Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KONSEP FILOSOFI BIDAN DAN KEBIDANAN


YANG MENDASARI PROFESIONALISME

A. PENDAHULUAN
Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak
adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat
sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik.

Capaian pembelajaran pada bab ini


Mahasiswa mampu mendiskripsikan konsep dan filosofi bidan dan kebidanan yang
mendasari profesionalisme, yaitu meliputi bahasan tentang definisi bidan, Sejarah dalam
kebidanan (bidan, pendidikan bidan dan pelayanan kebidanan, Peran bidan dalam konteks
nasional dan global)

B. URAIAN MATERI
1. Definisi bidan.
Menurut Undang-undang no 4 Tahun 2019 Tentang kebidanan menyatakn
bahwa Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara
sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
Kebidanan.

Bidan dinamakan midwife atau pendamping istri. Kata bidan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu Wirdhan yang artinya wanita bijaksana Bidan merupakan
profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di
seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara internasional telah
diakui oleh Internasional Confederation of Midwifes (ICM) tahun 1972 dan
International Federation of International Gynaecologist and Obstetritian (FIGO)
tahun 1973.

Definisi bidan menurut ICM, Bidan adalah seseorang yang telah


menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh
kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia
harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan
(post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif,
pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis
serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga
medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan
komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk
menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana
dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah
perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya.

2. Sejarah Dalam Kebidanan (bidan, pendidikan bidan dan pelayanan kebidanan)


a. Zaman Kuno (Sebelum Masehi)

Catatan paling awal keberadaan manusia berisi tentang fakta adanya


pembantu kelahiran. Pembantunya berasal dari keluarga atau di luar keluarga
yang mempunyai pengalaman dalam kelahiran. Hal inilah yang memungkinkan
pertama kalinya mempelopori adanya bidan.mereka tidak menetapkan bayaran
tetapi mendapatkan hadiah. Menurut adat istiadatnya atau kebudayaan wanita
yang boleh menolong persalinan adalah wanita yang sudah melahirkan, tidak
boleh laki-laki hadir adanya acara ritual tertentu sebelum, selama, sesudah
persalinan.

Pada zaman ini praktek-praktek kebidanan yang tradisional mungkin bisa


menolong, meskipun tidak sesuai dengan dasar-dasar ilmiah

1) Bangsa Mesir

Setelah kebidanan pertama kali dikenal didirikan di Mesir, dimana


kebidanan itu adalah suatu hal yang paling mulia, dan diberkahi oleh dewa
bidang-bidangnya terlatih dengan baik dan memiliki pengetahuan Anatomi
Fisiologi, memiliki aturan-aturan dalam memimpin persalinan dan merawat
bayi lahir.

Mereka mempunyai undang-undang dalam mengontrol praktek mereka


dan harus memanggil asisten dari tabib konsultan bila ada masalah selama
persalinan. Bidan juga telah melakukan lirkumsisi pada bayi.

2) Bangsa Yahudi

Pertolongan persalinan di bangsa Yahudi banyak mencontoh pada bangsa


Mesir, hal ini dibuktikan pada pengobatan dan pendidikan kebidanan yang
didapatkan dari bangsa Mesir. Hyigiene merupakan hal yang paling utama
dalam menolong persalinan, temasuk didalamnya merangsang persalinan
dengan bantuan mantra-mantra.
Perawatan neonatus bangsa Yahudi meliputi memotong tali pusat,
memandikan bayi, menggosok badan bayi dengan garam dan
membungkusnya dengan bedongan. Bidan-bidan di Yahudi telah mendapatkan
bayaran atas jasanya.

3) Bangsa Yunani

Bangsa Yunani telah ada bidan yang dapat menolong persalinan, meraka
harus telah mempunyai anak sendiri mereka biasanya dibayar atas pelayanan
yang telah diberikan dan undang-undang yang keras mengontrol praktek mereka.

Hipocrates sebagai bapak pengobatan pada zaman telah merubah


pandangan-pandangan selama dalam kebidanan, kasus pertama yang
ditemukan olehnya adalah kematian akibat demam Puerperalis. Aristoteles
mengajarkan pengaruh-pengaruh praktek kebidanan selama hampir 2000 tahun.

4) Bangsa Roma

Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal dari negeri Yunani melalui
Mesir, ada 2 jenis bidan di Roma yaitu:

a) Bidan yang ahli dibidangnya : mereka di hargai sebagai pemimpin tim


dari ahli obstetri, yang biasanya mereka melakukan praktek sendiri.
b) Bidan yang berstatus rendah : bidan ini sederajat dengan pembantu
persalinan tradisional.

b. Zaman Pertengahan (1500 Masehi)

Pada zaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring dengan penyebaran


agama Keristen, pengetahuan obstetric membuat beberapa penemuan dua kebutuhan
akan bidan untuk dididik telah diakui. Kebidanan masih dipraktekkan secara utuh
oleh wanita biasa.

1) Roma
Pada masa ini ada 2 orang bangsa Roma dalam kebidanan yaitu :
a) Soranus
Ia merupakan spesialis obgyn pertama kali dia menulis buku kabidanan
untuk pertama kalinya dan dia juga yang menggambarkan kualitas atau syarat
seorang bidan yang profesional. Beliau yang pertama kali yang menguraikan
tentang Versi Podalic.

b) Galen
Beliau juga menulis tentang beberapa obstetri Gynekologi. Galen
menguraikan bagaimana bidan mengukur pembukaan servix dengan
menggunakan jari mereka dan penggunaan kursi untuk melahirkan selama
zaman ini seorang bidan bernama Cleopatra menulis karangan tentang
kebidanan. Bidan lainnya seperti Aspasia dikenal baik oleh karena dia
memiliki banyak keterampilan dalam kelahiran bayi diantaranya adalah Versi
Podalic, managemen distocia, dan kontrasepsi.

2) Salerno
Seorang dokter perempuan bernama Trotula yang berasal dari Sekolah
Kedokteran terkenal di negeri ini, menulis sebuah karangan Gynekologi dan
Kebidanan di mana ia menjelaskan penanganan emergensi bagi bidan dalam
penatalaksanaan Retensio Placenta, Perawatan Nifas, Pemeriksaan Bayi Baru
Lahir. Ia juga menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki kepercayaan dan
pendekatan etis dalam pekerjaannya. Trotula juga orang yang pertama kali
berusaha memperbaiki Laseri Parineum derajad tiga.

3) Kerajaan Byzantine
Ini meliputi sebagian besar negara-negara di Eropa timur dengan ibu
kotanya Konstantinopel, selama abad 12 rumah sakit kebidanan pertama kali
ditemukan di sini Paulus of Aegina merupakan bidan yang pertama kali di zaman
ini.
4) Arabia
Kedua dokter Arab, Rhazes dan Avicenna menjelaskan procedur
kebidanan tentang penggunaan lastumen untuk persalinan, nampaknya disinilah
pertama kalinya digunakan instrumen obstetri. Karena kepercayaan agama
menyatakan kebidanan sebagian besar secara keseluruhan berada di tangan
wanita.

c. Zaman Kebangkitan (1500-1700 Masehi)

Pada abad ke-12 sedikit kemajuan telah dibuat dalam hal kebidanan sampai abad
ke-16. pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi telah maju dengan pesat melalui jasa
beberapa orang seperti Leonard de Vinci, Gabriello Fallopio of Italy dan Andreas
Vesallius of Belgium.

1) Prancis
Ambroise Pare adalah seorang ahli bedah yang memberikan konstribusi
dalam bidang kebidanan dan Gynekologi, dia yang memperkenalkan kembali
tentang Versi Podalic dan juga Perintis Sekolah Kebidanan pertama di Prancis.
Francois Mauriceau, dialah orang yang pertama kali menguraikan tentang
kehamilan tuba, presentasi muka dan menjelaskan tentang induksi pembedahan.
Beliau memberikan deskripsi yang jelas tentang mekanisme persalinan
dan beliaupun terkenal oleh karena persalinan wanita ditempat tidur sementara
dengan berupa bangku yang tidak bersandar untuk melahirkan. Louyse
Bourgeois, beliau yang pertama kali mempublikasikan buku obstetric. Marie
Louise Duge, beliau bidan yang pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi
melalui penyimpangan catatan dan data statistik dari 40.000 wanita yang dia
hadiri kelahirannya.
2) Inggris
William Harvey : Yang menguraikan sirkulasi darah pada tahun 1616,
dikenal sebagai bapak kebidanan di Inggris beliau mencatat perkembangan
embrio dan fetus dari seluruh tahap.
William Chamberlen : Beliau mempunyai anak yang bernama Peter yang
mungkin Forceps Obstetri yang terkenal, dimana telah digunakan oleh keluarga
Chamberlen scr diam-diam selamam 3 generasi.
William Smellie : Beliau seorang dokter dan memperdalami ilmu
pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran pinggul,
perbedaan pinggul sempit dan pinggul biasa.
3) Jerman
Justine Slegemudin (1645) adalah bidan pertama di Jerman. Dia ada-lah
bidan di kota Ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan dikerajaan Prussia, dia
bekerja sebagai ilmuan dan mempunyai dokumen lengkap. Tahun 1690
menerbitkan buku pegangan.

4) Swiss
Operasi seksio secarea pertama kali berhasil pada wanita hidup pada
tahun 1500, ketika dokter bedah hewan Swiss Jacob Nuter melakukan operasi
untuk melahirkan anak mereka. Istrinya dapat bertahan hidup samapi usi 77
tahun.
5) Belanda
Hendrick Van Roonhuyze (1622 - ?). yang mempromosikan seksio
secarea dan Hendrick Van Deventer (1651-1724) yang menggambarkan banyak
kelainan punggul keduanya memberikan kontribusi yang sangat penting pada
pelayanan kebidanan dan telah mempublikasikannya di Belanda. Mereka juga
mendirikan organisasi profesi.

d. Sebelum Abad ke-20 (1700 – 1900)


Dua abad sebelum abad ke-20 telah menghasilkan banyak penemuan besar
yang sangat berpengaruh terhadap praktek kebidanan yang membawa banyak orang-
orang kedokteran kedalam kebidanan.
a. William Smellle of Scotland (1697 – 1763) adalah
salah satu ahli obstetric yang berpengaruh pada adab 18 ditenemukan forseps
sesuai dengan ukuran panggul.
b. Ignaz Philip S, dari Hugaria menemukan penyebab
sepsis puerperalis.
c. Josep Lister dari Inggris 1827 – 1912, dia disebut
bapak antik sepsis.
d. Louis Pastur 1822 – 1895, pelopor mikrobiologi
pelopor
e. William James Morton dari Amerika 1846 – 1920
anestesi.
f. James Young Simpson dari Scotlandia, 1811 –
1870, mengenalkan anestesi umum dalam kebidanan.
g. Dr. James Lloyld (1728 – 1810)
h. Dr. William Shippen (1736 – 1808), beliau seorang
tokoh di AS yang mengembangkan kebidanan, beliau mendirikan kursus
kebidanan di Philadelphia gazette, sehingga masih banyak menaruh minat pria
maupun wanita.
i. Dr. Samuel Bard (1742 – 1821), beliau menulis
buku kebidanan yang isinya moderen, yaitu : cara mengukur congurata
diagonalis, kelainan-kelaianan panggul, dan melarang pemeriksaan dalam
apabila tidak ada indukasi menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk
mencegah terjadinya Invertio Uteri, mengajarkan letak muka dapat lahir spontan.
Melarang pemakaian cunam yang berulang-ulang karena akan banyak
menimbulkan kerugian.
j. Dr. Walter Channing (1786 – 1876), belia diangkat
sebagai Profesor kebidanan disekolah kedokteran Harvard.

e. Pelopor-Pelopor yang Berjasa dalam Perkembangan Kebidanan

Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua


didunia sejak adanya peradaban utama manusia, ini terlihat banyaknya pelopor-pelopor
yang berjasa dalam perkembangan kebidanan, antara lain :
1) Hipocrates (460 – 370 Sebelum Masehi)
Selama hidupnya beliau menaruh perhatian besar terhadap perawatan dan
pengobatan sehingga beliau dijuluki sebagai bapak pengobatan. Selain itu belia
menaruh minat pula terhadap kebidanan; menganjurkan agar wanita yang sedang
bersalin ditolong dengan dasar perikemanusiaan dan menganjurkan pula agar wanita
yang bersalin mendapatkan perawatan yang selayaknya.
2) Soranus (98 – 138 Sesudah Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak kebidanan karena beliaulah yang pertama kali
menaruh minat terhadap kebidanan sesudah masa Hipocrates. Soranus juga menulis
buku yang merupakan bukupelajaran, bagi bidan-bidan diberi judul Katekimus bagi
bidan-bidan Roma.

3) Guru-guru besar dari Itali


Pada abad ke XV pengobatan mulai maju lagi terutama mengenai Anatomi dan
Fisiologi tubuh manusia. Guru-guru besar Itali yang terkenal dan banyak berjasa ialah
(1) Vesalius, dan (2) Fabricus, (3) Eustachius yang menemukan taba Eustachius (4)
Fallopius yang menemukan tuba Fallopius, (5) Arantius yang menemukan
ductusArentil. Juga salah seorang murid yang ulung dari guru besar ini adalah William
Harvey (1578 – 1657) ia menyelidiki tentang fisiologi plasenta serta selaputnya.
4) Perkembangan di Prancis
Tokoh yang membawa perkembangan kebidanan di Prancis adalah :
Ambrobe Pare (1510 – 1590) Beliau telah membawa kemajuan kebidanan di Prancis
ini terbukti dengan penemuannya tentang Versi Podali.
5) Perkembangan di Amerika Serikat
Dulu di AS persalinan ditolong oleh dukun-dukun beranak yang tidak
berpendidikan setelah mendengar perkembangan di Inggris serta mendengar pekerjaan
William Smellie dan William Hunter. Beberapa orang AS terpengaruh untuk
memperdalami kebidanan, a.l :
6) Inggris
Tahun 1864 sekolah wanita kebidanan dibuka dilondon, Florance Nightisale
sebagai pelopor pelatih bidan. Tahun 1862 ia membentuk peD. LATIHAN kebidanan
bekerja sama dengan king’s collage hospital.
Tahun 1869 para ahli kebidanan di London menemukan laporan yang penyebab
kematian bayi, salah satu pemecahannya adalah dengan mengadakan panitia ujian, jadi
para para bidan di test dan digelari diploama. Paniti ujuan bidan telah dibentuk dan
pertama kali diadakan tahun 1872 dengan 6 calon pendaftaran ujian dan peD.
LATIHAN ini secara sukarela dan diploma tidak diakui oleh pemerintah. Syarat ujian
untuk London Obstetrical adalah :
1) Surat kelakuan baik
2) Usia antara 20 – 30 tahun
3) Terbukti pernah dapat mendapatkan minimal
25 kasus dibawah bimbingan pegawai dengan nilai memuaskan.
4) Membunyai bukti bibbingan dan dibenarkan
dosen. Mengikuti ujian tulis dan lisan.
Tahun 1881 Midwife Institut didirikan dengan tujuan agar bidan dapat diakui
pemerintah ini diajukan pada sidang parlemen tahun 1890 namun tidak berhasil. Mr.
Heyeood Johnstone mengenalkannya kembali pada tahun 1908, dan kemudian 31 Juli
1902 kerajaan mengakuinya. 1949 diadakan perekrutan bidan dan membuat
rekomendasi bidan serta guru bidan.
Dari sejarah terjadinya medikalisasi wanita di Inggris menuntut haknya dalam
natural child birth, untuk itu bidan bangkit. Dalam praktek pelayanan kebidanan lebih
berorientsi pada wanita, otonomi bidan mandiri. Dalam perkembangan kebidanan
( natural child birth muncul istilah Hydro Therapy, Water Bath, aroma therapy, usic
Therapy, Refleksi, Acupuntur ).
Pendidikan Kebidanan :
1) Direct Entry, SMU + 3 tahun pendidikan bidan
2) Nurse + 18 bulan pendidikan bidan
Mayoritas bidan lulusan diploma dan advence diploma. Setelah tahun 1995
Univrsitas Bachelor membuka pendidikan bidan dari SMU + 3 tahun sampai 4 tahun
hingga ada pendidikan S2.
7) Amerika
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan dibuka tetapi banyak yang tidak
menyetujuinya, mereka berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak
dapat belajar dan menetapkan obstetric. Tahun 1955 American Collage of Nurse –
Midwine (ACNM) dibuka, 1971 di Tenesse bidan menolong persalinan mandiri di
institusi kesehatan. Tahun 1980 an ACNM membuat pedoman dalam hemobinth. 1980
tegaksasi praktek professional bidan, 1982 MANA (Midwine Allance of North
American) dibentuk untuk meningkatkan komunikasi antara bidan serta membuat
peraturan bagi dasar kompetensi untuk melindungi bidan.
8) Australia
Florance Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang mulai
dengan tradisi dan D. LATIHAN-D. LATIHAN pada abad 19 pendidikan bidan
pertama kali di Australia tahun 1862 dengan lulusan dibekali dengan pengetahuan
teori dan praktek.
Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893, sejak tahun 1899 hanya bidan
sekaligus perawat yang terlatih yang boleh bekerja dirumah sakit. Sejak 10 tahun
terakhir pendidikan bidan di Australia mengalami perkembangan yang pesat. Dasar
pendidikan tradisional hospital base program berubah menjadi tentiary course of
studies menyesuaikan kebutuhan masyarakat.
Keberadan bidan di Australia hampir sama dengan keberadaan bidan di AS. Bidan
di Australia didasari pengaruh teknik medical ( pengobatan ) dimana kemandirian
bidan masih menurun. Ini terlihat dengan adanya pertolongan persalinan dibeberapa
negara bagian yang tidak ditolong oleh bidan sehingga di Australia banyak bidaan
hanya membantu mendapingi pertolongan persalinan. Pendidikan bidan di Australia
dimulai dari perawat setelah itu mereka melanjutkan ke S1 + S2 kebidanan.
9) Netherland
Persalinan di Netherland tahun 1988, 80 % ditolong bidan di rumah dan 20 % di
RS. Di Netherland bidan praktek mandiri melakukan pelayanan kebidanan
dikomunitas sehingga kondisi kesehatan ibu baik. Dengan pendidikan bidan selama 3
tahun ( direct Entry ) dan 4 tahun.
Kemandirian bidan masih rendah, persalinan banyak dilakukan di RS. Bidan
bekerja sebagai perawat obsgyn, ahli obsgyn melakukan segalanya. Setelah melihat
negara Eropa pendidikan bidan direct entry mulai berkembang.
10) Jerman
Kemandirian bidan masih rendah, persalinan banyak ditolong dan dilakukan di
RS. Bidan bekerja sebagai perawat obstetric, ahli obstetry melakukan segalanya.
Setelah melihat negara Eropa pendidikan bidan direct entry mulai berkembang.
11) Moscow ( Rusia )
Di Moscow sangat sulit dibedakan antara obstetric dengan bidan/midwife. Ini
terlihat dari konsep bidan yang saangat independen yaitu tidak tergantung pada asuhan
prenatal, intranatal & postnatal. Sehingga pelayanan kebidanan dinegara ini tidak
memuaskan.
12) Bangladesh
Di India bidan dikategorikan dari pengalamannya:
a) Penolong persalinan kelas atas ( 5 - 10 persalinan / tahun )
b) Penolong persalinan pendidikannya tidak tinggi tetapi banyak pengalamannya 10 -
20 persalinan / bulan
c) Penolong persalinan professional ( nurse midwifes )
Pendidikan di Bangladesh dimulai dari 3 tahun perawat + 1 tahun bidan, dan 4
tahun bidan dari SMP.
Adapun tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang dianut di Bangladesh:
Tahun 1 : Fungsi manusia sehat & social budaya
Tahun 2 : Pencegahan penyakit & Kesehatan keluarga
Tahun 3 : Rehabilitasi
Tahun 4 : Ilmu Kebidanan
13) Jordania
Pandangan masyarakat tentang bidan lebih diterima dibanding dengan barat. Pada
tahun 1950 berdasarkan prinsip medical persalinan ditolong oleh dokter:
a) 78 % persalinan MOH center
b) 50 % Private Gp ( jarang didampingi bidan )
Bidan jordania sebanyak 460 bidan :
a) 183 kerja di MOH sebagai asisten dokter
b) 109 Private sector tidak menolong persalinan
c) 166 Medical Institute Hospital
Pendidikan bidan Jordania selama 27 bulan dasarnya Diploma yaitu tahun I
Keperawatan dan tahun II Kebidanan. Kondisi masyarakat IGNORE terhadap
kemampuan seharusnya.
14) Malaysia
Pendidikan bidan di Malaysia SMP + juru rawat ( 1 tahun bidan ). Program
kebidanan di desa di Malaysia berorientasi pada skill dan mutu pelayanan, sehingga
dengan adanya bidan di Malaysia dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
15) Jepang
Sekolah bidan tahun 1912. Regulasi untuk seleksi dan lisensi tahun 1899.
Pelayanan sudah ada sejak perang dunia II, pendidikan bidan didirikan oleh obsgyn
sehingga lulusannya adalah perawat obstetri yang membantu dokter obsgyn dalam
pertolongan persalinan. Pelayanan kebidanan di bawah pengaruh medikalisasi, dimana
pelayanan kebidanannya berorientasi pada RS.
Pendidikan bidan 3 tahun perawat usia saat masuk minimal 20 tahun + minimal 6
bulan – 1 tahun di Universitas 8 – 12 SKS: 15 jam teori, 30 jam lab dan 45 jam
praktek bertujuan untuk perawata ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kebidanan, sehubungan dengan peningkatan aborsi diremaja.Tahun 1987
peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupaan wanita mulai
dari pubertas sampai klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Pada tahun 1987 pendidikan bidan dibawah pengawas obstetri, kurikulum yang
dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi dan ilmu social. Akhirnya bidan
diluluskan tidak ramah dan tidak menolong persalinan. Setelah melihat kondisi di
negara Inggris, di Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan
serta mulai menata dan merubah situasi.
16) New Zeland dan Canada
Pada tahun 1900 terjadi perubahan kewenangan bidan yaitu ke arah medikalisasi
kehamilan, persalinan dilakukan di Rumah Sakit dan persalinan dilakukan oleh dokter,
bidan hanya sebagai asisten dokter. Dengan keadaan yang demikian kondisi kesehatan
ibu buruk, pelayanan kebidanan buruk, wanita tidak puas karena tidak merasa lagi
sentuhan persalinan dari seorang bidan, sehingga masyarakat menuntut dikembalikan
lagi ke Filosofi Natural Childbirth yaitu Bidan sebagai pelindung situasi normal.
Bidan kembali mengambil alih dan dokter tidak boleh intervensi.
Pada tahun 1980 wanita dan bidan sebagai partner ship, bidan melakukan
independen dimana bertanggung jawab terhadap kondisi normal ibu. Pada saat ini
mutu pelayanan kebidanan meningkat karena berorientasi pada partner ship bidan dan
wanita. Dengan mutu pelayanan kebidanan yang meningkat menyebabkan perubahan
drastic 86 % persalinan ditolong oleh bidan sehingga wanita merasa puas.
17) Canada
Perkembangan kebidanan sudah mulai bagus,kebidanan tidak pernah dari perawat
dulu. Dosen harus mempunyai case load yang tinggi (pengalaman praktek)
f. Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Indonesia
1) Perkembangan Pelayanan Kebidanan di
Indonesia

