Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN KEMITRAAN PELAYANAN KESEHATAN

DI DAERAAH KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara pluralistic dengan hetegenitis etnik
yang rawan terhadap kepentingan politik,ideologi,SARA,perbedaan
sosial ekinomi dan lain-lain. Hal ini diperbuat dengan adanya krisi
multidimensi yang berkepanjangan dan sangat mudah menimbulkan
konflik dengan kekerasan yang dilirannya menyebabkan peningkatan
masalah kesehatan yang sifatnya konfleks.

Beberapa tahun terakhir ini konflik dengan kekerasan telah terjadi di


beberapa Provinsi seperti Nanggroe Darussalam,Kalimantan
Barat,Sulawesi Tengah,Jawa Timur,Nusa tenggara Barat, Nusa
tenggara Timur,Irian Jaya dan Maluku serta Maluku Utara.

Kadaruratan konflek mengakibatkan terjadinya korban missal;


perpindahan penduduk/konsentrasi massa/pengungsi,kurangnya
pangan dan menurunnya status gizi masyarakat;penyediaan air bersih
yang terganggu;buruknya sanitasi lingkungan;lumpuhnya pelayanan
kesehatan dan sering kali terjadi polarisasi pelayanan;serta
meningkatny kasus post Traumatik Stres pada korban terutama pada
anak-anak dan wanita. Hal tersebut diperkuat apabila timbul wabah
penyakit menular karena pemberantasan vector terganggu.
Upaya yang dilakukan pada penanggulangan kedaruratan komleks
yaitu mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi korban dengan
tujuan untuk mencegah dan mengurangi angka kesakitan,kematian dan
kecacatan serta penderitaan yang berkepanjangan dari korban.

Adapun upaya yang dilakukan berupa pengkajian cepat kebutuihan


sumber daya,penanganan korban missal;penyelesaian masalah
pengungsi;manajemen kedaruratan pangan dan gizi;penyediaan air
bersih dan perbaikan sanitasi lingkungan,penanganan gangguan
psikososial;surveilains epidemiologi,pengendalian vector,koordinasi
dan avaluasi penanggulangan masalah kesehatan.

Dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangan masalah


kesehatan akibat kedaruratan kompleks di daerah konflik perlu dibuat
satu pedoman kemitraan pelayanan kesehatan.
B. Dasar Hukum.
1. Undang – undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (
Lembaga Negara Tahun 1992 Nomor 100,tambahan
Lembaran Nomor 3495 ).
2. .Undang – undang nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
60,Tambahan Lembaran Negara 3839 );
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonomi ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
54,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 )
4. Keputusan Presiden RI nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penangan
Pengungsi di Indonesia.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud pedoman ini yaitu untuk memberikan panduan kepada
semua petugas kesehatan agar membina kemitraan dengan
semyua pihak yang terkait pada penanggulangan masalah
kesehatan di daerah konflik, sehingga dapat menanggulangi
masalah kesehatan secara optrimal.

Tujuan khusus adalah


1. terwujudnya pola kemitraan Pelayanan Kesehatan di daerah
konflik
2. Terwujudnya pertukaran informasi yang berkualitas agar
dapat dimanfaatkan secara optimal
3. Terlaksananya koordinasi kegiatan sesuai peran dan tugas
masing-masing organisasi.

D. RUANG LINGKUP
Kemitraan pada penganggulangan masalah kesehatan akibat
kedaruratan dan bencana meliputi kegiatan kerjasama sumber
daya pada tahap kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pasca
konflik dari berbagai organisasi yang berbeda termasuk
organisasi media massa. Kegiatan kemitraan yang dilaksanakan
berupa upaya kesehatan kuratif dan diseminasi informasi upaya
penyelamatan kehidupan; lingkungan dan upaya
penanggulanfan masalah kesehatan serta upaya sector
kesehatan sebagai jembatan/mediator perdamaian kedua belah
pihak yang bertikai.
BAB II UPAYA KESIAPSIAGAAN DAN FAKTOR FAKTOR
DETERMINAN

1. Early Warning ( Peringatan Dini)


a. Faktor pendukung konflik
• Multietnik, Etnik yang seimbang
• Ketegangan Sosial
• Pelanggran HAM
• Faktor Demografik
• Instalbilitas Politik
• Gerakan Sparatis
• Faktor Ekternal : LSM dan NGO
• Hubungan dengan Negara tetangga
• Kerusakan ekologi dan bencana alam
• Instalibitas ekonomi dan perselisihan
• Korupsi dan lalu lintas narkoba
• Intervensi militer
• Probalitas sejarah
• Situasi kemakmuran Negara tetangga

b. Faktor Pemicu
• Penyebaran masalah ketempat lain
• Peningkatan situasi yang signifikan
• Perbatasan yang terbuka dengan Negara tetangga
• Hilangnya figure pemimpin dan perubahan pola
kepemimpinan
• Tekanan LSM
• Bencana Alam
• Demontrasi Massal, huru-hara
• Cuaca ekstrim (extreme climat : El nino/La Nino)

2. Perencanaan (Planning)
Komunikasi. Koordinasi. Kolaborasi, Informasi sesuai dengan
lintas program dan lintas sektoral.

3. Pengorganisasian (Organizing)
Sesuai dengan tingkat keaman dan kondisi masing-
masingdaerah (STKORLAK dan SATLAK PBP, SATGASKES,
BAKORKESDA)
Penjenjangn organisasi dibagi 2 :
• Tingkat pusat/nasional (PPMK/Depkes)
• Tingkat daerah (Provinsi,Kabupaten/Kota)
a. Tingkat Pusat
a.1 Tertip Sipil
• Depkes, Setjen Depkes
• Bakornas PBP
• Puskes TNI/Disdokkes POLRI
• Organisasi Profesi

a.2 Darurat Sipil


• Presiden
• Menko Polkam
• Menkes
• Men Kimpraswil
• Menhub
• Mendagri dan Otda
• Menkeh dan HAM

b. Tingkat Daerah
b.1 Tertip Sipil
Provinsi : Gubernur
Kabupaten : Bupati, Kadinkes

b.2 Darurat Sipil


Provinsi : Gubernur, Disdokkes Polda
Kabupaten : Bupati, Dinkes Polres/Wil

b.2 Darurat Militerl


Provinsi : Pangdam. Kakesdam
Kabupaten : Darem/Dim, Dandeskesyah

4. Pelaksanaan (Actuating)
Tingkat Pusat
A. Mitigasi
Menyusun perangkat lunak (software), kebijakan,
pedoman, protap, juknis, TOT, gladi, penyusunan modul,
contingency plan, Rapim, Rakor, Peta Rawan kedaruratan
dan bencana akibat konflik dan Analisis Situasi.

B. Tanggap Darurat
C. Rehabilitasi
D. Pembinaan

5. Pengendalian (Controling)
Tingkat Pusat :
Supervisi, Asistensi, Atvokasi sesuai tupoksi

Tingkat Daerah :
Supervisi, Asistensi, Atvokasi sesuai tupoksi
6. INISIASI (Awal dimulainya kegiatan)
Ditentukan secara berjenjang dimulai dari instansi Pemerintaah
daerah serendah-rendahnya Kepala Desa/Lurah (sesuai
juknis)

7. ROUTE EVAKUASI
Faktor yang mempengaruhi : Geografi, Eskalasi Konflik,
Sarana transportasi, sarana komunikasi, sarana keamanan
dan kesehatan evakuasi petugas.
Jenis Evakuasi yang dilaksanakan : Darat, Laut dan Udara

Protap
Rute
Daerah berpulau: gunakan ambulans air, udara dan darat
Dareah darat : ambulans darat, udara, air
Prosedur Evakuasi Korban
A. Konflik kejadian
i. Lokasi kejadian
ii. Kesehatan Lapangan
iii. Pos Kesehatan Depan
iv. Rumkitkeslab
v. RS rujukan

B. Konflik Vertikal
Dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia
Akses komunikasi dan informasi :
Optimalisasi saranajarkom/puskom yang telah tersedia
Penyediaan alat komunikasi disesuaikan dengan kondisi
geografis
Mekanisme/jalur Komunikasi
Vertikal pelaporan
Pusat pengendalian komunikasi
Sumber informasi/kurir
Sandi/isyarat
BAB III
KEMITRAAN DENGAN MASYARAKAT INTERNATIONAL.

1. Bencana,terutama yang berskala besar,senantiasa


menarik perhatian international. Bantuan international
biasanya ditawarkan dalam bentuk bantuan
tenaga,peralatan,bahan atau dana. Pada umumnya donor
agensy menawarkan bantuan barang dan dana dengan
memberikan syarat,mereka diijinkan mengirim tenaga atau
tim pengkajian.
2. Tawaran banutan internasional dapat dibuat bi-lateral
melalui suatu badan regional misalnya ASEAN,atau
melalui suatu organisasi multilateral seperti PBB. Atau
juga dapat dibuat melaluiUNDHA (Unutet Nations
Departement for Humanitarian
Assistences)dikoordinasikaan oleh Un Office Coordination
for Humanitarian Affair (UN-OCHA).
3. Tenaga dari lembaga donor mungkin mempunyai
pengalaman yang berharga untuk ditawarkan dan laporan
mereka dapat menambah kepercayaan terhadap laporan-
laporan dan pengkajian kebutuhan yang dilakukan oleh tim
Departemen Kesehatan.Dibutuhkan waktu untuk mencapai
lokasi bencana,mereka mungkin kurang mengenal situasi
dan budaya setempat dan mereka mungkin membutuhkan
dukungan yang memadai (misalnya briefing,
akomodasi,transport, pendamping dan penterjemah) pada
saat petugas setempat dalam situasi yang cukup sibuk.
4. bantuan internasional bidang kesehatan di Indonesia di
koordinasikan oleh Sekjen Depkes,Pemerintah
diperkenankan meminta bantuan international apabila
sangat memerlukan melalui Koordinasi Bakornas PBP
walaupun demikian Departemen Kesehatan harus siap
untuk :
- Memberi saran kepada Donor Agency tentang
bagaimana menanggapi tawaran donor dengan
situasi daerah yang terkena bencana.
- Bekerja sama dengan wakil donor inbternasional
dilapangan atas nama Bakornas PBP.

5. Tim UN Disaster Assesment and Coordination (UNDAC)


Tim UNDAC ditugaskan oleh UNDHA,terdiri dari
pakar yang dirancang untuk pengkajian cepat dan misi
koordinasi setempat menanggapi bencana yang terjadi
secara mendadak.
Suatu tim terdiri dari Petugas Koordinasi Bantuan DHA
bersama dengan manager bencana yang ditugaskan oleh
pemerintah mereka. Semua anggota tim telah menjalani
pelatihan Koordinator Pejabat PBB di Jakarta ( yang
biasanya diundang oleh donor lain untuk memimpin tim
koordinasi bantuan internasional). Tim ini memiliki
perlengkapan telekomunikasi yang memadai yang
memampukan mereka untuk membentuk hubungan satelit
bebas antara Jakarta dan markas besar UNDHA.

6. Jika suatu TIM UNDAC (atau wakil donor lain) ditugaskan


didaerah terkena bencana (atau wakil donor lain )
ditugaskan didaerah terkena bencana Tim
penanggulangan masalah kesehatan Departemen
Kesehatan harus bekerja sama erat dengan mereka
atasnama BAKORNAS – PBP. Namun Tim
Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat bencana
Departemen Kesehatan tidak boleh memberikan alas an
bahwa kedatangan suatu tim UNDAC, atas permintaan
khusus donor sebagai alas an keterlambatan dalam
pengiriman laporan mereka.

7. Departemen Kesehatan dapat mengusahakan agar


seorang personel WHO ikut serta dalam Tim
Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat Bencana
Kesehatan terutama untuk bertindak sebagai wakil PBB.
BAB IV
KEMITRAAN DENGAN MEDIA MASSA DAN JURNALISTIK.

1. Wartawan dari berbagai media massa akan medatangi lokasi


bencana dan mereka akan berusaha dengan cara apapun untuk
memperoleh berita dalam rangka pelaksanaan tugas jurnalistik
mereka.
2. Tim Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat bencana
Departemen Kesehatan tidak dapat menghindar dari para
wartawan tersebut berita tentang bencana dan
penanggulangannya hanya akan dilansir melalui ketua SATLAK
PBP atau Humas pemda setempat.
3. Hubungan Tim Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat
bencana Departemen Kesehatan dengan media massa dilakukan
dengan ketentuan.
a. Persetujuan dari Sesjen Depkes. Dinas Kesehatan Propinsi
atau Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat
b. Hanya diberikan oleh pejabat Departemen Kesehatan yang
berwenang
c. Tidak mengganggu pelaksanaan tuga Tim Penanggulangan
Masalah Kesehatan, terutama selama 24 jam sejak
kedatangannya dilokasi bencana.

PEDOMAN BERMITRA DENGAN WARTAWAN :


1. Hindarkan pertentangan dengan media massa
• Mereka mampu menayangkan dan menerbitkan berita
setiap hari, kita tidak
• Mereka dapat mengedit berita yang mereka peroleh dari
sumber manapun termasuk kita
• Keputusan akhir ada pada mereka

2. Hati hati dengan hal-hal bersifat rahasia


• Adapun yang kita katakana atau kerjakan dapat
ditayangkan atau diterbitkan
• Walaupun kita katakana bahwa hal-hal tertentu bersifat off
the record dapat saja hal-hal ini ditayangkan atau
diterbitkan, sehingga terkena getahnya.

3. Hati-hati dengan pernyataan kita:


• Wartawan bias saja salah informasi atau secara teknis
kurang menguasai profesi kita
• Berikanlah keterangan sejelas jelasnya, sehingga mereka
benar benar mengerti.

4. Sederhanakan pertanyaan kita


• Sederhanakan dan ringkasan pokok-pokok pertanyaan kita
• Berikan fakta dan data secara tertulis
• Bicaralah dengan tenang, seperti berbicara dengan orang
awam, bukan dengan ahli
• Hindari istilah atau akronim tekhnis
• Gunakanlah bahasa Inggris kalau berbicara dengan
wartawan asing. Kalau menggunakan penterjemah,
yakinkan bahwa asing. Yakinkan bahwa ia
menerjemahkan dengan tepat.
• Hendaknya diingat bahwa “Audience” kita adalah
masyarakat umum.

5. Berilah mereka pertanyaan yang menarik.


• Kalau tidak, mereka akan mencari orang lain yang dapat
saja memberikan pernyataan yang tidak kita inginkan
• Cermatilah gelagat dalam pernyataan yang diajukan.
Apakah mereka mengajukan pernyataan terarah? Ataukah
terjadi salah persepsi ? Berikan kejelasan dan ketepatan
persepsi.

6. Layanilah wartawan dengan cara propesional


• Hormatilah mereka
• Ingatilah selalu,bahwa mereka mempunyai “deadlines”
jangan mengulur pemberian pernyataan tanpa alas an.
• Jangan lupa berikan pernyataan latar belakang
• Jawablah kontak pertelpon mereka segera mungkin
• Berika keberadaan kita kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota setempat sehingga mudah dihungi
wartawan

7. Jangan berbohong :
• Yakinkan bahwa pernyataan kita akurat
• Pernyataan kita tidak harus mencakup segala-galanya
Kita tidak harus menyatakan kepada wartawan tentang
segala sesuatu yang terjadi

8. Sebelum melibatkan diri dalam wawancara ambilah keputusan


tentang apa yang dapat dan apa yang tidak dapat dibicarakan,
dan pegang teguhlah keputsan ini
9. Gunakan humor untuk mencairkan situasi konprontatif
10. Pilihlah dengan hati-hati kata kata yang kita yang gunakan.
Mereka bias saja melaporkan secara persis apa yang kita
utarakan
11. Kalau suatu berita yang controversial akan pasti ditayangkan
atau diterbitkan, jangan ragu ragu menunjukan pendapat kita.
Diam tidak selamanya menguntungkan
12. Pengulangan merupakan inti pengingatan. Masyarakat akan
mengingat apa yang mereka lihat, dengan atau baca berulang
kali.
13. Sekali suatu berita yang tidak kita inginkan ditayangkan atau
diterbitkan, biasanya kita tidak berdaya untuk memperbaikinya.
14. Upaya untuk menggunakan sumber informasi resmi atau
obyektif untuk mendukung pernyataan kita kepada wartawan.
Jangan membuat pernyataan tanpa dukungan kuat.
15. Upaya untuk mengantisipasi pernyataan. Kalau kita tidak yakin
akan jawaban suatu pernyataan, atau tidak mengetahui
jawabannya, berilah saran kepada wartawan untuk menunda
jawaban kita sampai kita ketahui jawaban yang benar.
BAB V
PENUTUP

Agar supaya kemitraan pelayana kesehatan didaerah konflik dapat


berjalan dengan baik dan terarah maka sangat diperlukan interaksi dan
koordinasi terus-menerus secara aktif guna melancarkan komunikasi
sesame petugas danninstansi lain yang terkait.

Pengelolaan kemitraan ini sangat membantu upaya penanggulangan


masalaha kesehatan akibat kedaruratan dan bencana dengan tujuan
meringankan penderitaan korban.

Masyarakat sebagai bagian dari upaya penanganan perlu


diikutsertakan melalui penghayatan kesadaran dan kesiapsiagaan
sebelum bencana terjadi.

Kendala dan masalah yang terjadi pada kemitraan yang sedang


berjalan perlu diperkecil seminimal mungkin agar tujuan
penanggulangann dapat tercapai dengan berhasil guna dan berdaya
guna. Kemitraan di daerah konflik secara lintas program dan lintas
sector antara pemrintah dan organisasi non pemerintah lembaga
swadaya masyarakat perlu dipererat melalui sosialisasi pedoman.

Anda mungkin juga menyukai