BAB II
PEMBAHASAN
A. IMUNISASI HIB
1. PENGERTIAN
Imunisasi HIB imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB (Haemophyllus
influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga terjadilah radang selaput
otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara
permanen sampai kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini
juga dapat menyebabkan radang paru dan radang epiglotis.
Mula-mula, kuman ini berada di dalam rongga hidung kemudian masuk ke darah dan
menyebar sampai ke otak dengan masa inkubasi satu minggu. Gejala yang muncul bisa
berupa demam tinggi lebih dari 38,50C, pusing, menggigil, kejang-kejang, dan kesadaran
menurun. Bila sudah terjadi serangan harus diatasi dengan segera dan tepat oleh dokter yang
memahami betul penyakit ini. Jika meningitis tak diobati dengan baik atau terlambat
ditangani, akan menimbulkan gejala sisa, seperti lumpuh, tuli, bahkan kadang tak bisa
melihat. Pada banyak anak perkembangannya juga terlambat, bisa retardasi mental atau
cerebral palsy. Itulah mengapa, peran imunisasi HiB dalam mencekal penyakit ini sangatlah
penting.
Anak-anak perlu mendapatkan vaksinasi Hib pada usia: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-
15 bulan. Anak di atas 5 tahun tidak perlu mendapatkan vaksin Hib. Namun dalam kondisi
tertentu, vaksinasi Hib perlu diberikan, seperti penderita sickle cell, HIV, pengangkatan
limpa, transplantasi sumsum tulang atau penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi.
1. PENGERTIAN
PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan
terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang
selaput otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini
disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang penularannya lewat
udara. Gejala yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang
kesadaran, hingga tak sadarkan diri. Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa
menyebar lewat darah (invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi. Diperlukan
imunisasi Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.
Penyakit apa saja yang dapat diakibatkan oleh retrovirus yang diakibatkan oleh retrovirus.
Retrovirus merupakan penyebab diare terbesar pada anak , sekitar 36 %- 61% diare pada
anak disebabkan oleh retrovirus. Di Indonesia , diare merupakan salah satu penyakit utama
pada anak-anak. Hasil Riskesdes 2007, diare merupakan penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia.
Di Indonesia ada 2 merek inusisasi rotavirus yang beredar. Yang pertama rotavirus
yang diproduksi oleh GlaxosmithKline(GSK). Vaksin ini diberikan per oral (diteteskan ke
mulut). Rotarix diberikan sebanyak 2 kali, mulai bayi usia 6 minggu dosis ke-2 diberikan
dengan interval minimal 4 minggu dari dosis pertama sebelum usia bayi 24 minggu.
Merek yang kedua, Rotateq diproduksi oleh MERCK. Vaksin ini juga diberikan
secaraper oral,diberikan dalam 3 dosis . dosis pertama pada bayi usia 6-12 minggu . Dosis
keduadan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Semua dosis diberikan pada bayi
sebelum usia 32 minggu.
Bayi yang pernah memiliki reaksi alergi yan parah terhadap vaksin rotavirus tidak
diperbolehkan mendapatkan vaksin ini lagi.
Bayi yang memiliki alergi yang parah terhadap komponen dari vaksin rotavirus tidak
diperbolehkan mendapatkan vaksin ini.
Beritahu dokter Anda jika bayi anda memiliki alergi parah apapun termasuk alergi yang
parah terhadap latex.
Bayi dengan kombinasi imunodefisiensi parah (SCID) tidak diperbolehkan mendapat vaksin
rotavirus.
Bayi yang pernah menderita sejenis penyumbatan usus yang dikenal sebagai intussusception
tidak diperbolehkan mendapat vaksin rotavirus.
Bayi yang sedang menderita penyakit ringan ungkin dapat menerima vaksin ini. Bayi yang
sedang menderita penyakit sedang atau berat harus menunggu hingga mereka pulih, termasuk
bayi yang menderita diare atau muntah-muntah yang parah.
Periksakan ke dokter jika sistem imun bayi Anda melemah karena:
Pada tubuh yang kecil, muntah dan diare menyebabkan tubuh kekurangan cairan
sangat cepat dan membahayakan balita akibat dehidrasi parah. Pertanda dehidrasi antara lain
badan lemah, susah bernafas, sulit minum, tangan dan kaki menjadi dingin dan menangis
tanpa air mata.
Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza virus)
terdapat 2 macam vaksin, yaitu whole-virus dan split-virus vaccine. Untuk anak-anak
dianjurkan jenis split virus vaccine karena tidak menyebabkan demam tinggi. Vaksin ini
dianjurkan diberikan secara teratur pada kelompok resiko tinggi, antara lain pasien asma dan
kistik fibrosis, anak dengan penyakit jantung, dan pengobatan imunosupresan, terinfeksi HIV,
sickle cell anemia, penyakit ginjal kronis, penyakit metabolik kronis (diabetes), penyakit
yang membutuhkan obat aspirin jangka panjang.
Vaksin biasanya diberikan sebelum musim penyakit influenza datang. Pada individu
yang pernah terpajan diberikan 1 kali dengan dosis tunggal. Pada anak atau dewasa dengan
gangguan fungsi imun, diberikan 2 dosis dengan jangka interval 4 munggu. Vaksin diberikan
dengan suntikan subkutan atau intramuscular. 1 dosis secara teratur setiap tahun dapat
diberikan pada anak usia 9 tahun keatas. Anak usia 6 bulan sampai 9 tahun bila mendapatkan
vaksin pertama kali harus diberikan disis 2 kali berturut-turut dalam jarak 1 bulan.
Kontra indikasi vaksin influenza, antara lain hipersensitif anafilaksis terhadap vaksin
influenza sebelumnya, hipersensitif telur, demam akut sedang atau berat, ibu hamil dan ibu
menyusui. Reaksi KIPI dari vaksin ini, antara lain nyeri local, eritema dan indurasi di tempat
penyuntikan, demam, lemas, mialgia (flu-like symptoms) setelah 6 sampai 12 jam pasca
imunisasi selama 1-2 hari.
1. Etiologi
Virus influenza adalah virus RNA, termasuk famili Orthomyxovirus, berantai tunggal
dan berbentuk heliks. Sesuai dengan antigen dasarnya dibagi menjadi tiga tipe yaitu A, B dan
C. Virus ini dibagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan antigen permukaannya yaitu
hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).
2. Epidemiologi
Influenza timbul di seluruh bagian dunia dan mengenai 10-20% dari total populasi
dunia. Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk influenza tipe B dan C, sedangkan
influenza tipe A dapat menginfeksi manusia dan binatang. Tidak ada yang disebut sebagai
karier kronik.
3. Patogenesis
Virus influenza masuk ke dalam saluran napas melalui droplet, kemudian menempel
dan menembus sel epitel saluran napas di trakea dan bronkus. Infeksi dapat terjadi bila virus
menembus lapisan mukosa non-spesifik saluran napas dan terhindar dari inhibitor non-
spesifik serta antibodi lokal yang spesifik. Daerah yang diserang adalah sel epitel silindris
bersilia. Selanjutnya terjadi edema lokal dan infiltrasi oleh sel limfosit, histiosit, sel plasma
dan polimorfonuklear. Nekrosis sel epitel ini terjadi pada hari pertama setelah gejala timbul.
Perbaikan epitel dimulai pada hari ke-3 dan ke-5 dengan terlihatnya mitosis sel pada lapisan
basal. Respons pseudometaplastik dari epitelium yang undifferentiated timbul. Puncaknya
dicapai pada hari ke–9 sampai ke-15 setelah awitan penyakit. Setelah 15 hari, tampak
produksi mukus dan silia kembali seperti sediakala. Adanya infeksi sekunder menyebabkan
reaksi infiltrasi sel radang lebih luas dan kerusakan pada lapisan sel basal dan membrana
basalis lebih hebat, yang akan mengakibatkan terhambatnya regenerasi sel epitel bersilia.8
Kemudian virus bereplikasi di dalam sel pejamu yang menyebabkan kerusakan sel pejamu.
Viremia tidak terjadi. Virus terlindung di dalam sekret dari saluran napas selama 5-10 hari.
5. Diagnosis
Diagnosis influenza ditegakkan berdasarkan karakteristik manifestasi klinis, terutama
jika telah dilaporkan adanya influenza dalam masyarakat. Pemeriksaan laboratorium rutin
kurang berperan dalam menegakkan diagnosis banding influenza dengan penyakit saluran
napas yang disebabkan oleh virus lain. Pada anak, manifestasi pemeriksaan darah bervariasi,
bahkan pada bayi tampak gambaran leukositosis. Foto toraks bermanfaat untukmenyatakan
adanya penyulit pneumonia lobaris atau interstisial.1,2,8
Diagnosis pasti influenza bergantung pada isolasi atau deteksi komponen virus dari
sekret saluran napas atau adanya kenaikan yang bermakna titer antibodi serum pada masa
penyembuhan. Diagnosis serologik yang cukup menjanjikan adalah pengukuran antibodi
terhadap hemaglutinin influenza dengan menggunakan metode ELISA. Uji ini sederhana dan
mempunyai kelebihan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgA, IgM dan IgG.
6. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada bayi, anak kecil, anak dengan risiko tinggi dan orang
lanjut usia. Komplikasi yang paling sering adalah pneumonia, terutama pneumonia bakteri
(karena Streptoccocus pneumoniae, Haemophilus infuenzae, atau Staphyloccus aureus).
Pneumonia virus primer merupakan komplikasi yang jarang ditemui namun tingkat
fatalitasnya tinggi. Sindrom Reye adalah komplikasi yang mungkin timbul pada anak yang
mendapatkan asetosal, terutama berhubungan dengan influenza tipe B, ditandai dengan
muntah yang berat dan penurunan kesadaran sampai koma karena edema otak. Komplikasi
lain adalah miokarditis, perburukan bronkitis kronik dan penyakit paru kronik lainnya. Angka
kematian adalah 0,5–1 per 1000 kasus. Sebagian besar kematian terjadi pada usia ≥65
tahun.1,2,4-10
7.
8. Kontraindikasi
Individu yang memiliki hipersensitivitas anafilaksis terhadap telur, termasuk bila
setelah makan telur timbul bengkak di bibir atau lidah atau pernah mengalami distress
pernapasan akut atau pingsan.
Individu dengan hipersensitivitas terhadap komponen vaksin.
Individu dengan demam akut >38,5°C, imunisasi harus ditunda sampai gejala menghilang.
Tetapi gejala yang ringan dengan atau tanpa demam bukan merupakan kontraindikasi
imunisasi.
Pasien dengan riwayat Sindrom Guilain-Barre (SGB) sebelum imunisasi influenza
mempunyai risiko lebih besar dari pada pasien yang tidak mempunyai riwayat SGB untuk
timbul kembali SGB setelah imunisasi influenza. 1,2,4-10
Waktu pemberian: Setahun sekali sejak usia 6 bulan. Bisa terus diberikan hingga dewasa.
Catatan khusus: Untuk usia di atas 2 tahun, vaksin bisa diberikan dalam bentuk semprotan
pada saluran pernapasan.
1
Pengertian
Demam tifoid merupakan penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.
Tifus / tipes abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa /
hati/kedua-duanya.
Tanda & Gejala Penyakit Tipes
Tanda-tanda dapat dalam beberapa bentuk, yaitu :
1. Keracunan Makanan (Salmonellosis)
Gejala demam, muntah, dehidrasi, diare, nyeri perut dan mual
2. Radang Usus
Gejala demam, diare berdarah, nyeri perut
Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa tidak enak di
perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare.
Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai menurun.
Penyebab
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai dengan demam,
toksemia, nyeri perut, konstipasi / diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi
usus, perdarahan, toksemia dan kematian.
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,
S.paratyphi b dan S.paratyphi C.
Pencegahan
Ada beberapa cara pencegahan penyakit tipes secara sederhana dan semoga
bermanfaat ialah dengan dimulai memperhatikan lingkungan sekitar dan kesehatan tubuh
kita, sebagai upaya cegah penyakit. Berikut tips yang dapat dilakukan untuk mencaga tubuh
dari penyakit :
Pengobatan
Gejala
Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium:
Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan
mual;
Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada
hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.
Kelelahan
Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi kanan bawah tulang
rusuk)
Demam
Penyebab
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis,
yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis
non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Cara pemberian
Vaksin Hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 hingga 12 bulan pada individu
berisiko terjadinya infeksi virus Hepatitis A, seperti penyaji makanan (food handlers) dan
mereka yang menginginkan imunitas, populasi berisiko tinggi, mis: individu yang sering
melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara dengan prevalensi tinggi Hepatitis A,
homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan
hewan primata terinfeksi Hepatitis A atau peneliti virus Hepatitis A.
Pencegahan
Penularan virus hepatitis A dicegah dengan menjaga kebersihan perorangan seperti
mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan
terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk vaksin hepatitis A
sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi
hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan
kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6
bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti
penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.
Upaya Pencegahan dan pengobatan untuk hepatitis A dapat dilakukan dengan
pemberian vaksinasi atau imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dengan bentuk sendiri/havrix
atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (twinrix). Imunisasi juga diberikan kepada
balita dan anak-anak mulai dari usia 2-18 tahun sebanyak satu kali.
Sedangkan pada orang dewasa dapat dilakukan dengan imunisasi ulang (booster)
setelah 6-12 bulan imunisasi pertama. Pemberian imunisasi ini dapat bertahan 15-20 tahun.
Apabila seseorang telah di imunisasi dapat terjangkkit kembali hepatitis A, kemungkinan
disebabkan karena terinfeksi VBA yang terjadi anatara 2-4 minggu setelah di imunisasi,
karena pada saat itu tubuh belum menghasilkan anti bodi dalam jumlah yang cukup.
Pengobatan Hepatitis A
Sebagai langkah lanjut pengobatan hepatitis A, dokter biasanya akan memberi nasihat
tentang vaksinasi untuk rumah tangga dan kontak dekat lainnya. Selanjutnya langkah
diagnosis dibuat berdasarkan tes antibodi, yang akan menunjukkan adanya antibodi terhadap
virus hepatitis A dalam darah pasien. Antibodi IgM menunjukkan infeksi baru (atau vaksin)
dan antibodi IgG menunjukkan infeksi sebelumnya atau vaksinasi yang sukses. Tes darah
untuk fungsi hati akan mengungkapkan keparahan kerusakan hati dan dimonitor sampai
pemulihan. Mereka dengan hepatitis berat mungkin membutuhkan pemantauan masuk rumah
sakit untuk rawat inap.
G. IMUNISASI HPV
Pengertian
Humanpapilloma virus kelamin (disebut juga dengan HPV) adalah infeksi menular
seksual (IMS) yang paling sering. Terdapat lebih dari 40 jenis HPV yang dapat menginfeksi
daerah kelamin laki-laki dan perempuan. Jenis HPV ini juga dapat menginfeksi mulut dan
tenggorokan. Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan HPV bahkan tidak tahu mereka
memilikinya. HPV tidak sama dengan herpes atau HIV (virus penyebab AIDS).
Kesamaannya adalah semuanya dapat ditularkan saat berhubungan seks, tetapi menyebabkan
gejala dan masalah kesehatan yang berbeda.
Pencegahan
Ada beberapa cara untuk menurunkan risiko terkena infeksi HPV:
• Vaksin
Vaksin dapat melindungi pria dan wanita terhadap beberapa jenis virus HPV yang
biasa menimbulkan penyakit. Vaksin ini diberikan sebanyak tiga kali. Penting sekali untuk
diingat bahwa untuk mendapatkan perlindungan terbaik, seseorang harus mendapatkan tiga
dosis vaksin secara lengkap. Vaksin tersebut paling efektif jika diberikan sebelum seseorang
melakukan hubungan seksual pertama.
• Kondom
Bagi mereka yang memiliki aktivitas seksual rutin, kondom dapat digunakan untuk
menurunkan risiko tertular HPV. Untuk mendapatkan hasil yang efektif, kondom harus
digunakan pada setiap berhubungan seksual, dari awal sampai akhir. Kondom juga dapat
menurunkan risiko terkena penyakit lainnya yang berkaitan dengan HPV, seperti kutil pada
kelamin dan kanker serviks. Akan tetapi, HPV dapat menginfeksi daerah yang tidak diliputi
oleh kondom , sehingga kondom mungkin tidak sepenuhnya melindungi terhadap HPV.
• Setia pada Pasangan
Orang juga dapat menurunkan risiko terkena HPV dengan berkomitmen memiliki satu
pasangan saja; membatasi jumlah pasangan seks, dan memilih pasangan yang tidak memiliki
atau sedikit pasangan seks sebelumnya. Tetapi, bahkan orang dengan hanya satu pasangan
seks seumur hidup pun bisa mendapatkan HPV. Dan, hal itu tidak dapat menentukan bahwa
pasangan yang sudah aktif secara seksual di masa lalu pada saat ini terinfeksi. Karena cara
pasti untuk mencegah HPV adalah menghindari semua aktivitas seksual.
Pengobatan
Penderita Kutil Kelamin yang telah terinveksi disarankan untuk segera melakukan
pengobatan secepat mungkin sebelum Virus HPV penyebab kutil kelamin makin banyak
(berkembang biak) di dalam sel darah, makin lama dibiarkan akan memperparah kondisi
organ vital karena kutil kelamin akan terus membesar sehingga terlihat seperti jengger ayam,
untuk penderita yang baru tertular kurang dari satu bulan biasanya akan lebih cepat
ditanggulangi dengan mengkonsumsi Xamthone Plus secara teratur dan menggunakan salep
oles secara rutin, pengobatan rutin akan membuat antibody manusia semakin kuat untuk
melawan virus HPV, dengan demikian virus HPV akan hilang dengan sendirinya dan kutil
akan rontok sampai bersih.
Vaksin MMR (Mumps Measles Rubella) adalah campuran tiga jenis virus yang
dilemahkan, yang disuntikkan untuk imunisasi melawan campak (measles), gondongan
(mumps) dan rubella (german measles). Vaksin MMR umumnya diberikan kepada anak usia
1 tahun dengan booster diberikan sebelum memasuki usia sekolah (4-5 tahun).
Measles (campak)
- Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak.
- Gejala campak yaitu demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam
pada kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut.
Saat penyakit campak memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40oC.
- Pencegahan campak paling efektif adalah dengan imunisasi campak. Imunisasi campak
diberikan saat bayi berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi
campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan mumps dan rubella
(vaksinasi MMR). Imunisasi MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan.
Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis)
dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah
zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan,
ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
reaksi jangka pendek meliputi kemerahan, pembengkakan, kekerasan, menyengat dan nyeri
di tempat suntikan.
Ruam merah yang dapat menutupi seluruh tubuh lima sampai 12 hari setelah imunisasi
terjadi pada sekitar 5% dari orang-orang yang tidak kebal terhadap campak atau rubela. Ruam
menghilang dengan sendirinya dan tidak diteruskan kepada orang lain.
Jangka pendek pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di kepala atau leher, terjadi
pada 5% dari mereka yang tidak kebal terhadap gondok.
Demam di atas 39,40C dapat terjadi dalam 5 sampai 15% dari orang-orang. Biasanya dimulai
5-12 hari setelah imunisasi dan berlangsung selama satu atau dua hari.
Bengkak dan nyeri sendi yang jarang terjadi pada anak-anak di bawah 12 tahun, tetapi lebih
sering terjadi pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
Dugaan jangka panjang dampak buruk dari MMR mencakup beberapa bentuk regresif
autisme dan penyakit inflamasi usus (penyakit Crohn dan kolitis ulserativa).
Beberapa dokter dan ilmuwan mencurigai bahwa kombinasi dari ketiga virus hidup ini
dalam satu vaksin meningkatkan risiko peristiwa-peristiwa buruk. Pada tahun 1999 kami
melaporkan data - disahkan oleh Dewan Riset Medis, rekan diperiksa dan diterbitkan - yang
menunjukkan bahwa bersamaan paparan alam (atau vaksin) campak dan infeksi gondong
alami adalah faktor risiko yang signifikan untuk penyakit inflamasi usus.
Infeksi virus ini akan menyerang setiap orang baik anak-anak maupun sudah dewasa
yang belum mengalami cacar air, namun jika seseorang sudah mengalami cacar air tubuhnya
akan kebal terhadap serangan infeksi virus ini, namun pada anak gejala akan lebih ringan dan
kesembuhan akan lebih menjadi lebih mudah tanpa masalah sedangkan pada orang dewasa
infeksi ini bisa menjadi berat baik gejala maupun penyembuhannya.
Masa Inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit varicella (cacar air) adalah 2 sampai 3 pekan.
Varicella bisa ditandai dengan badan terasa panas.
Gejala
Pada mulanya, penderita varicella akan merasa sedikit demam, pilek, cepat lelah, lesu,
dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus varicella yang lebih berat,
bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah
kemerahan kecil pada kulit, pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung,
lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan varicella pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk
secara tak sengaja. Jika lenting varicella dibiarkan, maka akan segera mengering membentuk
keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih
gelap (hiperpigmentasi). Bercak varicella ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa
waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting varicella (cacar air) tersebut dipecahkan. Krusta akan segera
terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi
bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. Setelah mengering, bekas cacar air tadi akan
meninggalkan bekas dalam. Terlebih lagi jika penderita varicella adalah dewasa atau dewasa
muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Waktu karantina yang disarankan Selama 5 hari setelah ruam varicella mulai muncul
dan sampai semua lepuh telah berkeropeng. Selama masa karantina, sebaiknya
penderita varicella tetap mandi seperti biasa, karena kuman pada kulit dapat menginfeksi
kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka yang sulit
hilang, sebaiknya menghindari pecahnya lenting varicella (cacar air). Ketika mengeringkan
tubuh sesudah mandi, sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras. Untuk
menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol, sehingga
mengurangi gesekan pada kulit dan kulit tidak banyak teriritasi. Untuk kulit sensitif, dapat
juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung mentol. Pastikan anda juga
selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan varicella itu
sendiri. Konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat
merah yang dapat dibuat juice.
Pencegahan
Imunisasi (vaksinasi) varicella tersedia bagi anak-anak berusia lebih dari 12 bulan.
Imunisasi varicella diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.
Imunisasi (vaksinasi) varicella dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak
mempunyai kekebalan. Penyakit varicella erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.
- Jenis vaksin : Strain OKA dari virus Varicella zoster.
- Cara pemberian : SC Dosis : 0,5 cc/dosis
- Jadual imunisasi: Imunisasi dasar : Anak umur 12 bulan sampai dengan 12 tahun diberikan
1dosis. Anak 13 tahun keatas diberikan 2 dosis dengan interval 4-8 minggu. Booster: Jika
diberikan pada umur 12 bulan harus diulang pada umur 12 tahun.
Pengobatan
Varicella sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan adanya serangan varicella berulang, saat individu tersebut mengalami
penurunan daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan "Asiklovir" berupa
tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama
7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang
terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air
mandi biasanya juga digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka
yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari plasebo, minuman lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang
mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar-benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut.
Kontra indikasi
- Defisiensi imun (mutlak), penyakit demam akut yang berat (sementara),hipersensitif
terhadap neomisin atau komponen vaksin lain, TBC aktif yang tak diobati, penyakit kelainan
darah.
Efek samping
- Reaksi lokal di tempat suntikan: ringanReaksi sistemik : demam ringan, erupsi papulo
vesikular dengan lesi <10.
- Hindarkan pemberian salisilat selama 6 minggu setelah vaksinasi karena dilaporkan terjadi
Reye’s Syndrome setelah pemberian salisilat pada anak dengan varisela alamiah