1 SM
1 SM
Abstrak
Penerapan ISO 9001 khususnya versi terbaru tahun 2015 sangat diperlukan oleh industri manufaktur
karena ISO ini mampu menjadi jaminan kepercayaan terhadap kualitas produk yang dihasilkan dan juga dinilai
mampu menjadi salah satu faktor peningkatan produktivitas, serta peningkatan efisiensi proses dan biaya
dengan pendekatan pemikiran berbasis risiko yang diharapkan lebih membuat perusahaan menjadi lebih
proaktif dalam mencegah dan mengurangi efek yang tidak dikehendaki dan selalu memperbaiki sistem secara
berkelanjutan. Keberhasilan dalam mengimplementasikan ISO 9001:2015 di Industri Manufaktur sendiri tidak
terlepas dari banyak faktor pendukung maupun penghambat yang mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi ISO 9001 pada industri
manufaktur yang. Terdapat 8 kategori faktor yang dikembangkan dari jurnal dan sumber literatur lainnya.
Indikator tersebut digolongkan berdasarkan persamaan yang terdapat dari beberapa faktor yang diidentifikasi
antara lain : Motivasi Perusahaan, Komitmen Perusahaan, Peranan Personal, Komunikasi Efektif, Interpretasi
Persyaratan, Strategi Perusahaan, Perbaikan Berkelanjutan dan Lingkungan Eksternal Perusahaan. Hasil dari
pembobotan menggunakan perbandingan berpasangan, didapatkan nilai pembobotan masing-masing faktor
secara berurutan masing-masing yaitu 0.165; 0.215; 0.049; 0.058; 0.131; 0.164; 0.132; dan 0.086. Berdasarkan
perangkingan setiap faktor didapatkan bahwa faktor Komitmen Perusahaan yang paling tinggi nilai bobotnya
dan faktor Peranan Personel yang paling rendah.
Kata Kunci : ISO 9001:2015, Analisis Faktor, Keberhasilan Implementasi ISO 9001:2015, Analytical
Hierarchy Process, Metode Delphi
Abstract
[Analysis Of Factors Affecting The Success Of Implementation Of ISO 9001: 2015 In
Manufacturing Industry]. Implementation of ISO 9001 in particular the latest version 2015 is required by the
manufacturing industry because ISO is able to be a guarantee of confidence in the quality of products and also
considered to be one factor of increased productivity, and increased process efficiency and cost with a risk-
based approach thinking expected to further make the company become more proactive in preventing and
reducing the unwanted effect and constantly improve the system. Success in implementing the ISO 9001: 2015
in the Manufacturing Industry itself is inseparable from many factors supporting or inhibiting influence. This
study aims to identify the factors that affect the successful implementation of ISO 9001 in manufacturing
industries. There are eight categories of factors that developed from journals and other literature sources. The
indicators are classified based on the equation that there are several factors that were identified include:
Company’s Motivation, Corporate Commitment, Role of Personal, Effective Communication, Interpretation of
Terms, Corporate Strategy, Continuous improvement and Company’s External Environment. Results of
weighting using pairwise comparison obtain a score weighting of each factor in a sequence those are 0.165;
0.215; 0.049; 0.058; 0.131; 0.164; 0.132; and 0.086. Based on the ranking of each factor obtained that
Corporate Commitment is the highest weight value factor and Role of Personal is the lowest.
Keywords : ISO 9001:2015, Factor Analysis, successful implementation of ISO 9001:2015, Analytical
Hierarchy Process, Delphi Method
1. Pendahuluan komitmen manajemen terutama pimpinan
Industri manufaktur saat ini menjadi organisasi yang sering mendelegasikan tugas
salah satu industri yang mampu menampung dan wewenangnya dalam penerapan sistem
banyak tenaga kerja. Salah satu tren yang manajemen mutu tanpa mau berusaha untuk
muncul dalam sektor industri manufaktur memahami dan mengerti sistem manajemen
adalah pengadopsian Sistem Manajemen mutu.
Mutu ISO, khususnya ISO 9001. Menurut Van Penerapan ISO 9001 sendiri sangat
Den Heuvel, dkk (2005), standar ini adalah diperlukan oleh industri manufaktur karena
sebuah hasil consensus yang diakui secara ISO 9001 : 2015 mampu menjadi jaminan
internasional yang mengatur tentang praktek- kepercayaan terhadap kualitas produk yang
praktek manajemen yang baik yang mampu dihasilkan. Penerapan ISO 9001:2015 juga
mengendalikan industri manufaktur pada dinilai mampu menjadi salah satu faktor
pencapaian mutu produk yang baik. peningkatan produktivitas, serta peningkatan
Pencapaian mutu produk yang baik ini yang efisiensi proses dan biaya. Menurut pendapat
nantinya akan menjadi upaya dalam mencapai, dalam wawancara dengan salah satu Auditor
memperkuat serta mempertahankan daya ISO 9001, ISO 9001 merupakan standar yang
saing suatu perusahaan (Magd dkk, 2003). selalu dimutakhirkan untuk menjaga supaya
Pada akhir 2008 sendiri, ISO 9001 tetap layak digunakan oleh industri dan
secara global telah diterapkan oleh setidaknya menyesuaikan kondisi perkembangan industri.
982.832 organisasi atau perusahaan dimana ini Maka, industri manufaktur perlu menerapkan
menujukkan bahwa penerimaan terhadap ISO 9001:2015 karena hal ini menjadi
standar ini cukup tinggi. Di ASEAN, jumlah kewajiban perusahaan untuk menyesuaikan
organisasi/ perusahaan yang sudah standar sebelum standar yang lama dinyatakan
tersertifikasi ISO 9001 sebanyak 42.655. Versi obsolete(kadaluarsa). Sertifikasi bukan tujuan
baru dari ISO 9001 yang terbit 23 September akhir dan akan ditinjau secara periodik.
2015 ini memiliki banyak perbedaan Perusahaan juga bisa kehilangan sertifikasinya
dibanding ISO 9001:2008. Mulai dari bab dan apabila ditemukan penurunan terhadap
sub-bab, serta urutan klausul benar-benar performansi penerapannya.. Oleh karena itu,
terstruktur dan dikelompokkan dengan baik. industri manufaktur perlu mempersiapkan
Klausul yang dibuat rapi ini bertujuan berbagai hal dalam penerapannya untuk
memudahkan perusahaan untuk memasukkan mencapai efektivitas serta keberhasilan.
komponen standar ISO lain yang dianggap Dengan demikian, industri
relevan, seperti ISO 14001:2015, ISO 55001, manufaktur perlu untuk mendorong dan
dan ISO 45001. Tak hanya itu, jumlah klausul menerapkan faktor-faktor kunci sukses
pada ISO 9001:2015 pun bertambah. ISO penerapan ISO 9001 dapat berlangsung secara
9001:2008 memiliki 8 klausul sedangkan ISO efektif, khususnya yang mengacu pada
9001:2015 memiliki 10 klausul prinsip-prinsip ISO 9001:2015 sebagai sistem
Sementara itu, pada penerapannya manajemen mutu yang baru dan diberlakukan
sendiri di perusahaan-perusahaan manufaktur, pada industri manufaktur saat ini. Oleh sebab
masih banyak ditemui kasus dimana sertifikasi itu, penelitian untuk mengidentifikasi faktor-
ISO 9001 sendiri hanya digunakan sebagai faktor kunci sukses dalam penerapan ISO
tujuan akhir dari manajemen mutu dimana 9001:2015 bagi industri manufaktur perlu
justru aspek fungsional dari penerapan ISO untuk dilakukan.
