3323 1304 1 PB
3323 1304 1 PB
Dwitiyanti
Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta Timur 13460
Email : dwity.farmasi@gmail.com
Abstrak
Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dapat digunakan sebagai sitotoksik. Penelitian
sebelumnya telah dibuktikan bahwa daun jambu biji mengandung kuersetin dengan kadar
61,71% dan berpotensi sebagai sitotoksik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
aktivitas sitotoksik ekstrak etanol 70% dari daun jambu biji terhadap sel kanker T47D.
Metode yang digunakan yaitu dengan perhitungan langsung (viable cell count) sehingga
diketahui nilai LC50. Penelitian ini menggunakan larutan uji dengan 6 konsentrasi yaitu
130,62; 67,98; 35,98; 18,43; 9,56 & 5 µg/ml. Nilai LC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol
70% dari daun jambu biji tersebut adalah sebesar 27,54 µg/ml. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel T47D.
Abstract
Guava leaves are used as a cytotoxic. Previous research has demonstrated that guava leaves
contained 61.71% of quersetin and has potential as an cytotoxic. The aim of this study
was to determine the cytotoxic activity of 70% ethanol extract of guava leaves against
cancer cells T47D. The method used direct counting (viable cell count) to obtained LC50
value. This study used a test solution with six concentrations that were 130.62; 67.98;
35.98; 18.43; 9.56 and 5 µg/ml. The LC50 value from the 70% ethanol extract of guava
leaves was 27.54 µg/ml. The results suggested the extract of guava leaves has cytotoxic
activity against T47D cells
Alat untuk uji sitotoksisitas terdiri dari Pembuatan ekstrak etanol 70% daun
microplate 96 sumur, laminar air flow jambu biji
biological safety cabinet, inkubator CO2 5%, Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi
autoklaf, tangki nitrogen cair, alat suntik, yaitu dengan memasukkan 1 kg serbuk
tabung eppendrof, tabung dan alat sentrifuse, kering simplisia kedalam botol (maserator)
membran filter steril berdiameter 0,2 µm, kemudian ditambahkan etanol 70% ke
mikropipet, blue tip, yellow tip, alat-alat gelas, dalam botol sampai seluruh simplisia
timbangan analitik, mikroskop, hemositometer, terendam, botol ditutup rapat. Rendam
kamera digital. selama 6 jam pertama sambil sesekali
diaduk agar zat aktif yang terdapat pada
Bahan simplisia terlarut, kemudian didiamkan
Simplisia. Simplisia yang digunakan dalam selama 18 jam. Dipisahkan maserat dengan
penelitian ini adalah daun jambu biji yang menggunakan kertas saring, ulangi proses
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman penyaringan sekurang-kurangnya dua
Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang
sama. Maserat yang diperoleh dipekatkan
Sediaan uji. Sediaan uji yang digunakan yaitu menggunakan vakum rotary evaporator
ekstrak etanol 70% daun jambu biji. pada suhu ± 50ºC hingga kental. Ekstrak
kental kemudian dikeringkan dalam oven
Sel uji. Sel uji yang digunakan pada penelitian pada suhu 40ºC untuk menghilangkan
ini adalah sel T47D yang diperoleh dari sisa pelarut agar didapatkan ekstrak kental
Laboratorium Bioassay Departemen Kimia yang bebas etanol (Departemen Kesehatan,
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas 2008).
Indonesia, Jakarta.