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur
Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan,
tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya peD. LATIHAN
kebidanan.

Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi


orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 di bukan
pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Belanda sekarang RSPAD Gatot
Subroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.
W. Bosch) lulusan ini kemudian bekerja dirumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu
pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.

Pada tahun 1952 mulai diadakan peD. LATIHAN bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Khusus untuk dukun masih berlangsung
sampai dengan sekarang yang memberi kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat
dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan
(KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta, yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar
lain di nusantara ini. Seiring dengan peD. LATIHAN tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan
kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal
dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan
diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi
melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.

Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada
masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.
Puskesmas memberikan pelayanan di dalam gedung dan diluar gedung dan berorientasi
pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar
gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan diluar gedung
adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di pos pelayanan terpadu
(Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup empat kegiatan yaitu: pemeriksaan
kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara mereta dan dekat dengan
masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi
Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan
untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai
pelaksanan kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan
nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam
kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan
keluarga berencana yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas pokoknya bidan di desa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Hal tersebut di atas adalah yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang
diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat beda halnya dengan bidan yang bekerja
di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi dengan individu. Bidan
dirumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, ganguan kesehatan reproduksi
di poliklinik keluarga berencana, senam, hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin,
kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.

Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada reproductive (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi:

1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.


2) Family Palnning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi.
4) Kesehatan reproduksi remaja.
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan
dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut di
mulai dari:

1) Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan


persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
2) Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes
623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu Permenkes khusus. Dalam
wewenang khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus di bawah
pengawasan dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak
tanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukannya.
Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan prakteknya perorangan
di bawah pengawasan dokter.
3) Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan
praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang
mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemapuan dalam melaksanakan
tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup:
a) Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak:
b) Pelayanan Kelurga Berencana.
c) Pelayanan Kesehatan masyarakat.
4) Undang- Undang No 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, mengatur tentang:
penyelenggaraan kebidanan, pendidikan kebidanan, registrasi dan izin praktik,
Praktik Kebidanan, tugas dan wewenang bidan, hak dan kewajiban bidan dan pasien,
organisasi bidan dll.

g. Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Indonesia

Pendidikan bidan dimuali pada masa penjajahan Hindi Belanda. Yang dimaksud dalam
pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non formal.

