Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENERAPAN ANALOGI DITINJAU DARI PENJELASAN DAN


KOMPONEN TERHADAP DASAR – DASAR LOGIKA

Makalah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah
Logika Hukum

Mata Kuliah: Logika Hukum

Dosen Pengampu: Zuhad Aji Firmantoro, S.H., M.H

DISUSUN OLEH :

Nama NIM
Shafa Raihan F 0701520042
Desthia Nuramalina R 0701520043
Fathya Aprilianti 0701520044
Meisya Adistia 0701520045
Raza Zoraavara 0701520046
Ananda Triputra R 0701520049
Aqilla Nur Syaharani 0701520050
Farrell Muhammad A 0701520051
Loren Ghazalah 0701520052
Muhammad Hatta F 0701520053
Anna Maryam 0701520055
Aulia Nur Rahma 0701520056
Dinda Chairunissa U 0701520057
Muhammad Adli F 0701520058
Muhammad Fatih 0701520060
Muhammad Hafiz S 0701520061

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA


UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA
Jl. Sisingamangaraja No.2, RT.2/RW.1, Kebayoran Baru, Jakarta
UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA
Telp. 021. (021) 727 92753 Email: info@uai.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah berjudul “Penerapan Analogi Ditinjau Dari
Penjelasan Dan Komponen Terhadap Dasar – Dasar Logika”. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan nilai Tugas Kelompok Semester 3 pada mata kuliah Logika Hukum
di Universitas Alazhar Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih sedalam – dalamnya kepada seluruh


pihak yang telah membantu penulis, baik secara lahir maupun batin, dalam
penyelesaian makalah ini.

1. Zuhad Aji Firmantoro, S.H., M.H. selaku dosen pada mata kuliah Logika
Hukum atas segala bimbingannya mulai dari pengajarannya melalui media
zoom dengan audio visual PPT dan pemberian materi penguatan melalui
E-learning secara rutin, sehingga penulis, yaitu dari penulis sangat
berterima kasih sebesar-besarnya, kepada Pak Zuhad. Karena dengan
begitu penulis menjadi mudah memahami materi yang disampaikan
beserta bahan materi yang diberikan.
2. Serta Serta penulis sendiri di dalam makalah ini, mengucapkan terima
kasih kepada kelompok yang terdiri dari Anna, Fatya, Aqilla, Hafizh,
Meisya, Shafa, Aulia, Loren, Hatta, Ananda, Farrel, Raza, Dinda, Destia,
Fatih, dan Adi yang telah saling bahu membahu dalam mengerjakan
makalah ini, sehingga proses mengerjakan menjadi lebih ringan dan lebih
terstruktur dalam pembagian pekerjaannya. Dari mulai mencari bahan
materi, pembuatan Persentasi, editing, sampai dengan finalisasi. Itu semua
tidak akan selesai dengan mudah jika tidak ada kerja sama yang baik
dalam rangka menyelesaikan makalah ini.
3. Kami ucapkan terima kasih Kepada Pemilik Pdf yang sudah dipublish
yang kami tidak bisa sebutkan namanya satu persatu karena keterbatasan
Penulis. Karena dengan begitu penulis dapat menambahkan insight penulis

i
terutama dalam hal bahan penguatan materi sesuai dengan pembelajaran
dan penjelasan yang disampaikan
4. Serta kami ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami berdua
yang tidak kenal lelah dalam mendukung, mendoakan, memberikan
semangat kami dalam menuntut ilmu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, Makalah ini bukan karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan sekaligus bisa menjadi bahan
referensi dalam tugas pada mata kuliah Logika Hukum kedepan.

Jakarta, 27 Juli 2021

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analogi.......................................................................................................4


2.2 Pengertian Analogi Menurut Para Ahli........................................................................5
2.3 Tujuan – Tujuan Analogi..............................................................................................6
2.4 Ciri – Ciri Analogi........................................................................................................7
2.5 Macam – Macam Analogi............................................................................................8
2.6 Analogi Dalam Bentuk Kalimat Dan Paragraf.............................................................9
2.7 Cara Menilai Analogi.................................................................................................11
2.8 Analogi Pincang (Kekeliruan Dalam Analogi)..........................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran...........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak dahulu, manusia telah dihadapkan oleh berbagai permasalahan yang


membuat manusia diharuskan mengelolah pikiran untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Seiring berjalannya waktu manusia juga semakin
canggih dan mulai meninggalkan teori-teori takhayul yang tidak masuk di
akal, hal itu dicetuskan pertama kali oleh seorang filsuf Yunani bernama
Thales. Dalam berpikir secara logika dikenal istilah menalar atau penalaran.
Penalaran merupakan sebuah kegiatan menganalisa atau berusaha memahami
sesuatu dengan detail dan terperinci. Oleh karena itu, kegiatan menalar tidak
bisa ditinggalkan dansebisa mungkin selalu diaplikasikan dalam berpikir.

Dalam menjelaskan suatu hal yang baru kita terkadang kesulitan untuk
mencari kata yang tepat yang dapat membuat orang yang kita ajak bicara
paham akan apa yang sedang kita jelaskan, Dalam kaitan dengan logika,.
Dalam tataran logis, analogi terdefinisi dalam kontraposisi dengan
univokalitas dan equivokalitas. Analogi dalam kategori logika
memperlihatkan bahwa suatu sebutan dapat berbicara dalam tiga cara, yakni
secara univokal, secara equivokal dan secara analogis. Suatu sebutan
berbicara secara univokal ketika ia memiliki kesamaan nama atau konsep
(secundum idem nomen et secundum eadem rationem), atau definisi,
misalnya ketika kata ―hewan‖ digunakan untuk menunjuk kepada manusia
atau kepada monyet. Keduanya termasuk dalam kategori hewan. Suatu
sebutan berbicara secara equivokal ketika tersedia nama yang sama dengan
muatan konsep yang berbeda (secundum idem nomen et secundum diversam
rationem). Suatu sebutan berbicara secara analogis ketika dia menyampaikan
banyak hal di mana konsep dan definisinya beragam namun mengacu kepada
satu realitas yang sama (rationes et difisiones sunt diversae, sed attribuuntur
uni alcui eidem). Misalnya, kata ―sehat‖ mengungkapkan tubuh hewan, air

1
2

seni, dan makanan atau minuman tetapi tidak menurut satu makna yang
secara utuh sama dalam ketiga hal itu.

Metode menyamakan satu hal dengan hal yang lain inilah yang disebut
dengan analogi. Jika dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari
sejumlah peristiwa pada penyimpulan, maka pada analogi kita bertolak dari
satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu peristiwa lain yang sejenis.
Dalam berpikir,berbicara aja tentang dua hal yang berlainan. Dua hal yang
berlainan tersebut di bandingkan, jika dalam perbandigan tersebut hanya di
perhatikan persamaaanya saja tanpa melihat perbedaanya, maka tinmbul
analogi, yakni persamaan diantara dua perbedaan.

Untuk itu penulis menyusun makalah ini untuk membahas lebih


mendalam tentang bagaimana peranan Analogi dalam dasar- dasar logika
yang ditinjau dari sebuah penjelasan maumpun komponen – komponennya,
Yang dalam hal ini analogi merupakan suatu cara mendapat gagasan dengan
membandingkan gagasan yang ada dengan gagasan lain yang memiliki
hubungan, sehingga menhasilkan konklusi. Dalam membuat sebuah
perbandingan, orang mencari persamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang
diperbandingkan. Jika dalam perbandingan itu orang hanya memperhatikan
persamaannya saja tanpa melihat perbedaannya, maka timbulah analogi,
persamaan di antara dua hal yang berbeda.Pada proses analogi ini tentunya
melibatkan sebuah pengalaman, berangkat dari suatu fenomena yang sudah
kita ketahui menuju fenomena serupa dalam hal-hal yang pokok. Dalam hal
ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kekeliruan besar. Bisa saja
karena tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas
sulit bagi kita untuk menunjukkan kekeliruannya.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui analogi secara benar
agar tidak terjadi kekeliruan dalam membuat analogi. Dalam makalah ini
mencoba menjelaskan analogi dan beberapa hal yang berhubungan dengan
analogi berdasarkan beberapa referensi sehingga diperoleh suatu pemahaman
yang utuh. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan
permasalahan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang
3

lain. Permasalahan ini akibat dari logika bahasa yang sering kali salah.
Akibatnya pesan komunikasi tidak tersampaikan bahkan bisa berakibat fatal.
Misperseptions. Pertanyaannya kemudian adalah, bagiamanakah kita
berinteraksi yang baik dan benar? Tentunya kita sebagai mahkluk yang
berfikir, bisa menggunakan potensi akal. Diantaranya adalah menggunakan
logika. Berangkat dari permasalahan diatas, penulis mencoba menjelaskan
salah satu komponen ilmu logika yaitu Analogi sebagaimana akan dijelaskan
pada bab selanjutny

Dalam kehidupan sehari hari kita sering mengunakan analogi memberi


memberi penjelasan. Karena sifat yang mudah diterima analogi kadang
disalahguanakan.

1.2 Rumusan Masalah

Bahwa dapat penulis ketahui sebelumnya, apabila dilihat penerapan


analogi yang berkaitan dengan dasar – dasar logika. Dalam hal ini terdapat
beberapa masalah yang berkaitan dengan analogi yang disalahgunakan dan
tidak baik digunakan dalam penerapan nya sebagai sebuah penalaran logika.
Permasalahan – permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan Analogi terhadap Dasar – Dasar Logika?


2. Bagaimana Perkembangan Analogi didalam Sebuah Logika?
3. Bagaimana Analogi bisa disalahgunakan dan bisa benarkan dalam kinerja
logika?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analogi

...........Analogi sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu


dalam memahami dan mencerna sesuatu yang sifatnya terlalu asing secara
umum. Analogi adalah perbandingan yang bersifat sistematis dari dua hal
yang berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari
kedua hal tersebut untuk mengilustrasikan atau menggambarkan sesuatu yang
sepadan. analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang
tidak atau kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum untuk
menjelaskan hal yang kurang dikenal umum agar dapat dipahami dengan
baik.sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu dalam
memahami dan mencerna sesuatu yang sifatnya terlalu asing secara umum.
analogi adalah perbandingan yang bersifat sistematis dari dua hal yang
berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua
hal tersebut untuk mengilustrasikan atau menggambarkan sesuatu yang
sepadan. analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang
tidak atau kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum untuk
menjelaskan hal yang kurang dikenal umum agar dapat dipahami dengan
baik.

Analogi juga berkaitan dengan hukum atau yang disebut dengan analogi
hukum. Analogi hukum diartikan sebagai sebuah penafsiran pada suatu
peraturan-peraturan hukum melalui kiasan dalam kata-katanya yang ada di
dalam peraturan tersebut yang sesuai dengan asas hukum yang seolah-olah
memperluas keberlakuannya pada suatu peristiwa konkret yang belum ada
pengaturannya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, analogi hukum dapat
diterapkan pada hukum pidana dengan penerapan penafsiran dalam hukum
pidana yang hanya dapat bisa dilakukan jika terjadi kekosongan hukum untuk

4
5

mencegah adanya ketidakpastian dalam masyarakat. Penerapan analogi,


Analogi (hukum) ialah kesamaan, suatu metode pengetrapan suatu UU
dengan berpokok pangkal pada suatu asas hukum atau peraturan yang telah
mempunyai pengertian tertentu. Menurut UU Jerman 28 Juni 1935
menetapkan analogi: seseorang dapat dipidana kalau suatu perbuatan diancam
dengan pidana oleh UU atau menurut pikiran dasar suatu UU pidana dan
menurut perasaan sehat dari rakyat patut dipidana. Pompe mengatakan
penerapan analogi hanya diizinkan jika ditemukan adanya kesenjangan di
dalam UU yang tidak dipikirkan (hal-hal yang dilupakan) atau tidak dapat
dipikirkan (hal-hal yang baru) oleh pembuat UU dan karena itu UU tidak
merumuskan lebih luas sehingga meliputi hal-hal itu dalam teksnya.

.2 Pengertian Analogi Menurut Para Ahli

Bahwa Anologi mempunyai banyak pengertian yang dalam hal ini


terdapat beberapa pengertian analogi menurut para ahli, ialah sebagai berikut:

1. Pengertian Analogi menurut Poespoprodjo, analogi adalah suatu


perbandingan yang dipakai untuk mencoba membuat suatu idea yang
dapat dipercaya guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi mudah
dan jelas.
2. Analogi menurut Louis O. Kattsoff, menjelaskan bahwa analogi adalah
berusaha untuk mencapai kesimpulan dengan menggantikan dengan apa
yang kita coba untuk membuktikan dengan sesuatu yang serupa dengan
hal tersebut, namun yang lebih dikenal, dan kemudian menyimpulkan
kembali apa yang mengawali penalaran kita.
3. Analogi adalah proses dari fenomena menuju fenomena yang lain yang
sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena
yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain (Mundiri, 2008:157).
4. Paul Scholten menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan
analogi dan penafsiran ekstensif, yaitu dicoba untuk menemukan norma-
norma yang lebih tinggi dari norma yang ada lalu dideduksikan menjadi
aturan baru. Perbedaan antara keduanya hanya bersifat gradual saja.
6

5. Vam Hattum, menolak analogi dalam menentukan perbuatan pidana juga


menolak tafsiran ekstensif.
6. VOS mengatakan bahwa penerapan analogi tidak dizinkan setidaknya
dalam hal yang dengan analogi diciptakan dan mengatakan bahwa
penerapan analogi tidak dizinkan setidaknya dalam hal yang dengan
analogi diciptakan delik-delik baru dan bertentangan dengan Pasal 1 ayat 1
KUHP. Dengan penerapan UU secara analogi diartikan penerapan
ketentuan dalam hal pembuat UU belum memikirkan atau tidak dapat
memikirkan tetapi alasan penerapan ketentuan pidana sama dengan
kejadian yang diatur dengan ketentuan itu. Paul Scholten menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan analogi dan penafsiran
ekstensif, yaitu dicoba untuk menemukan norma-norma yang lebih tinggi
dari norma yang ada lalu dideduksikan menjadi aturan baru. Perbedaan
antara keduanya hanya bersifat gradual saja. Vam Hattum, menolak
analogi dalam menentukan perbuatan pidana juga menolak tafsiran
ekstensif.

.3 Tujuan – Tujuan Analogi

Dalam menjelaskan hal-hal yang kurang dikenal, biasanya digunakan


dalam bentuk lain yang berupa tujuan mendapatkan ilustrasi pengertian benda
yang dimaksudkan. Tujuan analogi adalah untuk menjelaskan suatu hal,
utamanya sesuatu yang masih abstrak atau sulit untuk ditafsirkan secara
langsung. Dengan demikian, perkara yang sulit dapat dipahami dengan
mudah. Oleh karena itu, analogi lebih rumit daripada perempuan atau
metafora, yang hanya bertujuan untuk menunjukkan tanpa menjelaskan.
(Perumpamaan dan metafora dapat digunakan untuk membuat analogi, tapi
biasanya analogi memiliki informasi tambahan untuk menyampaikan
maksud).

 Analogi dalam Peristiwa


7

Peristiwa dalam KBBI adalah suatu kejadian yang benar-benar


terjadi. Peristiwa biasanya menimbulkan kesan bagi orang yang
mengalaminya maupun mengetahuinya. Analogi bisa diterangkan dalam
sebuah peristiwa. Dalam sebuah peristiwa, orang perlu mendapatkan
analogi kejadian sehingga dapat membentuk persepsi yang akurat.

 Analogi dalam Klarifikasi

Klarifikasi merupakan suatu tindakan untuk menjelaskan suatu hal


kebanyak pihak yang salah memahami sebuah kejadian agar pihak
sebelumnya mendapatkan penjelasan yang sebenarnya terjadi. Analogi
juga bisa dipakai untuk melakukan klarifikasi terhadap sebuah masalah
yang menjadi makanan publik. 

 Analogi dalam Kasus

Kasus dalam KBBI adalah keadaan atau situasi khusus yang


berhubungan dengan seseorang atau suatu hal. Dalam sebuah kasus, tujuan
analogi yaitu memberikan ilustrasi dari peristiwa lain yang serupa
terhadap peristiwa yang terjadi lengkap dengan sudut pandang dan posisi.

.4 Ciri – Ciri Anologi

Kegunaan masalah sumber (konsep analog) adalah sebagai informasi


dalam hal mengaitkan dan membandingkannya dengan masalah target
(konsep sasaran) sehingga dapat diterapkan struktur masalah sumber pada
masalah target tersebut. Ciri-ciri masalah sumber adalah masalah yang
diberikan sebelum masalah target, tingkat kesulitan masalah sumber mudah
atau sedang, dan masalah sumber tersebut dapat dijadikan sebagai
pengetahuan awal dalam masalah target sehingga dapat membantu
menyelesaikan masalah target. Keterhubungan ciri-ciri tersebut dalam
melakukan analogi adalah pada saat memperoleh masalah sumber, siswa
kemudian mengamati dan memecahkan masalah tersebut menggunakan
menggunakan konsep yang telah diketahuinya.
8