Pembuatan pereaksi
Bahan kimia yang digunakan dalam Media kultur RPMI 1640 (Rosewell Park
uji sitotoksisitas. Etanol 70%, dimetil Memorial Institute). Serbuk medium RPMI
sulfoksida (DMSO), Medium kultur 1640 sebanyak 10,4 gram ditambahkan 2,0
Roswell Park Memorial Institute 1640 (RPMI gram Hepes, sebanyak 2,0 gram natrium
1640 Hybri-Max®, sigma), HEPES (Asam bikarbonat dan 1 ml fungizon kemudian
N-2-dihidroksietil-piperazin-N’-2-etana dilarutkan dalam 1 liter air suling steril.
sulfonat,flow lab), Fetal Bovine Serum (FBS Larutan distabilkan pada PH 7,2-7,4 dengan
10%) (Gibco) , Phosphat Buffer Saline (PBS), menggunakan pH meter. Medium ini
HCl 0,1%, natrium karbonat (Na2CO3), dinatrium kemudian disaring menggunakan penyaring
hidrogen fosfat, kalium dihidrogen fosfat, bakteri syringe filter 0,2 μm membrane non
natrium klorida, tripan blue, aqubidest, trypsin. pyrogenic. Medium yang steril ini disimpan
di dalam kulkas pada suhu 2-8°C.
etanol dengan konsentrasi 9,56 µg/ml + yang mati akan berwarna biru. Jumlah sel
100 µl suspensi sel). yang didapat dihitung persen kematiannya.
6) Sumur F1-F3 perlakuan ekstrak etanol
70% daun jambu biji 2,50 µg/ml (100 Analisis data
µl larutan sampel uji ekstrak etanol Uji sitotoksisitas ekstrak etanol daun jambu
dengan konsentrasi 5 µg/ml + 100 µl biji dilakukan dengan pengambilan data berupa
suspensi sel). perhitungan jumlah sel yang hidup dan sel yang
mati. Sel yang hidup akan tampak berwarna
Pengambilan data bening dan sel yang akan mati akan bewarna
Dari uji sitotoksisitas ekstrak etanol 70% biru. Jumlah sel yang didapat kemudian
daun jambu biji dilakukan pengambilan dihitung persen kematiannya.
data berupa perhitungan jumlah sel yang
hidup dan sel yang mati. Sel yang hidup Persentase kematian sel dengan metode
akan tampak berwarna bening dan sel perhitungan langsung (viable cell count)
dihitung menggunakan rumus:
Y = a + bx ……….…(4)
Keterangan
Y = persen kematian
X = konsentrasi
Persen kematian yang diperoleh dari Perhitungan dengan cara probit kedalam
masing-masing konsentrasi diubah regresi linier, hasil disubstitusi dan
kedalam angka probit menggunakan tabel antilogaritma dan hasil tersebut merupakan
probit. Data di atas dibuat persamaan nilai LC50.
regresi linier untuk melihat hubungan antar
perlakuan dengan persen kematian sel.
Perolehan ekstrak
Keterangan Jumlah
Daun jambu biji segar 7 kg
Daun jambu biji kering 1,2 kg
Serbuk daun jambu biji 1 kg
Ekstrak kental etanol 70% daun jambu biji 0,45 kg
Penapisan
Ekstrak
Alkaloid +
Saponin +
Flavonoid +
Tanin +
Triterpenoid +
Keterangan: (+) = ada
sumuran dimasukan sebanyak 100 µl suspensi diinkubasi 24 jam pada konsentrasi 130,62
sel dengan kepadatan 84x104. µg/ml sebesar 88,52% maka berdasarkan
perhitungan persamaan regresi linear
Uji sitotoksisitas metode perhitungan diperoleh nilai LC50 sebesar 27,54 µg/
langsung (viable cell count) ml. Hasil persentase kematian sel ekstrak
Persen kematian sel tertinggi dengan larutan etanol 70% daun jambu biji terhadap sel
uji ekstrak etanol 70% daun jambu biji T47D dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Y=1,454 X+2,901
r = 0,9560
LC50= 27,54 µg/ml
Sel yang digunakan dalam uji sitotoksik ini Penelitian dilakukan dengan lama waktu
menggunakan sel T47D karena tujuan dari inkubasi 24 jam, inkubasi 24 jam bertujuan
penelitian ini untuk mencari obat untuk kanker untuk mengetahui nilai LC50 atau nilai
payudara yang berasal dari bahan alam. Sel konsentrasi yang menghasilkan hambatan
T47D merupakan continous cell line yang proliferasi sel 50% serta menunjukan
diisolasi dari jaringan tumor duktal payudara ketoksikan suatu senyawa terhadap sel.
seorang wanita berusia 54 tahun. Continous
cell line sering dipakai dalam penelitian kanker Pada larutan uji ekstrak etanol 70% daun
secara in vitro karena mudah penangananya, jambu biji diperoleh nilai LC50 = 27,54 µg/
dan memiliki kemampuan replikasi yang ml. Hasil nilai LC50 yang diperoleh dapat
tidak terbatas. Medium yang digunakan untuk disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70%
mengkultur sel T47D adalah media RPMI daun jambu biji memiliki sifat sitotoksik
1640, media ini mengandung nutrisi yang terhadap sel kanker payudara T47D yang
dibutuhkan sel. Medium RPMI 1640 berguna masuk dalam rentang amat sangat toksik
untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan yaitu 5-50 µg/ml dan memiliki potensi
sel supaya sel dapat bertahan hidup dan dapat sebagai obat anti kanker.
memperbanyak diri.
KESIMPULAN
Pada pengujian sitotoksik pelarut yang
digunakan untuk melarutkan ekstrak etanol 70% Ekstrak etanol 70% daun jambu biji
herba daun jambu biji adalah DMSO, DMSO memiliki sifat sitotoksik terhadap sel
dipilih karena tidak toksik terhadap sel. Metode kanker payudara T47D dengan nilai LC50
perhitungan sel yang digunakan adalah metode pada inkubasi 24 jam sebesar 27,54 µg/
perhitungan langsung di bawah mikroskop ml dalam rentang amat sangat toksik yaitu
dengan menggunakan hemositometer. 5-50 µg/ml dan memiliki potensi untuk
Penetapan jumlah sel yang bertahan hidup pada obat sitotoksik.
uji sitotoksisitas ini dilakukan berdasarkan
parameter kerusakan membran yang dilakukan DAFTAR ACUAN
menggunakan pewarna tripan blue. Jika sel
kanker payudara T47D mati maka akan Burdall, E.S., Hanby, M.A., Landsdown,
terjadi kerusakan membran, sehingga protein R.J.M., Speirs, V. (2003). Breast cancer
di dalam sel akan keluar dan akan berikatan cell line. Breast Cancer Research. 5(2),
dengan tripan blue sehingga sel yang mati akan 89-95
tampak biru. Sedangkan sel yang hidup karena Departemen kesehatan RI.
membran plasmanya masih utuh maka protein (2007). Pedoman penemuan dan
dalam sel tidak akan berikatan dengan tripan penatalaksanaan penyakit kanker
blue sehingga sel tampak terang bersinar. tertentu di komunitas. Jakarta : Bakti
Husada
August 2015 (Vol. 2 No. 2)
88 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354
Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Karyanti, D.E. (2005). Perbandingan kadar
panduan teknologi ekstrak. Jakarta: quercetin dan pola generik 35 varietas
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan jambu biji (Psidium guajava L.).
Makanan; Hlm. 3, 6, 17, 39 Skripsi. Jakarta:UHAMKA
Doyle, A., Griffiths, J.B. (2000). Cell and tissue Lamson. et al. (2000). Antioxidants and
culture for medical research. New York: cancer III: Quercetin, Alternative
John Wiley & Sons Medicine. Review. Volume 5 Number
Harahap, Y. (2007). Uji sitotoksisitas sediaan 3
jadi daging buah mahkota dewa (Phaleria Richie, R. C and Swanson, J. (2003). Breast
macrocarpa (Scheff) Boerl) terhadap sel cancer: A Review of the Literature.
MCF-7 secara in vitro. Jurnal Bahan Alam Journal of Insurance Medicine, 35,
Indonesia, 6 (2) 85–101