1) Pendidikan bidan pertama kali dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer
Belanda (Dr. W. Bosch ). Pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan
Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta pendidik dan batasan
bagi wanita untuk keluar rumah.
2) Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah
sakit Batavia dan pada tahun 1904 di buka pendidikan bidan bagi wanita Indonesia di
Makassar.
3) Pada tahun 1911 - 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di
Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun ditambah
pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada tahun 1914 khusus
bagi peserta didik wanita.
4) Pada tahun 1935 - 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP
bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar.
Jakarta di RSB Budi Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di
Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan pendidikan
dasar Mulo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan kelas satu
(vroedvrouw eerste klas) dan bidan lulusan dari perawat disebut bidan kelas dua
(vroedvrouw tweede) mantri.
5) Pada tahun 1950 - 1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yokyakarta
lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan
pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB di tutup.
6) Tahun 1954 di buka pendidikan guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan
masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah
Guru Perawat (SPG).
7) Tahun 1970 di buka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat
(SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan
menengah dan bawah sangat banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan di tutup
dan dibuka SPK dengan tujuan ada tenaga multi purpose dilapangan yang dapat
menolong persalinan. Tetapi hal ini tidak berhasil.
8) Pada tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun.
9) Pada tahun 1981 di buka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan anak, latar
belakang pendidikan SPK. Tetapi hanya berlangsung 1 tahun.
10) Pada tahun 1985 di buka Program Pendidikan Bidan (PPB) dari SPR dan SPK
dengan lama pendidikan 1 tahun.
11) Pada tahun 1989 di buka Program Pendidikan Bidan A (PPB/A) yang
memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana
lama pendidikan 1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak.
12) Pada tahun 1993 di buka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari
AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan
tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. ternyata berdasarkan hasil
penelitian dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi dan berlangsung selama 2
angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
13) Pada tahun 1993 di buka pendidikan bidan Program C (PPB C) yang menerima
lulusan dari SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi: Aceh, Bengkulu, Lampung,
Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
14) Pada tahun 1994 – 1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan
jarak jauh (distance learning) di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur berdasarkan SK Menkes No 1247/Menkes/SK/XII/1994 dengan tujuan
untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.
15) Pada tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap I (1995 – 1996), DJJ
tahap II (1996 – 1997) dan DJJ tahap III (1997 – 1998) dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu
melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
16) Pada tahun 1994 dilaksanakan peD. LATIHAN pelaksanaan kegawat daruratan
maternal dan neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi / kabupaten.
17) Pada tahun 1996. IBI bekerja sama dengan Depertemen Kesehatan dan American
College of Nurse Midwive (ACNM) dan RS Swasta mengadakan Training of
Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara
swadaya, juga guru / dosen dari D3 kebidanan.
18) Pada tahun 1995 - 1998 di adakan peD. LATIHAN dan peer review bagi bidan
rumah sakit, bidan Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi Kalimantan Selatan di
mana IBI bekerja sama langsung dengan Mother Care.
19) Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dikoordinasikan oleh Materna Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah
melatih APN di beberapa Propinsi / Kabupaten.
20) Tahun 2000 Dibuka Program D-IV Bidan Pendidik.
21) Tahun 2006 Dibuka S2 Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran .
22) Tahun 2008 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga
23) Tahun 2009 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
24) Tahun 2011 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Andalas Padang dan Universitas
Brawijaya Malang
25) Tahun 2012 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Hassanudin Makassar
26) Tahun 2013 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Universitas Andalas Padang
27) Tahun 2014 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

3. Peran Bidan Dalam Konteks Nasional dan Global


Dalam undang-undang Republik Indonesia no 4 tahun 2019 tentang kebidanan
menyatakan dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan sebagai:
a. Pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan
perempuan; dan/atau
f. peneliti

C. RINGKASAN

Perkembangan pelayanan kebidanan memerlukan kualitas bidan yang memadai atau


handal dan diperlukan monitoring / pemantauan pelayanan oleh karena itu adanya konsil
kebidanan sangat diperlukan serta adanya pendidikan bidan yang berorientasi dan akademik
serta memiliki kemampuan melakukan penelitian adalah suatu terobosan dan syarat utama
untuk percepatan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

D. LATIHAN

2. Jelaskan perkembangan pelayanan kebidanan diluar negri .....


3. Jelaskan perkembangan pelayanan kebidanandi dalam negri....
4. Tuliskan perkembangan pendidikan kebidanan......
5. Sebutkan peran bidan menurut undang-undang no 4 tahun 2019
tentang kebidanan....

E. RUJUKAN

Soemardejan, Selo dan Reksoprodio, Muki, Profesi Bidan Sebuah Perjalanan Karir
Undang undang Republik Indonesia no 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai