panjang 480 mikron dan lebar 390 mikron setelah 4-5 hari
pemeliharaan dalam media budidaya Moina tumbuh menjadi dewasa dengan
ukuran panjang 1210 mikron dan lebar 980 mikron. Selain stadia inokulan
yang tepat, jumlah inokulan pun harus sesuai dengan kerapatan sel media.
Jumlah inokulan yang terlalu sedikit dapat berakibat kurangnya hasil panen
namun jika terlalu banyak dapat berakibat panen prematur karena media
Chlorella yang tersedia tidak lagi mencukupi populasi Moina hingga waktu
panen tiba. Jumlah inokulan yang ideal adalah sebanyak 1 kg indukan, pada
kondisi media optimal dengan kerapatan sel Chlorella > 106 sel/ml saat fase
eksponen, dan dengan kondisi optimum jumlah Moina yang dihasilkan pada
saat panen dapat mencapai 11 kg.
Kualitas air dan Cuaca harian

Cuaca dan kualitas air merupakan dua variabel yang berkaitan,


keduanya juga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan budidaya
Moina dengan media Chlorella. Dimana umumnya nilai suhu berkisar 27,50 -
320C, pH 7,7 – 8,4, amonia 1,68 – 12,32 mg/l, nitrat 2,3-8,9 mg/l dan nitrit
0,003- 0,121 mg/l. Namun demikian perubahan kualitas air dapat dipengaruhi
oleh perubahan cuaca harian selama berlangsung proses budidaya.
Selain kualitas air, faktor cuaca harian juga sangat berperan dalam
budidaya moina, parameter penting dalam kondisi cuaca adalah intensitas
cahaya matahari, suhu udara, dan presipitasi. Semakin tinggi intensitas
cahaya matahari saat siang hari dapat memacu pertumbuhan Chlorella
secara maksimal, intensitas cahaya matahari juga dapat mempengaruhi
parameter lain seperti suhu udara dan suhu media. Pada pukul 10:00 sampai
dengan pukul 16:00 merupakan waktu efektif penyinaran matahari,
berdasarkan grafik diatas kisaran nilai suhu media selalu berada diantara
kisaran suhu udara lingkungan, sementara itu kondisi suhu udara itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
Perubahan cuaca secara mendadak dan fluktuatif dapat berdampak
buruk terhadap kelngsungan hidup Moina, terutama karena adanya
presipitasi. Pada umumnya pH air hujan di Indonesia bersifat asam dan
dibawah nilai pH baku mutu yaitu 5,6, menurunnya pH akibat hujan
berkepanjangan dapat memicu pertumbuhan Rotifera yang mengganggu.

Adanya kontaminan
Kontaminan yang sering timbul dalam budidaya Moina adalah
Rotifera, keberadaan Rotifera sangat mengganggu karena disamping dapat
sebagai kompetitor media Chlorella, Rotifera juga akan menempel pada
seluruh tubuh Moina hingga Moina tersebut mati.

a. b.
Gambar 5. a) Moina yang terkontaminasi Rotifera, b) Rotifera kontaminan
Untuk mencegah adanya kontaminasi tersebut dapat dilakukan
pengapuran dengan menggunakan dolomit dengan dosis 500-1000 ppm,
penggunaan dolomit dapat dilakukan dalam kondisi massal dalam media
budidaya ataupun dalam wadah terkontrol untuk sterilisasi inokulan, pada
saat penggunaan dolomit pH media akan meningkat secara bertahap hingga
pada nilai pH 9 dimana pada pH tersebut Rotifera akan mati sedangkan
Moina masih dapat bertahan. Bahan lain yang juga dapat digunakan adalah
formalin akan tetapi dalam jangka panjang bahan tersebut juga dapat
mematikan Moina.

Sumber:
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Anda mungkin juga menyukai