A. PENDAHULUAN
Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak
adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat
sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik.
B. URAIAN MATERI
1. Definisi bidan.
Menurut Undang-undang no 4 Tahun 2019 Tentang kebidanan menyatakn
bahwa Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara
sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
Kebidanan.
Bidan dinamakan midwife atau pendamping istri. Kata bidan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu Wirdhan yang artinya wanita bijaksana Bidan merupakan
profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di
seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara internasional telah
diakui oleh Internasional Confederation of Midwifes (ICM) tahun 1972 dan
International Federation of International Gynaecologist and Obstetritian (FIGO)
tahun 1973.
1) Bangsa Mesir
2) Bangsa Yahudi
3) Bangsa Yunani
Bangsa Yunani telah ada bidan yang dapat menolong persalinan, meraka
harus telah mempunyai anak sendiri mereka biasanya dibayar atas pelayanan
yang telah diberikan dan undang-undang yang keras mengontrol praktek mereka.
4) Bangsa Roma
Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal dari negeri Yunani melalui
Mesir, ada 2 jenis bidan di Roma yaitu:
1) Roma
Pada masa ini ada 2 orang bangsa Roma dalam kebidanan yaitu :
a) Soranus
Ia merupakan spesialis obgyn pertama kali dia menulis buku kabidanan
untuk pertama kalinya dan dia juga yang menggambarkan kualitas atau syarat
seorang bidan yang profesional. Beliau yang pertama kali yang menguraikan
tentang Versi Podalic.
b) Galen
Beliau juga menulis tentang beberapa obstetri Gynekologi. Galen
menguraikan bagaimana bidan mengukur pembukaan servix dengan
menggunakan jari mereka dan penggunaan kursi untuk melahirkan selama
zaman ini seorang bidan bernama Cleopatra menulis karangan tentang
kebidanan. Bidan lainnya seperti Aspasia dikenal baik oleh karena dia
memiliki banyak keterampilan dalam kelahiran bayi diantaranya adalah Versi
Podalic, managemen distocia, dan kontrasepsi.
2) Salerno
Seorang dokter perempuan bernama Trotula yang berasal dari Sekolah
Kedokteran terkenal di negeri ini, menulis sebuah karangan Gynekologi dan
Kebidanan di mana ia menjelaskan penanganan emergensi bagi bidan dalam
penatalaksanaan Retensio Placenta, Perawatan Nifas, Pemeriksaan Bayi Baru
Lahir. Ia juga menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki kepercayaan dan
pendekatan etis dalam pekerjaannya. Trotula juga orang yang pertama kali
berusaha memperbaiki Laseri Parineum derajad tiga.
3) Kerajaan Byzantine
Ini meliputi sebagian besar negara-negara di Eropa timur dengan ibu
kotanya Konstantinopel, selama abad 12 rumah sakit kebidanan pertama kali
ditemukan di sini Paulus of Aegina merupakan bidan yang pertama kali di zaman
ini.
4) Arabia
Kedua dokter Arab, Rhazes dan Avicenna menjelaskan procedur
kebidanan tentang penggunaan lastumen untuk persalinan, nampaknya disinilah
pertama kalinya digunakan instrumen obstetri. Karena kepercayaan agama
menyatakan kebidanan sebagian besar secara keseluruhan berada di tangan
wanita.
Pada abad ke-12 sedikit kemajuan telah dibuat dalam hal kebidanan sampai abad
ke-16. pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi telah maju dengan pesat melalui jasa
beberapa orang seperti Leonard de Vinci, Gabriello Fallopio of Italy dan Andreas
Vesallius of Belgium.
1) Prancis
Ambroise Pare adalah seorang ahli bedah yang memberikan konstribusi
dalam bidang kebidanan dan Gynekologi, dia yang memperkenalkan kembali
tentang Versi Podalic dan juga Perintis Sekolah Kebidanan pertama di Prancis.
Francois Mauriceau, dialah orang yang pertama kali menguraikan tentang
kehamilan tuba, presentasi muka dan menjelaskan tentang induksi pembedahan.
Beliau memberikan deskripsi yang jelas tentang mekanisme persalinan
dan beliaupun terkenal oleh karena persalinan wanita ditempat tidur sementara
dengan berupa bangku yang tidak bersandar untuk melahirkan. Louyse
Bourgeois, beliau yang pertama kali mempublikasikan buku obstetric. Marie
Louise Duge, beliau bidan yang pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi
melalui penyimpangan catatan dan data statistik dari 40.000 wanita yang dia
hadiri kelahirannya.
2) Inggris
William Harvey : Yang menguraikan sirkulasi darah pada tahun 1616,
dikenal sebagai bapak kebidanan di Inggris beliau mencatat perkembangan
embrio dan fetus dari seluruh tahap.
William Chamberlen : Beliau mempunyai anak yang bernama Peter yang
mungkin Forceps Obstetri yang terkenal, dimana telah digunakan oleh keluarga
Chamberlen scr diam-diam selamam 3 generasi.
William Smellie : Beliau seorang dokter dan memperdalami ilmu
pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran pinggul,
perbedaan pinggul sempit dan pinggul biasa.
3) Jerman
Justine Slegemudin (1645) adalah bidan pertama di Jerman. Dia ada-lah
bidan di kota Ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan dikerajaan Prussia, dia
bekerja sebagai ilmuan dan mempunyai dokumen lengkap. Tahun 1690
menerbitkan buku pegangan.
4) Swiss
Operasi seksio secarea pertama kali berhasil pada wanita hidup pada
tahun 1500, ketika dokter bedah hewan Swiss Jacob Nuter melakukan operasi
untuk melahirkan anak mereka. Istrinya dapat bertahan hidup samapi usi 77
tahun.
5) Belanda
Hendrick Van Roonhuyze (1622 - ?). yang mempromosikan seksio
secarea dan Hendrick Van Deventer (1651-1724) yang menggambarkan banyak
kelainan punggul keduanya memberikan kontribusi yang sangat penting pada
pelayanan kebidanan dan telah mempublikasikannya di Belanda. Mereka juga
mendirikan organisasi profesi.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur
Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan,
tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya peD. LATIHAN
kebidanan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan peD. LATIHAN bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Khusus untuk dukun masih berlangsung
sampai dengan sekarang yang memberi kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat
dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan
(KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta, yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar
lain di nusantara ini. Seiring dengan peD. LATIHAN tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan
kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal
dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan
diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi
melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada
masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.
Puskesmas memberikan pelayanan di dalam gedung dan diluar gedung dan berorientasi
pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar
gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan diluar gedung
adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di pos pelayanan terpadu
(Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup empat kegiatan yaitu: pemeriksaan
kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara mereta dan dekat dengan
masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi
Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan
untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai
pelaksanan kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan
nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam
kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan
keluarga berencana yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas pokoknya bidan di desa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang
diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat beda halnya dengan bidan yang bekerja
di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi dengan individu. Bidan
dirumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, ganguan kesehatan reproduksi
di poliklinik keluarga berencana, senam, hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin,
kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada reproductive (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi:
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan
dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut di
mulai dari:
Pendidikan bidan dimuali pada masa penjajahan Hindi Belanda. Yang dimaksud dalam
pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non formal.
1) Pendidikan bidan pertama kali dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer
Belanda (Dr. W. Bosch ). Pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan
Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta pendidik dan batasan
bagi wanita untuk keluar rumah.
2) Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah
sakit Batavia dan pada tahun 1904 di buka pendidikan bidan bagi wanita Indonesia di
Makassar.
3) Pada tahun 1911 - 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di
Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun ditambah
pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada tahun 1914 khusus
bagi peserta didik wanita.
4) Pada tahun 1935 - 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP
bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar.
Jakarta di RSB Budi Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di
Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan pendidikan
dasar Mulo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan kelas satu
(vroedvrouw eerste klas) dan bidan lulusan dari perawat disebut bidan kelas dua
(vroedvrouw tweede) mantri.
5) Pada tahun 1950 - 1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yokyakarta
lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan
pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB di tutup.
6) Tahun 1954 di buka pendidikan guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan
masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah
Guru Perawat (SPG).
7) Tahun 1970 di buka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat
(SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan
menengah dan bawah sangat banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan di tutup
dan dibuka SPK dengan tujuan ada tenaga multi purpose dilapangan yang dapat
menolong persalinan. Tetapi hal ini tidak berhasil.
8) Pada tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun.
9) Pada tahun 1981 di buka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan anak, latar
belakang pendidikan SPK. Tetapi hanya berlangsung 1 tahun.
10) Pada tahun 1985 di buka Program Pendidikan Bidan (PPB) dari SPR dan SPK
dengan lama pendidikan 1 tahun.
11) Pada tahun 1989 di buka Program Pendidikan Bidan A (PPB/A) yang
memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana
lama pendidikan 1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak.
12) Pada tahun 1993 di buka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari
AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan
tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. ternyata berdasarkan hasil
penelitian dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi dan berlangsung selama 2
angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
13) Pada tahun 1993 di buka pendidikan bidan Program C (PPB C) yang menerima
lulusan dari SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi: Aceh, Bengkulu, Lampung,
Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
14) Pada tahun 1994 – 1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan
jarak jauh (distance learning) di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur berdasarkan SK Menkes No 1247/Menkes/SK/XII/1994 dengan tujuan
untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.
15) Pada tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap I (1995 – 1996), DJJ
tahap II (1996 – 1997) dan DJJ tahap III (1997 – 1998) dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu
melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
16) Pada tahun 1994 dilaksanakan peD. LATIHAN pelaksanaan kegawat daruratan
maternal dan neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi / kabupaten.
17) Pada tahun 1996. IBI bekerja sama dengan Depertemen Kesehatan dan American
College of Nurse Midwive (ACNM) dan RS Swasta mengadakan Training of
Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara
swadaya, juga guru / dosen dari D3 kebidanan.
18) Pada tahun 1995 - 1998 di adakan peD. LATIHAN dan peer review bagi bidan
rumah sakit, bidan Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi Kalimantan Selatan di
mana IBI bekerja sama langsung dengan Mother Care.
19) Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dikoordinasikan oleh Materna Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah
melatih APN di beberapa Propinsi / Kabupaten.
20) Tahun 2000 Dibuka Program D-IV Bidan Pendidik.
21) Tahun 2006 Dibuka S2 Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran .
22) Tahun 2008 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga
23) Tahun 2009 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
24) Tahun 2011 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Andalas Padang dan Universitas
Brawijaya Malang
25) Tahun 2012 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Hassanudin Makassar
26) Tahun 2013 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Universitas Andalas Padang
27) Tahun 2014 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
C. RINGKASAN
D. LATIHAN
E. RUJUKAN
Soemardejan, Selo dan Reksoprodio, Muki, Profesi Bidan Sebuah Perjalanan Karir
Undang undang Republik Indonesia no 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan