Anda di halaman 1dari 3

2 7 10 11

2. Hak pemegang saham:


 Hak meminta pembubaran Perseroan.
 Hak meminta mengadakan RUPS
 Hak Pemeriksaan (Enqueterecht). 
 Hak Gugatan Derivatif (Derivative Right). 
 Hak Meminta Didahulukan (Pre-Emptive Right). 
 Hak Menilai Harga Saham (Appraisal  Right).
 Hak Perseorangan (Personal Rights). 
Preemptive rights atau hak meminta didahulukan. Hak ini telah diatur Pasal 43 ayat (1)
dan Ayat (2) UUPT yang menentukan bahwa (1) saham yang dikeluarkan untuk
penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham
seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama; (2) Dalam hal
saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang
klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah
seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.
Hak ini juga dikenal dengan hak utama pemegang saham untuk meminta didahulukannya
dalam membeli atau berpatisipasi terhadap saham yang akan dikeluarkan oleh perseroan
dalam rangka peningkatan modalnya. Hak ini menjadi wajar untuklah diatur, karena
sebagai pemegang yang telah ada sebelum (existing shareholders) terhadap rencana
peningkatan modal perseroan, maka harus terlebih dahulu ditawarkan kepadanya.
Apabila pemegang saham yang ada menolak dan tidak berkehendak membelinya, maka
barulah ditawarkan kepada pihak ketiga diluar pemegang saham yang ada. Dalam
kerangka ini, maka harga yang akan  ditawarkan kepada pemegang saham harus sama
dengan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham lainnya.

7. Masalah akuntansi yang timbul dalam penjualan lump-sum sale adalah mengalokasikan
hasil di antara beberapa kelompok sekuritas
 Metode Proporsional. Jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya yang baik untuk
menentukan nilai relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump
sum yang diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas
dasar proporsional, yaitu, rasio masing-masing terhadap total. Sebagai contoh,
jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan Rp90.000 yang memiliki
harga pasar Rp180.000 per saham dan 1.000 lembar saham preferen dengan
nilai pari Rp90.000 yang memiliki harga pasar Rp108.000 per saham
diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar Rp270.000, maka alokasi Rp270.000
ke dalam dua kelompok itu adalah sebagai berikut:
Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x Rp180.000) = Rp180.000.000
Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x Rp108.000) = Rp108.000.000
Nilai pasar wajar agregat = Rp288.000.000
Dialokasikan ke saham biasa:    
   
   
= Rp168.750.000
   
Dialokasikan ke saham preferen:    
   
  = Rp101.250.000
     
Total alokasi = Rp270.000.000

 Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak
dapat ditentukan, maka metode inkremental dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum
dialokasikan ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh,
jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan Rp171.000 memiliki
nilai pasar Rp180.000 dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari
Rp90.000 yang tidak memiliki harga pasar ditetapkan diterbitkan dengan nilai
lump sum sebesar Rp270.000.000, maka alokasi dari Rp270.000.000 itu untuk
kedua kelompok adalah sebagai berikut:

Penerimaan lump sum Rp270.000.000


Dialokasikan ke saham biasa (1.000 x Rp180.000) Rp180.000.000
Saldo yang dialokasikan ke saham preferen Rp  90.000.000

10. Mengapa perusahaan mereakuisisi saham beredarnya


 Untuk memenuhi distribusi pajak yang efisien dari kelebihan kas kepada pemegang
saham. Tingkat keuntungan modal atas penjualan saham kepada perusahaan oleh
pemegang saham diperkirakan sekitar setengah tarif pajak biasa. Sebagai akibatnya,
kebanyakan pemegang saham akan membayar pajak yang lebih kecil jika mereka
menerima kas dalam pembelian kembali daripada penerimaan dividen tunai.
 Untuk meningkatkan laba per saham dan pengembalian atas ekuitas (ROE). Dengan
mengurangi jumlah saham yang beredar dan mengurangi ekuitas pemegang saham,
rasio kinerja tertentu seringkali meningkat.
 Untuk memenuhi saham dalam kontrak kompensasi saham karyawan atau
memenuhi kebutuhan merger yang potensial. Honeywell Inc., melaporkan bahwa
sebagian dari pembeliannya atas satu juta lembar saham biasa akan digunakan untuk
kontrak opsi saham karyawan. Perusahaan lainnya membeli saham untuk keperluan
akuisisi bisnis.
 Untuk menghindari upaya pengambialihan atau mengurangi jumlah pemegang
saham. Dengan mengurangi jumlah lembar saham yang dipegang publik, pemilik
sekarang dan manajemen dapat menghindari pihak luar untuk memperoleh kendali
atas perusahaan atau pengaruh yang signifikan. Ketika Ted Turner berusaha
mengakuisisi CBS, CBS mulai melakukan pembelian kembali saham-sahamnya.
Pembelian saham treasuri dapat juga digunakan untuk mengurangi pemegang saham
yang tidak disetujui.
 Membentuk pasar bagi saham. Dengan membeli saham di pasar modal, diciptakan
suatu permintaan yang dapat menstabilkan harga saham, atau dalam kenyataannya,
meningkatkan harga saham itu.

11. Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk
sementara waktu. Perbedaan antara saham yang belum beredar dengan saham yang dibeli
kembali dari peredaran (treasury stock) adalah saham yang belum beredar merupakan modal
saham yang belum dijual atau belum diedarkan. Sedangkan saham yang dibeli kembali dari
peredaran adalah modal saham yang beredar yang dibeli kembali. Saham Treasuri seharusnya
tidak dimasukkan dalam perhitungan saham beredar. Jumlah saham treasuri pada dasarnya
tidak dapat melebihi proporsi maksimum dari total kapitalisasi yang ditentukan oleh undang-
undang dan peraturan. Intinya, saham treasuri sama dengan modal ekuitas yang tidak
diterbitkan. Mereka tidak diklasifikasikan sebagai aset di neraca, karena aset harus memiliki
kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan. Saham-saham ini hanya mengurangi modal
saham biasa. Mereka biasanya disajikan di bawah modal ekuitas di neraca sebagai angka
negatif. Ketika saham dibeli kembali, saham treasuri memiliki efek positif pada Rasio Laba
per Saham (EPS atau Earning per Share) dan Rasio Harga terhadap Pendapatan (PER
atau Price to Earning Ratio). Hal ini karena jumlah saham beredar akan berkurang di pasar.
Meskipun rasio ini membaik tetapi nilai saham tidak akan berubah karena ada peningkatan
risiko pasar yang sama.

Anda mungkin juga menyukai