AIK III
DI SUSUN OLEH:
Billy Berliando Hayo Wibisono
NIM: 192170039
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seluruh alam semesta dan seisinya
hanya milik Allah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan. makalah
disusun karena penulis ingin mengetahui tentang iman kepada ALLAH SWT.
Makalah ini tersusun atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang berperan,
yaitu:
1. Rofiq Nurhadi,M.Ag selaku pimpinan Universitas Muhammadiyah Purworejo,
2. Ari Fajar Isbakhi, M. Pd.I selaku dosen mata kuliah AIK III yang telah
membimbing kami dengan sabar dalam belajar,
3. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan memotivasi dalam
menyelesaiakan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................... 1
A. Pengertian Puasa................................................................................... 1
B. Kededukan Puasa Dalam ISlam.......................................................... 1
C. Macam-Macam Puasa.......................................................................... 1
D. Ancaman Bagi Muslim Yang Meninggalkan Puasa.......................... 3
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 6
ii
A. Pengewrtian Puasa
Dikutip dari buku Tuntunan Ibadah pada Bulan Ramadhan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Shiyam.
Puasa/shiyam menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah,
puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami istri dan segala yang
membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT
Puasa adalah salah satu rukun dari lima rukun Islam, dan ia adalah ibadah yang paling utama
dari ibadah-ibadah lainnya secara mutlak, karena ALLAH SWT telah mengkhususkan puasa
hanya untuk-Nya saja.
Puasa adalah ibadah individual yang tidak tampak secara eksternal, karena ia merupakan
rahasia antara seorang hamba dengan Rabb-nya yang tercermin di dalamnya unsur
pengawasan yang tulus dalam nurani setiap mukmin, karena tidak akan ter-bersit pada dirinya
keinginan untuk riya’ (dilihat oleh orang lain).
C. Macam-Macam puasa
Puasa Wajib
Seperti dengan namanya, puasa wajib merupakan puasa yang harus dijalankan oleh semua
umat Islam. Jika umat Islam melakukannya maka mereka akan mendapatkan pahala,
sedangkan jika tidak melakukannya maka akan mendapat dosa.
Puasa berhukumnya wajib terbagi menjadi tiga jenis, simak penjelasannya berikut ini.
1. Puasa Ramadan
Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa wajib selama
sebulan penuh pada bulan Ramadhan bagi setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban
melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah
ayat 183.
Niat : "Nawaitu sauma ghadin an’adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita’ala"
Artinya: Sengaja aku berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu puasa pada bulan
Ramadhan tahun ini karena Allah Taala.
2. Puasa nazar
Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar yaitu puasa karena sebuah janji. Nazar sendiri
secara bahasa berarti janji, sehingga puasa yang dinazarkan memiliki hukum wajib.
1
3. Puasa Denda atau Kifarat
Jenis terakhir dari puasa wajib adalah puasa denda, yakni puasa yang dilakukan untuk
menggantikan dam atau denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak
melaksanakan puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan.
Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh umat Islam. Jika orang Islam
melakukannya, maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan jika dia tidak melakukannya
maka dia tidak mendapatkan dosa.
1. Puasa Syawal
Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa Syawal. Syawal sendiri adalah nama bulan
setelah bulan Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan Syawal.
Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa
dilakukan secara tidak berurutan.
2. Puasa Arafah
Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak
sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk
puasa pada hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah.
Puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan bagi pelaksananya yaitu akan dihapuskan dosa-
dosa pada tahun lalu serta dosa-dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim).
3. Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah.
Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut
karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan
arafah dan menuju Mina.
Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah terpopuler. Puasa senin kamis berawal
ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari senin
dan kamis.
Karena hari senin merupakan hari kelahiran beliau sedangkan hari kamis adalah hari pertama
kali Al-Qur’an diturunkan.
5. Puasa Daud
2
Jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya puasa Daud adalah puasa yang
dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk
meneladani puasanya Nabi Daud As. Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT.
6. Puasa ‘Asyura
Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa, boleh di awal
bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama adalah pada hari Asyura
yakni tanggal sepuluh pada bulan Muharram.
Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan
Muharram.
Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan. Namun puasa lebih utama
dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah atau bulan
pada kalender Islam.
Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan
purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.
Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan Sya’ban juga memiliki
keistimewaan tersendiri. Pada bulan Sya’ban dianjurkan agar umat Islam mencari pahala
sebanyak-banyaknya.
Salah satunya adalah dengan melakukan puasa pada awal pertengahan bulan Sya’ban
sebanyak-banyaknya.
Ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya menarik lenganku dan
membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya berkata, ”Naiklah”. Lalu kukatakan,
”Sesungguhnya aku tidak mampu.” Kemudian keduanya berkata,”Kami akan memudahkanmu”.
Maka aku pun menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada suara
yang sangat keras. Lalu aku bertanya,”Suara apa itu?” Mereka menjawab,”Itu adalah suara
jeritan para penghuni neraka.” Kemudian dibawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama
orang-orang yang bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek,
dan dari robekan itu mengalirlah darah. Kemudian aku (Abu Umamah) bertanya,”Siapakah
mereka itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Mereka adalah orang-orang
yang berbuka (membatalkan puasa) sebelum tiba waktunya.” [HR. Abu Daud]
Meskipun hadis ini adalah mimpi Nabi SAW dan beberapa ulama mendaifkannya. kita dapat
mengambil pelajaran bahwa seoarang yang tidak menjalankan ibadah diibaratkan seperti
manusia yang disiksa dengan cara yang mengerikan.
3
Selain hadis ini ada beberapa ancaman bagi yang meninggalkan puasa, yang akan kami uraikan
di bawah ini:
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam [QS Al-Baqarah: 187]
“Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasulnya dan
janganlah kamu membatalkan amal-amalmu [QS. Muhammad: 33]
Kedua: Ia telah menjerumuskan diri pada perangkap syahwat. Seorang muslim yang tidak
menuntasknpuasanya karena menuruti keinginan syahwatnya, berarti ia telah terperangkap
dalam jeratan syahwat yang sangat ditakutkan Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam Sabdanya:
Aku mengkhawatirkan atas umatku syirik dan syahwat tersembunyi. Abu Umamah bertanya,
“wahai Rasulullah, Apakah umatmu akan melakukan kesyirikan setelahmu? Beliau menjawab,
ya memang meraka tidak menyembah matahri, bulan batu dan berhala. Akan tetapi mereka
memamerkan perbuatan mereka. Sedang syahwat tersembunyi adalah apabila salah seorang
diantara kamu di pagi hari berpuasa lalu syahwatnya menggodanya hingga ia meninggalkan
puasanya. [HR Ahmad]
Ketiga: Ia menjerumuskan diri terhadap siksa yang sangat pedih di akhirat. Seorang yang tidak
menuntaskan puasanya akan mendapat siksa yang sangat pedih di akhirat sebagaimana yang
disebutkan dalam hadis berikut:
“Pada saat kami tidur, ada dua orang laki-laki yang menghampiriku seraya membopong saya”,
lalu beliau melanjutkan ucapannya yang di antaranya: “Kemudian mereka berdua
membawaku, kemudian terlihat ada suatu kaum yang sedang digantung di tunggangan
mereka, pipi bagian bawahnya robek dan mengalirkan darah, saya berkata: “Siapa mereka ?”,
dia berkata: “Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum puasanya sempurna”. [HR.
An-Nasa’i]
Pertama: Senantiasa menghadirkan dalam benak kita akibat buruk meninggalkan ibadah puasa
sebelum tuntas. Jangan sampai siksaan dan hukuman bagi orang yang tidak menuntaskan
puasa hanya terbayang dalam benak saat membaca maupun mendengar hadis tentang ini.
Namun tidak diamalkan dalam diri, yaitu berusaha menjaga puasa hingga menjelang buka
puasa dengan cara selalu mengingat ancaman bagi yang meninggalkannya.
Ingatan terkait dengan puasa sudah sepantasnya diiringi dengan ingatan akan pahala yang
akan didapatkan jika dikerjakan selama bulan Ramadhan. Gambaran ini, dimaksudkan untuk
mendorong diri agar menuntaskan ibadah puasa ramadhan.
4
Kebersamaan seorang muslim di tengah komunitas orang-orang saleh akan memberikan
imunitas kepada dirinya sehingga ia tidak mudah terpedaya oleh dorongan syahwatnya dan
tidak mudah pula terperangkap oleh tipu daya setan.
Daftar Pustaka
https://www.kemadang-tanjungsari.desa.id/first/artikel/919-ANCAMAN-BAGI-
MUSLIM-YANG-MENINGGALKAN-PUASA
https://www.suara.com/news/2020/04/07/205732/bacaan-niat-puasa-wajib-dan-
sunnah-serta-artinya-sesuai-ajaran-rasulullah?page=all
5
https://www.tokopedia.com/blog/jenis-jenis-puasa-dalam-islam
https://almanhaj.or.id/16203-kedudukan-puasa-dalam-islam.html
https://www.tribunnews.com/ramadan/2020/04/28/pengertian-puasa-beserta-
bacaan-niat-dan-hal-hal-yang-dapat-membatalkannya