Terdapat beberapa ciri-ciri analogi yang dapat dikatakan sebagai berikut,


yaitu:
 Analogi selalu dimulai dengan membahas perbedaan beberapa hal
namun mempunyai kesamaan
 Membandingkan 2 hal secara bergantian yang bisa dibandingkan
dapat berupa benda, kejadian, keadaan ataupun proses
 Tidak boleh persis sama (jelasnya)
 Kejelasan dan penjelasan tentang (B) di contoh untuk menjelaskan
dan menyelesaikan (A) ibaratan bukan perumpamaan, ibaratan adalah
sebuah proses
 Proses merancang bukan hanya 1 (satu), salah satunya adalah ibaratan
 (B) sekaligus sebagai sumber ide, namun bukan hanya sumber ide
tetapi juga menentukan macam proses untuk menggarap (A)
 Ibaratan harus diciptakan oleh imajinasi atau intuisi
 Ibaratan sebagai proses penalaran mempunyai macam yang tidak
terbatas jumlahnya. Setiap orang boleh dan bisa mencari atau
membuat ibarat nya sendiri

Menurut Utrecht dalam analogi hukum dalam hal menarik garis pemisah
antara interpretasi ekstensif dan penerapan analogi:
I. Interpretasi Analogi: menjalankan UU setelah UU tersebut
dijelaskan.
Analogi: Menjelaskan suatu perkara dengan tidak menjalankan UU.
II. Interprestasi: menjalankan kaidah yang oleh UU tidak dinyatakan
dengan tegas.
Analogi: menjalankan kaidah tsb untuk menyelesaikan suatu perkara
yang tidak disinggung oleh kaidah, tetapi yang mengandung
kesamaan dengan perkara yang disinggung kaidah tersebut.

.5 Macam – Macam Analogi 

Mundiri mengklasifikasikan analogi menjadi dua macam, yaitu :


9

a. Analogi Induktif

Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan


yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa
yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk
membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang
diperbandingkan.

b. Analogi Deklaratif

Analogi deklaratif atau analogi penjelas merupakan metode untuk


menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih
samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat
karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila
dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Misalnya, untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan perpaduan
beberapa hal antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana
manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas
antara akal dan hati.

c. Pinjaman
Analogi ini digunakan untuk menjelaskan suatu hal lewat analogi yang
sifatnya “meminjam” persamaan atau perbedaan yang dimiliki hal tersebut
dengan hal lain yang dipakai untuk mengumpamakan hal tersebut.

d. Susunan
Analogi ini dipakai jika kamu ingin menyusun sebuah susunan
pengertian tentang sebuah hal tertentu melalui perumpamaan dalam hal
lain.
 
e. Palsu
10

Analogi ini dipakai untuk membuat sebuah hal yang terlihat seakan -
akan benar, meskipun analogi yang dipakai sama sekali tidak ada
hubungannya dengan hal tersebut.

2.6 Contoh Analogi Dalam Bentuk Kalimat Dan Paragraf

A. Contoh analogi dalam bentuk paragraf: 

1. Bila Anda ingin sukses di dalam kehidupan Anda, jangan takut untuk
merasa gagal, jangan takut untuk menerima penolakan, dan jangan
takut atas rasa sakit ketika Anda terjatuh. Anda harus mampu
bangkit lagi, berdiri lagi, berjuang, dan berani untuk melangkah lagi,
seperti seorang balita yang sedang belajar berjalan, tidak pernah
kenal lelah, dan tetap berdiri meskipun terjatuh berkali – kali.
Paragraf di atas menggambarkan gambaran yang serupa tentang
pergumulan hidup dengan seorang balita yang bangun dan bangun
setelah jatuh berkali-kali. Inilah yang ingin digambarkan dan
diharapkan oleh bagian ini dalam hidup Anda.

2. Semakin banyak ilmu seseorang, maka ia akan semakin merasa


bahwa dirinya tidak tahu apa – apa. Semakin seseorang berilmu, ia
tidak akan menganggap rendah orang lain, apalagi menghina, karena
ia merasa tidak ada yang dapat disombongkan atau dipamerkan dari
dirinya. Memang sudah selayaknya bagi seseorang yang makin
berilmu seperti padi yang makin berisi makin merunduk.Paragraf
kedua ini menganalogikan seseorang yang berilmu dengan padi yang
bersifat semakin merunduk bila semakin berisi padi tersebut.dengan
terisinya wawasan dan pikiran orang tersebut membuat sifat iri,
dengki, congkak hilang diganti sifat baik yang ia dapat dari menimba
ilmu.

B. Contoh analogi dalam kalimat: 


11

1. “Aku merasa kasihan pada Wanto dalam pekerjaan barunya karena


bosnya selalu mempekerjakan dia seperti buruh kerja paksa saja”
=> Dalam kalimat ini, pekerjaan Wanto yang tanpa henti membuat
orang berkomentar bahwa dia bekerja seperti buruh kerja paksa saja.
Buruh kerja paksa biasanya diperintah untuk bekerja tanpa henti
dengan bayaran yang tidak seberapa atau bahkan tanpa bayaran. Ini
membuat orang lain berkomentar bahwa pekerjaan berat Wanto tidak
ada bedanya dari para buruh kerja paksa.

2. “Berada di dalam kelas ini, seperti berada di dalam pasar


tradisional”. =>Kalimat ini adalah sebuah pernyataan yang ingin
menggambarkan sebuah kelas yang ramai dan berisik seperti pasar
tradisional. Pada kalimat itu, suasana kelas yang ramai dianalogikan
dengan pasar tradisional.

2.7 Cara Menilai Analogi

Sebagaimana generalisasi, keterpercayaan mya tergantung kepada


terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang telah kita ketahui, maka demikian pula
analogi. untuk mengukur derajat keterpercayaan sebuah analogi dapat
diketahui dengan alat berikut

1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. 


Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, maka semakin
besar pula taraf keterpercayaan nya. 
contoh: Tono membeli barang di sebuah toko online, namun barang yang
ia terima ternyata tidak sesuai dengan yang diperjanjikan dan tono merasa
tidak puas, maka atas dasar analogi, Tono menyarankan kepada temannya
untuk tidak membeli barang di toko online yang sama dengan toko yang ia
pilih tadi. Analogi Tono akan semakin kuat, apabila Joko (teman
Tono) merasakan ketidakpuasan juga setelah membeli dari toko online
tersebut. Analogi ini akan semakin menjadi lebih kuat lagi jika ternyata si
C, D, E, F dan G juga mengalami hal yg serupa.
12

2. Sedikit banyaknya aspek - aspek yang menjadi dasar analogi


Dari analogi ini kita dapat membuat contoh seperti Tentang pewarna
bibir yang telah kita beli dengan suatu merek tertentu. Kita percaya bahwa
pewarna bibir yang baru saja kita beli tentu akan cocok dan enak saat
dipakai karena pewarna bibir yang dulu dibeli dengan merek yang sama
juga cocok dan enak saat dipakai.Analogi ini akan semakin lebih kuat,
apabila dipertimbangkan dengan persamaan harganya, kualitasnya, dan
kecocokan dengan penggunanya.

3. Sifat dari analogi yang kita buat


Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat
menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang
sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu
liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat
jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter
bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B
akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin
rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur – unsur yang berbeda pada


peristiwa yang dianalogikan. 
Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda
semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklusi yang kita ambil nahwa
Zaini pendatang baru di universitas X akan menjadi sarjana yang ulung
karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana
ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga
perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya. A, B, C, D dan E yang
mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan
SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana
ulung.
13

5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan


Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan
bahkan bisa gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita
beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan
analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun
produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh
15 km setiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah analogi
yang tidak relevan. seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus
didasarkan atas unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya silinder,
kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.

2.1.8 Analogi Pincang (Kekeliruan Dalam Analogi) 

Analogi merupakan salah satu penalaran yang sering digunakan dan


sudah menjadi terkenal di kalangan masyarakat. Namun, dalam penalaran
analogi dapat terjadi analogi pincang di dalamnya. Sebuah analogi yang
dikatakan pincang apabila terjadi kekeliruan di dalam membuat persamaan
yang tidak tepat sehingga menyatakan dua hal yang berbeda dan tidak
memperhitungkan manfaatnya.
Tidak semua penalaran analogi induktif merupakan analogi yang benar
dan begitu juga pada analogi deklaratif, bahwa tidak semua analogi deklaratif
merupakan analogi yang benar karena terdapat terjadi analogi pincang atau
kekeliruan di dalamnya. Meskipun sedikit sulit dalam menunjukkan atau
menemukan kekeliruannya.
A. Terdapat contoh masalah atau contoh analogi pincang yang terjadi
pada analogi induktif: 
1. Antara manusia dengan binatang mempunyai sebuah persamaan-
persamaan yang dekat. Manusia bernafas, binatang juga bernafas,
manusia dapat merasakan rasa binatang juga dapat merasakan rasa,
manusia kawin, binatang juga kawin, binatang istirahat dan tidur,
manusia istirahat dan tidur. Sehingga secara keseluruhan manusia
adalah sama dengan binatang.
14

Dalam analogi induktif di atas merupakan analogi pincang atau


mengalami kekeliruan, karena pada paragraf di atas pembicara
menyimpulkan bahwa manusia adalah sama dengan binatang dengan
mempertimbangkan beberapa persamaan yang ada pada manusia dan
binatang. Padahal hal-hal yang disamakan itu bukanlah sebuah
masalah pokok. Sehingga dalam analogi induktif di atas terjadi
kekeliruan karena membuat persamaan yang tidak tepat dan dikatakan
analogi pincang.

2. Saya heran dengan orang-orang mengapa takut akan bepergian dengan


pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan
tidak sedikit yang memakan korban. Maka demikian, sebaiknya kita
jangan tidur di tempat tidur karena banyak manusia yang meninggal di
tempat tidur.
Dalam analogi induktif di atas merupakan analogi pincang atau
mengalami kekeliruan. Di sini menaiki pesawat terbang ditakuti oleh
orang-orang karena sering menimbulkan kecelakaan dan
menyebabkan korban meninggal. Sedangkan orang tidak takut jika
tidur di tempat tidur karena jarang atau dapat dikatakan tidak pernah
ada orang yang meninggal karena kecelakaan di tempat tidur. Orang
yang meninggal di tempat tidur bukan disebabkan oleh kecelakaan
tempat tidur, tetapi disebabkan karena penyakit yang sedang
diidapnya. Sehingga pada analogi induktif diatas terjadi kekeliruan
karena menyamakan dua hal yang sebenarnya sangat berbeda dan
dikatakan analogi pincang.

B. Terdapat contoh masalah atau contoh analogi pincang yang terjadi


pada analogi deklaratif:
“Khutbah itu tidak perlu kita terjemahkan dalam bahasa kita, biarlah
dalam bahasa aslinya, yaitu arab. Bila diterjemahkan dalam bahasa kita,
tidak bagus lagi sebagaimana kopi susu yang dicampuri terasi. Kopi
susu sendiri sudah lezat dan bila kita campur dengan terasi tidak bisa
15

diminum, bukan? Karena itulah saya tidak pernah berkhutbah dengan


terjemahan, karena saya tahu saudara semua tidak ingin minum kopi
yang dicampur dengan terasi.”

Dalam analogi deklaratif di atas merupakan analogi pincang atau


mengalami kekeliruan. Sekilas pembelaan ini seperti benar, tapi bila
kita amati mengandung kekeliruan yang serius. Analogi yang dibuatnya
timpang karena hanya mempertimbangkan kedudukan bahasa arab dan
bahasa terjemahan. Padahal ada yang lebih penting dari sekedar itu,
yang harus diperhatikan, yaitu pemahaman pendengar. Apakah dengan
bahasa arab tujuan khutbah menyampaikan pesan bisa dimengerti oleh
sebagian besar pendengar? Alasan pembicara di atas dapat dibantah
dengan analogi yang tidak pincang, misalnya Berkhutbah dengan
bahasa yang tidak dimengerti oleh para pendengarnya sama dengan
memberi kalung emas pada seekor ayam. Bukankah ayam lebih suka
diberi beras daripada diberi kalung? Ayam akan memilih beras
sebagaimana pendengar tentu akan memilih khutbah dengan bahasa
yang dimengertinya. 

Jadi jika dilihat dari contoh kekeliruan yang terjadi pada analogi
induktif dan analogi deklaratif, analogi pincang bisa disimpulkan
sebagaimana sebuah analogi yang maknanya tidak benar-benar sesuai
dengan apa yang dikiaskan. Namun, bukan berarti keliru seluruhnya,
hanya kurang tepat saja. Analogi pincang terjadi bila orang yang
melakukannya tidak benar-benar memahami makna sebenarnya dari
benda atau hal yang dianalogikan.
16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penjelasan dan komponen pembahasan dari awal hingga akhir
dapat dikatakan bahwa, logika yang merupakan ilmu untuk berpikir (analisa)
untuk mengarahkan kepada suatu cara berpikir yang benar dan dalam cara
berpikir tersebut terdapat analogi. Analogi dapat dimanfaatkan sebagai
penjelasan atau sebagai dasar penalaran yang sebagai penjelasan biasanya
disebut perumpamaan atau persamaan.
Bahwa satu-satunya jalan bagi seseorang yang berusaha untuk mencari
solusi dalam menghadapi masalah-masalah pokok pandangan dunia dan
masalah keyakinan adalah jalan logika atau metode rasional. Untuk
beranalogi harus memperhatikan faktor faktor tertentu agar tidak
menyebabkan suatu analogi itu menjadi analogi pincang. Analogi yang
pincang berarti berada dalam kesesatan berpikir. Analogi yang pincang hanya
di gunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, untuk kepentingan
pribadi, dan menjatuhkan pendapat lawan. Maka dalam hal ini diringkas
menjadi beberapa point, yaitu sebagai berikut:
1. Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan
atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.
2. Terdapat 3 unsur dalam penyimpulan analogi, yaitu peristiwa pokok
yang menjadi dasar analogi, persamaan principal yang menjadi
pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
3. Macam analogi ada dua, yakni analogi induktif dan analogi deklaratif.
4. Dalam menilai keterpercayaan suatu analogi atau untuk menguji
apakah analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya
hendaknya melihat beberapa faktor-faktor berikut, yakni sedikit
banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, sedikit banyaknya
aspek-aspek yang menjadi dasar analogi, sifat dari analogi yang kita

17
18

buat, ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang


dianalogikan, serta relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.
5. Analogi yang pincang merupakan analogi yang terjadi kekeliruan di
dalamnya yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima
karena terjadi kekeliruan di dalam membuat persamaan yang tidak
tepat sehingga menyatakan dua hal yang berbeda dan tidak
memperhitungkan manfaatnya.

Analogi yang pincang amat banyak digunakan dalam propaganda


untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan kepentingan
sendiri. Karena sifatnya yang seperti benar, analogi ini sangat efektif
pengaruhnya terhadap pendengar. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
analogi penting untuk dikaji dalam rangka menghindari kekeliruan dalam
membuat analogi. Karena analogi yang salah bisa menyebabkan
pemahaman yang salah terhadap fenomena yang dianalogikan.

.2 Saran

Demikianlah Pembahasan Mengenai Analogi. Hendaknya Para Pembaca


Lebih Teliti dalam membuat suatu analogi agar tidak diperoleh analogi yang
pincang. Makalah ini tidak lebih hanyalah suatu kumpulan pemikiran dan
penjelasanjuga komponen yg ada di dalamnya dari berbagai sumber. Penulis
menyadari malakah ini masih jauh dari sempuma, maka saran dan kritik dari
para pembaca sangat Penulis harapkan. Semoga bermanfaat untuk para
pembaca yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Audy, M. (2020, Juli 16). Pengertian Analogi dan Cara Penggunaannya Dalam Kalimat.
Retrieved 27 November 2021, from https://blog.typoonline.com/pengertian-
analogi-dan-cara-penggunaannya-dalam-kalimat/

Azmi, M. P. (2017, Mei). Mengembangkan Kemampuan Analogi Matematis. Jurnal


Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 102-103.

dosenpendidikan.com. (2021, September 30). Analogi Adalah. Retrieved 27 November


2021, from https://www.dosenpendidikan.co.id/analogi-adalah/

hukumexpert.com. (2021, Januari 6). Analogi Hukum. Retrieved 27 November 2021,


from https://hukumexpert.com/analogi-hukum/?detail=ulasan

kbbi.kemendikbud.go.id. (n.d.). KBBI. Retrieved 26 November 2021, from


https://kbbi.kemdikbud.go.id/

kumparan.com. (2021, Juli 14). Apa Itu Analogi? Ini Pengertian dan Contohnya!
Retrieved 27 November 2021, from https://kumparan.com/berita-update/apa-
itu-analogi-ini-pengertian-dan-contohnya-1w8GKmSUvqH

Staff, M. (2021, September 29). Retrieved 26 November 2021, from


https://www.masterclass.com/articles/what-is-analogy#what-is-an-analogy

Mundiri, H. (2018). Logika. Depok: Rajawali Pers.

Ningtiyas, R. A. (2018, Maret). Peran Berpikir Analogi Dalam Memecahkan Masalah


Matematika. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya
II (KNPMP II) Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sari, R. S. (2016). Analisis Proses Berpikir Analogi Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Materi
Limas dan Prisma Pada Siswa Kelas VII MTS Darul ‘Ulum Banda Aceh.

sastrawacana.com. (2020, April 28). engertian Analogi dan Jenisnya Menurut Para Ahli.
Retrieved 27 November 2021, from
https://www.sastrawacana.id/2020/04/pengertian-analogi-dan-jenisnya-
menurut.html

Weruin, U. U. (2017, Juni). Logika, Penalaran dan, Argumentasi Hukum. Jurnal Konstitusi,
14(2), 381-382.

Wijaya, P. (2021, Maret 23). Analogi Adalah; Arti, Tujuan, Macam, Ciri, & Contoh
Analogi. Retrieved 27 November 2021, from
https://reechadiana.blogspot.com/2021/03/analogi-materi-pembelajaran-
dalam-dasar.html

Sudrajat, A. (2017). Bahan Kuliah Logika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

19
20

Anda mungkin juga menyukai