9001 sebagai panduan manajemen mutu tidak
terlalu dihiraukan. Selain itu sering terjadi
inkonsistensi dalam penerapan ISO 9001,
2. Kajian Literatur 2. Keselarasan dokumentasi dengan
Literatur yang akan dibahas yakni struktur klausul standar ini
mengenai ISO 9001, Perbedaan ISO 3. Penggunaan terminologi spesifik
9001:2008 dengan ISO 9001:2015, Metode standar ini dalam organisasi
Delphi dan Analytical Hierarchy Process. Persyaratan sistem manajemen mutu yang
ditentukan dalam standar ini melengkapi
2.1 Pengertian ISO 9001 persyaratan untuk produk dan layanan.
ISO 9001 : 2015 adalah suatu standar
internasional untuk sistem manajemen mutu. 2.2 Perbedaan ISO 9001:2008 dengan ISO
ISO 9001 : 2015 menetapkan persyaratan- 9001:2015
persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan Berikut ini perubahan atau perbedaan
penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, utama ISO 9001:2015 dibandingkan ISO
yang bertujuan untuk menjamin bahwa 9001:2008 :
organisasi akan memberikan produk (barang
atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang 1. Klausul Bertambah
ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ISO 9001:2008 memiliki 8 klausul
ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan sedangkan ISO 9001:2015 memiliki 10
dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan klausul. Bila diperhatikan, struktur klausul
oleh organisasi. ISO 9001:2015 lebih rapi karena telah
Penerapan sistem manajemen mutu dikelompokkan dengan baik. Tabel 1
merupakan keputusan strategis bagi suatu berikut adalah perbandingan antara
organisasi yang dapat membantu untuk keduanya:
meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan
dan memberikan dasar yang kuat untuk Tabel 1 Perbadingan Klausul ISO
inisiatif pembangunan berkelanjutan (Final
Draft ISO 9001:2015). Potensi manfaat untuk ISO 9001:2008 ISO 9001:2015
organisasi menerapkan sistem manajemen 1. Scope 1. Scope
mutu berdasarkan standar ini adalah : 2. Normative 2. Normative
1. Kemampuan untuk secara konsisten References references
menyediakan produk dan layanan 3. Terms and 3. Terms and
yang memenuhi kebutuhan pelanggan definitions definitions
dan persyaratan hukum dan peraturan 4. Quality management 4. Context of the
yang berlaku system organization
5. Management 5. Leadership
2. Memfasilitasi peluang untuk
responbility 6. Planning
meningkatkan kepuasan pelanggan 6. Resource 7. Support
3. Menangani risiko dan peluang yang management 8. Operation
terkait dengan konteks dan tujuannya 7. Product realization 9. Performance
4. Kemampuan untuk menunjukkan 8. Measurement, evaluation
kesesuaian dengan persyaratan sistem analysis, and 10. Improvement
manajemen mutu yang diterapkan. improvement
Standar ini dapat digunakan oleh
pihak internal dan eksternal 2. Prinsip ISO 9001 Berkurang
Ini bukan maksud dari standar ini ISO 9001:2008 memiliki 8 prinsip
menyiratkan perlunya : adapun ISO 9001:2015 memiliki 7
1. Keseragaman dalam struktur sistem prinsip. Tabel 2 berikut menunjukkan
manajemen mutu yang berbeda
perbandingan 8 prinsip IS0 9001:2008 mendesain suatu kuesioner yang nantinya
dengan 7 prinsip ISO 9001:2015. akan diajukan kepada para ahli (responden
grup). Setelah semua jawaban dari kuesioner
Tabel 2 Perbedaan Prinsip ISO 9001 didapat, setiap responden diberikan
kesempatan untuk kembali mengevaluasi
jawaban mereka. Setelah itu, tim
menyimpulkan hasil jawaban yang didapat
tersebut. Berdasarkan kesimpulan tersebut,
tim kembali merancang kuesioner tahap
selanjutnya untuk kembali diajukan kepada
kelompok responden. Metode Delphi seperti
ini dikenal juga dengan nama “Conventional
Delphi”.
Menurut Linstone dan Turrof (2002)
Prosedur Delphi mempunyai ciri- ciri antara
lain (1) mengabaikan nama, (2) iterasi dan
feedback yang terkontrol, (3) respon
kelompok secara statistic. Biasanya kuesioner
3. Istilah Baru Untuk Dokumen
Delphi mencapai 3-5 putaran, tergantung pada
4. Tidak Ada Prosedur Wajib
derajat kesesuaian dan jumlah penambahan
5. Manual Mutu Tidak Wajib
informasi yang berlaku di mana kuesioner
6. Management Representative tidak harus
pertama menanyakan pada individu untuk
ada
merespon pertanyaan dalam garis besar.
7. Tidak ada pengecualian klausul
Setiap subsequent questioner dibangun
8. Mengganti Istilah Preventive Action
berdasarkan respon kuesioner pendahuluan
dengan Risk Management nya. Proses akan berhenti ketika consensus
9. Membedakan Istilah Produk dan Jasa mendekati partisipan atau ketika pergantian
10. Mengganti Beberapa Istilah informasi cukup berlaku. Berikut adalah
prosedur dari metode Delphi:
2.3 Metode Delphi a. Mengembangkan pertanyaan Delphi
Metode Delphi merupakan suatu metode b. Memilih dan Melakukan kontak
yang dilakukan dengan membentuk suatu responden
kelompok atau komunikasi grup yang terdiri c. Memilih ukuran contoh
dari para ahli untuk membahas suatu d. Mengembangkan kuesioner dan tes
permasalahan. Umumnya para ahli yang (1)
dilibatkan merupakan para ahli yang memiliki e. Analisis kuesioner 1
keahlian di bidang permasalahan yang sedang f. Pengembangan dan Tes (2)
dibahas. Para ahli yang ada tidak saling g. Analisis kuesioner 2
mengetahui siapa saja yang terlibat di h. Pengenmbangan dan Tes (3)
dalamnya sampai nantinya dipertemukan pada i. Analisis kuesioner 3
tahap akhir dari pelaksanaan metode Delphi j. Menyiapkan laporan akhir
ini (Gordon, 1994; Linston and Turrof, 2002).
Proses pelaksanaan metode Delphi yang 2.4 Metode AHP (Analytical Hierarchy
umum dilakukan sekarang ini terdiri dari dua Process)
metode/versi (Linstone and Turoff, 2002) : Analitical Hierarcy Process merupakan
“Paper and Pencil Version”, dimana pada metode yang dikembangkan oleh Thomas L.
metode ini suatu tim dibentuk untuk Saaty pada periode 1971-1975 ketika di
Wharton Business School. Thomas L. Saaty Tabel 3 Skala Perbandingan Berpasangan
merupakan ahli matematika. Pada dasarnya
AHP merupakan metode pengukuran. AHP
adalah teori pengukuran melalui perbandingan
berpasangan dan bergantung pada penilaian
para pakar untuk mendapatkan skala prioritas
Metode ini digunakan untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan yang
kompleks. AHP akan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan menyusun berbagai prioritas-prioritas.
Proses prioritas didasarkan atas data yang
didapatkan dilapangan dengan para pakar.
Proses ini bergantung pada imajinasi,
pengalaman, dan pengetahuan untuk
menyusun hierarki suatu permasalahan dan
bergantung pada logika dan pengalaman untuk
memberi pertimbangan.
Berikut ini merupakan prinsip-prinsip 3. Metode Penelitian
dasar dari AHP menurut Latifah (2005): Metode penelitian ini digunakan sebagai
a. Penguraian (Decomposition) acuan dalam melakukan penelitian. Metode
b. Perhitungan Komparatif penelitian ini terdiri dari desain penelitian,
(Comparative Judgement) pengembangan faktor-faktor yang
c. Sintesis Prioritas (Synthesis of mempengaruhi. Penentuan metode, teknik
Priority) pengumpulan data, dan tahap usulan atau
d. Konsistensi Logis (Logical rekomendasi penelitian.
