Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SELAMA 3 BULAN

Sebagai Karyawan baru PT. Binsarindo Wahanamitra, pembelajaran dan pekerjaan


yang telah saya terima dan pelajari selama 3 bulan adalah sebagai berikut:

1. Ikut Survey Lapangan


Pada hari pertama bekerja, saya melakukan pekerjaan survey lapangan di daerah
Kawasan KCIC pada DK. 97, tepatnya pada Tower 40 A, 40 B dan 41 N yang akan
dibangun Dinding Penahan Tanah pada Area Tower tersebut akibat tanah mengalami
longsor. Disana saya belajar untuk menentukan titik yang akan diolah dalam Autocad
nantinya. Pada saat memulai survey terlebih dahulu dilakukan titik berdiri alat, setelah
alat berdiri dilakukan pengukuran back sight untuk mengetahui control alat total
station tersebut. Setelah dilakukan back sight kemudian Langkah selanjutnya adalah
menembak titik-titik yang akan diambil di sekeliling area tower. Karena tower sudah
berdiri dan sudah ada DPT sebelumnya maka, titik-titik sekeliling tersebut perlu
diambil. Setelah diambil titik tersebut maka diambil titik-titik dimana DPT baru akan
di bangun. Jika terdapat jalan maupun komponen lain yang berada dekat DPT maka
titik tersebut juga harus diambil untuk mengetahui ukuran dan risiko apa saja yang
didapat jika DPT didirikan.

2. Membuat Kajian Teknis dan Presentasi Rekonduktoring


Pada T.47-T.49 konduktor banyak terpasang midspan joint karena sebelumnya
konduktor banyak yang terputus sehingga butuh dikaji kembali apakah konduktor
perlu ada penggantian konduktor atau perlu diajukan untuk perkuatan T.47 dari
Suspension menjadi Tension. Sebelum merencanakan tersebut perlu diambil data
terlebih dahulu dengan survey lapangan Bersama surveyor dengan output
Longprofile, Route Map dan Tower Schedule. Survey tersebut juga mendapat data
seperti berapa spacer, midspan joint dan juga aksesoris-aksesoris lain yang terpasang
pada Tower-Tower tersebut. Setelah di dapat maka perlu dipresentasikan hasil survey
dan rencana alternatif yang akan disampaikan kepada PLN. Alternatif tersebut berupa
perubahan tower 47 dari suspension menjadi tension dan alternatif penggantian
konduktor eksisting dengan penambahan midpspan joint baru. Dari kedua alternatif
tersebut dibandingkan dari segala aspek, mana aspek yang paling efektif dengan risiko
yang paling minimal. Dari aspek tersebut juga dibandingkan dari aspek, biaya, waktu
pengerjaan, mutu, resiko, peluang dan juga ancaman dari alternatif tersebut. Dari
kedua alternatif tersebut dijelaskan berapa waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan
alternatif 1 per sirkit dan per line dari pekerjaan survey, perencanaan, fabrikasi,
rekonduktoring dan final check. Pada jadwal tersebut jika dijelaskan berapa waktu
pemadaman yang dibutuhkan agar PLN bisa mengetahui kerugian yang mereka terima
dari pemadaman yang dilakukan akibat rekonduktoring tersebut. Setelah penjadwalan
pekerjaan dikerjakan maka Langkah selanjutnya adalah pengerjaan Bill of Quantity
(BoQ). Pengerjaan BoQ tersebut dijelaskan berapa harga tiap pekerjaan dan tiap tiap
material dan alat yang digunakan untuk pengerjaan Rekonduktoring. Setelah
pengerjaan BoQ perlu dikerjakan analisis SWOT (Strengths, Weakness,
Oppurtunities, and Threats) untuk meyakinkan PLN apa saja kelemahan, kelebihan,
ancaman dan peluang yang dihasilkan dari masing – masing alternatif agar PLN bisa
mempertimbangkan mana alternatif yang akan dipilih dan bisa memikirkan resiko dan
keuntungan nya untuk jangka yang lebih Panjang. Jika pengerjaan tersebut telah
selesai maka diserahkan kepada PLN. Jika PLN sudah menyetujui baru direncanakan
alternatif tersebut sehingga menghasilkan pekerjaan yang efektif dan minim resiko.

