1 2 3
4 5 6
KETENTUAN UMUM
PERPAJAKAN (KUP)
Muatan Materi
KUP
Pasal 2 Pengaturan NIK sebagai NPWP
Pasal 8
Batas waktu pengungkapan ketidakbenaran SPT saat pemeriksaan
Pasal 13
Besaran Sanksi saat pemeriksaan
Pasal 14
Penagihan atas wanprestasi pembayaran angsuran/penundaan
kurang bayar SPT Tahunan
Pasal 2
Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak serta merta menyebabkan setiap orang pribadi
membayar pajak. Pembayaran pajak dilakukan apabila:
7
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 8 Ayat (4) Ayat (4)
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah
melakukan pemeriksaan, dengan syarat melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur
Batas waktu Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan Jenderal Pajak belum menyampaikan surat
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan pemberitahuan hasil pemeriksaan, Wajib
pengungkapan
kesadaran sendiri dapat mengungkapkan Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
ketidakbenaran dalam laporan tersendiri tentang mengungkapkan dalam laporan tersendiri
SPT saat ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tentang ketidakbenaran pengisian Surat
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
pemeriksaan sebenarnya, yang dapat mengakibatkan: keadaan yang sebenarnya, dan proses
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar pemeriksaan tetap dilanjutkan.
menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan
perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih
besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau
lebih
kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau
lebih kecil
dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 13
13
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 14 Ayat (1)
Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan
Penagihan atas - Surat Tagihan Pajak apabila:
i. Terdapat jumlah pajak yang tidak atau
wanprestasi kurang dibayar dalam jangka waktu
pembayaran angsuran/ sesuai dengan persetujuan untuk
penundaan kurang mengangsur atau menunda
bayar SPT Tahunan
pembayaran pajak sebagaimana
Dalam hal WP tidak melaksanakan kewajiban untuk membayar angsuran atau
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4).
diberikan jika kuasa yang ditunjuk merupakan suami, istri, atau keluarga
sedarah/semenda sampai 2 (dua) derajat.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 32A Ayat (1)
Menteri Keuangan menunjuk pihak lain untuk melakukan
-
pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan
Penunjukkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
pihak lain untuk
Ayat (2)
memungut PPh, PPN, Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
-
pihak yang terlibat langsung atau memfasilitasi transaksi
PTE antarpihak yang bertransaksi.
Ayat (3)
Penetapan, penagihan, upaya hukum, dan pengenaan sanksi
terhadap Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam peraturan
- perundang-undangan di bidang perpajakan berlaku secara
mutatis mutandis terhadap pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Ayat (4)
Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan penyelenggara sistem elektronik, selain dikenai
-
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terhadap
penyelenggara sistem elektronik dimaksud dapat dikenai
sanksi berupa pemutusan akses setelah diberikan teguran.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (5)
Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau
-
pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah diberikan teguran, terhadap pihak lain tidak
dikenai sanksi pemutusan akses.
Pasal 32A Ayat (6)
Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau
- pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah dilakukan pemutusan akses, terhadap pihak
lain dilakukan normalisasi akses kembali.
Ayat (7)
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang komunikasi dan informatika berwenang melakukan
-
pemutusan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
melakukan normalisasi akses sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) berdasarkan permintaan Menteri Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (3) Ayat (3)
Pasal 34 Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan Untuk kepentingan negara, dalam rangka
berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat penyidikan, penuntutan, atau dalam rangka
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan mengadakan kerja sama dengan lembaga
Pemberian data tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat negara, instansi pemerintah, badan hukum
dalam rangka (2) supaya memberikan keterangan dan yang dibentuk melalui undang-undang atau
penegakkan hukum memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang peraturan pemerintah, atau pihak lain,
dan Menteri Keuangan berwenang memberikan
Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
kerja sama untuk izin tertulis kepada pejabat sebagaimana
kepentingan negara dimaksud pada ayat
(1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) supaya memberikan keterangan
dan memperlihatkan bukti tertulis dari atau
tentang Wajib Pajak kepada pihak yang
ditunjuk.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 40 Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat Tindak pidana di bidang perpajakan tidak
dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun dapat dilakukan penuntutan setelah lampau
sejak saat terhitungnya pajak, berakhirnya Masa waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat
Daluarsa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak,
penuntutan berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan. berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau
pidana pajak berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 43A
Ayat (1a)
Pemeriksaan Bukti Permulaan dilaksanakan oleh
Pemeriksaan bukti Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
permulaan dilaksanakan -
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang
berdasarkan surat menerima surat perintah pemeriksaan bukti
permulaan.
perintah
Ayat (2) Ayat (2)
pemeriksaan bukti Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di
permulaan bidang perpajakan yang menyangkut petugas bidang perpajakan yang menyangkut petugas
Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan
dapat menugasi unit pemeriksa internal di dapat menugasi unit pemeriksa internal di
lingkungan Departemen Keuangan untuk lingkungan Kementerian Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan. melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
Pasal 44 UU KUP RUU HPP
Ayat (2) Ayat (2)
Kewenangan penyidik Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud
pajak untuk melakukan pada ayat (1): pada ayat (1):
j. - j. melakukan pemblokiran harta kekayaan
pemblokiran/ milik tersangka sesuai dengan ketentuan
penyitaan aset peraturan perundang-undangan dan/atau
tersangka sesuai UU penyitaan harta kekayaan milik
tersangka sesuai dengan Undang-
hukum acara Undang yang mengatur mengenai hukum
pidana acara pidana, termasuk tetapi tidak
terbatas dengan adanya izin ketua
pengadilan negeri setempat;
Ayat (3) Ayat (3)
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada menyampaikan hasil penyidikannya kepada
penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi penuntut umum melalui penyidik pejabat
Negara Republik Indonesia sesuai dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Hukum Acara Pidana. Undang Hukum Acara Pidana.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (3)
Dalam hal setelah dilakukan penelusuran dan penyitaan harta
kekayaan, terpidana orang tidak memiliki harta kekayaan yang
-
mencukupi untuk membayar pidana denda, dapat dipidana
dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi pidana
penjara yang diputus.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 44D Ayat (1)
Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan
tidak hadir di sidang pengadilan tanpa alasan yang
-
Persidangan in sah, perkara tindak pidana di bidang perpajakan
tetap dapat diperiksa dan diputus tanpa
absentia kehadiran terdakwa.
Ayat (2)
Dalam hal terdakwa sebagaimana dimaksud pada
ayat
-
(1) hadir pada sidang sebelum putusan dijatuhkan,
terdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan
saksi dan surat yang dibacakan dalam sidang
sebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam
sidang.
Pajak Penghasilan
RUU HPP
36
Muatan Materi
PPh
Pasal 4 Pengenaan pajak atas natura
Pasal 6 Pengenaan pajak atas natura
Pasal 7
Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak
orang pribadi
Pasal 9 Pengenaan pajak atas natura
Pasal 11
Penyusutan dan amortisasi aset dengan masa manfaat lebih dari
20 tahun
Pasal 11A Penyusutan dan amortisasi aset dengan masa manfaat lebih dari
20 tahun
Pasal 17 Tarif PPh orang pribadi dan badan
Pasal 18 Kesepakatan/perjanjian internasional di bidang perpajakan
Pasal 32A
Instrumen pencegahan penghindaran pajak
Pasal 32C
Pendelegasian kewenangan 37
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 4 Ayat (1) Ayat (1)
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
Pengenaan pajak atas
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
natura Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, termasuk: bentuk apa pun, termasuk:
d. keuntungan karena penjualan atau karena d. keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta termasuk: pengalihan harta termasuk:
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa 4. keuntungan karena pengalihan harta berupa
hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (1a) Ayat (1a)
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), warga negara asing dimaksud pada ayat (1), warga negara asing
yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri yang telah menjadi subjek pajak dalam
dikenai Pajak Penghasilan hanya atas negeri dikenai Pajak Penghasilan hanya atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari penghasilan yang diterima atau diperoleh
Pasal 4 Indonesia dengan ketentuan: dari Indonesia dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu; dan a. memiliki keahlian tertentu sesuai
b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak dengan ketentuan peraturan
yang dihitung sejak menjadi subjek perundang- undangan; dan
pajak dalam negeri. b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak
yang dihitung sejak menjadi subjek
pajak dalam negeri.
Ayat (1d)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria
keahlian tertentu serta tata cara pengenaan
Pajak Penghasilan bagi warga negara asing Dihapus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (2) Ayat (2)
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak
bersifat final: bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan a. penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga surat utang negara, bunga atau
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi diskonto surat berharga jangka
Pasal 4 kepada anggota koperasi orang pribadi; pendek yang diperdagangkan di
e. penghasilan tertentu lainnya, pasar uang, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
e. penghasilan tertentu lainnya, termasuk
penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki peredaran bruto
tertentu,
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (3) Ayat (3)
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
a. 2. harta hibahan yang diterima oleh a. 2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
keluarga sedarah dalam garis dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
keagamaan, badan pendidikan, badan yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
sosial termasuk yayasan, koperasi, menjalankan usaha mikro dan kecil,
Pasal 4 atau orang pribadi yang menjalankan d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan
usaha mikro dan kecil, yang pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
ketentuannya diatur dengan atau dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
berdasarkan Peraturan Menteri 1. makanan, bahan makanan, bahan minuman,
Keuangan. dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
d. penggantian atau imbalan sehubungan 2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di
dengan pekerjaan atau jasa yang daerah tertentu;
diterima atau diperoleh dalam bentuk 3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan
natura dan atau kenikmatan dari oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
Wajib Pajak atau Pemerintah, 4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau
kecuali yang diberikan oleh bukan dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Wajib Pajak, Wajib Pajak yang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
dikenakan pajak secara final atau dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
Wajib Pajak yang menggunakan atau
norma penghitungan khusus 5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
f. dividen atau penghasilan lain dengan
ketentuan
sebagai berikut:
I 0 - Rp 50 juta 5% 0 - Rp 60 juta 5%
▪ Perubahan tarif ini tidak menambah beban PPh bagi orang pribadi yang berpenghasilan s.d. Rp5 miliar setahun.
▪ Masyarakat berpenghasilan sampai dengan 4,5jt per bulan tetap tidak membayar PPh sama sekali.
▪ Data dari SPT tahun 2019, dari 11,5 juta WP yang melaporkan SPT hanya 4,9 juta WP yang membayar pajak
▪ Masyarakat dengan penghasilan di atas 4,5jt per bulan, mayoritas akan membayar pajak yang lebih rendah.
Pengenaan Pajak Atas Natura dan/atau Kenikmatan
Substansi perubahan :
Batas Peredaran Bruto Tidak Dikenai Pajak Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi
Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif final
0,5% (PP 23/2018) dan memiliki peredaran bruto sampai Rp 500 juta
setahun tidak dikenai PPh.
Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (2) huruf e diubah
• Pasal 7 ayat (2a )ditambahkan
• Pasal 7 ayat (3) diubah
Ilustrasi penghitungan pajak Tuan A pengusaha toko kelontong pada
Tahun Pajak 2022:
Dengan berlakunya RUU HPP maka beban pajak yang harus dibayar Tuan A menjadi
berkurang Rp2,5 juta
Tarif PPh Badan
Tarif PPh Badan ditetapkan tetap menjadi 22%, yang berlaku untuk tahun pajak 2022 dan seterusnya.
Substansi pengaturan:
Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (2) huruf a diubah
Penyesuaian Ketentuan Penyusutan dan Amortisasi
Memperhatikan perkembangan saat ini, banyak Wajib Pajak yang memiliki bangunan permanen dan juga
harta tak berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 20 tahun seperti hak konsesi jalan tol.
Oleh karena itu perlu:
a. Penyelarasan masa pembebanan penyusutan bangunan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 20
tahun sesuai dengan masa manfaat sebenarnya
b. Penyelarasan masa pembebanan biaya amortisasi sesuai dengan masa manfaat sebenarnya
Substansi Pengaturan:
Pasal Terdampak
• Pasal 11 ayat (6a) dan Pasal 11A ayat (2a) ditambahkan
• Pasal 11 ayat (7) dan Pasal 11A ayat (1a) diubah
• Pasal 11 ayat (11) dihapus
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 11
Ayat (6a)
Apabila bangunan permanen sebagaimana
Penyusutan dan dimaksud pada ayat (6) mempunyai masa
manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun,
amortisasi aset penyusutan sebagaimana dimaksud pada
dengan masa manfaat -
ayat
lebih dari 20 tahun (1) dilakukan dalam bagian yang sama besar,
sesuai dengan masa manfaat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) atau sesuai dengan
masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan
pembukuan Wajib Pajak
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% usaha tetap sebesar 22% (dua puluh dua
(dua puluh delapan persen). persen) yang mulai berlaku pada Tahun
Pokok Isi Pembahasan
PPh UU PPh RUU HPP
Ayat (2) Ayat (2)
Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% huruf a dapat diubah dengan Peraturan
(dua puluh lima persen) yang diatur dengan Pemerintah setelah disampaikan oleh
Peraturan Pemerintah. pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia untuk dibahas
dan disepakati dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Pasal 17 Belanja Negara.
Ayat (2a)
Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
Dihapus
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010.
Ayat (2b) Ayat (2b)
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Wajib Pajak badan dalam negeri:
perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat a. berbentuk perseroan terbuka;
puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang b. dengan jumlah keseluruhan saham
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia yang disetor diperdagangkan pada
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat bursa efek di Indonesia paling sedikit
memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih 40% (empat puluh persen); dan
rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada c. memenuhi persyaratan tertentu,
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau dapat memperoleh tarif sebesar 3% (tiga
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (2e)
Ketentuan lebih lanjut mengenai
- persyaratan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2b) huruf c diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 17 Ayat (3) Ayat (3)
Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dapat diubah dengan Keputusan Menteri dapat diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 18 Ayat (1) Ayat (1)
Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan Menteri Keuangan berwenang mengatur
keputusan mengenai besarnya perbandingan batasan jumlah biaya pinjaman yang
Instrumen pencegahan antara utang dan modal perusahaan untuk dapat dibebankan untuk keperluan
keperluan penghitungan pajak berdasarkan penghitungan pajak berdasarkan Undang-
Undang-undang ini. Undang ini.
penghindaran pajak
Ayat (3e)
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3b), ayat (3c), dan ayat (3d) diatur Dihapus
lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 32A Pemerintah berwenang untuk melakukan Pemerintah berwenang untuk membentuk
perjanjian dengan pemerintah negara lain dan/atau melaksanakan perjanjian dan/atau
dalam rangka penghindaran pajak berganda kesepakatan di bidang perpajakan dengan
Kesepakatan/perja dan pencegahan pengelakan pajak. pemerintah negara mitra atau yurisdiksi
mitra secara bilateral maupun multilateral
njian internasional dalam rangka:
di bidang a. penghindaran pajak berganda
perpajakan dan
pencegahan pengelakan pajak;
b. pencegahan penggerusan
basis pemajakan dan
pergeseran laba;
c. pertukaran informasi perpajakan;
d. bantuan penagihan pajak; dan
e. kerja sama perpajakan lainnya.
Program Pengungkapan
Sukarela Wajib Pajak
RUU HPP
75
Program Pengungkapan
Sukarela Wajib Pajak
Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau
mengungkapkan kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi
secara sukarela melalui pembayaran PPh berdasarkan
pengungkapan harta
2 Pada periode setelah Tax Amnesty, PPh Tahunan OP Peserta TA melonjak signifikan, jauh lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan Non Peserta TA di tahun yang sama.
KEBIJAKAN I
Tuan A telah mengikuti program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty/TA) 2015, tetapi pada saat TA masih
terdapat sebuah rumah di dalam negeri yang tidak diungkap dengan nilai per 31 Desember 2015 sebesar
Rp 2 Miliar. Untuk menghindari pengenaan sanksi Undang-Undang TA, Tuan A mengikuti Program
Pengungkapan Sukarela.
Tuan A berniat hanya mendeklarasikan aset dalam negeri tersebut tanpa menginvestasikan pada
SBN/hilirisasi/renewable energy, sehingga Tuan A membayar PPh Final dengan tarif 8% sebesar Rp 160
juta (8% x Rp 2 Miliar)
KEBIJAKAN II
Tuan B memiliki 2 buah rumah dan sebuah rekening di Indonesia yang diperoleh selama tahun 2016
sampai dengan tahun 2020. 2 buah rumah telah dilaporkan dalam SPT Tahunan 2020 senilai Rp 3 Miliar,
namun 1 rekening senilai Rp 1 Miliar belum dicantumkan dalam SPT Tahunan Tahun 2020.
Tuan B akan mengikuti Program Pengungkapan Sukarela dan berniat menginvestasikan uangnya pada
SBN, sehingga Tuan B membayar PPh Final dengan tarif 12% sebesar Rp 120 juta (12% x Rp 1 Miliar).
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
Dasar Perhitungan
Nilai Harta Bersih Kebijakan I Kebijakan II
Jangka waktu investasi paling singkat 3 (tiga) tahun Investasi harta bersih sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (6) ayat (2) wajib dilakukan paling singkat 5 (lima)
terhitung sejak tanggal dialihkannya Harta ke dalam tahun sejak diinvestasikan.
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat Wajib Pajak yang menyampaikan surat
(1) pemberitahuan pengungkapan harta
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Syarat b.
c.
membayar Uang Tebusan;
melunasi seluruh Tunggakan Pajak;
a.
b.
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
membayar Pajak Penghasilan yang
d. melunasi pajak yang tidak atau kurang bersifat final sebagaimana dimaksud
dibayar atau melunasi pajak yang dalam Pasal 9 ayat (1);
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib c. menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
bukti permulaan dan/atau penyidikan; 2020; dan
e. menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib
Pajak yang telah memiliki kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan; dan
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
f. Mencabut permohonan d. Mencabut permohonan
1) pengembalian kelebihan pembayaran pajak; 1) pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
2) pengurangan atau penghapusan sanksi 2) pengurangan atau
administrasi perpajakan dalam Surat penghapusan sanksi administratif;
Syarat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan 3) pengurangan atau pembatalan surat
Pajak yang di dalamnya terdapat pokok ketetapan pajak yang tidak benar;
pajak yang terutang; 4) pengurangan atau
3) pengurangan atau pembatalan ketetapan pembatalan Surat
pajak Tagihan Pajak yang tidak benar;
yang tidak benar; 5) keberatan;
4) keberatan; 6) pembetulan;
5) pembetulan atas surat ketetapan pajak 7) banding;
dan surat keputusan; 8) gugatan; dan/atau
6) banding; 9) peninjauan kembali,
7) gugatan; dan/atau dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan
8) peninjauan kembali, permohonan tersebut dan belum diterbitkan
dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan surat keputusan atau putusan
permohonan dan belum diterbitkan surat
keputusan atau putusan.
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang telah
Keterangan, memperoleh fasilitas Pengampunan memperoleh surat keterangan sebagaimana
Pajak berupa: dimaksud dalam Pasal 10 ayat (6), berlaku
a. penghapusan pajak terutang yang belum ketentuan:
diterbitkan ketetapan pajak, tidak dikenai a. tidak diterbitkan ketetapan pajak atas
Imunitas sanksi administrasi perpajakan, dan tidak kewajiban perpajakan untuk Tahun Pajak
dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan, 2016, Tahun Pajak 2017, Tahun Pajak 2018,
untuk kewajiban perpajakan dalam masa Tahun Pajak 2019, dan Tahun Pajak 2020,
pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, kecuali ditemukan data dan/atau informasi
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; lain mengenai harta sebagaimana
b. penghapusan sanksi administrasi dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang
perpajakan berupa bunga, atau denda, belum atau kurang diungkapkan dalam
untuk kewajiban perpajakan dalam masa surat pemberitahuan pengungkapan
pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, harta;
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; b. kewajiban perpajakan sebagaimana
c. tidak dilakukan pemeriksaan pajak, dimaksud dalam huruf a meliputi Pajak
pemeriksaan bukti permulaan, dan Penghasilan orang pribadi, Pajak
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Penghasilan atas pemotongan dan/atau
Perpajakan, atas kewajiban perpajakan pemungutan, dan Pajak Pertambahan
dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Nilai, kecuali atas pajak yang sudah
Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun dipotong atau dipungut tetapi tidak
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
d. penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan c. data dan informasi yang bersumber dari surat
bukti permulaan, dan penyidikan Tindak pemberitahuan pengungkapan harta dan
Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal lampirannya yang diadministrasikan oleh
Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan Kementerian Keuangan atau pihak lain
Imunitas pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang
yang
Undang-
berkaitan dengan pelaksanaan
Undang ini tidak dapat
Perpajakan atas kewajiban perpajakan, dijadikan sebagai dasar penyelidikan,
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana
yang sebelumnya telah ditangguhkan terhadap Wajib Pajak.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(3),