UTS AIK - Kenny Setiawan - 200104004 - Agribisnis
UTS AIK - Kenny Setiawan - 200104004 - Agribisnis
NIM : 200104004
PRODI : Agribisnis
1. Masuknya agama Islam di Nusantara dapat ditinjau dari berbagai teori yang ada.
Deskripsikan 4 (empat) teori masuknya Islam di Nusantara!
Jawab:
1. A. TeoriGujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para
pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini
menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui
kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka
pada saatitu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-
Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S.
Hurgronje dan J. Pijnapel.
B. Teori Persia
Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk
ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat.
Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke
13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu,
adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai salah
satupenguat.
C. Teori China
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya
budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden
Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan
istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang
pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan diNusantara.
C. Teori Mekkah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para
musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam keseluruh
dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di
Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i.
Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir
adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya
Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh
seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
2. TerdapatbeberapatahapperkembanganIslamdiNusantara,salahsatunyaadalahIslam
di Nusantara disebarkan melalui peran para pedagang. Berilah penjelasan secara
lengkap tentang hal tersebut!
Jawab:
Sementara, pelayaran waktu ¡tu sangat dipengaruhi oleh arah angin, mereka telah
memanfaatkan arah angin musim barat dan angin musim timur yang berganti arah
setiap setengah tahun sekali. Oleh karena itu, para pedagang sambil menunggu arah
angin yang sesuai dengan tujuan mereka bergaul dengan masyarakat setempat,
sehingga terjadilah pergaulan antara pedagang asing dengan penduduk setempat.
Kesempatan itu digunakan oleh para pedagang Islam dari Gujarat, Arab, dan
Persia untuk menyebarkan agama Islam. Di kota-kota pelabuhan para pedagang
muslim menyebarkan agama Islam kepada sesama para pedagang, baik pedagang
asing maupun pedagang pribumi. Di samping ¡tu agama Islam juga disebarkan
kepada para raja, adipati, dan bangsawan sebagai penguasapelabuhan.
Dengan banyaknya raja, adipati, dan para bangsawan, daerah pesisir yang masuk
Islam, maka rakyat di daerah tersebut juga banyak yang memeluk Islam. Dengan
demikian proses penyebaran Islam pada awalnya di Indonesia adalah melalui kegiatan
perdagangan.
3. Secara garis besar faktor yang melatar belakangi berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah adalah faktor internal umat Islam dan faktor eksternal umat Islam.
Berilah penjelasan secara lemgkap tentang faktor-faktor tersebut!
Jawab:
Muhammadiyah sendiri berdirinya dengan dilatarbelakangi untuk memperbaharui
pemahaman tentang ke-Islaman di sebagian besar dunia Islam di Indonesia yang pada
saat itu dianggap masih bersifat ortodoks (kolot), serta masih bercampur aduknya
ajaran agama Islam dengan ajaran agama yang terdahulu atau kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi. Bercampur aduknya ajaran Islam dengan kebudayaan
Non Islam itu sendiri sebenarnya dapat dimaklumi pada saat awal-awal penyebaran
agama Islam di Indonesia. Hal ini mengingat sulitnya masyarakat pada waktu itu
untuk meninggalkan kebiasaan atau ajaran yang telah lama mereka anut sejak nenek
moyang, sehingga kebiasaan tersebut masih dilakukan walaupun dengan memasukan
unsur Islam didalamnya. Namun seiring dengan berlalunya waktu, kebiasaan-
kebiasaan atau cara-cara yang dianggap masih bercampur tersebut masih kerap
dilakukan meskipun sudah berabad-abad berlalu sejak awal masuknya Islam di
Indonesia, oleh karena itu Beliau (KH. Ahmad Dahlan) memandang hal ini dapat
menimbulkan kebekuan ajaran Islam, stagnasi dan keterbelakangan didalam diriumat
Islam. Beliau berpikir, pemahaman keagamaan yang demikian, harus diubah melalui
gerakan pemurnian ajaran Islam yang kembali kepada ajaran Al-quran dan Al-Hadist.
Untuk itu pada tanggal 18 Nopember 1912, KH. Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi non politik yang bersifat sosial dan bergerak dibidang pendidikan yang
diberi nama “Muhammadiyah”, KH. Ahmad Dahlan berkeinginan untuk mengadakan
suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam
yang murni, yaitu menurut tuntunan seperti yang diajarkan didalam Al-Quran dan Al-
Hadist.
a. FaktorSubyektif
Faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor
penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH.
Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran dalam menelaah, membahas, meneliti dan
mengkaji kandungan isinya.
Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan
firman Allah SWT sebagaimana yang tersimpul dalam surat An. Nisa ayat 82 dan
surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan
mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat.
Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan ketika menatap surat Ali
Imran ayat 104 yang artinya ”Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Memahami seruan diatas, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun
sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi, yang
tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar
ditengah masyarakat kita.
b. FaktorInternal
Faktor internal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:
Rusak dan hinanya umat islam dalam bidang sosial, baik dalam bidang politik,
ekonomi, kebudayaan sertakeagamaannya.
Tidak tegak nya hidup dan kehidupan agama islam dalam diri orang dan
masyarakat.
Tidak bersihnya islam akibat bercampurnya dengan berbagai macam faham
sehingga timbulnya bid ah,syirik.
Kurang adanya persaudaraan dan persatuan umat islam dalam membela
kepentinganislam.
Belum selesai dan sempurnya perjuangan para wali dalam pengembangan agama
islam diindonesia.
c. FaktorExternal
Beberapa Faktor External yang juga mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:
Adanya pengaruh gerakan reformasi dan purifikasi yang di pelopori oleh
Jamaluddin Al Afghani Muhammad Abduh, serta Muh. Abd.Wahab.
Kegiatan-kegiatan kristening politik, yaitu usaha-usaha misi dan zending yang
bermaksud mengkristenkan umat islamIndonesia.
Adanya penjajahan kolonialis, yang membelenggu umat Islam Indonesia dan
penestrasi kebudayaan barat, sehingga menimbulkan sikap acuh tak acuh bahkan
mencemohkan Islam dari kalangan pelajar Indonesia,dan akibat-akiabat negatif
lainnya
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh
orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adikbungsunya.
Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam diJawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul
Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru
Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH Muhammad Sulaiman, KH Abu Bakar, dan
Muhammad Darwisy (AhmadDahlan).
Struktur OrganisasiMuhammadiyah
Jaringan kelembagaan:
Unsur pembantupimpinan
Majelis
Majelis Tabligh(MT)
Majelis Pendidikan Tinggi (Majelis Dikti kini jadi LitbangDikti)
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (MajelisDikdasmen)
Majelis Pendidikan Kader(MPK)
Majelis Pelayanan Sosial(MPS)
Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan(MEK)
Majelis Pemberdayaan Masyarakat(MPM)
Majelis Pembina Kesehatan Umum(MPKU)
Majelis Pustaka dan Informasi(MPI)
Majelis Lingkungan Hidup(MLH)
Majelis Hukum Dan Hak Asasi Manusia(MHH)
Majelis Wakaf dan Kehartabendaan (MajelisWakaf)
Lembaga
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Islam mengenal adanya istilah at-tajdid dalam kehidupan beragama. Istilah ini
kemudian menjadi jargon dalam gerakan pembaruan Islam. Lantas, apa
artinya tajdid?
Tajdid berasal dari kata jadda - yajiddu - jiddan/ jiddatan artinya sesuatu yang
ternama, yang besar, nasib baik, dan baru. Tajdid dimaknai dalam tiga hal. Pertama,
sebagai i'adat al-syaiy ka'l-mubtada atau mengembalikan sesuatu pada tempat semula.
11.
Spirit pemikiran KH. Ahmad Dahlan merupakan mata rantai gerakan pembaharuan
dalam dunia Islam khususnya pada gerakan Salafiyah dan gerakan Muwahidin
(gerakan Wahabi). Keduanya melakukan pembaharuan cara berfikir dan berjuang
demi tegaknya kembali kejayaan Islam serta kemuliaan umat Islam dengan kembali
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan semurni-murninya