3. Mengolah dan merencanakan DPT


Setelah mengambil data di lapangan, proses selanjutnya adalah mengolah dan
merencanakan DPT yang sesuai dengan ketentuan. Setelah memindahkan data dari
Theodolite ke Komputer maka ditetapkan dan dihubungkan koordinat yang sudah
didapat pada Autocad. Setelah koordinat dihubungkan maka Langkah selanjutnya
adalah merancang dan mendesain DPT dengan menggunakan Aplikasi Microsoft
Excel dan Autocad. Pada Microsoft Excel ditentukan berapa H (Tinggi DPT), B
(Lebar DPT), h (kedalaman tanah hingga DPT), D (Kedalaman DPT dari tanah), bs
(lebar bawah DPT), bt (Lebar atas DPT), dan bb.
Sebelum mengolah data, tanah di uji dulu dengan menggunakan Soil test dam Uji
Boring sampai tanah keras terdalam. Jika sudah diambil sample tanah tersebut di uji
di lab sehingga mendapatkan  pada kedalaman tanah yang akan direncanakan DPT.
Setelah semua data terkumpul maka diperhitungkan Berat tanah yang terdampak dan
juga berat retaining wall. Setelah berat tiap tanah dan retaining wall diketahui langkah
selanjutnya menghitung jarak titik berat tiap tanah yang terdampak dan juga retaining
wall. Setelah diketahui maka dicari Tekanan tanah aktif (Pa) dan tekanan tanah pasif
(Pp). Setelah ditemukan semua komponen nya dihitung control Overturning Stability,
Shear Stability, dan Bearing Capacity Check. Setelah semua control OK maka
langkah selanjutnya adalah penggambaran Layout Rencana DPT daqn juga potongan-
potongan dan detail DPT yang akan direncanakan. Pada gambar tersebut terdapat
Ground Level dan juga dimensi DPT yang sesuai dengan hitungan yang telah
direncanakan. Pada gambar tersebut juga harus memuat material, serta volume dari
retaining wall dan juga pasir urug, dan juga volume coran. Setelah desain beres
langkah selanjutnya adalah memberi dokumen hasil desain kepada PLN. Jika PLN
sudah menyetujui maka selanjutnya pihak kontraktor melaksanakan pekerjaan DPT
tersebut.

4. Survey Lapangan untuk membuat Tower Rencana


Setelah beberapa bulan bekerja, pada wilayah KIIC terdapat SUTT yang terdampak
jalur Kerta Cepat Indonesia China (KCIC), akibat nya tower SUTT tersebut harus
dipindahkan untuk merencanakan tower sementara (TS). Setelah sebelum nya
menembak beberapa komponen yang outputnya berupa Peta Situasi, Langkah
berikutnya adalah merencanakan posisi tower rencana yang akan di plot pada
lapangan dan juga membuat Route Map, Long Profile serta Tower Schedule jalur
transmisi yang akan direncanakan. Setelah semua telah dimuat Langkah selanjutnya
menunggu approve dari pihak pemilik tanah dan PLN apakah tower rencana tersebut
dapat berdiri seusai dengan yang direncanakan atau ada hambatan lain sehingga tower
tersebut tidak dapat berdiri pada lahan tersebut. Hambatan yang dihadapi untuk
mendirikan Tower Sementara tersebut adalah karena lahan T.01S bawah nya terdapat
sungai dan di sekitar Leg tower rencana terdapat kantor Trans Heksa Karawang.
Pihak Artha Industrial Hill menghimbau untuk merencanakan tower dengan minimal
7 meter dari kantor sehingga meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Untuk
T.02S terdapat hambatan karena pihak Artha Industrial Hill rencananya ingin
membuat WTP pada daerah tersebut sehingga tower rencana harus dipindahkan dan
direncanakan kembali.

5. Membuat Route Map, Long Profile, dan Tower Schedule


Setelah mengambil data tower eksisting dan tower rencana Bersama surveyor di
lapangan Langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan membuat Route Map,
Long Profile dan Tower Schedule. Langkah pertama membuat route map. Setelah
memasukan dan menandakan tower rencana dan tower eksisting pada google earth
Langkah selanjutnya adalah mengambil data batas gambar google earth yang akan
diambil dengan mengambil sudut latitude dan longitude Kiri atas google earth dan
sudut latitude dan longitude kanan bawah google earth batas gambar yang akan
diambil. Setelah dapat maka sudut tersebut disimpan pada notepad dan yang nantinya
sudut bersatuan sudut, menit dan detik tersebut akan di convert menjadi bentuk sudut
decimal pada aplikasi Universal Maps Downloader. Setelah mengconvert sudut
tersebut maka dimasukan ke dalam kolom left longitude, top latitude, right longitude,
dan bottom latitude. Setelah itu download data tersebut dengan mengklik start.
Setelah itu klik tools dan klik Map combiner untuk mendownload file yang
dibutuhkan seperti jpeg, tiff dan png. Setelah data sudah didownload dari Universal
Maps Downloader Langkah selanjutnya adalah membuka Global Mapper dan
membuka data yang sudah didownload. Setelah itu klik Configuration untuk
mengubah koordinat dari Geographic (Latitude/Longitude) menjadi ke dalam format
UTM. Setelah selesai maka data di export ke dalam format ECW dengan mengklik
File – Export – Export Raster/Image Format – ECW File – OK. Setelah itu Langkah
selanjutnya adalah membuka Autocad. Setelah itu membuka file ecw dengan
mengklik insert kemudian klik raster image refrence dan klik file ecw tersebut lalu
klik OK. Setelah peta di import ke autocad Langkah selanjutnya adalah menandakan
titik titik tower dengan memberi detail seperti jalur trasmisi, jarak antar span, identitas
tower, tipe tower, dan koordinat tower. Setelah semua detail dimasukan maka
Langkah selanjutnya memasukan gambar Route Map ke dalam Layout dan nanti nya
di import ke dalam bentuk PDF. Setelah membuat Route Map Langkah selanjutnya
adalah membuat Long Profile. Pada penggambaran Long Profile, data yang dimuat
dalam gambar tersebut berupa nomor titik profil (nama tower atau titik antar
kenaikan/penurunan tanah), Tinggi titik profil (tinggi permukaan tanah), jarak antar
profil, nomor tower, tipe tower, jarak antar tower (jarak span), besar dan arah sudut
deviasi. Semua data tersebut diambil dari survey tower eksisting yang sudah disurvey
sebelumnya dan desain tower rencana yang akan dirancang. Pada long profil juga
memuat rasio yaitu dengan perhitungan beban gaya konduktor (Weight Span) dibagi
berat beban angin (wind span). Berat beban angin (Wind span) didapat dari
penjumlahan jarak span ke tower sebelumnya dan jarak span ke tower setelahnya
dibagi 2. Rasio tersebut umumnya harus berkisar diantara 0,7-1,5. Setelah
mencantumkan rasio, pada long profile juga harus digambarkan andongan span yang
sesuai tipe menurut PLN. Andongan tersebut harus digambarkan sesuai dengan tipe
nya menurut jarak span yang direncanakan/yang sudah ada pada lapangan. Jika sudah
mencantumkan andongan, kemudian dihitung clearance titik tertinggi bangunan/benda
yang mendekati konduktor pada andongan tersebut. Setelah semua selesai maka
gambar dibuat layoutnya untuk diconvert ke dalam bentuk PDF. Setelah membuat
Long profile Langkah selanjutnya adalah membuat tower Schedule. Dalam Tower
Schedule harus membuat konduktor yang dipakai, Earth Wire yang dipakai, Nomor
tower, tipe tower, sudut deviasi, beban gaya konduktor (Weight Span), berat beban
angin (wind span), Jarak span tower ke tower (Span Length), Crossing (Lahan yang
dilintasi konduktor), dan Keterangan (Tower Eksisting, Tower Sementara, Tower
Emergency, dll). Setelah dibuat tower schedule maka data basic design diprint dan
diajukan kepada PLN.
6. Ikut menentukan titik level, galian tanah dan menentukan titik Back to Back Stub
Tower.
Setelah semua design tower rencana di approve PLN Langkah selanjutnya adalah
memberikan dokumen kepada pihak kontraktor agar nantinya dirancang dan dibangun
pada lapang yang telah ditentukan lokasinya sesuai koordinat tower rencana. Bersama
surveyor ke lapang menentukan titik AS tower, Batas galian tiap leg, dan titik as tiap
leg-leg tower. Setelah tower distaking out maka menunggu pihak kontraktor untuk
digali atau ditimbun terlebih dahulu untuk membuat pondasi. Sebelum menimbun dan
menggali tanah, surveyor menembak batas galian dan timbunan yang nantinya akan
ditandai agar kontraktor tau batas level galian dan timbunan yang harus dikerjakan.
Setelah pekerjaan galian dan timbunan selesai maka kontraktor mengerjakan
pekerjaan borpile sesuai dengan gambar desain yang telah disetujui PLN. Sembari
menunggu pihak kontraktor mengerjakan pekerjaan borpile, untuk mengerjakan
survey back to back tower sesuai gambar desain, menghitung manual menggunakan
aplikasi excel untuk pekerjaan back to back tower dengan cara menggunakan
persamaan segitiga. Ketika ingin menyurvey back to back tower, pengukuran diambil
dari AS tower. Sebelum memulai pengukuran terlebih dahulu melakukan back sight
ke titik TP yang sebelumnya sudah pernah diambil. Setelah koordinat sesuai maka
Langkah selanjutnya surveyor menembak ke titik arah galian leg tower untuk
menentukan titik leg tower tempat dimana stub tersebut harus terpasang. Setelah
ditembak dan titiknya tepat maka ujung stub bawah ditaruh dibagian tersebut.
Pemasangan stub dibantu dengan ekskavator dan juga skur yang dipasang di dua sisi
yang berlawanan. Pemasangan skur agar memudahkan untuk pemasangan stub jika
posisinya sudah tepat skur dipatok dengan bambu lalu di cor menggunakan beton.
Pengukuran back to back stub ini juga dibantu dengan unting-unting di atas stub yang
ditarik ke bawah sepanjang satu meter, untuk menghitung apakah posisi stub sudah
sama dengan yang ada pada desain. Setelah elevasi stub dan jarak back to back antara
stub dengan as tower maupun top leg stub dengan top leg stub lainnya, maka
pekerjaan pilecap baru bisa dilanjutkan.

7. Check Verticality Tower


Pada DK 35+420 (Hankook-Jababeka) terdapat tower yang terlihat miring dan PLN
meminta untuk di check Bersama surveyor. Pada pengecekan ini diikut sertakan juga
pihak PLN E, PLN UPT, PLN UIT, Binsarindo, WIKA dan pihak kontraktor.
Pengecekan ini dimulai dari Tower 25 dari vertical (samping kiri/kanan tower).
Pengecekan ini dimulai dengan mengambil penembakan titik as tower. Setelah
ditembak maka ditulis jarak dari alat ke as tower. Setelah didapat maka pengecekan
dilanjut ke body tower paling bawah. Body tower ini menjadi acuan ke bagian tower
lainnya apakah bagian lainnya terdapat kemiringan atau tidak. Pada body tower
dijadikan acuan 0 derajat dan sudut vertical diambil.
Setelah body tower terbawah diambil maka Langkah selanjutnya adalah mengambil
body atasnya kemudian pinggang-pinggang tower dan nanti nya akan diambil traves-
traves tower dan juga GSW tower. Setelah semua didapat maka mulai mengolah data
dengan cara sudut vertical yang diambil dikurangi dengan sudut vertical body tower
terbawah. Setelah didapat maka dicari jarak alat ke bagian tersebut dengan cara jarak
alat ke as dikali dengan cos sudut vertical yang sudah dikurangi. Setelah didapat maka
dicari jarak geser nya dengan cara tan(360°-sudut horizontal yang didapat) dikali
jarak alat ke bagian yang ingin dihitung. Setelah dihitung maka dicari juga semua
bagian sampai GSW agar terlihat bagian mana saja yang miring. Untuk pengambilan
kemiringan horizontal juga dilakukan dengan cara yang sama namun pengambilan
dilakukan dari depan tower. Setelah Tower 25 selesai maka pengerjaan selanjutnya
melakukan pengambilan Tower 26.

Anda mungkin juga menyukai