Consistency)
3.1 Desain Penelitian
Dalam AHP, terdapat matriks perbandingan Jenis desain penelitian yang digunakan
berpasangan sebagai berikut. dalam penelitian ini adalah penelitian secara
kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan
deskriptif. Dikatakan deskriptif karena
tujuannya adalah untuk menggali informasi
dari berbagai sumber yang ada lalu
menyusunnya menjadi sebuah informasi yang
disajikan sebagai pedoman bagi objek
penelitian untuk kemudian dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah pengumpulan
Gambar 1 Matriks Perbandingan Berpasangan data, pengolahan data dan analisis serta
membuat kesimpulan. Analisis kualitatif
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
Skala Perbandingan tingkat kepentingan yang mempengaruhi keberhasilan
menurut Saaty (1980), adalah seperti pada implementasi ISO 9001 : 2015. Identifikasi
Tabel 3 sebagai berikut. faktor-faktor dilakukan dengan wawancara
dan kuesioner yang ditujukan secara langsung
pada pihak yang terkait dalam perusahaan
dengan menggunakan metode delphi. Analisis Tabel 4 Data Yang Dibutuhkan dalam Penelitian
kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil
penilaian terhadap bobot kepentingan masing-
masing faktor yang telah dikembangkan
berdasarkan literatur yang valid dan dengan
menggunakan metode penelitian yang sesuai.
Sementara rekomendasi pengoptimalan
dilakukan dengan brainstorming secara
mendalam dengan para ahli yang ada di
perusahaan.
Persyaratan Pihak 1. Pemantauan persyaratan pihak Komunikasi dengan 1. Mengirim serta menerima
14
Yang Berkepentingan yang berkepentingan secara berkala 26 Pihak Yang informasi dengan cepat untuk dapat
Berkepentingan memberikan respon yang cepat
Tabel 9 Rekomendasi Pengoptimalan (Lanjutan) faktor yang telah dikembangkan kemudian
divalidasi oleh stakeholder yakni responden
No Subfaktor Rekomendasi Pengoptimalan
yang berasal dari BBTPPI dengan
Komunikasi antar 1. Adanya meeting dan briefing
menggunakan metode Delphi sehingga telah
27 sesuai dengan prinsip-prinsip ISO 9001:2015.
Manajemen sessions secara berkala
Terdapat 8 kategori faktor yang disusun antara
Peningkatan Market 1. Inovasi produk lain sebagai berikut : Motivasi Perusahaan,
28
Share Komitmen Manajemen, Peranan Personal,
2. Strategi bisnis dan pemasaran
1. Peningkatan kepedulian dan Komunikasi Internal dan Eksternal,
29 Kerjasama Tim kepemimpinan Interpretasi Persyaratan, Strategi Perusahaan,
2. Pembagian tugas yang jelas Perbaikan Berkelanjutan dan Lingkungan
30 Kompetitor
1. Pemantauan terhadap market Eksternal Perusahaan. Sementara itu, ada 37
share secara berkala subfaktor yang disusun sesuai masing-masing
1. Penetapan metode untuk kategori faktor
monitoring kepuasan pihak
Monitoring Kepuasan
berkepentingan secara berkala
Berdasarkan hasil pembobotan yang
31 Pihak Yang dilakukan maka didapatkan nilai bobot
Berkepentingan 2. Evaluasi dan tindak lanjut dari
hasil monitoring kepuasan pihak masing-masing faktor antara lain sebagai
berkepentingan
berikut : Motivasi perusahaan sebesar 0.165,
Komunikasi antar
1. Mengirim serta menerima Komitmen Perusahaan sebesar 0.215, Peranan
32 informasi dengan cepat untuk dapat
Penyedia Eksternal
memberikan respon yang cepat Personel sebesar 0.049, Komunikasi Internal
dan Eksternal sebesar 0.058, Interpretasi
1. Penjagaan kualitas produk Persyaratan sebesar 0.131, Strategi
33 Citra Perusahaan 2. Pelayanan prima terhadap pihak
berkepentingan
Perusahaan sebesar 0.164, Perbaikan
Berkelanjutan sebesar 0.132 dan Lingkungan
Komunikasi antar
34 Manajemen dengan
1. Adanya meeting dan briefing Eksternal Perusahaan sebesar 0.086. Dari data
sessions secara berkala nilai bobot diatas dapat diketahui bahwa faktor
Karyawan
yang sangat tinggi bobot prioritasnya untuk
Peningkatan Produk
35 dan Layanan Pihak
1. Peningkatan kompetensi dipertimbangkan adalah Komitmen
2. Penyediaan sarana dan prasarana
Yang Berkepentingan yang sesuai
Perusahaan dan yang paling rendah adalah
Peranan Personel. Hal ini mengindikasikan
36
Komunikasi antar 1. Adanya meeting dan briefing bahwa Industri Manufaktur perlu
Karyawan sessions secara berkala
memperhatikan Komitmen Perusahaan untuk
1. Peningkatan kompetensi setiap dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan
Peningkatan personil dalam proses operasional performansi dalam mencapai keberhasilan
