Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MAKALAH STATIKA
STATIKA DAN KEKUATAN MATERIAL
Pendidikan Teknik Otomotif

Dosen Pengampu :

Aci Primartadi, S.Pd.T., M.Pd.

Disusun Oleh :
Pengertian Gaya
Billy Berliando Haryo Wibisono
NIM: 192170039

Hukum Newton
Momen Puntir
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
Momen Bengkok
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

2019/2020

Billy Berliando.H.W.
NIM: 192170039
Universitas Muhammadiyah Purworejo

1|Statika&MaterialTeknik
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seluruh alam semesta dan
seisinya hanya milik Allah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt.
atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya makalah ini dapat penulis
selesaikan. makalah disusun karena penulis ingin mengetahui tentang iman
kepada ALLAH SWT.
Makalah ini tersusun atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang berperan, yaitu:
1. Rofiq Nurhadi,M.Ag selaku pimpinan Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
2. Aci Primartadi, S.Pd.T., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Statika dan
Material Teknik yang telah membimbing kami dengan sabar dalam
belajar.
3. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan memotivasi dalam
menyelesaiakan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Meskipun


demikian, penulis berharap semoga Allah Swt. menjadikan makalah ini sebagai
salah satu sumber amal penulis, bermanfaat untuk perkembangan dunia
pendidikan, dan bermanfaat bagi pembaca untuk melengkapi informasi yang
dicarinya.

Purworejo, 22 Maret 2020


Penyusun

Billy Berliando Haryo Wibisono


NNIM: 192170039

i|Statika&MaterialTeknik
DAFTAR ISI
Kata pengantar ...........................................................................................i
Daftar isi .................................................................................................... ii
Bab I .................................................................................................................... 1

A. Pengertian gaya. ..................................................................................... 1


B. Teori dasar gaya yang menyangkut hukum newton. .............................. 2
C. Dasar gaya terkait hukum gravitasi. ....................................................... 3
Bab II ................................................................................................................... 5

A. Pengukuran jumlah gaya ............................................................................... 5


B. Pengukuran jumlah gaya secara grafis .......................................................... 5
C. Pengukuran jumlah gaya secara analitis ....................................................... 6
D. Pengertian momen ........................................................................................ 9
E. Pengertian kouple.......................................................................................... 9
F. Pengertian momen kouple............................................................................ 10
G. Besar momen gaya ....................................................................................... 11
H. Menghitung besar momen gaya ................................................................... 12
I. Menghitung besar momen kouple ................................................................ 12
Bab III................................................................................................................. 14

A. Diagram benda bebas ............................................................................ 14


B. Perhitungan gaya dalam konsep setimbang ........................................... 14
Bab IV ................................................................................................................. 15

A. Macam – macam gelagar dan perbedaan gelagar ........................................ 15


B. Perhitungan gaya lintang dan momen bengkok ........................................... 17
C. Diagram gaya lintang dan diagram momen bengkok .................................. 20
Bab V.................................................................................................................. 25

A. Perhitungan momen inersia pada bidang ............................................... 25


B. Mengidentifikasi macam – macam tegangan ........................................ 26
C. Perhitungan tegangan ............................................................................ 27
Bab VI ................................................................................................................ 30

A. Momen bengkok dan tegangan benkok ....................................................... 30


B. Momen puntir dan tegangan puntir .............................................................. 30
Daftar Pustaka .......................................................................................... 31

ii | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
BAB I
A. PENGERTIAN GAYA.
Pengertian gaya secara umum adalah interaksi apapun yang dapat
menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami perubahan gerak, baik dalam
bentuk arah, maupun konstruksi geometris. Sebuah gaya dapat menyebabkan
sebuah objek dengan massa tertentu untuk mengubah kecepatannya atau
berakselerasi atau untuk terdeformasi lewat proses tertentu. Gaya termasuk dalam
besaran vektor yang dapat diukur. Gaya disimbolkan dengan simbol F. Sedangkan
satuan internasional yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton,
disimbolkan N.

Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya resultan yang bekerja pada
suatu benda sama dengan laju pada saat momentumnya berubah terhadap waktu.
Jika massa objek konstan, maka hukum ini menyatakan bahwa percepatan objek
berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada objek dan arahnya juga searah
dengan gaya tersebut, dinyatakan dengan,

𝐹⃗ = 𝑚𝑎⃗

Konsep yang berhubungan dengan gaya antara lain: gaya hambat, yang
mengurangi kecepatan benda, torsi yang menyebabkan perubahan kecepatan
rotasi benda. Pada objek yang diperpanjang, setiap bagian benda menerima gaya,
distribusi gaya ke setiap bagian ini disebut regangan. Tekanan merupakan
regangan sederhana. Regangan biasanya menyebabkan deformasi pada benda
padat, atau aliran pada benda cair.

1|Statika&MaterialTeknik
B. TEORI DASAR GAYA YANG MENYANGKUT HUKUM NEWTON.

Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi


dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan
antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya.

1. Hukum Pertama : setiap benda akan memiliki kecepatan yang


konstan kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada
benda tersebut. Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari
suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan
(tidak mengalami percepatan). Hal ini berlaku jika dilihat
dari kerangka acuan inersial. ∑F = 0 { ∑F = resultan gaya }

2. Hukum Kedua : sebuah benda dengan massa M mengalami gaya


resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama
dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan
berbanding terbalik terhadap M. atau F = Ma. Bisa juga diartikan
resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama
dengan turunan dari momentum linear benda tersebut
terhadap waktu.
∑F = m . a { ∑F = resultan gaya ( N ); m = massa ( kg ); a =
percepatan ( m/s² ).

3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar
yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada
benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B
akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki
besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal
sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan –F
adalah reaksinya. F aksi = - F reaksi

Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam
karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali
diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk
menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik
maupun sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton
menunjukkan bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak
dengan hukum gravitasi umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan
planet milik Kepler.

2|Statika&MaterialTeknik
C. DASAR GAYA TERKAIT HUKUM GRAVITASI.
Hukum gravitasi universal Newton menyatakan bahwa benda di alam
semesta saling tarik menarik dengan gaya yang berbanding lurus dengan
hasil dari massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat dari jarak antara
mereka. (Secara terpisah menunjukkan bahwa besar massa berbentuk bulat
simetris tarik-menarik seolah-olah semua massa terkonsentrasi di pusat-
pusat mereka.) Ini merupakan hukum fisika umum yang berasal dari
pengamatan empiris yang Isaac Newton sebut induksi. ini adalah bagian
dari mekanika klasik dan dirumuskan dalam karya Newton
berjudul Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica ("the Principia"),
terbit perdana pada 5 Juli 1687. (Ketika buku Newton disajikan pada 1686
ke Royal Society, Robert Hooke mengklaim bahwa Newton memperoleh
inverse hukum kuadrat darinya.) Dalam bahasa modern, hukum ini
menyatakan bahwa:

Setiap titik massa menarik setiap massa titik lain dengan gaya sepanjang
potong dari kedua titik. Gayanya berbanding lurus dengan hasil dari
dua massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat dari jarak antara
mereka:

,
dimana:

• F adalah gaya antara


massa,
• G adalah konstanta
gravitasi,
• m1 adalah massa benda
pertama,
• m2 adalah massa benda
kedua, dan
• r adalah jarak antar
pusat dari benda.

Menggunakan satuan SI, F diukur


dalam newton (N), m1 dan m2 dalam kilogram (kg), r dalam meter (m), dan
konstanta G kira-kira sama dengan 6,674×10−11 N m2 kg−2. Nilai dari
konstanta G pertama kali secara akurat ditentukan dari hasil
percobaan Cavendish experiment Oleh ilmuwan inggris Henry
Cavendish pada tahun 1798, meskipun Cavendish tidak menghitung nilai
numerik untuk G. penelitian ini juga merupakan tes pertama teori gravitasi
Newton antara massa di laboratorium. Itu terjadi 111 tahun setelah penerbitan
buku Newton "Principia" dan 71 tahun setelah kematian Newton, sehingga

3|Statika&MaterialTeknik
tidak ada rumus Newton yang menggunakan nilai G; sebaliknya ia hanya bisa
menghitung kekuatan relatif terhadap kekuatan lain.
Hukum gravitasi Newton menyerupai hukum kekuatan listrik Coulomb,
yang digunakan untuk menghitung besarnya gaya listrik antara dua benda
bermuatan. Keduanya hukum kuadrat-terbalik, di mana gaya berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara benda. Hukum Coulomb memiliki produk
dari dua muatan pada produk dari massa, dan konstanta elektrostatik
pada konstanta gravitasi.
Hukum Newton telah digantikan oleh teori relativitas Einstein umum,
tetapi terus digunakan sebagai pendekatan yang sangat baik dari
efek gravitasi. Relativitas diperlukan hanya ketika ada kebutuhan untuk
presisi ekstrem, atau ketika berhadapan dengan medan gravitasi yang sangat
kuat, seperti yang ditemukan pada benda yang sangat besar dan padat, atau
pada jarak sangat dekat (seperti orbit Merkurius mengelilingi matahari).

4|Statika&MaterialTeknik
BAB II
A. PENGUKURAN JUMLAH GAYA.
Gaya adalah besaran vektor, yaitu suatu besaran yang mempunyai besar
dan arah. Untuk menghitung jumlah (resultan) dua buah vektor atau lebih, maka
harus diperhatikan besar dan arah semua gaya yang menjadi komponennya.
Beberapa besaran lain yang merupakan besaran vektor, antara lain kecepatan,
percepatan, momen dan lain-lain. Sedangkan besaran yang hanya mempunyai
besar saja tanpa arah dikenal sebagai besaran skalar. Yang termasuk pada besaran
skalar ini antara lain panjang, lebar, luas, volume dan sebagainya.
B. PENGUKURAN JUMLAH GAYA SECARA
GRAFIS.
Untuk menjumlah dua gaya atau lebih yang sebidang dengan cara grafis,
terlebih dulu siapkan mistar (penggaris) dan busur lingkaran. Menjumlah dua gaya
atau lebih, dapat ditempuh dengan cara berikut:
1. Tentukan skala yang akan digunakan untuk mewakili besar gaya yang
akan dihitung. Contoh: 1 cm mewakili 1 N (newton).
2. Gambar gaya pertama dengan panjang sesuai dengan besar gaya tersebut.
Beri tanda panah pada ujung gaya sesuai dengan arahnya.
3. Dari ujung gaya pertama (ujung anak panahnya), buat gambar gaya kedua
yang panjangnya sesuai dengan besar dan arah gaya tersebut.
4. Dari pangkal gaya pertama, tarik garis lurus kearah ujung gaya kedua.
Ujung garis yang berimpit dengan ujung gaya kedua tersebut merupakan
arah jumlah (resultan) kedua gaya tersebut, sedangkan panjang garis itu
merupakan besar resultannya.
Contoh : Tentukan besar dan arah dari resultan tiga gaya yang bekerja pada
sebuah partikel, sebagaimana gambar berikut:

Penyelesaian:

5|Statika&MaterialTeknik
Untuk menyelesaikan soal di atas, terlebih dahulu kita tentukan gaya
pertama, kedua dan ketiga yang akan kita gambar (sebagai contoh, gaya pertama,
kedua dan ketiga berturut-turut adalah 2 N, 5 N dan 6 N). Selanjutnya, tentukan
pula skala penggambaran gaya yang akan dipakai (untuk kasus ini, kita pakai
skala 1 N = 1 cm). Selanjutnya, ikuti langkah-langkah berikut:
I. Buat garis sepanjang 2 cm yang arahnya sama dengan arah gaya pertama
(2 N). Tentukan pangkalnya, dan beri tanda panah pada ujungnya (pada
Gambar 2.2, digambarkan dengan warna hitam).
II. Dari ujung gaya pertama, tarik garis sepanjang 5 cm dengan arah yang
sama dengan arah gaya kedua (5 N). Beri tanda panah pada ujung gaya
kedua ini (pada Gambar 2.2, digambarkan dengan warna biru.
III. Dari ujung gaya kedua, tarik garis sepanjang 6 cm dengan arah yang sama
dengan gaya ketiga (6 N), dan beri tanda panah pada ujung gaya ketiga ini
(pada Gambar 2.2, digambarkan dengan warna hijau).
IV. Tarik garis yang menghubungkan pangkal gaya pertama dengan ujung
gaya ketiga (pada Gambar 2.2, digambarkan dengan warna merah). Garis
ini merupakan resultan ketiga gaya tersebut, yang besarnya sebanding
dengan panjang garis tersebut dan arahnya sesuai dengan sudut yang
dibentuknya terhadap garis vertikal atau horisontal.

Dari hasil pengukuran, besarnya R adalah 3,38 cm atau 3,38 N dengan arah 16,7o
terhadap garis vertikal.

C. PENGUKURAN JUMLAH GAYA SECARA ANALITIS.

Untuk menjumlah dua gaya atau lebih yang sebidang dengan cara analitis,
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sinus dan/ atau cosinus dari
sebuah segitiga. Hubungan antara sudut-sudut dan sisi-sisi sebuah segitiga
dapat digambarkan dan dirumuskan sebagai berikut:

6|Statika&MaterialTeknik
Hubungan dengan rumus cosinus:
𝑎 2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑎. 𝑏. cos α atau
𝑏 2 = 𝑎 2 + 𝑐 2 − 2𝑎. 𝑐. cos β atau
𝑐 2 = 𝑎 2 + 𝑏 2 − 2𝑎. 𝑏. cos γ .......... (2.1)

Hubungan dengan rumus sinus:


sin 𝑎 sin ꞵ sin 𝛾
= = ................... (2.2)
𝑎 𝑏 𝑐

Contoh 2.2 :
Selesaikan contoh 2.1 tersebut di atas dengan cara analitis.

Penyelesaian:
Untuk mendapatkan resultan ketiga gaya tersebut, cari resultan gaya
pertama dan kedua terlebih dahulu, dan selanjutnya jumlahkan resultan
kedua gaya pertama dan kedua itu dengan gaya ketiga. Untuk mendapatkan
resultan gaya pertama dan kedua, kita gunakan gambar berikut:

Karena sudut yang terbentuk antara gaya pertama dan kedua tersebut
adalah 30°, maka resultan kedua gaya tersebut adalah :
𝑅1 = √2 ² + 5² − 2.2.5. 𝑐𝑜𝑠 30° = 3,418 𝑁

7|Statika&MaterialTeknik
Sudut yang terbentuk antara resultan kedua gaya tersebut dengan gaya kedua
dapat dihitung dengan hubungan sinus, yaitu:

sin 𝛼 2 = sin 30° 3,418 sehingga sin 𝛼 = 2.sin 30° 3,418 atau 𝛼 = 17°

Selanjutnya mari kita cari resultan R1 tersebut dengan gaya ketiga. Untuk
itu, kita gambar terlebih dahulu kedua gaya tersebut dan kita hitung berapa
sudut yang terbentuk antara kedua gaya itu.

Dari gambar atas, besarnya sudut ɑ = 90° – 45° – 17° = 28° ,


Sehingga:
𝑅 = √3,418² + 6² − 2. (3,418).6. 𝑐𝑜𝑠 28° = 3,386 𝑁
Sedangkan sudut yang terbentuk antara resultan gaya tersebut dengan gaya
ketiga (6 N), didapatkan dari :

sin ɑ sin ꞵ 3,418 sin 28°


= 3,418 sehingga sin 𝛽 = atau 𝛼 = 28,288°
𝑅 3,386
Dengan demikian, sudut antara resultan gaya tersebut (R) dengan garis
vertikal (q) adalah :

𝜃 = 45° − 28,288 = 16,712°

8|Statika&MaterialTeknik
D. PENGERTIAN MOMEN.

Pengertian Momen Gaya (Torsi) dalam gerak rotasi, penyebab


berputarnya benda adalah momen gaya atau Torsi. Momen gaya atau disebut
juga dengan Torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi.
Momen gaya (Torsi) ialah sebuah besaran yang menyatakan besarnya
gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda
tersebut berotasi.
Besarnya momen gaya (Torsi) bergantung pada gaya yang dikeluarkan
serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya. Apabila Kita ingin membuat
sebuah benda berotasi, Kita harus memberikan momen gaya pada benda
tersebut. Torsi atau disebut juga momen gaya dan merupakan besaran vector

Konsep Torsi dalam fisika, juga disebut momen, dimulai dari kerja
Archimedes dalam lever. Contohn, gaya dari tiga newton bekerja sepanjang
dua meter dari titik tengah mengeluarkan Torsi yang sama dengan satu
newton bekerja sepanjang enam meter dari titik tengah.

E. PENGERTIAN KOPEL.

Kopel adalah pasangan dua gaya yang besarnya sama namun arahnya
berlawanan bekerja pada sebuah benda dengan syarat bahwa garis aksi kedua
gaya tidak pada satu garis lurus.

Efek ketika kopel bekerja pada benda tegar adalah benda akan berotasi
tanpa berpindah pada sumbunya. Jarak tegak lurus antara garis aksi dari dua
gaya pembentuk kopel disebut lengan kopel. Kemudian pada gambar 1.22

9|Statika&MaterialTeknik
dua gaya yang besarnya sama P dan Q bekerja pada titik A dan B dalam arah
berlawanan membentuk kopel dengan AB sebagai lengan kopel.
Momen dari sebuah kopel atau sering disebut torque sama dengan
perkalian salah satu gaya pembentuk kopel dengan lengan kopel.
Berikut adalah contoh-contoh kopel dalam kehidupan sehari-hari

1. Pembuka dan penutup keran air.


2. Pemutar tutup pen
3. Membuka tutup botol
4. Pembuka mur baut
5. Stir mobil

F. PENGERTIAN MOMEN KOPEL.

Momen kopel dinotasikan dengan M, satuannya N.m.


Kopel adalah pasangan dua buah gaya sama besar berlawanan arah dan
sejajar.
Besarnya kopel dinyatakan dengan momen kopel (M). Momen Kopel adalah
hasil kali salah satu gaya dengan jarak antara kedua gaya. Momen kopel
merupakan besaran vektor dengan satuan N.m. Pengaruh kopel terhadap suatu
benda dapat menyebabkan benda berotasi.
Momen Kopel positif : searah dengan putaran jarum jam
Momen Kopel negatif : berlawanan arah dengan putaran jarum jam

Keterangan:
M = Momen kopel, satuannya N.m
F = Gaya, satuannya newton (N)
d = jarak antara kedua gaya, satuannya meter (m)

Contoh penerapan penggunaan kopel dalam kehidupan sehari-hari adalah pada


prinsip kerja generator.

Contoh Soal :
Sebuah batang homogen dipengaruhi beberapa gaya seperti gambar berikut ini
:

Hitung besarnya momen gaya total yang dialami oleh titik B akibat dari
pengaruh kedua gaya F1 dan F2!
Jawab :

₁ = F₁ . 2 = 20 . 2 = 40 N.m
₂ = F₂ . 3 = 10 . 3 = 30 N.m

10 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
Momen Gaya totalnya adalah
B =₂– ₁
= 30 – 40
= – 10 N.m

G. BESAR MOMEN GAYA.

Torsi dalam fisika, juga disebut momen atau momen gaya, adalah bentuk
ekuivalen rotasi dari gaya linear. Konsep torsi diawali dari kerja Archimedes
dengan alat peraga tuas. Secara umum, torsi dapat dianggap sebagai gaya rotasi.
Analog rotasi dari gaya, masa, dan percepatan adalah torsi, momen inersia dan
percepatan sudut. Gaya yang bekerja pada tuas, dikalikan dengan jarak dari titik
tengah tuas, adalah torsi. Contohnya, gaya dari tiga newton bekerja sepanjang dua
meter dari titik tengah mengeluarkan torsi yang sama dengan satu newton bekerja
sepanjang enam meter dari titik tengah. Ini menandakan bahwa gaya dalam
sebuah sudut pada sudut yang tepat kepada tuas lurus. Lebih umumnya, seseorang
dapat mendefinisikan torsi dalam perkalian silang :
𝜏 = 𝑟 ×𝐹
𝜏 = ∥ 𝑟 ∥ ∥ 𝐹 ∥ sin 𝜃
di mana:
τ adalah torsi atau momen gaya; τ tebal adalah vektor torsi, sedangkan τ tipis
adalah skalar torsi
r adalah vektor posisi dari sumbu putaran ke titik di mana gaya bekerja
F adalah vektor gaya.
× menunjukkan perkalian silang, yang menghasilkan vektor yang tegak lurus
antara r dan F yang mengikuti aturan tangan kanan
adalah sudut antara vektor gaya dan vektor lengan gaya
Satuan SI untuk torsi adalah N⋅m.

11 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
H. MENGHITUNG BESAR MOMEN GAYA.

Rumus Momon Gaya (Torsi)


Momen Gaya atau sering dikenal juga dengan Torsi adalah hasil kali
antara gaya F dan lengan momennya. Torsi digambarkan dengan lambang τ.

Secara matematis rumus momen gaya dapat ditulis sebagai berikut ini :

τ=lxF

Jika antara lengan gaya l dan gaya F tidak tegak lurus maka rumusnya dapat
ditulis sebagai berikut ini :

τ = l x F sin α

Keterangan :

• τ ialah momen gaya (Nm)


• l ialah lengan gaya (m)
• F ialah gaya (N)
• α ialah sudut antara antara lengan gaya l dan gaya F

I. MENGHITUNG BESAR MOMEN KOPEL.

Kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sama besar, sejajar dan
berlawanan arah. Kopel penyebab sebuah benda berotasi.

12 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
Momen kopel merupakan hasil kali vektor antara vektor gaya dan vektor lengan gaya.

Sehingga besar momen gaya dapat dinyatakan:

M = momen kopel (N . m)
L = lengan gaya (m)
F = gaya (N)
α = sudut antara lengan gaya dan gaya
a. Macam momen kopel ada dua, yaitu kopel positif dan kopel negatif.

13 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
BAB III

A. DIAGRAM BENDA BEBAS.


Dalam fisika dan teknik , diagram benda bebas (force diagram, atau FBD)
adalah ilustrasi grafis yang digunakan untuk memvisualisasikan gaya,
momen, dan reaksi yang dihasilkan pada benda dalam kondisi tertentu.
Mereka menggambarkan tubuh atau tubuh yang terhubung dengan semua
kekuatan dan momen yang diterapkan, dan reaksi, yang bekerja pada
tubuh. Badan dapat terdiri dari beberapa anggota internal (seperti rangka ),
atau badan kompak (seperti balok ). Serangkaian benda bebas dan diagram
lainnya mungkin diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang rumit.

B. PERHITUNGAN GAYA DALAM KONSEP SETIMBANG.

umunnya satu gaya saja yang bekerja pada sebuah benda mengakibatkan
Pada perubahan baik pada gerak translasinya maupun pada gerak rotasinya.
Tetapi bila yang bekerja itu beberapa gaya sekaligus, mungkin akibatnya
saling meniadakan, sehingga tidak menghasilkan perubahan pada gerak
translasi maupun pada gerak rotasi. Bila demikian halnya, maka dikatakan
bend aitu dalam kesetimbangan. Ini berarti bahwa :
1. Benda itu sebagai keseluruhan tetap diam, atau begerak menurut garis
lurus dengan kecepatan konstan, dan
2. Benda itu tidak berotasi sama sekali, atau berotasi dengan kecepatan
konstan.
Apabila sebuah benda dalam kesetimbangan, maka Resultan dari semua
gaya yang bekerja pada bend aitu sama dengan nol, artinya :
Disini 𝑅ᵪ = ∑ 𝐹ᵪ = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑅ᵧ = ∑ 𝐹ᵧ = 0

ℛ = √ℛᵪ2 + ℛᵧ²
Dan arah Resultan ℛ adalah :
ℛᵧ
𝓉ℊ 𝜗ᵪ = ℛᵪ

14 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
BAB IV

A. MACAM MACAM GELEGAR DAN PEMBEDAAN PADA


GELEGAR

Macam – macam gelegar

1. I Girder
I-Girder adalah salah satu girder yang paling umum digunakan dalam
konstruksi jembatan. I-Girder bisa terbuat dari materal baja atau beton,
sesuai dengan kebutuhan. Jembatan I-girder lebih ekonomis, mudah untuk
desain dan mudah untuk dibangun. Desain I-Girder tinggi badan, lebar
badan dan lainya bisa dipesankan sesuai kebutuhan, di Indonesia setiap
produsen pabrikasi girder pasti mempunyai cetakan untuk jenis girder
yang satu ini.

2. Box Girder
Box girder menjadikan jembatan di mana balok utama terdiri dari balok-
balok dalam bentuk kotak berongga. Box girder tersebut merupakan beton
yang biasanya terdiri dari beton pratekan, baja struktural, atau komposit
baja dan beton bertulang. Bemtuk dari box girder ini biasanya berbentuk
empat persegi panjang atau trapesium dalam penampang. Box girder
sering digunakan dalam pembangunan jalan layang dan jembatan yang
memiliki bentang yang panjang. Box girder lebih mahal daripada I-girder
dan tidak semudah membangun I-Girder. Namun, box girder memang
memiliki beberapa keunggulan penting, misalnya, box girder lebih cocok
untuk menangani gaya puntir, dengan demikian, box girder ideal untuk
pembangunan jembatan melengkung.

3. U Girder
Balok girder yang berbentuk U memiliki keistimewaan yang
terletak pada susunan tendonnya yang berpasang-pasangan.
Susunan ini mengharuskan penarikan kabel strand pada girder harus
menggunakan dua dongkrak sekaligus. Di Indonesia girder ini sangat
jarang digunakan, karena beberapa produsen girder belum mempunyai
cetakan U.

15 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
4. T-Girder
Jenis girder ini sama, tidak jauh berbeda dengan I-girder, yang
membedakan adalah T-girder jenis ini badan girder dan plat lantai
jembatan menyatu, sementara I-girder terpisah yang akhirnya disatukan
oleh shear conector yang kemudian di cor. T-girder sering digunakan
untuk jembatan pejalan kaki, bias memiliki bentang yang sangat Panjang
tetapi memiliki lebar sekitar 1 m, kl untuk jembatan pejalan kaki.

5. Plate Girder
Plate girder adalah suatu balok besar yang dibuat dari susunan
elemen elemen pelat yang disatukan dengan alat penyambung. Plate girder
dibuat untuk mencapai penataan bahan yang lebih efisien dibandingkan
dengan balok profil pabrikasi. Plate girder biasanya digunakan untuk
gelagar lantai gedung, gelagar jembatan dan gelagar crane bangunan
Gudang. Beban yang diterima oleh girder biasanya sangat besar, sehingga
jika menggunakan profil hasil pabrikasi (profil standart), akan
menghasilkan berat sendiri yang cukup besar sehingga tidak efisien. Salah
satu jalan untuk mengurangi berat sendiri yaitu dengan cara mempertinggi
profil (membuat profil yang tidak standart). Alat penyambung plate girder
sekarang banyak menggunakan sambungan las, tetapi masih ada juga yang
menggunakan sambungan baut. Untuk jembatan jalan raya dengan bentang
> 24 m, penggunaan plate girder akan lebih ekonomis. (24 – 46 m).
Untuk jembatan KA / beban berat, plate girder umumnya digunakan untuk
bentang 15 – 40 m. Dengan perkuatan di beberapa bagian, plate girder
untuk bentang jembatan sampai dengan 200 m.

Untuk efisiensi, pada plate girder dimungkinkan untuk membuat


variasi penampang di sepanjang bentang. Untuk daerah yang
dominan gaya geser, maka penampang plate girder dapat dibuat dengan
ketebalan pelat sayap tipis dan pelat badan tebal. Sedangkan untuk daerah
yang dominan momen maka plate girder dapat dibuat dengan pelat sayap
tebal dan pelat badan tipis. Selain memvariasikan bentuk penampang, plate
girder juga memungkinkan variasi mutu pelat pembentuk sayap dan badan.
Untuk daerah dominan geser maka mutu pelat badan dibuat lebih tinggi
dibandingkan mutu pelat sayap. Sedangkan untuk daerah momen maka
mutu pelat sayap lebih tinggi dibandingkan mutu pelat badan. Hal ini
disebut “Hybrid Girder”.

Plat girder menjadi populer di akhir 1800-an ketika jenis girder ini
digunakan dalam pembangunan jembatan kereta api. Bagian baja yang
dipaku atau dibaut bersama untuk mendapatkan rentang keseluruhan yang
diinginkan. Pada 1950-an, pengelasan menjadi metode yang dipakai untuk
menggabungkan bagian plate girder, ini merupakan metode konstruksi

16 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
yang lebih ekonomis dan efisien, dan juga memungkinkan
pembangunan jembatan yang lebih estetis.

Perbedaan pada gelegar

1. Balok I
Dengan bentuk I sering disebut dengan PCI ( yang dibuat dari
material beton ). Gelegar ini dapat terbuaut dari bahan komposit
ataupun bahan non komposit, dalam memilih hal ini perlu
dipertimbangkan berbagai hal seperti jenis kekuatan yang
diperlukan dan biaya akan dikeluarkan.

2. Box Girder
Box girger sangat cocok dipakai buat jembatan bentang panjang.
Umumnya dirancang yang merupakan bentuk di atas pilar lantaran
Bersama semen prategang dalam design umumnya dapat produktif
terhadap bentang menerus.

3. Balok T
Balok T ekonomis untuk bentang 40 – 60 ft. namun pada struktur
jembatan miring, perancangan balok T memerlukan rangka kerja
yang lebih rumit. Perbandinga tebal dan bentang struktur pad balok
T yang dianjurkan adalah sebesar 0,07 untuk struktur bentang
sederhana dan 0,065 untuk struktur bentang menerus.

B. GAYA LINTANG DAN MOMEN BENGKOK

Perhitungan gaya lintang

Kalau dilihat, balok yang terletak diatas 2 (dua) perletakan A dan B,


menerima gaya-gaya yang arahnya (tegak lurus) terhadap sumbu balok.
Gaya-gaya tersebut adalah RA ; q dan RB gaya-gaya tersebut yang
memberi gaya lintang terhadap balok A-B tersebut.

17 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
Definisi : Gaya lintang adalah gaya-gaya tegak lurus yang dengan sumbu
batang.

Kalau kita ambil salah satu potongan antara perletakan A-B yaitu c-c,
maka coba gaya-gaya apa saja yang arahnya (tegak lurus) terhadap sumbu
AB.
• kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka :

(gaya lintang di c yang dihitung dari kiri potongan)

• Kalau dihitung dari titik c ke kanan potongan, maka :

(gaya lintang di c yang dihitung dari kanan potongan)


Tanda Gaya Lintang

18 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
(Skema
gaya lintang dengan tanda positif +)
Untuk membedakan gaya lintang, maka perlu memberi tanda (+) dan (-).
Definisi :
* Gaya lintang diberi tanda positif jika dilihat di kiri potongan titik yang
ditinjau, jumlah gaya arahnya ke atas, atau kalau dilihat di kanan
potongan, jumlah gaya arahnya ke bawah.

(Skema gaya lintang dengan tanda negatif -)


* Gaya lintang diberi tanda negatif, jika dilihat di kiri titik potongan yang
ditinjau arahnya kebawah ( ) dan bila ditinjau di kanan titik potongan yang
ditinjau arahnya ke atas.

Perhitungan momen bengkok

Tegangan dukung adalah tegangan yang dihasilkan akibat kontak


dari dua benda. Tegangan dukung berbeda dengan tegangan tekan dimana
tegangan tekan adalah tegangan dalam yang disebabkan oleh gaya tekan,
sedangkan tegangan dukung disebabkan oleh tegangan singgung antara

19 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
benda yang terpisah. Beberapa contoh tegangan dukung adalah tegangan
tekanan tanah di bawah dermaga dan gaya pada pelat dukung.

Tegangan lengkung adalah tegangan yang diakibatkan karena adanya


gaya yang menumpu pada titik tengah suatu beban sehingga
mengakibatkan benda tersebut seakan-akan melengkung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gb. Tegangan lengkung/bengkok

Sedangkan rumus untuk tegangan lengkung ini adalah :

F = Ra + Rb τb = Mb/Wb

dimana:

Mb = momen lengkung

Wb = momen tahanan lengkung

C. DIAGRAM GAYA LINTANG DAN DIAGARAM BENDING


MOMEN.

Dalam mendesain dan menganalisis balok sangatlah penting untuk


menghitung nilai-nilai maksimum dari gaya geser dan momen lentur. Oleh
karena itu, sangatlah penting untuk menentukan variasi gaya geser dan
momen lentur sepanjang L balok. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
sistem grafis yang disebut diagram gaya geser dan diagram momen lentur.
Diagram gaya geser biasanya digambar secara langsung berdasarkan
sketsa
diagram benda bebas. Garis utama (baseline) gaya geser menunjukan gaya
geser nol digambar sejajar balok. Absis x sepanjang garis utama
menunjukan lokasi potongan beban pada balok. Ordinat y menunjukan
nilai

20 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
gaya geser pada diagram gaya geser. Diagram momen lentur umumnya
digambar di bawah diagram gaya geser. Garis utama momen menunjukan
momen lentur nol, digambar sejajar garis
utama gaya geser. Sebagaimana gaya geser, absis x dan ordinat y
menunjukan lokasi potongan momen pada balok dan nilai momen pada
diagram.

Berikut adalah hal-hal penting berkenaan diagram momen lentur:

1 Momen lentur pada ujung-ujung tumpuan sederhana akan selalu


Berhar ga nol, dengan catatan bahwa balok tidak diberi beban
momen.
2 Apabila beban diberikan secara vertikal ke bawah, momen lentur
pada
ujung bebas balok kantilever selalu berharga nol dan momen lentur
maksimum terjadi pada ujung tetap. Gaya geser juga berharga
maksimum pada ujung tetap.
3 Momen lentur selalu positif pada balok tumpuan sederhana dan
negatif pada balok kantilever, dengan asumsi semua beban vertikal
ke bawah.
4 Kecuali balok kantilever, momen lentur maksimum selalu terjadi
padatitik dengan gaya geser nol atau diagram gaya geser melalui
nilai nol.

Sebagai suatu contoh, perhatikan balok AB dengan panjang L yang


ditumpu sederhana dan diberi beban terpusat P dan terletak pada titik D
seperti pada Gambar 2.12. Pertama ditentukan gaya reaksi pada tumpuan
dari diagram benda bebas pada balok seperti pada Gambar 2.12(b).
Didapat bahwa besarnya reaksi adalah P/2.

21 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
kemudian balok dipotong pada titik C di antara A dan D lalu gambar
diagram benda bebas AC dan CB seperti pada Gambar 2.12(c). Pada benda
bebas AC, jumlah total gaya vertikal dan jumlah dari momen yang
bereaksi pada titik C adalah nol, maka didapatkan V=P/2 dan M=Px/2.
Kedua gaya geser dan momen lentur bernilai positif. Setelah itu nilai-nilai
tersebut dapat digambarkan pada diagram V dan M di antara A dan D
seperti pada Gambar 2.12(e) dan (f). Gaya geser memiliki nilai konstan
V=P/2, sedangkan momen lentur meningkat linear dari M=0 pada x=0
sampai M=PL/4 pada x=L/2. Lalu potong balok pada titik E antara D dan
B. Pada benda bebas EB, jumlah gaya vertikal dan jumlah momen yang
bereaksi pada titik E adalah
nol. Maka didapatkan V= -P/2 dan M= P/(L-x)/2. Nilai gaya geser negatif
sedangkan momen lentur bernilai positif. Setelah itu, diagram gaya geser
dan momen lentur pada gambar 2.12(e) dan (f) dapat dilengkapi. Gaya
geser memiliki nilai konstan V=-P/2 di antara titik D dan B, sementara M
turun secara linear dari M=PL/4 pada x=L/2 hingga M=0 pada x=L. (Beer,
1996)
Contoh lain yang sederhana adalah balok kantilever yang mengalami gaya
tunggal yang terpusat pada ujung bebasnya (gambar 2.13(a)). Perhatikan
penampang pada jarak x dari ujung bebas,

Gaya geser V = – W
Momen lentur M = – Wx

22 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
Persamaan gaya geser menunjukan bahwa v sama untuk semua harga x,
sedangkan persamaan momen lentur menunjukan bahwa besarnya M
bertambah secara tetap, dari nol pada ujung bebas hingga WL pada ujung
tetap bila beban terdistribusi diberikan secara merata pada kantilever,
seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.13(b), maka persamaan gaya geser dan
momen
lentur adalah:

Beban total ke bawah di sebelah kiri penampang yang diamati adalah wx,
dan karena distribusinya merata, maka pusat gravitasi akan jatuh di
tengahtengah panjang x, sehingga lengan momen adalah x/2.
Karena itu diagram gaya geser adalah linear dan diagram momen lentur
adalah parabolik, seperti terlihat dalam Gambar 2.13(b). Dua contoh
sederhana yang lain adalah balok yang ditumpu sederhana dan dipengaruhi
(a) beban tunggal W yang terpusat di titik tengah dan (b) beban w yang
didistribusikan merata pada seluruh panjangnya. Contoh-contoh ini
ditunjukan dalam Gambar 2.14(a) dan (b). Dalam gambar 2.13(b),
persamaan gaya geser dan momen lentur dijabarkan
sebagai berikut. Perhatikan penampang pada jarak x dari penumpu kiri,

𝑉 = 1 2 𝑤𝐿 − 𝑤𝑥 (2.12)
𝑀 = 1 2 𝑤𝐿(𝑥) – w𝑥(𝑥/2) = 1 2 𝑤𝐿𝑥 − 1 2 𝑤𝑥 2 (2.13)

M akan maksimum bila dM/dx = 0. Bila persamaan momen lentur di


diferensiir,

23 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
Jadi, M adalah maksimum bila ½ wL– wx = 0, atau bila x = L/2. Karena
itu momen lentur maksimum terjadi di titik tengah balok, dan dinyatakan
oleh:

Mmax = 1 2 𝑤𝐿 ( 𝐿 2 ) − 1 2 𝑤( 𝐿 2 ) 2 = wL 2 8

Akan terlihat bahwa pernyataan untuk dM/dx adalah sama dengan V. hal
ini
bukan suatu kebetulan karena dapat dibuktikan bahwa gaya geser dan
momen lenturan dihubungkan oleh persamaan:

V = dM / d𝑥

Dengan kata lain, gaya geser selalu sama dengan laju perubahan momen
lenturan sepanjang balok, dan momen lenturan adalah maksimum bila
gaya geser sama dengan nol. Karena biasanya gaya geser dan momen
lentur berbeda-beda sepanjang struktur balok, maka perubahan gaya geser
dan momen lentur digambarkan dengan grafik untuk mempermudah
melihat perubahan tersebut. Grafik ini disebut diagram gaya geser dan
diagram momen lentur.

24 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
BAB V

A. PERHITUNGAN MOMEN INERSIA PADA BIDANG.

Momen inersia disebut juga dengan momen kelembaman. Data


momen inersia suatu penampang dari struktur diperlukan pada
perhitungan-perhitungan tegangan lentur, tegangan geser, tegangan
torsi dan sebagainya . Adapun momen inersia adalah suatu sifat
kekakuan yang ditimbulkan perkalian luas dengan kuadrat jarak ke
suatu garis lurus atau sumbu. Momen inersia dilambangkan dengan
I

Ada dua macam momen inersia yaitu

a. Momen Inersia linier yaitu momen inersia terhadap suatu


garis lurus atau sumbu. Jika terhadap sumbu x adalah Ix
dan jika terhadap sumbu y adalah Iy

b. Momen inersia polar yaitu momen inersia terhadap suatu


titik perpotongan dua garis lurus atau sumbu. Dengan kata
lain, bahwa inersia polar adalah jumlah momen inersia
linier terhadap sumbu x dan sumbu y . Momen inersia polar
dilambangkan dengan Ip
Rumus momen inersia
Persegi

25 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
Segitiga

- Lingkaran

B. MENGIDENTIFIKASI MACAM – MACAM TEGANGAN

1 Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada


benda.

2 Tegangan Sentuh adalah jenis tegangan yang berada di antara suatu


obyek yang disentuh Dengan Jarak 1 Meter

26 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
3 Tegangan Langkah merupakan Salah Satu jenis tegangan yang
timbul di antara dua kaki orang yang berdiri di atas tanah.

4 Tegangan Tarik Adalah Rantai Yang Diberi Beban akan


Mengalami Tengangan Tarik

5 Tegangan Tekan Batang Yang Saling Berlawanan dan terletak


dalam satu garis gaya

6 Tegangan Puntir Sering Terjadi Pada Orang Yang Melakukan


Pengeboran

C. PERHITUNGAN TEGANGAN

a. Tegangan Normal
Tegangan normasl terjadi akibat adanya reaksi yang
diberikan pada benda. Jika gaya dalam diukur dalam N,
sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan
tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.

b. Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali,
paku keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan
mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada
beratnya.

27 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
c. Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling berlawanan
dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang
belum mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torakTegangan tekan dapat
ditulis:

d. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya
tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya:
sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.

28 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja
pada penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka
pelengkungan benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi
adalah Apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku keling,
maka sesuai dengan persamaan dibawah ini tegangan gesernya
adalah

29 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
BAB VI

A. PERHITUNGAN MOMEN BENGKOK DAN TEGANGAN BENKOK

Tegangan Lengkung
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan
ditumpu. Jadi, merupakan tegangan tangensial. Gambar 20. Tegangan
lengkung pada batang rocker arm.

B. MENJELASKAN TENTANG PERHITUNGAN MOMEN PUNTIR


DAN TEGANGAN PUNTIR.

Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang- batang
torsi pada mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan
tegangan trangensial.

30 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
DAFTAR PUSTAKA

https://www.zonareferensi.com/pengertian-gaya/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_gerak_Newton

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_gravitasi_universal

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Contoh%202%20Modul%20Mekanika%20Tekni
k.pdf

https://rumus.co.id/momen-gaya-torsi-adalah/

http://adib-hasan.com/index.php/materi-fisika-pelayaran-nautika-teknika/fisika-
nautika/73-kope

https://fisikaxisarah.wordpress.com/2011/06/17/momen-inersia-momen-gaya-momen-
kopel/

https://id.wikipedia.org/wiki/Torsi

https://i2.wp.com/www.studiobelajar.com/wp-content/uploads/2018/06/rumus-
torsi.jpeg?resize=287%2C219&ssl=1

http://cpengertian.blogspot.com/2013/01/momen-kopel-penjelasan-dan-rumus.html

http://lh6.ggpht.com/-Y-pWsqd5D0Q/UPTkZou3z8I/AAAAAAAAGOA/P-
EL26ZtzjY/s1600/image%25255B16%25255D.png

http://lh3.ggpht.com/-IsdWG9rMjSQ/UPTkc8bbxgI/AAAAAAAAGOQ/gc4-
mXqbGfc/s1600/image%25255B5%25255D.png

http://lh4.ggpht.com/-
vvhz2JB2vSY/UPTkhNGfPvI/AAAAAAAAGOg/WGFhFKNgH8M/image_thumb%25255B2%
25255D.png?imgmax=800

http://lh6.ggpht.com/-
niHbhn7UG4Y/UPTki4uuqkI/AAAAAAAAGOo/L4XnWlWz9L0/s1600/image%25255B17%2
5255D.png

https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Free_body_dia
gram&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp

https://id.scribd.com/doc/39043677/Bab-6-Kesetimbangan-Dan-Momen-Gaya

https://www.situstekniksipil.com/2018/05/5-tipe-girder-jembatan.html

https://www.terraconblock.com/apa-itu-girder/

https://catatansianaksipil.wordpress.com/2011/08/21/gaya-lintang-d/

31 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k
http://anan-dk.blogspot.com/2010/02/macam-macam-tegangan.html

http://digilib.unila.ac.id/5380/15/Bab%20II.pdf

http://belajar-ilmu-bangunan.blogspot.com/2017/11/menghitung-momen-inersia-
bidang-datar.html

https://brainly.co.id/tugas/2399345

http://funny-mytho.blogspot.com/2010/12/definisi-dan-macam-macam-tegangan.html

32 | S t a t i k a & M a t e r i a l T e k n i k

Anda mungkin juga menyukai