Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dan disebut dengan negara

agraris, sebab sebagian besar penduduknya masih menggantungkan hidupnya pada

sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Subsektor perkebunan merupakan

salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan yang paling konsisten, baik

ditinjau dari arealnya maupun produksinya. Komoditi perkebunan Jawa Timur yang

diusahakan pada Perkebunan Rakyat meliputi kelapa, kakao, kopi, jambu mete,

cengkeh, tembakau, tebu, kapok randu. Sebagai salah satu komoditas perkebunan,

tanaman tebu memiliki peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan

nasional. Produk utama dari pengolahan tebu adalah gula. Di Indonesia, gula pasir

atau gula kristal putih termasuk kebutuhan pokok masyarakat.

Keberadaan industri gula memegang peranan penting bagi masyarakat

Indonesia dan sektor industri lainnya karena gula merupakan salah satu komponen

yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat dan juga diperlukan sebagai bahan baku

semisal untuk industri olahan pangan. Upaya pencapaian swasembada gula

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan Indonesia swasembada gula

konsumsi pada 2019, sehingga untuk mewujudkan target tersebut komoditas dari

subsektor perkebunan yang harus dikembangkan adalah tanaman tebu. Sektor


perkebunan tidak lepas dari peran kemitraan, dengan adanya kemitraan dapat

memberikan keuntungan bagi petani dan pengusaha besar.

Terkait dengan industri pergulaan, ada hal yang menarik yaitu upaya

pemenuhan pasokan bahan baku tebu untuk pabrik gula. Dimana saat ini luas areal

tebu terutama di provinsi Jawa Timur berdasarkan data realisasi giling tahun 2020

adalah 180.259 Ha (Disbun Jatim, 2021), sedangkan jumlah pabrik gula yang ada di

Jawa Timur adalah 29 buah. Luas areal tebu tidak seimbang dengan jumlah pabrik

gula yang ada. Apalagi pabrik gula saat ini kapasitas gilingnya sangat besar.

Berdasarkan data yang masuk di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (2021) saat

ini tercatat ada 11 pabrik gula berbasis bahan baku tebu yang kapasitas gilingnya

berada antara 6.000 TCD (Ton Cane Day) sampai dengan 14.000 TCD (Ton Cane

Day). Hal ini berdampak terhadap upaya pemenuhan bahan baku tebu yang

berkelanjutan dan stabil pada setiap pabrik gula dengan menggunakan berbagai cara

dan strategi. Mengingat di Jawa Timur hampir dari 82%, tanaman tebu diusahakan

oleh masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah tebu rakyat (Malian dan Syam,

1996). Pabrik gula senantiasa berjuang mati-matian untuk mendapatkan pasokan

bahan baku tebu dari petani tebu, dikarenakan kapasitas giling pabrik gula harus

terpenuhi agar tidak menyebabkan kerugian operasional.

Salah satu dampak dari upaya pemenuhan bahan baku tebu yang berkelanjutan

dan stabil pada pabrik gula adalah munculnya transloading atau bisa disebut sebagai

pengepul atau tengkulak tebu. Transloading tebu ini sangat banyak jumlahnya di

Jawa Timur terutama di daerah penghasil tebu seperti Kediri, Jombang, Mojokerto,
Malang, Lumajang, Situbondo. Menurut Santoso (2018), para tengkulak tebu hadir

karena implementasi kebijakan pemerintah pada UU No. 12 tahun 1992 yang

semakin mengurangi ketersediaan tebu di lahan karena memberi kebebasan petani

untuk memilih komoditas yang lebih menguntungkan, persaingan antar pabrik gula

dengan kuantitas tebu yang semakin terbatas, sistem pelayanan pabrik gula yang tidak

transparan kepada petani mitra, berlakunya sistem gorek di pabrik gula.

Menjamurnya transloading tebu ini merupakan fenomena yang sangat menarik untuk

diteliti.

Fenomena yang menarik tersebut menstimulus peneliti untuk mengadakan

penelitian tentang kemitraan yang sudah dilaksanakan antara transloading tebu dan

petani tebu dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya terutama di wilayah

kabupaten Jombang. Berdasarkan atas uraian di atas maka perlu dilakukan kajian

yang lebih mendalam mengenai tingkat kepuasan petani tebu dengan transloading

tebu (timbangan).

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa besar tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan di transloading tebu di

Desa Pandanwangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang?


2. Bagaimanakah mekanisme pelayanan dan sistem pembayaran tebu di

transloading tebu di Desa Pandanwangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten

Jombang?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat kepuasan pelayanan dan sistem pembayaran tebu di

transloading tebu di Desa Pandanwangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

2. Mengetahui mekanisme pelayanan dan sistem pembayaran tebu di transloading

tebu di Desa Pandanwangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Petani

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petani untuk menentukan

pilihan penjualan tebu yang dimilikinya.

2. Bagi Pengepul

Penelitian ini juga dapat memberi gambaran perilaku petani tebu dan memberikan

rekomendasi berkenaan dengan kemitraan yang dapat diterapkan dalam membina

hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan petani mitra.


3. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan wujud pengaplikasikan displin ilmu managemen

agribisnis yang telah diperoleh selama ini, sekaligus menambah wawasan tentang

industri gula khususnya pada bahasan pola kerjasama.

Anda mungkin juga menyukai