37 Kecepatan dengan pelatihan implementasi ISO 9001:2015.
Pengiriman Barang 2. Penyediaan sarana dan prasarana
yang sesuai Rekomendasi usulan berisi tindakan-
tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya
5. Kesimpulan mengoptimalkan penerapan ISO 9001:2015 di
Berdasarkan penelitian yang telah Industri Manufaktur. Contoh rekomendasi
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan perbaikan yang tertera dalam tabel 5.1 antara
sebagai berikut. lain sebagai berikut : Evaluasi kompetensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi SDM, perencanaan anggaran yang tepat,
keberhasilan dalan implementasi sistem kepedulian manajemen, monitoring kepuasan
manajemen mutu ISO 9001:2015 secara berkala, optimasi pemeliharan sarana
dikembangkan dari literatur-literatur berupa dan prasarana, pemantauan sasaran mutu,
penelitian-penelitian sebelumnya. Faktor- inovasi produk, evaluasi risiko dan peluang,
Pengendalian informasi terdokumentasi, Psomas, Evangelos L., Fotopoulos, Christos
pemantauan terhadap market share dan V., dan Kafetzopoulos, Dimitrios P.
sosialisasi Sistem Manajemen Mutu ke (2010). Critical Factors for Effective
seluruh personel perusahaan Implementation of ISO 9001 in SME
Serve Companies. Journal Managing
Daftar Pustaka Service Quality. Vol.20 No.5., Hal 440-
Castillo, dkk. (2016). The influence of 457.
motivations and other factors on the Saaty, T.L., (1980). The Analytic Hierarchy
results of implementing ISO 9001 Process, McGraw-Hill, New York.
standards. European Research on Van den Heuvel, Japp dkk. (2005). An ISO
Management and Business Economics, 9001 Quality Management System in a
Hal 9-10. Hospital Bureaucracy or Just Benefits?.
Gordon, Davis. (1994). Management System International Journal of Health Care
Information. TP. Midas Surya Grafindo. Quality Assurance. Vol.18. No.5, Hal.
Jakarta 361-369.
ISO 9001:2008, (2008). International Wahid, Roslina Ab, dan Corner, James (2009).
Standard. Quality Management Systems Critical Success Factors and Problems in
Requirements. ISO 9000 Maintenance. International
ISO 9001:2015, (2015). International Journal of Health Care Quality
Standard. Quality Management Systems Assurance, Vol.18 No.5, Hal 361-369.
Requirements.
Kaziliunas, A. (2010). Success factors for
quality management systems:
certification benefits. Intelektine
Ekonomika, (2), 30-38.
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Latifah. (2005). Prinsip-Prinsip Dasar
Analytical Hierarchy Process. Medan:
Universitas Sumatra Utara (USU)
Linstone H. A, Turrof M. (2002). The Delphy
Method: Technique and Application.
New Jersey: NJT Information System
Department
Magd, Hesam dkk. (2003). ISO 9001
Implementation: A Study of
Manufacturing Companies in Saudi
Arabia. Managerial Auditing Journal.
Vol.18 No.4. Hal. 313-322.
Magd, Hesam. (2010). Quality Management
Standards (QMS) Implementation in
Egypt: ISO 9000 Perspectives. Global
Business and Management Research
International Journal. Vol.2, No.1, Hal.
57-68