Anda di halaman 1dari 35

Nilai:

PAPER PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
6. Analisis Fisika (Zat Padat Terlarut, Suhu, Electrical
Conductivity, dan Rasa)

Oleh :
Kelompok/Shift : 3/1
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 13 Maret 2021
Nama (NPM) : Rafina Nur Alika (240110180021)
Asisten : 1. Chaerul Amin
2. Nizar Ulfah

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
1. Total Dissolve Solid (TDS)
1.1 Pengertian, Fungsi, dan Satuan
Menurut Suryadi, dkk (2021), Zat Padat Terlarut atau Total Dissolve Solid
(TDS) adalah kandungan zat terlarut total yang terdiri dari bahan anorganik dalam
air, dimana pembentukan TDS secara alami yaitu pelapukan batu dan tanah. Pada
penelitian Setiari et al (2012) tingginya nilai TDS di suatu perairan bisa
disebabkan oleh sisa-sisa bahan anorganik serta molekul yang disebabkan oleh
sisa-sisa air buangan seperti deterjen, surfaktan yang larut dalam air dan molekul
sabun. Tingginya kadar TDS apabila tidak dikelola dan diolah dapat mencemari
badan air. Selain itu juga dapat mematikan kehidupan aquatik, dan memiliki efek
samping yang kurang baik pada kesehatan manusia karena mengandung bahan
kimia dengan konsentrasi yang tinggi antara lain fosfat, surfaktan, ammonia, dan
nitrogen serta kadar padatan tersuspensi maupun terlarut, kekeruhan, BOD5, dan
COD yang tinggi (Ahmad dan El-Dessouky, 2008).
Produksi limbah deterjen yang semakin tinggi, dipacu dengan adanya
kegiatan masyarakat yang beraneka ragam, menyebabkan terakumulasinya limbah
di perairan. Masyarakat cenderung menggunakan deterjen untuk mencuci dengan
takaran yang dibuat sendiri, tanpa melihat takaran yang sudah sesuai pada
kemasannya. Penggunaan yang tidak sesuai akan menyebabkan kadar TDS yang
tinggi, begitupula jika dibuang ke perairan tanpa proses pengolahan terleih
dahulu. Total Dissolved Solid (TDS) atau padatan terlarut adalah padatan-padatan
yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan
terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat
meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi
cahaya matahari ke dalam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses
fotosintesis diperairan (Kustiyaningsih dan Irwanto, 2020).
Adapun upaya untuk menanggulangi pencemaran yang timbul akibat
deterjen adalah dengan fitoremediasi. Tumbuhan yang digunakan sebagai agen
fitoremediasi ialah tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk mengangkut
berbagai zat toksik yang ada. Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai
fitoremediator dalam upaya mengatasi pencemaran air salah satunya yaitu
tumbuhan Daun Tombak (Irawanto, 2016). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
air yang banyak dijumpai di Kebun Raya Purwodadi. Pada penelitian Baroroh dan
Irawanto (2016), mengungkapkan bahwa tumbuhan Sagittaria lancifolia memiliki
kandungan air kurang dari 90%. Maka dari itu, tumbuhan akuatik tersebut akan
sangat efektif apabila dijadikan sebagai sampel pengujian tumbuhan untuk
fitoremediasi.
TDS adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam, logam,
serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut diluar
molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut
merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam satuan
Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air. Nilai TDS
yang sangat tinggi ini kemungkinan dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan
dari tanah dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri).
Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika
berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh
terhadap proses fotosintesis di perairan (Wibowo dan Rachman, 2020).
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total Dissolved solid
(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di
dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun
hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh yang
disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi didalam air, sedangkan pada musim
kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air.
Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga
tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
TDS mengandung berbagai zat terlarut (baik itu zat organik, anorganik, atau
material lainnya) dengan diameter < 10-3 µm yang terdapat pada sebuah larutan
yang terlarut dalam air (Mukhtasor, 2007). Ion yang paling umum adalah kalsium,
fosfat, nitrat, natrium, kalium, magnesium, bikarbonat, karbonat dan klorida.
Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan
molekul. Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari
pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Perubahan dalam konsentrasi TDS
dapat berbahaya karena akan menyebabkan perubahan salinitas, perubahan
komposisi ion-ion, dan toksisitas masing-masing ion. Perubahan salinitas dapat
menganggu keseimbangan biota air, biodiversitas, menimbulkan spesies yang
kurang toleran, dan menyebabkan toksisitas yang tinggi pada tahapan hidup suatu
organisme (Weber-Scannel and Duffy, 2007).
TDS biasanya digunakan untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk
pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air
mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik
dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan
kosmetika, obat-obatan, makanan, dll). (Cahyani, 2016). Konsentrasi TDS terlalu
tinggi atau terlalu rendah, dapat menghambat pertumbuhan kehidupan dalam air
dan dapat menyebabkan kematian. TDS konsentrasi tinggi juga dapat mengurangi
kejernihan air atau dengan kata lain meningkatkan kekeruhan air yang selanjutnya
akan menghambat penetrasi cahaya mahahari ke kolom air dan akhirnya
berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan. Selain itu, gabungan TDS
dengan senyawa beracun dan logam berat menyebabkan peningkatan suhu air
(Effendi, 2003).
Tabel 1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter

Sumber : Efendi, (2003) dalam Wirman dkk (2019)

1.2 Nilai TDS yang Optimal untuk Tanaman


Tabel 2. Kriteria Penilaian TDS (Total Dissolved Solids)

Sumber : Mc Neely dkk, dalam Effendi (2003)


Gambar 1. Tabel pH dan PPM untuk Sayuran Daun
(Sumber: Bayu, 2016)

Gambar 2. Tabel pH dan PPM untuk Sayuran Buah


(Sumber: Bayu, 2016)
Gambar 3. Tabel pH dan PPM untuk Tanaman Buah
(Sumber: Bayu, 2016)

Gambar 4. Tabel pH dan PPM untuk Tanaman Herbal


(Sumber: Bayu, 2016)
Gambar 5. Tabel pH dan PPM untuk Tanaman Bunga
(Sumber: Bayu, 2016)

1.3 Prosedur Pengukuran


Pengukuran Total Dissolved Solids (TDS) dari sampel air menggunakan
metode gravimetri dengan standar SNI 06-6989.27-2005 (Wirman dkk, 2019).
Gravimetri adalah suatu proses penentuan kadar unsur atau komponen dari suatu
zat setelah dilakukan pemurnian atau pemisahan (Khopkar & Saptorahardjo,
1990). Sensor TDS menggunakan prinsip kerja dua elektroda yang terpisah untuk
mengukur nilai konduktivitas listrik dari cairan sampel (McCleskey, 2011). Sifat
elektrolit atau kandungan partikel ion dari suatu cairan akan mempengaruhi hasil
pengukuran konduktivitas listrik pada sensor TDS (Wirman dkk, 2019).
Gambar 6. Alat TDS meter
(Sumber : Sudana, 2018)

TDS Meter adalah alat untuk mengukur partikel padatan terlarut di air minum
yang tidak tampak oleh mata. Prinsip kerja dari TDS meter dibagi dua, yaitu
gravimetri dan menggunakan electro conductivity. Secara sederhana, prinsip
kerjanya adalah sensor yang terdapat dalam TDS meter ini akan menghitung nilai
konduktivitas elektrik dalam larutan yang ada. Semakin tinggi nilai konduktivitas
elektrik yang ada maka nilai TDS akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.
Prosedur penggunaan TDS meter cukup mudah. Langkah pertama adalah
membuka penutup pada TDS meter sehingga sensor terbuka. Langkah kedua
adalah memasukkan TDS meter pada larutan yang ingin diukur sampai batas titik
tengah yang ada pada TDS meter lalu diamkan alat beberapa saat sehingga
didapatkan hasil yang stabil. Langkah terakhir adalah membaca hasil yang
terdapat pada tampilan layar (Maulana, 2017).
Menurut Sudana (2018), pengukuran TDS dilakukan untuk mengukur
banyaknya zat padat total pada sampel dalam satuan mg/l. Alat yang digunakan
untuk mengukur TDS adalah TDS meter dengan metode yang dipergunakan
adalah potensiometer. Cara kerja untuk pengukuran TDS adalah sebagai berikut:
Alat dihidupkan dengan menekan tombol mode, kemudian set ditekan untuk
mencari anallisis TDS lalu ditunggu hingga pada layar tertera nilai ppm.
Kemudian electrode dimasukkan pada sampel yang diukur lalu ditunggu hingga
nilai yang tertera pada layar menunjukkan nilai yang stabil/tidak berubah-ubah
dalam satuan ppm. Nilai yang tertera pada alat merupakan nilai TDS yang
terkandung di dalam sampel yang diukur. Setelah selesai pengukuran, electrode
pada alat TDS meter diangkat dan dibilas dengan air suling / aquades lalu
dikeringkan dengan tisue. Kemudian alat dimatikan dengan menekan tombol
mode hingga pada layar tidak muncul nilai.
Prosedur Pengukuran TDS menurut Suryadi, dkk (2021):
1. Cawan digunakan pada suhu 550oC selama 1 jam dan kemudian pindahkan
pada oven dengan suhu 105oC;
2. Dinginkan dalam desikator dan timbang segera;
3. Sampel yang lolos dari filter kertas tuangkan ke dalam cawan dengan
volume < 200 ml;
4. Cawan yang berisi sampel tersebut diuapkan dan keringkan dalam oven
dengan suhu 105oC sampai semua air menguap; dan
5. Timbang, kemudian hitung zat padat terlarutnya dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
( A−B)x 1000
Mg /l zat padat terlarut=
C
Keterangan:
A = Berta cawan dan residiu setelah pemanasan
B = Berat cawan kosong
C = ml sampel (Suryadi dkk, 2021).

1.4 Perhitungan
Hasil penimbangan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
(Greenberg dkk, 1992):
TDS = (B-A) x 1000/25 mL sampel x 1000
Keterangan:
B = Berat cawan berisi residu terlarut
A = Berat cawan kosong

Contoh Pengukuran Total Dissolved Solid menurut Lanovia (2015):


1) 10 mL contoh air disaring menggunakan kertas saring bebas abu, dan
filtratnya dimasukkan ke dalam cawan penguap 2.
2) Filtrate pada cawan penguap 2 diuapkan diatas water bath sampai
kering
3) Setelah kering, cawan penguap 2 yang berisi filtrat dimasukan ke dalam
oven 1500 selama 1 jam
4) Dinginkan cawan penguap 2 ke dalam desikator selama 30 menit
5) Timbang sampai konstan dan catat beratnya = F gram
Keterangan rumus yang digunakan :
TDS = 1000/10 X (F – B) X 1000 = …..mg/L
Dimana :
F = berat cawan penguap 2 + residu terlarut (g)
B = berat cawan penguap 2 (g)

Penyelesaian soal :

Gambar 7. Penyelesaian Contoh Soal TDS


(Sumber: Lanovia, 2015)

2. Electrical Conductivity (EC)


2.1 Pengertian, Fungsi, dan Satuan
EC adalah ukuran dari jumlah garam yang terlarut dalam larutan nutrisi atau
kepekatan pupuk dalam larutan hidroponik (Karsono dkk, 2002). Nilai EC dalam
larutan mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu dalam hal kecepatan
fotosintesis, aktivitas enzim, dan potensi penyerapan ion-ion oleh akar. Kepekatan
larutan nutrisi juga akan menentukan lama penggunaan larutan nutrisi dalam
sistem aeroponik (Sutanto, 2002). Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi
pada sistem hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik atau “electrical
conductivity (EC)” di dalam air dengan menggunakan alat EC meter (Novella et
al, 2004). Tingkat konduktivitas elektrik larutan hara (EC) rendah ataupun terlalu
tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Roan, 1998). Electrical
Conductivity (EC) mengukur jumlah total dari garam terlarut dan tidak
membedakan antara garam-garam yang terkandung di dalamnya, konsentrasi ion
dalam larutan dan suhu dari larutan (Morgan, 2000).
Kepekatan EC dapat dikontrol dengan menggunakan alat yang disebut EC
meter. EC meter ini penting peranannya, karena kualitas larutan nutrisi sangat
menentukan keberhasilan produksi, sedangkan kuantitas larutan nutrisi atau pupuk
tergantung pada konsentrasi (Rosliana dan Sumarni, 2005). Satuan nilai EC umum
digunakan dalam satuan mS/cm (mili-Siemens per centimeter) dimana 1 mS/cm =
1.000 ppm (part per milion). Kadang digunakan cF (conductivity factor) yang
angkanya 10 kali angka mS/cm dan tidak ada satuannya. Total konsentrasi unsur-
unsur dalam larutan hara harus berkisar antara 1.000-1.500 ppm sehingga tekanan
osmotik akan memfasilitasi proses penyerapan oleh akar (Resh, 1985).
Tekanan osmotik yang tinggi menyebabkan tanaman tidak dapat menyerap
air dari larutan sebanyak tanaman yang berada pada tekanan osmotik yang lebih
rendah. Semakin tinggi EC semakin tinggi pula tekanan osmotiknya (Morgan,
2000). Tingkat konsentrasi larutan hara dan electrical conductivity (EC) rendah
maupun tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Roan, 1998). Menurut
Sutiyoso (2003), kerusakan akibat EC yang terlalu tinggi pertumbuhan tanaman
akan stagnan. Bila EC lebih tinggi lagi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan
dan sel-sel akan mengalami plasmolisis sehingga daun kelihatan hangus.
Plamolisis adalah gejala terpisahnya protoplasma dari dinding sel akibat
penurunan turgor. Morgan (2000) menyatakan bahwa tingkat EC pada larutan
hara dapat berpengaruh pada karakteristik tanaman, seperti tekstur, kekerasan,
self-life, keragaman tanaman, dan kadar air dalam jaringan.
2.2 Nilai EC yang Optimal untuk Tanaman

Gambar 8. Nilai EC yang Optimal untuk Tanaman


(Sumber : Hidroponik, 2016)

2.3 Prosedur Pengukuran


EC Meter digunakan untuk mengukur kepekatan suatu larutan nutrisi
hidroponik. Pengukuran EC untuk mengukur nilai konduktivitas. EC Meter
merupakan alternatif dari TDS Meter untuk mengukur kepekatan suatu larutan
nutrisi hidroponik. EC Meter dan TDS Meter sama-sama bisa digunakan untuk
mengukur kepekatan suatu larutan nutrisi hidroponik. Electro Conductivity (EC)
atau aliran listrik didalam air mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk
tanaman, karena kualitas larutan nutrisi sangat menentukan keberhasilan produksi,
sedangkan kualitas larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada konsentrasinya.
Perhitungan konversi EC ke TDS dalam satu literatur ada yang menyebutkan
bahwa EC 1 mS/cm = 700 Ppm (Mujadin dkk, 2017).

Gambar 9. Alat EC meter


(Sumber : Awal, 2018)

Prosedur penggunaan EC meter:


1. Hidupkan alat, tunggu sampai layar muncul angka 0000.
2. Atur mode pengukuran, TDS atau EC
3. Celup alat ke air sampai batas tutupnya (jangan melebihi batas ini)
4. Baca angka di layar, jika ingin leluasa, tekan tombol hold kemudian
tarik alat dari air.
5. Untuk mengukur lagi, tekan tombol hold lagi agar pengukuran normal
kembali
6. jika sudah selesai, bilas ujung alat yang dicelupkan (pada nomor 3
diatas) ke air bersih, lalu keringkan dengan lap atau tisu sampai kering.
7. Matikan alat, jika ada sarungnya, kembalikan alat ke sarungnya
8. Selesai (Awal, 2018).
2.4 Perhitungan
Perhitungan dalam EC umumnya digunakan untuk mengkonversi nilai
TDS menjadi nilai EC dengan metode sebagai berikut:
Metode hanna (asumsi 1 EC = 500 ppm)
Rumus :
EC = 1 x (1000 / 2) ppm
Misal 2 EC berapa ppm?
EC = 2 x (1000 / 2)
= 1000 ppm

Contoh lainnya yaitu, dalam membuat larutan dengan 500 ml per pekatan
dengan nilai EC = 2,0/1000 ppm dengan 500 ml A + 500 ml B + 100 liter = 1000
ppm sehingga 5 ml A + 5 ml B + 1 liter air = 1000 ppm. Jika ingin membuat
larutan 1 liter air dengan nutrisi masing – masing 5 ml berapa ppm yang didapat?
Diketahui:
ml = 5
EC = 2,0
Lt = 5
D = 500
Ditanyakan: ppm?
Jawaban:
= ((ml x EC))/LT) x D
= ((5 x 2.0))/5) x 500
= 1000 ppm (Garai dkk, 2018)

3. Total Suspended Solid (TSS)


3.1 Pengertian, Fungsi, dan Satuan
TSS merupakan materi atau bahan tersuspensi yang menyebabkan
kekeruhan air terdiri dari lumpur, pasir halus serta jasad-jasad renik yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa badan air (Effendi, 2003).
TSS merupakan salah satu faktor penting menurunnya kualitas perairan sehingga
menyebabkan perubahan secara fisika, kimia dan biologi (Bilotta and Brazier,
2008). Perubahan secara fisika meliputi penambahan zat padat baik bahan organik
mau pun anorganik ke dalam perairan sehingga meningkatkan kekeruhan yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke badan air.
Berkurangnya penetrasi cahaya matahari akan berpengaruh terhadap proses
fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya.
Banyaknya TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan kesediaan oksigen
terlarut. Jika menurunnya ketersediaan oksigen berlangsung lama akan
menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehinggga organisme aerob akan mati.
Tingginya TSS juga dapat secara langsung menganggu biota perairan seperti ikan
karena tersaring oleh insang.
Nilai TSS dapat menjadi salah satu parameter biofisik perairan yang secara
dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan maupun di perairan.
TSS sangat berguna dalam analisis perairan dan buangan domestik yang tercemar
serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi
unit pengolahan (Rinawati dkk, 2016). Padatan tersuspensi total (Total Suspended
Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan
pada saringan milli-pore dengan daiameter pori 0.45µm (Effendi, 2003). Zat padat
tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan
dan Edward, 2003).
Satuan TSS adalah miligram per liter (mg/L). Nilai konsentrasi padatan
tersuspensi total yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesa tumbuhan
laut baik yang mikro maupun makro sehingga oksigen yang dilepaskan tumbuhan
menjadi berkurang dan mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati. Sehingga apabila
konsentrasi TSS yang ada pada badan sungai terus bertambah dan mengalir ke
lautan lepas dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan kualitas perairan
pesisir Wedung pula. Kisaran TSS dapat menunjukkan kondisi sedimentasi pada
suatu perairan. Pada perairan yang mempunyai konsentrasi TSS yang tinggi
cenderung mengalami sedimentasi yang tinggi (Jiyah dkk, 2017).

3.2 Nilai TSS yang diperbolehkan


Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP-
51/MENLH/10/1995, baku mutu limbah cair untuk industry pelapisan logam
memiliki TSS 60 mg/L, seperti berikut :
Tabel 3. Baku mutu limbah cair untuk industry pelapisan logam

Sumber : KEP-51/MENLH/10/1995

Tabel 4. Baku mutu PP No 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pencemaran air

Sumber : PP No 82 Tahun 2001

3.3 Prosedur Pengukuran


Menurut Kesmas (2014), prosedur pengukuran TSS menggunakan bahan
kertas saring dan air suling dengan metode gravimetri yaitu:
1. Melakukan penyaringan dengan peralatan vakum, lalu membasahi
saringan dengan sedikit air suling;
2. Mengaduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh
contoh uji yang lebih homogen;
3. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk
dengan pengaduk magnetik;
4. Mencuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan
kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit
agar diperoleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut
yang tinggi memerlukan pencucian tambahan;
5. Memindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan
pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan
cawan Gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya;
6. Mengeringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103°C
sampai dengan 105°C, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan
suhu dan timbang;
7. Mengulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan
lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau
lebih kecil dari 0,5 mg.

3.4 Perhitungan
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989-26 Tahun
2005, untuk menganalisis zat padat tersuspensi menggunakan metode yaitu Kertas
saring 934-AHTM circle 90 mm dibilas terlebih dahulu dengan air aquades dan
dipanaskan dalam oven selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
dan kemudian ditimbang dengan cepat. Sampel yang telah dikocok merata,
sebanyak 100 mL dipindahkan dengan menggunakan pipet, ke dalam alat
penyaring yang sudah ada kertas saring didalamnya dan disaring dengan sistem
vakum. Kertas saring diambil dari alat penyaring secara hati-hati kemudian
dikeringkan didalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam di desikator selama 15
menit dan timbang. Hitung menggunakan rumus:
mg ( a−b ) x 106
zat padat terlarut=
L c
keterangan :
a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 1050C (g)
b = berat filter kering (sudah dipanaskan 1050C) (g)
c = mL sampel (Nicola, 2015).

Contoh Pengukuran Total Suspended Solid menurut Lanovia (2015):


1) Memasukkan kertas saring yang berisi endapan ke dalam cawan
penguap 3
2) Memasukkan cawan penguap 3 yang berisi kertas saring ke dalam oven
1500 selama 1 jam
3) Mendinginkan cawan penguap 3 yang berisi kertas saring ke dalam
desikator selama 30 menit, dan
4) Menimbang sampai konstan dan mencatat beratnya = G gram
Keterangan rumus yang digunakan :
TDS = 1000/10 X {G - (C + D)} X 1000 = …..mg/L
Dimana :
C = berat cawan penguap 3 (g)
D = berat kertas saring (g)
G = berat cawan penguap 3 + kertas saring filtrate (g)

Penyelesaian soal :
Gambar 10. Penyelesaian Contoh Soal TSS
(Sumber: Lanovia, 2015)

4. Suhu
4.1 Pengertian, Fungsi, dan Satuan
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Suhu berpengaruh
terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme
untuk hidup, hal ini karena adanya reaksi kimia dalam tubuh organisme
dipengaruhi oleh kualitas suhu lingkungan. Termometer berfungsi sebagai alat
ukur suhu, baik untuk mengukur suhu ruangan untuk menjaga berbagai bahan
yang ada di dalam ruangan tersebut, digunakan untuk mengukur suhu badan (jika
mengalami demam), bahkan dapat pula digunakan sebagai pengukur suhu suatu
sampel larutan yang akan diuji atau diteliti. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suhu yaitu lamanya penyinaran matahari, iklim, dan cuaca. Semakin rendah suhu
yang diinginkan dalam ruangan, maka kinerja Air Conditioner akan semakin
tinggi dan Semakin tinggi kelembaban dalam ruangan, maka kinerja Air
Conditioner akan semakin tinggi (Indarwati dkk, 2019).
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera
peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. (Hidayati, 2011). Suhu adalah
ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang digunakan untuk
mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat panas benda.
Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut.
Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.
Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi
atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut
temperatur, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celcius,
Fahrenheit, dan Reamur (Kreith, 1991). Namun satuan yang umum digunakan di
Indonesia untuk suhu yaitu Derajat Celcius.

4.2 Nilai Suhu yang diperbolehkan

Gambar 11. Nilai Suhu Tanaman ban Gejala yang Ditimbulkan


(Sumber : Hendry, 2021)

Tabel 5. Nilai Suhu yang diperbolehkan untuk Tanaman


No. Nama Tanaman Suhu (oC)
1. Bawang 25-32
2. Lobak 15-25
3. Wortel 9-20
4. Kentang 15-20
5. Bayam 16-20
6. Kemangi 25-30
7. Bunga Kol 15.5-18
8. Brokoli 15-18
Sumber: Macklin, 2019

4.3 Prosedur Pengukuran


Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),
ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang
berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur (Indarwati dkk, 2019).
Termometer bekerja dengan memanfaatkan perubahan sifat termometrik suatu
benda ketika benda tersebut mengalami perubahan suhu. Perubahan sifat
termometrik suatu benda menunjukkan adanya perubahan suhu benda, dan dengan
melakukan kalibrasi atau peneraan tertentu terhadap sifat termometrik yang
teramati dan terukur, maka nilai suhu benda dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Tidak semua sifat termometrik benda yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
termometer (Kreith, 1991).
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau alat
yang digunakan untuk menyatakan derajat panas atau dingin suatu benda.
Termometer memanfaatkan sifat termometrik dari suatu zat, yaitu perubahan dari
sifat-sifat zat disebabkan perubahan suhu dari zat tersebut (Simanjuntak, 2008).
Termometer sebagai alat pengukur suhu, sangat diperlukan dalam dunia ilmu
pengetahuan, secara khusus dalam berbagai kegiatan eksperimen fisika. Selain
penggunaan termometer analog, dalam perkembangan teknologi ditemukan
termometer digital yang menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang
kemudian memuai dan pemuaianya ini diterjemahkan oleh rangkaian elektronik
dan ditampilkan dalam bentuk angka yang mudah untuk dibaca dan dipahami.
Terdapat empat jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu
Thermocouple (T/C), Resistance Temperature Detector (RTD), termistor dan IC
sensor (Hanafiyah, 2013). Termometer terus dikembangkan untuk memberikan
kemudahan dan ketepatan yang lebih baik bagi penggunanya (Jamzuri, 2016).
Gambar 12. Termometer Digital
(Sumber: Vernandes 2019)
Cara kerja thermometer digital didasarkan pada suatu logam dalam
mengalirkan listrik terhadap perubahan suhu. Prosedur penggunaan termometer
digital diatas adalah sebagai berikut:
a) Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan digunakan;
b) Menyiapkan sample yang akan diukur suhunya;
c) Mencelupkan ujung logam thermometer digital ke dalam sample yang akan
diukur (misalnya dalam air yang mendidih);
d) Tunggu beberapa saat hingga angka yang ditunjukkan konstan, panas akan
membuat listrik susah mengalir pada logam tersebut, sehingga hambatan
akan naik;
e) Jika nilai yang diperoleh sudah konstan, maka termometer diangkat dan
dicatat suhunya. Sebuah microchip yang berada di dalam thermometer akan
mengukur besarnya hambatan dan mengubahnya menjadi suhu yang dapat
dibaca pada layar digital termometer; dan
f) Dengan menggunakan thermometer digital, pengukuran suhu menjadi lebih
mudah dan cepat (Vernendes, 2019).

4.3.1 Macam – macam Termometer


Macam-Macam Temometer Pembuatan termometer pertama kali dipelopori
oleh Galileo Galilei (1564 sampai 1642) pada tahun 1595. Alat tersebut disebut
dengan termoskop yang berupa labu kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan
ujung pipa terbuka. Termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair
misalnya raksa dan alkohol. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair
ketika terjadi peningkatan suhu benda. Air raksa digunakan sebagai pengisi
termometer karena air raksa mempunyai keunggulan :
a) Air raksa penghantar panas yang baik;
b) Pemuaiannya teratur;
c) Titik didihnya tinggi;
d) Warnanya mengkilap; dan
e) Tidak membasahi dinding.
Keunggulan alkohol adalah :
a) Titik bekunya rendah;
b) Harganya murah; dan
c) Pemuaiannya 6 kali lebih besar dari pada raksa sehingga pengukuran mudah
diamati.
Macam – macam thermometer :
a. Termometer Laboratorium
Termometer ini menggunakan cairan raksa atau alkohol, jika cairan
bertambah panas maka raksa atau alkohol akan memuai sehingga skala nya
bertambah, agar termometer sensitif terhadap suhu maka ukuran pipa harus dibuat
kecil (pipa kapiler) dan agar peka terhadap perubahan suhu maka dinding
termometer (reservoir) dibuat setipis mungkin dan bila memungkinkan dibuat dari
bahan yang konduktor.
b. Termometer Klinis
Termometer ini digunakan khusus untuk mendiagnosa penyakit dan biasanya
diisi dengan raksa atau alkohol. Termometer ini mempunyai lekukan sempit diatas
wadahnya yang berfungsi untuk menjaga supaya suhu yang ditunjukkan setelah
pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari badan pasien. Skala
pada termometer ini antara 35°C sampai 42°C.
c. Termometer Ruangan
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan, pada
dasarnya termometer ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya
yang berbeda. Skala termometer ini antara -50°C sampai 50°C.
d. Temometer Digital
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka diciptakanlah termometer
digital yang prinsip kerjanya sama dengan termometer yang lainnya yaitu
pemuaian, dimana pada termometer digital menggunakan logam sebagai sensor
suhunya yang kemudian memuai dan pemuaiannya ini diterjemahkan oleh
rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung bisa
dibaca.
e. Termokapel
Termokapel erupakan termometer yang menggunakan bahan bimetal sebagai
alat pokoknya, ketika terkena panas maka bimetal akan bengkok ke arah yang
koefesiennya lebih kecil, pemuaian ini kemudian dihubungkan dengan jarum dan
menunjukkan angka tertentu, dimana angka yang ditunjukkan jarum ini
menunjukkan suhu benda (Adrianto, dkk., 2018)

4.4 Skala Suhu


Suhu memiliki 4 skala yang digunakan pada masing-masing kebutuhan,
diantaranya adalah :
a. Skala Celcius : skala Celsius didasarkan pada 0 °C untuk titik beku air dan
100 °C untuk titik didih air pada tekanan 1 atm.
b. Skala Fahrenheit : pada skala Fahrenhei titik beku air didefinisikan sebagai
32 ℉, dan titik didih air didefinisikan sebagai 212 ℉, pemisahan 180 ℉,
sebagaimana didefinisikan pada permukaan laut dan standar tekanan
atmosfir.
c. Skala Reaumur : skala Reaumur memiliki titik beku air adalah 0 derajat
Réaumur, titik didih air 80 derajat. Jadi, satu derajat Réaumur sama dengan
1,25 derajat Celsius atau kelvin.
d. Skala Kelvin : Skala suhu Kelvin adalah skala suhu absolut yang paling
umum digunakan di dunia. Skala suhu Kelvin adalah skala suhu absolut
yang ditentukan menggunakan hukum ketiga termodinamika. Karena ini
adalah skala absolut, suhu yang dicatat di Kelvin tidak memiliki derajat.
Titik nol dari skala Kelvin adalah nol mutlak, yaitu ketika partikel memiliki
energi kinetik minimum dan tidak bisa menjadi lebih dingin.

Gambar 13. Skala Suhu


(Sumber: Arnum, 2021)
4.5 Rumus Konversi Suhu

Gambar 14. Rumus Konversi Suhu


(Sumber: Arnum, 2021)

4.6 Perhitungan
Misalnya peserta didik mengukur benda sebesar 95oC maka penunjuk skala
“BELKONSU” digeser ke arah angka 95 sehingga urutan penunjuk skala akan
menunjuk angka pada skala lainya Reamur 76, Fahrenheit 203 dan Kelvin 368.
Jika menggunakan termometer yang belum diketahui angka tetapnya misal
termometer buatan peserta didik sendiri maka alat peraga “BELKONSU” juga
berfungsi sebagai alat konversi skala suhu baik dengan skala termometer C, R, F
maupun K. Caranya misal: Termometer Xela mempunyai titik tetap atas 90o X,
titik tetap bawah 10o X. Berapa suhu pada thermometer Xela jika termometer
Celcius menunjuk skala 40o C.

Gambar 15. Contoh Soal Suhu


(Sumber: Tjahyani, 2017)

Gambar 16. Hasil Perhitungan Contoh Soal Suhu


(Sumber: Tjahyani, 2017)

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa termometer Xela


mempunyai skala 42o jika dikonversi pada skala C, R, F, dan K pada alat peraga
“BELKONSU” tertunjuk skala berturut turut adalah 40o Celcius, 32o Reamur,
104o Fahrenheit dan 313o Kelvin secara cepat, tepat dan akurat (Tjahyani, 2017).
Contoh perhitungan lainnya yaitu :

Gambar 17. Hasil Perhitungan Contoh Soal Suhu


(Sumber: Tjahyani, 2017)

5. Rasa
5.1 Pengertian, Fungsi, dan Satuan
Rasa digunakan sebagai salah satu parameter dalam uji organoleptic,
dimana hal ini berfungsi salah satunya untuk mengetahui tingkat kualitas air pada
sampel yang diuji. Pengujian organoleptic adalah pengujian yang didasarkan pada
proses penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-
psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda
karena adanya rangsangan yang diterima alat indra dari benda tersebut. Rasa dan
bau dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh
adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya
senyawa-senyawa organik tertentu. Air yang baik memeiliki ciri tidak berbau bila
dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengadung bahan
organik yang sednag mengalami penguraian oleh mikroorganisme air. Secara
fisika, air dapat diuji dengan indera pengecap, air yang terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukkan kualitas air yang tidak layak. Rasa asin disebabkan adanya
garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik. Air dengan rasa yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang membahayakan kesehatan,
seperti rasa logam. Pengujian bau dan rasa menggunakan alat indera, sehingga
tidak ada satuan yang baku (Safitri, 2018).
Rasa yang terdapat dalam air dihasilkan dengan adanya kehadiran
organisme seperti mikroorganisme dan bakteri, kemudian adanya limbah padat
dan limbah cair dari hasil pembuangan rumah tangga yang kemungkinan adanya
sisa-sisa yang digunakan untuk infeksi misalkan klor. Rasa pada air dapat
ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas terlarut seperti H 2S, organisme
hidup, adanya limbah padat dan limbah cair dan kemungkinan adanya sisa-sisa
bahan yang digunakan untuk disinfektan seperti klor. Rasa pada air minum
diupayakan netral atau tawar, sehingga dapat diterima oleh para konsumen air
minum Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek
yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab
timbulnya rasa (Widiadmoko, 2013).

5.2 Rasa yang disarankan


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan fisika air bersih (mutu air minum)
adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisik

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No


492/MENKES/PER/IV/2010.
1) Tidak berwarna. Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi
kesehatan, artinya sebaiknya air minum tidak berwarna untuk alasan estetis
dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan tanin dan asam
humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk bers 8 yang beracun,
sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Rini, 2014).
2) Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang
sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.
3) Rasanya tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa
asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak
baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam
air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organi maupun asam
anorganik. Air dengan rasa yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran
berbagai zat yang membahayakan kesehatan, seperti rasa logam (Sarman,
2015).

5.3 Prosedur Pengukuran


Pengukuran rasa dapat dilakukan dengan indera pengecap yaitu
menggunakan lidah. Prosedur pengukuran rasa :
1. Menyiapkan sampel air yang akan diuji;
2. Menguji sampel dengan uji organoleptic, yaitu dengan mencicipi sampel
yang diambil sedikit ditempelkan ke lidah, dan dibuang (tidak ditelan),
sehingga dapat mengetahui rasa dari sampel tersebut;
3. Biasanya dalam suatu penelitian diperlukan beberapa panelis untuk
melakukan pengukuran rasa pada sampel yang diuji.

Gambar 18. Pengukuran Rasa


(Sumber: Gross, 2013)
Tabel 7. Zat atau Unsur yang Memberikan Rasa pada Air
No. Zat/unsur Rasa
1. Cl- Asin
2. CO2 Asin
3. Besi Metal/logam
4. Na2SO4 Rasa tidak enak
5. MgSO4 Rasa tidak enak
6. Cu Rasa tidak enak
7. Zn Pahit/sepet
Sumber: Suryadi dkk, 2021

5.4 Perhitungan
Rasa dan bau tidak memiliki rumus, sehingga tidak diperoleh contoh
perhitungannya. Sementara itu, terdapat pengolahan data dengan menggunakan
pengujian organoleptic. Cara pengolahan data yang sering digunakan adalah
dengan menggunakan analisis keragaman /analisis peragam (Analisys of varian
atau ANOVA). Berikut disajikan sebuah data hasil pengujian organoleptik yang
dihimpun dari hasil pengindraan 15 orang panelis yang diberi tugas untuk menilai
kesuakaannya terhadap sejumlah contoh. Dalam uji ini panelis diminta untuk
menentukan tingkat kesukaannya terhadap rasa manis dari 5 contoh manisan nata
de coco dengan keriteria penilaian kesan sebagai berikut:
Nilai 3 jika kurang manis (kurang /tidak suka)
Nilai 5 jika cukup manis (agak suka)
Nilai 7 jika manis (suka)
Nilai 9 jika sangat manis (sangat suka) (Gross, 2013).
Gambar 19. Contoh Hasil Pengukuran Rasa pada Manisan Nata De Coco
(Sumber: Gross, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, dkk,. 2018. Kesesuaian Termometer Inframerah dengan Termometer


Air Raksa Terhadap Pengukuran Suhu Aksila Pada Usia Dewasa Muda
(18-22 Tahun). Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol 7(2).

Ahmad, J. and El-Dessouky, H. 2008. Design of a modified low cost treatment


system for the recycling and a reuse of a laundry waste water.
Resources, Conservation & Recycling 52:973- 978.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-6989.25-2005. Air dan Limbah – Bagian


25 : Cara Uji Kekeruhan dengan Nefelometer. Jakarta.

Bilotta, G.S., R.E. Brazier. 2008. Understanding the influence of suspended solids
on water quality and aquatic biota. Water Research. 42. 2849-2861.

Cahyani, H., Harmadi dan Wildian. 2016. Pengembangan Alat Ukur Total
Dissolved Solid (TDS) Berbasis Mikrokontroler Dengan Beberapa
Variasi Bentuk Sensor Konduktivitas. Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No.
4. Universitas Andalas: Padang

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya


danLingkungan. Kanisius. Yogyakarta. 98 hal.

Garai Alfian N, Iis Hamsir Ayub Wahab, dan Achmad P. Sardju. Sistem Akuisisi
Data Salinitas Pada Perairan Laut. Jurnal PROtek. 5(1). 18 – 23

Greenberg, Arnold E., Lenore S, Andrew D. 1992. Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater APHA/ AWWA/WEF. American
Public Health Association: Washington DC 2005.

Gross, Adam. 2013. Pengujian Organoleptik. Program Studi Teknologi Pangan.


Universitas Muhammadiyah. Semarang.

Hidayati, Putri. 2011. Pengaruh setting temperatur terhadap kinerja ac Split.


Jurnal Teknik Konversi Energi

Irawanto, R. 2016. Fitoremediasi Mengunakan Tumbuhan Akuatik Koleksi Kebun


Raya Purwodadi. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi
– LIPI. Jawa Tengah.

Jamzuri. 2016. Pembuatan Sistem Akuisisi Data Pengukur Suhu Menggunakan


Labview Interface For Arduino (LIFA). Jurnal Materi dan Pembelajaran
Fisika (JMPF) Volume 6 (1)

Jiyah, dkk. 2017. Studi Distribusi Total Suspended Solid (Tss) di Perairan Pantai
Kabupaten Demak Menggunakan Citra Landsat. Semarang. Jurnal
Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 1, Tahun 2016, (ISSN : 2337-
845X).
Karsono, S., Sudarmodjo, dan Y. Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah
Tangga. Memanfaatkan Rumah dan Pekarangan. Depok: PT.
Agromedia Pustaka.

Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.: Kep-51/MENLH/10/1995


Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.

Khopkar, S. M., & Saptorahardjo, A. (1990). Konsep dasar kimia analitik.


Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Kreith, Frank. 1991. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas Edisi Ketiga. Jakarta:


Erlangga

Kustiyaningsih, E., dan Irawanto, R. 2020. Pengukuran Total Dissolved Solid


(TDS) dalam Fitoremediasi Deterjen dengan Tumbuhan Sagittaria
Lancifolia. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, Vol 7 (1).

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Lanovia, Cindy. Analisis TS, TDS, dan TSS. Program Studi Teknik Lingkungan.
Fakultas Clean Enerfy and Climate Change. Surya University. Banten.

Macklin, Boy. 2019. Manajemen Produksi Hidroponik. Modul Ajar Teknik


Hidroponik. Program Studi Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran. Sumedang.

Maulana, Inan. 2017. Perancangan Alat Pendeteksi Kualitas Air Minum


Menggunakan Elektrolisis dan Konduktivitas Berbasis Arduino Uno.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta: Jogjakarta.

McCleskey, R. B. (2011). Electrical Conductivity of Electrolytes Found In


Natural Waters from (5 to 90) °C. Journal of Chemical & Engineering
Data, 56(2), 317–327.

Morgan, L.2000. Electrical Conductiyity In Hydroponics, P 39 -44. In A. Knutson


(EN). The Best Of Growing Edgen. New Moon Publish. USA

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan laut. Penerbit PT. Pradnya Paramita.
Jakarta. Hal 322.

Mujadin, A., Astharini, D., dan Samijayani, O. N. 2017. Prototipe Pengendalian


pH dan Elektro Konduktivitas Pada Cairan Nutrisi Tanaman
Hidroponik. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 4, No.1. Universitas Al-
Azhar Indonesia: Jakarta.

Nicola, Fendra. 2015. Hubungan antara Konduktivitas, TDS (Total Dissolved


Solid) dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe 2+ dan Fe
Total pada Air Sumur Gali. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember. Jember.
Novella, B.M., JL Andriolo, DA Bisognin, CM Cogo and MC Bandinelli, 2008,
Concentration in the Hydoponic Production of Potato Minituber.
Ciencia Rural, Santa Maria, v.38, n.6, p. 1529-1533, set, 2008.

Resh, 1985. Hydroponic Food Production, Woodbridge Press Publishing Co.


Calfornia.

Rinawati., Hidayat, D., Suprianto, R., dan Dewi, P. S. 2016. Penentuan


Kandungan Zat Padat (Total Dissolve Solid dan Total Suspended
Solid) di Perairan Teluk Lampung. Analit : Analytical and
Environmental Chemistry, Vol 1 (01).

Rini F, 2014. Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat


Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantang
Gebang Bekasi. Universitas Islam Negeri. Jakarta.

Roan, P.N.M, 1998. Pegaruh Aerasi Dan Bahan Pemegang Tanaman Pada Tiga
Tahap Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa L.)
Dalam System Hidroponik. Jurusan Agronomi. IPB. Bogor.

Safitri, Adinda Mustika Dwi. 2018. Analisis Kadar Warna dan pH pada Air
Sumur di Jalan Pembangunan Desa Tuntungan II Kabupaten Deli
Serdang. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Setiari, M., Mahendra, M.S. dan Suyasa, W. 2012. Identifikasi sumber pencemar
dan analisis kualitas air tukad yeh sungi di Kabupaten Tabanan
dengan metode indeks pencemaran. Jurnal Ilmu Lingkungan 7(1):40 –
16.

Sudana, I Made. 2018. Tinjauan Kualitas Fisik dan Bakteriologis Air Pancuran
Guok di Desa Kaba-Kaba Kediri Tabanan Tahun 2018. Disertasi.
Politehnik Kesehatan Kemenkes Denpasar. Jurusan Kesehatan
Lingkungan. Denpasar.

Suryadi, Edy., dkk. 2021. Modul Praktikum Kualitas Air. Program Studi Teknik
Pertanian. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas
Padjadjaran. Sumedang.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan


Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Simanjuntak, Dallas. 2008. Alat Ukur Temperatur Berbasis Mikrokontroler


ATmega 8535 dengan Tampilan LC. Universitas Sumatera Utara

Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan : FMIPA-UNIMED.

Sutiyoso Y. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tarigan, M.S & Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Jakarta :
Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.

Tjahyani, P. I. 2017. Inovasi Alat Peraga “Belkonsu” dalam Pembelajaran Suhu


dan Perubahannya di SMP Negeri 2 Blora. Dwicendekia. Jurmal Riset
Pedagogik, Vol 1 (2).

Wibowo, M., dan Rachman, R. A. 2020. Kajian Kualitas Perairan Laut Sekitar
Muara Sungai Jeleitik Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Jurnal Presipitasi. Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik
Lingkungan. Vol 17 (01).

Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air secara Fisika dan Kimia di


Perairan Teluk Harun. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

Wirman, R. P., Wardhana, I., dan Isnaini, V. A. 2019. Kajian Tingkat Akurasi
Sensor pada Rancang Bangun Alat Ukur Total Dissolved Solids (TDS)
dan Tingkat Kekeruhan Air. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Indonesia. Jurnal Fisika, Vol 9 (1).

Arnum, 2021. Suhu, Pengertian, Rumus Konversi. Contoh Soal. Terdapat di :


https://rumuspintar.com/suhu/. Diakses pada 18 April 2021.

Awal, Nur. 2018. Tips Hidroponik : Penggunaan TDS dan EC Meter. Terdapat
di : http://hidroponik.bisnisant.web.id/penggunaan-tds-ec-meter/.
Diakses pada 18 April 2021.

Bayu, W. N. 2016. Tabel PPM dan pH Nutrisi Hidroponik. Terdapat di :


http://hidroponikpedia.com/tabel-ppm-dan-ph-nutrisi-hidroponik/.
Diakses pada 18 April 2021.

Hendry, Noer. 2021. Sayuran Anda Busuk? Efektifkan Suhu Penyimpanan!.


Terdapat di : https://www.alatuji.com/article/detail/119/sayuran-anda-
busuk-efektifkan-suhu-penyimpanan-. Diakses pada 18 April 2021.

Hidroponik, U. 2016. Pengaruh pH nutrisi Hidroponik Terhadap Tanaman.


Terdapat pada http : http://www.urbanhidroponik.com/2016/04/table-
ph-ec-ppm-tanaman-hidroponik-lengkap.html . Diakses pada 18 April
2021.

Kesmas. 2014. Prosedur Uji Total Suspended Solid/TSS. Terdapat pada :


http://www.indonesian-publichealth.com/prosedur-uji-total-suspended-
solidtss/. Diakses pada 18 April 2021.

Vernandes, Adrian. 2019. Bagaimana Cara Kerja Termometer dalam Mengukur


Suhu?. Terdapat pada: https://www.avkimia.com/2019/01/bagaimana-
cara-kerja-termometer-dalam-mengukur-suhu.html. Diakses pada 18
April 2021.

Anda mungkin juga menyukai