7. Masalah akuntansi yang timbul dalam penjualan lump-sum sale adalah mengalokasikan
hasil di antara beberapa kelompok sekuritas
Metode Proporsional. Jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya yang baik untuk
menentukan nilai relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump
sum yang diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas
dasar proporsional, yaitu, rasio masing-masing terhadap total. Sebagai contoh,
jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan Rp90.000 yang memiliki
harga pasar Rp180.000 per saham dan 1.000 lembar saham preferen dengan
nilai pari Rp90.000 yang memiliki harga pasar Rp108.000 per saham
diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar Rp270.000, maka alokasi Rp270.000
ke dalam dua kelompok itu adalah sebagai berikut:
Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x Rp180.000) = Rp180.000.000
Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x Rp108.000) = Rp108.000.000
Nilai pasar wajar agregat = Rp288.000.000
Dialokasikan ke saham biasa:
= Rp168.750.000
Dialokasikan ke saham preferen:
= Rp101.250.000
Total alokasi = Rp270.000.000
Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak
dapat ditentukan, maka metode inkremental dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum
dialokasikan ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh,
jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan Rp171.000 memiliki
nilai pasar Rp180.000 dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari
Rp90.000 yang tidak memiliki harga pasar ditetapkan diterbitkan dengan nilai
lump sum sebesar Rp270.000.000, maka alokasi dari Rp270.000.000 itu untuk
kedua kelompok adalah sebagai berikut:
11. Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk
sementara waktu. Perbedaan antara saham yang belum beredar dengan saham yang dibeli
kembali dari peredaran (treasury stock) adalah saham yang belum beredar merupakan modal
saham yang belum dijual atau belum diedarkan. Sedangkan saham yang dibeli kembali dari
peredaran adalah modal saham yang beredar yang dibeli kembali. Saham Treasuri seharusnya
tidak dimasukkan dalam perhitungan saham beredar. Jumlah saham treasuri pada dasarnya
tidak dapat melebihi proporsi maksimum dari total kapitalisasi yang ditentukan oleh undang-
undang dan peraturan. Intinya, saham treasuri sama dengan modal ekuitas yang tidak
diterbitkan. Mereka tidak diklasifikasikan sebagai aset di neraca, karena aset harus memiliki
kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan. Saham-saham ini hanya mengurangi modal
saham biasa. Mereka biasanya disajikan di bawah modal ekuitas di neraca sebagai angka
negatif. Ketika saham dibeli kembali, saham treasuri memiliki efek positif pada Rasio Laba
per Saham (EPS atau Earning per Share) dan Rasio Harga terhadap Pendapatan (PER
atau Price to Earning Ratio). Hal ini karena jumlah saham beredar akan berkurang di pasar.
Meskipun rasio ini membaik tetapi nilai saham tidak akan berubah karena ada peningkatan
risiko pasar yang sama.