Anda di halaman 1dari 23

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAAHI WABARAKATUH

JAWABAN NO 1 :

PERIODESASI PERKEMBANGAN BUMN/D

A. PERIODE TAHUN 1800

Pada zaman sesudah VOC sampai sebelum Ministeriele Veran twoordelijkheid ,


kebijakan pemerintah kerajaan Belanda memasuki era baru dengan melaksanakan kultur-
stelsel agar Hindu Belanda dapat memberikan keuntungan bagi kerajaan Belanda. Pada era
berikutnya, kebijakan pemerintah kerajaan Belanda adalah menciptkan ketentraman,
ketertiban, dan pada masa open door policy, berdatanganlah para pengusaha swasta Belanda
kewilayah nusantara dan membiarkan penduduk pribumi dengan kehidupan ekonominya
sendiri (peraturan perundang-undangan Indische Comptabilities Wet.Stbl. 1925 :448).
Setelah masa itu usaha- usaha milik negara berebntuk Naamlosche Venootschap (N.V). Pada
tahun 1921 didirikan Naderland Indische Maatschapppij yaitu usaha bersama antara
pemerintah Hindi Belanda dengan Bataavshe Petrolium Mij (BPM).

B. PERIODE TAHUN 1945-1960

Pada masa ini sektor korporasi masih minim dan sangat didominasi oleh perusahaan asing
atau perusahaan dengan kepemilikan yang sangat terpusat. Disisi lain dana investasi swasta
yang dibutuhkan juga belum tersedia. BUMN/D pada masa ini dikelompokan dalam beberapa
kategori berikut :

1. Perusahaan Negara yang diatur dalam Indonesische Bedrijvenwet (IBW). Perusahan


yang termasuk dalam kategori ini antara lain jawatan keret api, pelabuhan tanjung
priok, pegadaian, percetakan negara, pusat perkebunan negara, perusahaan tambang
batu bara bukit asam, Damri, dan perusahaan negara gas.

2. Perusahaan negara yang diatur dalam Inonesische Compabiliteitwet (ICW).


Perusahaan yang termasuk dalam kategori ini antara lain : percetakan departemen
penerangan, penerbit balai pustaka, pabrik alat peralatan, perusahaan listrik negara
distribusi,perusahaan air minum negara.
3. Perusahaan negara yang diatur diluar ketetntuan IBW dan ICW, sbb ;

a) Perusahaan-perusahaan yang didirikan atas pembiayaan dan pembinaan dari


BIN (Bank Industri Negara), yang kemudian lebih dikenal dengan Bapindo,
sebagai upaya keterlibatan negara dalam pembangunan sektor industri,
pertambangan, dan perkebunan. Perusahaan-perusahaan yang didirikan :

 Pabrik semen gresik

 Pabrik ban mobil intirub

 Pabrik pemintalan cilacap

 Pabrik hardboard banyuwangi

 Pabrik kertas

 Pabrik tinta cetak tjemani dijakarta

 Pabrik karung goni surabaya

 Pt. Botok Iglas surabaya

 Pt. Perusahaan hotel dan national tourist

b) Disektor perbankan, pemerintah mendirikan bbrpa Bank, antara lain BNI 1946
yang bersama-sama modal swasta mendirikan perusahaan niaga CTS (central
trading company) tahun 1948. CTC kemudian berkembang menjadi PT Pantja
Niaga sampai sekarang.

c) Perusahaan –perusahaan swasta milik Belanda di Indonesia yang


dinasionalisasi tahun 1957 dalam rangka pengembalian Irian Barat.
Nasionalisasi perusahaan-perusahaan ini diatur dalam PP No. 27 Tahun 1957
jo UU No. 26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan Belanda. Pada
masa ini terkenal sbg The Big Five yang menjadi perusahaan negara, antara
lain :
 Internatio berubah menjadi PT. Satya Negara

 Geo Wehry menjadi PT Triangle Corporation

 Lindeteves menjadi Pt Indestin

 Borsumij menjadi pt inderpitra

 Jacobson v/d berg menjadi pt juda bhakti.

d) Perusahaan yang bergerak dalam bidang hukum perdata yaitu : pt usaha


pembangunan perikanan, pt pertambangan timah belitung, pt pertambangan
timah singkep, pt pertambangan bauksit dan pt pertamina.

e) Perusahaan yang modalnya berasal dari pemerintah /penyertaan modal : pt


djakarta lyold, pt pelayaran nasional indonesia, pt garuda indonesia, dan pt
sampit dayak.

f) Perusahaan yang modalnya berasal dari pemerintah dan diselenggarakan oleh


suatu yayasan : yayasan prapanca, yayasan karet rakyat pusat, dan yayasan
persediaan badan perindustrian.

C. PERIODE TAHUN 1960-1974

Perkembangan BUMN/D pada periode ini ditandai bbrp hal berikut :

1. Diterbitkannya UU No. 19 Tahun 1960 ttg perusahaan negara sbg upaya


menyeragamkan cara pengelolaan dan pengendalian serta bentuk hukum dari
perusahaan negara dalam sistem ekonomi terpimpin. Pada masa ini perusaahaan
negara diklasifikasikan dalam kelompok perdagangan, perkebunan dan perindustrian
yang dikoordinasikan oleh suatu badan yang disebut bandan pimpinan umum (BPU).
Badan ini dibentuk dalam lingkungan departemen yang mempunyai tugas, antara lain:

a) Menyelenggarakan pekerjaan menguasai dan mengurus perusahaan negara


tertentu, dan/atau

b) Menjalankan tugas direksi perusahaan negara tertentu, dan/atau


c) Mengadakan kerjasama dan kesatuan tindakan dalam mengurus perusahaan
negara tertentu, dan/atau

d) Mengawasi pekerjaan menguasai dan mengurus perusahaan negara tertentu.

2. Pertengahan tahun 60-an, sistem ekonomi-politik perubahan kearah debirokratisasi


dan deetatisme. Pemerintah pada periode ini melakukan regulasi dengan keluarnya
berbagai produk hukum berikut :

a) UU No. 5 Tahun 1962 ttg perushaan daerah,sbg upaya melibatkan daerah


dalam pengelolaan dan penyelenggaraan perusahaan ngara tertentu
diwilayahnya.

b) UU No. 1 Tahun 1967 ttg penanaman modal asing dan UU No.6 Tahun 1968
ttg penanaman modal dalam negeri, sbg upaya menjaring investor asing dan
nasional untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

c) UU No.14 Tahun 1967 ttg Bank Pemerintah.

d) UU No.9 Tahun 1969 yang mengelompokan BUMN kedalam 3 bentuk, yaitu


perusahaan jawatan (PERJAN), perusahaan umum (PERUM) dan perusahaan
perseroan( PERSERO).

3. Pemerintah mulai mengembangkan sektor korporasi (BUMN) yang sebagian berasal


dari hasil nasionalisasi perusahaan ex belanda. seiring meningkatnya tuntutan
pembangunan disemua sektor kehidupan, mendorong BUMN/D termasuk persero
menjalankn tugas-tugas pembangunan. Dengan demikian UU No.9 Tahun 1969 tidak
dapat dilaksanakan secagar konsekuen. Bbrpa produk hukum yang dihasilkan
pemerintah pada masa ini ;

a) UU No.8 Tahun 1971 yang mengatur pendirian BUMN bentuk khusus, yaitu
perusahaan minyak dan gas bumi negara (PERTAMINA)

b) Inpres No.11 Tahun 1973 yang mengatur pendirian direktorat BUMN


dilingkungan departemen keuangan, yang menetapkan materi keuangan sbg
pemegang saham semua persero.
D. PERIDOE TAHUN 1974-1982

Indonesia pada masa ini mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yaitu
mencapai 7-8%, dimana minyak bumi menjadi penyumbang terbesar dalam penerimaan
negara. Naiknya harga minyak bumi(oil boom) thun 1973 mendorong pemerintah untuk
melakukan ekspansi besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur ekonomi dg mendirikan
badan-badan usaha milik negara. Pada masa ini BUMN dapat menjalan perannya sbg agen
pembangunan. PERTAMINA sbg salah satu bentuk BUMN mejadi bibit konglomerasi di
Indonesia.

E. PERIODE TAHUN 1982-1990

Masa kejayaan minyak bumi tidak berlangsung lama. Setelah satu dasawarsa harga
minyak bumi mulai mengalami kemerosotan pada tahun 1983. Krisis minyak bumi ini
menimbulkan dampak menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dibandingan
dasawarsa 70an. Tercatat penurunan penerimaan negara dari migas mencapai 8% dari GDP,
yang berarti 1/3 dari penerimaan ekspor dan 14% dari penerimaan APBN dalam setahun.
Kondisi ini mendorong pemerintah mengambil serangkaian tindakan penyesuaian diantaranya
dengan kebijkaan pengetatan anggaran belanja negara atau istilah populernya kencangkan
ikat pinggang, penjadwalan ulang proyek-proyek, penyesuian kurs mata uang dan kebijakan
deregulasi termasuk semua bentuk subsidi bagi kegiatan perekonomian yang diikuti
kebijakabn pemerintah ttg tax reform.

Sisa-sisa sektor publik yang semula dicanangkan untuk BUMN mengalami transformasi
kearah privatisasi. Hal ini terutama menyangkut pelayanan kepada publik dan pengelolaan
bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang bnyak. Aspek kepemilikan tidak
lagi menjadi prioritas utama namun yang utama adalah unsur pelayanan publik. Pada periode
ini jumlah BUMN/D mengalami penurunan. Sampai dengan akhir tahun 1990 BUMN/D yang
ada berjumlah +- 186 buah dengan perincian 34 PERUM, 138 PERSERO dan 14 Perushaan
bentuk lain.

F. PERIODE TAHUN 1990-2003


Periode ini ditandai oleh fenomena perekonomian antar bangsa yang semakin terbuka
dan semakin kuatnya arus liberalisasi perdagangan. Kondisi ini memberikan dampak
terhadap perkembangan dan pertumbuhan BUMN/D di Indonesia antara lain :

1. Peranan BUMN/D semakin tersedak oleh kekuatan swasta nasional dan asing.

2. Negara kehilangan sumber penerimaan misalnya dari bea masuk dan pajak.

3. Terjadinya kesenjangan yang semakin dalam diantara pelaku-pelaku ekonomi.

4. Dorongan untuk meningkatkan efesiensi daya saing dan profesionalisme.

Sejalan dengan amanat UU NO.9 Tahun 1969, pemerintah membuat pedoman


pembinaan BUMN yang mengatur secara rinci hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme
pembinaan, pengelolaan dan pengawasan BUMN yang tertuang dalam PP NO.12 Tahun 1998
ttg perusahaan perseroan (PERSERO) yang telah diperbarui dengan PP NO.45 Tahun 2001,
PP NO.13 Tahun 1998 ttg (PERUM) dan PP NO.6 Tahun 200 ttg PERJAN. Berbagai
perturan pemerintah ini memberikan arahan yang jelas dan parti tentang sistem yang dipakai
dalam pengelolaan BUMN.

G. PERIODE TAHUN 2003-2008

Sampai dengan tahun 2006 tercatat jumlah BUMN di Indonesia sebanyak 139
perusahaan dengan perincian : 13 PERUM, 114 PERSERO, 12 PERSERO tbk, 35 sektor
BUMN, dan 21 kepemilikan minoritas. Pada tahun 2005 sebanyak 13 BUMN yang terdiri
dari PERJAN rumah sakit, PERJAN radio republik indonesia (RRI) dan PERJAN TVRI
perubahan status menjadi badan layanan umum (BLU). Selain itu pemerintah melakukan
merger terhadap 4 BUMN perikanan guna meningkatkan efesiensi perushaan. Sementara itu,
untuk tahun 2007/2008 ditetapkan 5 BUMN unggulan yang memiliki competitivenes tinggi
untuk bersaing dalam skla global , yaitu PT Telkom, PERTAMINA, Holding Pertambangan,
Perusahaan gas negara, Tbk, dan Holding perkebunan. Bbrpa produk hukum yang telah
ditetapkan guna mengoptimalkan peran BUMN dalam perkembangan ekonomi dunia yang
semakin terbuka dan kompetitif, diantaranya :

1. UU NO 19 TAHUN 2002 tentang BUMN, yang mengelompokan BUMN kedalam


PERUM dan Persero.
2. PP NO 41 TAHUN 2003 tentang pelimpahan kedudukan, tugas, dan kewenangan
menteri keuangan pada persero, perum, dan perjan kpd menteri negara BUMN.

3. Keputusan menteri BUMN NO: Kep-236/mbu/2003 tentang program kemitraan


BUMN dnegan usaha kecil dn program bina lingkungan, yang dimaksudkan untuk
memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat
dan lingkungan sekitarnya melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan
program bina lingkungan.

4. Peraturan menteri negara BUMN NO:PER-05/MBU/2006 tentnag komite audit bagi


badan usaha milik negara.

5. Peraturan menteri negara BUMN NO:PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan


BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.

BENTUK DAN KARAKTERISTIK BUMN/D

A. BADAN USAHA MILIK NEGARA VERSI UU NO.9 TAHUN 1969

BUMN menurut UU NO.9 TAHUN 196, adalah seluruh bentuk usaha negara yang
modal seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh negara dan dipisahkan dari kekayaan negara.
Adapun karakteristik dari masing-masing bentuk BUMN tsb dapat dijelaskan berikut ini :

1. Perusahaan Jawatan (PERJAN), HANSON dalam bukunya Public Enterprise and


economic development menyebutnya dengan istilah departemen enterprise/
departemental management. Perusahaan negara ini menurut Hanson dipergunakan
untuk penyelenggaraan pelayanan jasa-jasa publik yang dikelola secara monopoli
dalam skla nasional. Oleh karena itu, pwngawasan sepenuhnya dari pemerintah
mutlak diperlukan.karakteristik pokok yang dimilik PERJAN, antara lain:

a) Sifat usaha :

 Makna usaha adalah public service, yaitu pengabdian dan pelayanan


kpd masyarakat.

 Barang atau jasa yang dihasilkan merupakan kewaajiban pemerintah


dalam rangka pelayanan kpd masyarakat.
 Bidang usahanya merupakan monopoli pemerintah dan tidak menrik
minat sektor swasta.

b) Kedudukan dan tugas

 PERJAN dipimpin oleh seorang kepala, merupakan bawahan suatu


bagian dari departemen /direktorat jenderal/direktorat yang diangkat
oleh pemerintah.

 PERJAN merupakan bagian dari organisasi formal suatu


departemen/direktorat jenderal/direktorat .

 PERJAN spt badan /lembaga pemerinthan lainnya yang mempunyai


dan memperoleh fasilitas negara.

 PERJAN melakukan tugas-tugas perusahaan sekaligus tugas


pemerintahn yang tercermin dalam susunan organisasi departemen.

 Mempunyai hubungan hukum publik. Bila ada atau melakukan


tuntuatan/dituntut maka kedudukannya adalah sbg pemerintah atau atas
seizin pemerintah.

 Hubungan usaha antara pemerintah (yang melayani) dengan


masyarakat (yang dilayani), sekalipun thd sistem bantuan (subsidi),
harus selalu didasarkan atas bussiness-zakelijheid, cost accounting
principles and management effectivenes.

c) Modal dan keuangan

 Modal permulaan dan mutasi-mutasi modal lainnya tercermin dalam


APBN.

 Biaya eksploitasi ditutup dengan pendapatan PERJAN.

 Tarif ditetapkan oleh menteri yang bersangkutan bersama-sama dg


menteri keuangan.
 Modal PERJAN merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan,
oleh karena itu semua hasil perusahaan harus tampak jelas dalam
APBN.

 Mempunyai dan memperoleh fasilitas dalam perencanaan anggaran,


transaksi anggaran, dan pengawasan anggaran spt badan-badan
pemerintahan lainnya.

d) Kepegawaian : pegawai PERJAN berstatus pegawai negeri dan terikat oleh


ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi pegawai negeri lainnya.

e) Pengawasan : dilakukan secara hierarki maupun scr fungsional, spt bagian-


bagian suatu departemen.

2. Perusahaan Umum (PERUM), HANOSN menyebutnya dengan istilah public


corporation. Perusahaan umum yang selanjutnya disebut perum menurut PP NO 13
TAHUN 1998 adalah BUMN sebagaimana diatur dalam UU NO 9 TAHUN 1969
dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan
dan tidak berbagi atas saham. Karakteristiknya :

a) Sifat usaha :

 Maksud dan tujuan perum adalah menyelenggarakan usaha yang


bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perushaan.

 Melayani kepentingan umum yg bergerak dibidang vital.

b) Kedudukan dan tugas

 PERUM mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara


republik Indonesia yang ditetntukan dalam anggaran dasar.
 PERUM dipimpin oleh seorang direksi yang diangkat dan/atau
diberhentikan oleh menteri negara BUMN.

 Berstatus badan hukum dan dapat melaksanakan hubungan hukum, spt


melakukan kontrak-kontrak kerja.

 PERUM dapat dituntu dan menuntu, dan hubuungan hukumnya diatur


secara hukum keperdataan.

 PERUM pada umumnya menjalankan tugas perusahaan, akan tetapi


dapat pula mengemban tugas-tugas pemerintahan.

c) Modal dan keuangan

 Modal PERUM seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara


yang dipisahkan.

 PERUM dapat mempunyai dan memperoleh dana dari kredit dalam


dan luar negeri atau dari obligasi.

 PERUM tidak diperkenankan mempunyai anak perusahaan atau


menyertakan kekayaannya dalam permodalan perusahaan lain.

 PERUM mempunyai nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan


bergerak spt perushaan swasta, mengadakan perjanjian, kontrak-
kontrak,, dan mengadakan hubungan dg perushaan lainnya.

 Setiap tahun buku, PERUM wajib menyisihkan jumlah tertenu dari


laba bersih untuk cadangan tujuan, penyusutan dan pengurangan yang
wajar lainnya

d) Kepegawaian

 Pegawai PERUM merupakan pekerja PERUM yang pengangkatan dan


pemberhentian, kedudukan, hak serta kewajibannya ditetapkan
berdasarkan perjanjian kerja sesuia dengan perundang-undangan
dibidang ketenagakerjaan.
 Status dn penghasilan pegawai diatur tersedniri dengan peraturan
pemerintah diluar ketentuan yang berlkau bagi pegawai negeri.

 Bagi PERUM tidak berlaku segala ketentuan eselonisasi jabatan yang


berlaku bagi pegawai negeri.

e) Pengawasan

 Dewan pengawas PERUM bertugas untuk melaksanakan pengawasan


thd pengurusan PERUM oleh direksi termasuk pelaksanaan rencana
kerja dan anggaran perushaan, ketentuan-ketentuan dalam peraturan
pendirian PERUM, kebijakan yang ditetapkan oleh menteri keungan
dan pedoman yang disusun oleh menteri dalam rangka menjabarkan
kebijakan tsbt, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta memberi nasihat kpd direksi dalam melaksanakann kegiatan
pengurusan PERUJM.

 Dewan pengawas PERUM terdiri dari unsur-unsur pejabat departemen


teknis yang bersangkutan, departemen keuangan dan
departemn/instansi lain yang kegiatannya berhubungan dengan
PERUM atau pejabat lain yang diusulkan oleh mneteri.

 Satuan pengawasan intern merupakan aparat pengawas intern


peruhsaan yang dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggungjawab
kpd direktur utama.

 Satuan pengawasan intern bertugas membantu direktur utama dalam


melaksanakan pemeriksaan intern keuangan dan operasional perum
serta menilai pengendalian, pengelolaan, dan pelaksanaanya.

3. Perseoran (PERSERO) , HANSON menyebutnya The State company. Perusahaan


perseroan yang selanjutnya disebut PERSERO menurut pasal 2 ayat 2 UU NO 9
TAHUN 1969 jo. Pasal 1 PP NO 12 TAHUN 1998 adalah BUMN yang dibentuk
berdasarkan UU NO 9 TAHUN 1969 yang berbentuk perseroan terbatas sebagaimana
yang dimaksud dalam UU NO 1 TAHUN 1995 yang seluruh atau paling sedikit 51 %
saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh negara memalui penyertaan modal scr
langsung. Karakteristik :

a) Sifat usaha

 Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat dipasar dalam negeri/international.

 PERSERO dengan sifat usaha tertentu dapat mealksanakan penugasan


khusus untuk menyenggarakan fungsi kemanfaatan umum, dg tetpa
memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan PERSERO.

 Melakukan kegiatan perusahan yang bisa dilakukan swasta dan bukan


semata-mata menjadi tugas pemerintah.

 Bidang usahanya harus dapat memebrikan keuntungan finasial kpd negara


baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

 Barang2 dan atau jasa yang dihasilkan perusahaan bukan merupakan


kewajiban negara untuk menghasilkannya.

 PERSERO pada prinsipnya tidak diberi hak monopoli.

b) Kedudukan dan tugas

 PERSERO dipimpin oleh seorang direksi

 PERSERO mempunyai status badan hukum perdata

 Pengesahan laporan tahunan persero dilakukan oleh RUPS.

c) Modal dan keuangan

 Modal ushaa dipisahkan dalam bentuk saham dari kekayaan negara.


 Perusahaan dapat melakukan penyertaan modal/ pemilikan saham pada
perusahaan swasta (nasional/asing).

 Negara dapat mengurangi, menambah atau melepaskan pemilikan saham


PERSERO dari Perushaan.

d) Kepegawaian

 Pegawai Persero merupakan pekerja persero yang pengangkatan dan


pemberhentiannya , kedudukan, hak, serta kewajibannya ditetapkan
berdasarkan perjanjian kerja sesuia dengan perundang-undangan dibidang
ketenaga kerjaan.

 Status pegawai sbg pegawai perusahaan swasta biasa.

e) Pengawasan

 Komisaris yang diangkat dan diberhntikan oleh RUPS bertugas mengawasi


kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat
kpd direksi.

 Pada seti persero dibentuk satuan pengawasan intern.

 Satuan pengawasan intern bertugas membantu direktur utama dalam


mealksanakan pemeriksaan inter keuangan dan pemeriksaan operasional
persero.

B. BADAN USAHA MILIK NEGARA VERSI UU NO 19 TAHUN 2003

1. PERUM : karakteristik perum :

a) Maksud dan tujuan pendirian ; menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk


kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan yang sehat.

b) Organ perum : adalah menteri, direks,dan dewan pengawas


 Menteri memberikan persetujuan atas kebijakan pengemabngan usaha
perum yang diusulkan oleh direksi.

 Pengangkatan dan pemberhentian direksi ditetapkan oleh menteri.

 Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana jangka panjang yang


merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan PERUM
yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 tahun.

 Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran


perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka
panjang.

 Dalam waktu 5 bulan setelah tahun buku perum ditutp, direksi wajib
menyampaikan laporan tahunan kpd menetri untuk memperoleh
pengesahan.

 Pengangkatan dan pemberhentian anggota dewan pengawas doitetapkan


oleh menteri.

c) Pengawasan

 Pengawasan perum dilakukan oleh dewan pengawas.

 Dewan pengawas bertanggungjawab penuh atas pengawasan persero untuk


kepentingan dan tujuan perum.

2. PERSERO : karakteristik pokok PERSERO sama dengan karakteristik PERUM.

d) Maksud dan tujuan pendirian ; menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk


kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan yang sehat.

e) Organ perum : adalah menteri, direks,dan dewan pengawas


 Menteri memberikan persetujuan atas kebijakan pengemabngan usaha
perum yang diusulkan oleh direksi.

 Pengangkatan dan pemberhentian direksi ditetapkan oleh menteri.

 Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana jangka panjang yang


merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan PERUM
yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 tahun.

 Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran


perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka
panjang.

 Dalam waktu 5 bulan setelah tahun buku perum ditutp, direksi wajib
menyampaikan laporan tahunan kpd menetri untuk memperoleh
pengesahan.

 Pengangkatan dan pemberhentian anggota dewan pengawas doitetapkan


oleh menteri.

f) Pengawasan

 Pengawasan perum dilakukan oleh dewan pengawas.

 Dewan pengawas bertanggungjawab penuh atas pengawasan persero untuk


kepentingan dan tujuan perum.

3. BUMN PERBANKAN

BUMN perbankan menyelengagarakan berbagai kegiatan usaha diantaranya ;

a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,


depositoo berjangka, sertifikat deposito, tabungan dll.

b) Memberikan kredit.

c) Menerbitkan surat pengakuan utang.


d) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun utnuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun nasabah dan


masih banyak lagi kegiatan usaha lainnya.

4. BADAN USAHA MILIK DAERAH

Badan usaha milik daerah (BUMD) menurut UU NO 5 TAHUN 1962 dikenal dengan
sebutan perusahaan daerah. Menurut UU NO 5 TAHUN 1990 BUMD digolongkan menjadi :

1. PERUMDA, sifat usahanya adalah menyelenggarakan pelayanan kepentingan umum


disamping mencari keuntungan sbg sumber pendapatan asli daerah.

 Kedudukan dan tugas

a) PERUMDA dipimpin oleh seorang direksi yang tidak diperkenankan


merangkap jabatan.

b) Organisasi, tugas, wewenang, tanggungjawab, dan cara


pertanggungjawabannya, serta pengawasan dll diatur secara khusus
sesuai dengan peraturan daerah pembentukny.

c) Berstatus badan hukum yang dibentuk dengan peraturan daerah yang


berlaku dan mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang.

d) PERUMDA dapat dituntut dan menuntut.

 Modal dan keuangan

a) Modal awal perumda seluruhnya berasal dari anggaran pendapatan dan


belanja daerah APBD.

b) Perumda dapat mempunyai dan memperoleh dana dari kredit.

c) Perumda mempunyia nama dan kekayaan sendiri.


d) Secara finansial perumda mampu berdiri sendiri.

2. Perusahaan perseroan daerah (PERSERODA)

 Kedudukan dan tugas

 Modal dan keuangan

 Pegawai

3. Bank pembangunan daerah (BPD)

Modal dan keuangan BPD diatur sbb :

 Modal dasar bank ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah.

 Sebagian besar modal merupakan penyertaan saham dari pemerintah daerah.

 Penyertaan modal dari pihak ketiga dimungkinkan dg memperhatikan ketentuan


dalam butir 2 diatas.

4. Perusahaan daerah bank perkreditan rakyat (PDBPR)

Tugas dan usaha PDBPR pada intinya adalah sbb :

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpnaan berupa deposito


berjangka, tabungan dll.

 Memberikan kredit.

 Menyediakan pembiayan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil.

 Menempatkan danaya dalam bentuk sertifikat deposito dan tabungan pada bank lain.

 Dalam upaya meningkatkan modal dan keuangan, manajemen, serta profesionalisme


perbankan , PDBPR dapat melakukan kerjasama dengan BPD.
JAWABAN NO 2 :

A. Mengapa terjadi perubahan nama/status BUMN?

PP 43 tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan


Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara menjelaskan bahwa urutan langkah-
langkah Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMN adalah pengkajian, penyusunan rancangan
perubahan bentuk badan hukum, pengumuman, persetujuan RUPS/Menteri, dan kemudian
diusulkan kepada Presiden disertai rancangan peraturan pemerintah.

Pasal 30 :Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMN pada dasarnya merupakan


transformasi yang hanya mengakibatkan perubahan bentuk badan hukum tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan subjek hukum (subjek hukum tetap sama). Oleh karena
itu, secara hukum segala hak dan kewajiban yang melekat pada BUMN sebelum terjadi
perubahan bentuk, tetap melekat pada BUMN yang bersangkutan setelah terjadinya
perubahan bentuk.
Pasal 33 Ayat (1) dan (2) : Pengkajian bersama dengan Menteri Keuangan dilakukan
mengingat tindakan-tindakan tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap struktur
penyertaan modal negara. Sedangkan keterlibatan Menteri Teknis dan/atau pimpinan instansi
lain sehubungan dengan kebijakan sektoral pada bidang usaha BUMN, peraturan
perundangan dan kewajiban pelayanan umum (public service obligation). Ayat (3) Dalam hal
usulan Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMN dilakukan atas inisiatif Menteri Teknis,
maka Menteri mengikutsertakan Menteri Teknis yang bersangkutan dalam pengkajian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini.
Pasal 42 : Dengan pengaturan seperti ini, dikaitkan dengan ketentuan Pasal 33, Pasal
34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 Peraturan Pemerintah ini, maka urutan langkah-langkah
Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMN adalah pengkajian, penyusunan rancangan
perubahan bentuk badan hukum, pengumuman, persetujuan RUPS/Menteri, dan kemudian
diusulkan kepada Presiden disertai rancangan peraturan pemerintah. Tujuan Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan BUMN, bertujuan agar BUMN dapat meningkatkan efisiensi,
transparansi dan profesionalisme sehingga menjadi BUMN yang sehat, kinerja dan nilai
perusahaannya meningkat, dividen meningkat, pajak meningkat, penyerapan tenaga kerja
bertambah, dan produk serta layanannya menjadi lebih kompetitif. Demikian juga dapat
dilakukan Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMN, baik dari Perum menjadi Persero
maupun sebaliknya, dengan memperhatikan titik berat tujuan usaha BUMN.
Maksud dan Tujuan PP 43 tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan,
dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara adalah:

1. meningkatkan efisiensi, transparansi dan profesionalisme guna menyehatkan BUMN;


2. meningkatkan kinerja dan nilai BUMN;
3. memberikan manfaat yang optimal kepada negara berupa dividen dan pajak; dan
4. menghasilkan produk dan layanan dengan kualitas dan harga yang kompetitif kepada
konsumen.

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan BUMN ditetapkan dengan peraturan


pemerintah setelah persetujuan RUPS untuk Persero dan Menteri untuk Perum. Ketentuan
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan BUMN adalah:

1. Penggabungan yang dilakukan antara Perum dengan Perum lainnya, atau Persero
dengan Persero lainnya;
2. Peleburan yang dilakukan antara Perum dengan Perum lainnya, atau Persero dengan
Persero lainnya; atau
3. Pengambilalihan yang dilakukan Perum terhadap Persero, Perum terhadap perseroan
terbatas, Persero terhadap Persero lainnya, atau Persero terhadap perseroan terbatas.

Mengingat peran strategis BUMN, maka perlu diupayakan penciptaan iklim yang sehat
dan efisien, sehingga terbuka kesempatan yang cukup leluasa bagi BUMN untuk tumbuh dan
berkembang secara lebih dinamis sesuai dengan perkembangan dunia usaha. Upaya
penciptaan iklim yang sehat dan efisien bagi BUMN harus tetap mengacu pada asas
pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Upaya penciptaan iklim yang sehat dan
efisien, antara lain dapat dilakukan melalui restrukturisasi BUMN berupa tindakan
Penggabungan (merger), Peleburan (konsolidasi), Pengambilalihan (akuisisi) BUMN, dengan
tetap memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham/pemilik modal, karyawan,
dan masyarakat termasuk pihak ketiga yang berkepentingan.

Dengan melakukan Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan, diharapkan BUMN


dapat meningkatkan efisiensi, transparansi dan profesionalisme sehingga menjadi BUMN
yang sehat, meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memberikan manfaat yang optimal
kepada negara berupa dividen, pajak, penyerapan tenaga kerja, dan produk serta layanan yang
kompetitif kepada konsumen. Selanjutnya dengan memperhatikan titik berat tujuan usaha
BUMN dapat dilakukan Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMN, baik dari Perum menjadi
Persero maupun sebaliknya. Sebagaimana kita ketahui bahwa masalah Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan perseroan terbatas telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya. Dikaitkan dengan
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang
menundukkan BUMN berbentuk Persero terhadap ketentuan yang berlaku bagi perseroan
terbatas pada umumnya, maka dalam Peraturan Pemerintah ini, Penggabungan, Peleburan
dan Pengambilalihan Persero dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan di
bidang perseroan terbatas.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas dan dalam rangka pelaksanaan


Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan
Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara.

B. Mengapa Dapat Terjadi Kegagalan (Kinerja Rendah) Dan Keberhasilan BUMN


Atau BUMD Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Atau Kesejahteraan
Rakyat

BUMN sebagaimana organisasi perusahaan tidak terlepas dari hukum ekonomi yang
mengatur persoalan penawaran dan permintaan -supply and demand. Pembedanya dari
perusahaan pada umumnya, BUMN dimiliki negara cum pemerintah. Keberadaan BUMN,
terlahir sebagai bentuk dari kerangka kerja pemerintah, untuk dapat memberikan
perlindungan kepentingan bagi urusan publik. Konsep utamanya, yakni mengelola persoalan
yang terkait dengan hajat publik secara meluas.

Dengan demikian, BUMN sebagai bagian dari instrumen usaha negara, ditujukan bagi
optimalisasi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Bentuk lingkup negara dan pemerintahan,
akan mempengaruhi praktik serta arah kerja BUMN. Membandingkan sepintas BUMN
China, Singapura, dan Indonesia, akan terlihat bagaimana perbedaan model gerak
strategisnya. Karakteristik China sebagai negara komunis, membuat BUMN Tiongkok sangat
sentralistik. Sementara di Singapura, BUMN negeri singa itu lincah bak pelaku bisnis swasta.
Sedang di Indonesia, BUMN banyak menjadi back up kepentingan kekuasaan -kapitalisme
kroni.

Tarikan Pasar dan Politik

Layaknya sebuah badan usaha, maka BUMN memiliki tugas dan fokus prioritas untuk
mendorong terciptanya efek distribusi keadilan dalam format kesejahteraan. Karena itu,
BUMN akan berada dalam tarikan kepentingan pasar dan politik. Pertama: BUMN harus
mumpuni dalam melaksanakan bisnis dan usaha yang menjamin terpenuhinya kebutuhan
publik. Kedua: pada saat bersamaan, BUMN dituntut untuk mampu mandiri dan berkembang,
serta memberikan kontribusi bagi pendapatan negara.

Orientasi keuntungan itu, akan mudah terlihat dari perkembangan arah lini bisnis BUMN,
yang semakin variatif. Dibutuhkan kombinasi pengelolaan bisnis dengan kerangka kebijakan
untuk menjadikan kehendak serta hajat publik sebagai hal utama. Secara praktis, negara
membutuhkan pembiayaan untuk menghidupkan seluruh program kerjanya. Pajak dan setoran
penghasilan dari BUMN menjadi penyokong pembiayaan negara.  Perdebatan konsep negara
dan bisnis, adalah sebuah bagian dari diskusi klasik. Pendekatan ekonomi klasik, yang
menempatkan peran negara diluar kekuatan pasar, membuat pemahaman tentang faktor
koreksi dalam keseimbangan ekonomi melalui invisible hand. 

Negara yang baik, dalam pandangan klasik, adalah institusi bebas, serta mengatur secara
lebih sedikit -laissez faire. Pasar menjadi pusat penentu meregulasi dirinya sendiri, sementara
peran negara terpisah dan sangat terbatas.  Hal tersebut, berbeda dari Keynesian, bahwa
intervensi negara justru diperlukan. Karena pasar tidak mampu berlaku sempurna. Kehadiran
negara menjadi dibutuhkan, untuk memastikan berfungsi serta bekerjanya pasar guna
menjawab hajat publik.

Pendulum Kesejahteraan

Disini letak kerumitan bermula, menyeimbangkan upaya mengejar profit sekaligus


menjalankan public service obligation tidaklah mudah, kerap berhadapan dengan perspektif
pragmatis bagi kepentingan kekuasaan. Mengapa? Karena bisnis ini mengelola urusan hajat
publik, maka potensi valuasi dari nilai yang dikelola menjadi sedemikian besar. Nominal
tersebut, menjadi gula bagi banyak kepentingan lain, selain kepentingan publik. 
Sudah sejak lama, inefisiensi di BUMN diendus sebagai penyebab gagalnya
pengelolaan bisnis negara diberbagai sektor, yang relatif bersifat monopolistik. Institusi usaha
milik pemerintah tersebut kerap lamban bergerak, tidak adaptif pada perubahan, bukan tanpa
sebab, bisa jadi ada kepentingan dibalik itu.  Menjalankan kerja BUMN, membutuhkan tidak
hanya profesionalitas, juga integritas, dan sikap kenegarawanan, yang menempatkan BUMN
sebagai bekal bagi lapisan generasi penerus di masa depan. Tawaran klasik bila BUMN
kemudian berhadapan dengan kegagalan bisnis, maka resep tawaran yang diajukan pada
aktivitas besar, yakni restrukturisasi menuju privatisasi. Diberikan peluang pengelolaan
kepada tangan swasta, untuk melakukan perubahan badan usaha menjadi lebih gesit, efektif
serta efisien. Pada titik ini, hajat publik kemudian diserahkan kembali melalui mekanisme
pasar. 

Referensi :

Buku Materi Pokok Usaha –Usaha Milik Negara dan Daerah (ADPU4337/3SKS/MODUL1-
9)

https://www.jogloabang.com/ekbis/pp-43-2005-penggabungan-peleburan-pengambilalihan-
perubahan-bentuk-badan-hukum-badan-usaha

www.kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai