Anda di halaman 1dari 86

UNDANG – UNDANG

HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN

Membangun Sistem Perpajakan Yang Adil, Sehat, Efektif dan Akuntabel

Presented By : Kantor Konsultan Pajak Antin Okfitasari


ASAS UU HPP

1 2 3

Keadilan Keserdehanaan Efisiensi

4 5 6

Kepastian Hukum Kemanfaatan Kepentingan


Nasional
TUJUAN UU HPP
• Meningkatkan pertumbuhan dan mendukung percepatan
1 pemulihan perekonomian

• Mengoptimalkan penerimaan negara


2
• Mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan
3 berkepastian hukum

• Melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan yang


4 konsolidatif, dan perluasan basis pajak

• Meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak


5
Muatan Isi dan Pemberlakuan
UU HPP

❖ Perubahan UU Pajak Penghasilan (PPh) berlaku tahun pajak 2022


❖ Perubahan UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
berlaku mulai tanggal diundangkan
❖ Program Pengungkapan Sukarela berlaku 1 Januari s.d. 30 Juni 2022
❖ Pajak Karbon mulai berlaku 1 April 2022
UNDANG – UNDANG
HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM
PERPAJAKAN (KUP)
Muatan Materi
KUP
Pasal 2 Pengaturan NIK sebagai NPWP
Pasal 8
Batas waktu pengungkapan ketidakbenaran SPT saat pemeriksaan
Pasal 13
Besaran Sanksi saat pemeriksaan
Pasal 14
Penagihan atas wanprestasi pembayaran angsuran/penundaan
kurang bayar SPT Tahunan

Pasal 20A Kerja sama bantuan penagihan pajak antar negara


Pasal 25 Besaran sanksi akibat keberatan ditolak atau diterima sebagian
Pasal 27
Besaran sanksi akibat banding/PK mempertahankan ketetapan DJP
Pasal 27C
Prosedur persetujuan Bersama dalam rangka menyelesaikan
masalah dalam penerapan P3B
Pasal 32 Kuasa Wajib Pajak
4
Muatan Materi
KUP
Pasal 32A Penunjukkan pihak lain untuk memungut PPh, PPN, PTE
Pasal 34
Pemberian data dalam rangka penegakkan hukum dan kerja sama untuk
kepentingan negara
Pasal 40 Daluarsa penuntutan pidana pajak
Pasal 43A
Pemeriksaan bukti permulaan dilaksanakan berdasarkan surat perintah
pemeriksaan bukti permulaan
Pasal 44 Kewenangan penyidik pajak untuk melakukan pemblokiran/penyitaan aset
tersangka sesuai UU
hukum acara pidana
Pasal 44A
Penghentian penyidikan
Pasal 44B
Penghentian penyidikan
Pasal 44C
Pasal 44D
Pidana denda tidak disubsider
Pasal 44E Persidangan in absentia
Pendelegasian kewenangan 5
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (1a)
- Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana
Pasal 2 dimaksud pada ayat (1) bagi Wajib Pajak orang
pribadi yang merupakan penduduk Indonesia
menggunakan nomor induk kependudukan.
Ayat (5)
Pengaturan NIK Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta
tata cara pendaftaran dan pengukuhan
sebagai NPWP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) termasuk penghapusan Nomor Dihapus
Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Ayat (10)
Dalam rangka penggunaan nomor induk
kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1a), menteri
- yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri memberikan data kependudukan
dan data balikan dari pengguna kepada Menteri
Keuangan untuk diintegrasikan dengan basis
Pokok Isi Pembahasan
KUP
Integrasi basis data kependudukan dengan sistem administrasi perpajakan
bertujuan mempermudah WP orang pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan
kewajiban perpajakan demi kesederhanaan administrasi dan kepentingan nasional.

Pasal 2
Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak serta merta menyebabkan setiap orang pribadi
membayar pajak. Pembayaran pajak dilakukan apabila:

a. Penghasilan setahun di atas batasan PTKP; atau


b. Peredaran bruto di atas Rp 500 juta/tahun bagi pengusaha yang
membayar PPh Final 0,5% (PP-23/2018).

7
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 8 Ayat (4) Ayat (4)
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah
melakukan pemeriksaan, dengan syarat melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur
Batas waktu Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan Jenderal Pajak belum menyampaikan surat
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan pemberitahuan hasil pemeriksaan, Wajib
pengungkapan
kesadaran sendiri dapat mengungkapkan Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
ketidakbenaran dalam laporan tersendiri tentang mengungkapkan dalam laporan tersendiri
SPT saat ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tentang ketidakbenaran pengisian Surat
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
pemeriksaan sebenarnya, yang dapat mengakibatkan: keadaan yang sebenarnya, dan proses
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar pemeriksaan tetap dilanjutkan.
menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan
perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih
besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau
lebih
kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau
lebih kecil
dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP

Pasal 13 Ayat (1) Ayat (1)


Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
Besaran Sanksi Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
saat pemeriksaan Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
sebagai berikut: setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan hal sebagai berikut:
atau keterangan lain pajak yang a. terdapat pajak yang tidak atau kurang
terutang tidak atau kurang dibayar; dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan
disampaikan dalam jangka waktu dalam jangka waktu sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan
ayat (3) dan setelah ditegur secara setelah ditegur secara tertulis tidak
tertulis tidak disampaikan pada disampaikan pada waktunya
waktunya sebagaimana ditentukan dalam sebagaimana ditentukan dalam Surat
Surat Teguran; Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan c. Terdapat Pajak Pertambahan Nilai dan
mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak
dikompensasikan selisih lebih pajak atau atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud d. Terdapat kewajiban sebagaimana
dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
dipenuhi sehingga tidak dapat yang tidak dipenuhi sehingga tidak
diketahui besarnya pajak yang dapat diketahui besarnya pajak yang
terutang; terutang;
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor
Pasal 13 Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak secara jabatan sebagaimana Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a); atau dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a); atau
f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor Barang Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan
telah diberikan pengembalian Pajak telah diberikan pengembalian Pajak
Masukan atau telah mengkreditkan Masukan atau telah mengkreditkan
Pajak Masukan sebagaimana dimaksud Pajak Masukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (6e) Undang-Undang dalam Pasal 9 ayat (6e) Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya. perubahannya.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (3) Ayat (3)
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada
(1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah ayat
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah
sebesar: dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
Pasal 13 a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak sebesar:
Penghasilan yang tidak atau kurang a. bunga dari Pajak Penghasilan yang
dibayar dalam satu Tahun Pajak; tidak atau kurang dibayar dalam 1
b. 100% (seratus persen) dari Pajak (satu) Tahun Pajak;
Penghasilan yang tidak atau kurang b. bunga dari Pajak Penghasilan yang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak
tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau kurang dipotong atau dipungut;
atau dipungut tetapi tidak atau kurang c. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh
disetor; atau lima persen) dari Pajak Pertumbuhan
c. 100% (seratus persen) dari Pajak Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan dan Barang Mewah yang tidak
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang atau kurang dibayar; atau
tidak atau kurang dibayar. d. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh
lima persen) dari Pajak Penghasilan
yang dipotong atau dipungut tetapi
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (3b)
Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a dan huruf b sebesar tarif b sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dihitung sejak
-
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pasal 13 Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan dikenakan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
serta bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
Ayat (3c)
Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud
- pada ayat (3b) dihitung berdasarkan suku
bunga acuan ditambah 20% (dua puluh
oersen) dan dibagi 12 (dua belas) yang
berlaku pada tanggal dimulainya
perhitungan sanksi.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
WP tidak menyampaikan SPT / tidak membuat pembukuan:

Pasal 13

13
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 14 Ayat (1)
Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan
Penagihan atas - Surat Tagihan Pajak apabila:
i. Terdapat jumlah pajak yang tidak atau
wanprestasi kurang dibayar dalam jangka waktu
pembayaran angsuran/ sesuai dengan persetujuan untuk
penundaan kurang mengangsur atau menunda
bayar SPT Tahunan
pembayaran pajak sebagaimana
Dalam hal WP tidak melaksanakan kewajiban untuk membayar angsuran atau
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4).

penundaan kurang bayar SPT Tahunan sebagaimana Surat Keputusan

Angsuran / Penundaan dapat ditagih dengan STP.


Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 20A
Ayat (1)
Menteri Keuangan berwenang melakukan kerja sama untuk
-
pelaksanaan bantuan penagihan pajak dengan negara
Kerja sama bantuan mitra atau yurisdiksi mitra.
penagihan pajak Ayat (2)
antar negara Pelaksanaan bantuan penagihan pajak sebagaimana
- dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direktur Jenderal
Pajak, yang meliputi pemberian bantuan penagihan pajak
dan permintaan bantuan penagihan pajak kepada negara
mitra atau yurisdiksi mitra.
Ayat (3)
- Pemberian bantuan penagihan pajak dan permintaan
bantuan penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan berdasarkan perjanjian internasional secara
resiprokal.
Ayat (4)
- Negara mitra atau yurisdiksi mitra sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan negara atau yurisdiksi yang terikat
dengan Pemerintah Indonesia dalam perjanjian
internasional.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (5)
Perjanjian internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan perjanjian bilateral atau multilateral yang
mengatur kerja sama mengenai hal yang berkaitan dengan
- bantuan penagihan pajak, meliputi:
Pasal 20A a. persetujuan penghindaran pajak berganda;
b. konvensi tentang bantuan administratif bersama
dibidang perpajakan;
c. perjanjian bilateral atau multilateral lainnya.
Ayat (6)
- Bantuan penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan setelah diterima klaim pajak dari negara
mitra atau yurisdiksi mitra.
Ayat (7)
Klaim pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan
- instrumen legal dari negara mitra atau yurisdiksi mitra yang
paling sedikit memuat:
a. nilai klaim pajak yang dimintakan bantuan penagihan; dan
b. identitas penanggung pajak atas klaim pajak.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (8)
Klaim pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan
dasar penagihan pajak yang dilaksanakan penagihan pajak
- dengan Surat Paksa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku
mutatis mutandis dengan ketentuan penagihan pajak yang
Pasal 20A berlaku di negara mitra atau yurisdiksi mitra.
Ayat (9)
- Hasil penagihan pajak atas klaim pajak dari negara mitra atau
yurisdiksi mitra ditampung dalam rekening pemerintah
lainnya sebelum dikirimkan ke negara mitra atau yurisdiksi
mitra.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 25 Ayat (9) Ayat (9)
Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai
Besaran sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima sanksi administrasi berupa denda sebesar
akibat keberatan puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan 30% (tiga puluh persen) dari jumlah pajak
ditolak atau diterima keputusan keberatan dikurangi dengan pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
sebagian yang telah dibayar sebelum mengajukan dengan pajak yang telah dibayar sebelum
keberatan. mengajukan keberatan.
Ayat (10) Ayat (10)
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan Dalam hal Wajib Pajak mengajukan
banding, sanksi administrasi berupa denda permohonan banding, sanksi administrasi
sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana berupa denda sebesar 30% (lima puluh
dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan. persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
tidak dikenakan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (4a) Ayat (4a)
Pasal 27 Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan
pengajuan permohonan banding, Direktur pengajuan permohonan banding, Direktur
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan Jenderal Pajak harus memberikan keterangan
Besaran sanksi secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar Surat secara tertulis hal yang menjadi dasar Surat
akibat banding/PK Keputusan Keberatan yang diterbitkan. Keputusan Keberatan yang diterbitkan paling
mempertahankan lama 1 (satu) bulan terhitung sejak permintaan
ketetapan DJP tertulis diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
Ayat (5c) Ayat (5c)
Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat
pengajuan permohonan banding belum pengajuan permohonan banding tidak termasuk
merupakan pajak yang terutang sampai dengan sebagai utang pajak sebagaimana dimaksud
Putusan Banding diterbitkan. dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a) sampai
dengan Putusan Banding diterbitkan.
Ayat (5d) Ayat (5d)
Dalam hal permohonan banding ditolak atau Dalam hal permohonan banding ditolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% administratif berupa denda sebesar 60% (enam
(seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan. keberatan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (5e)
Dalam hal Wajib Pajak atau Direktur Jenderal Pajak
- mengajukan permohonan peninjauan kembali,
pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak tidak
ditangguhkan atau dihentikan.
Ayat (5f)
Pasal 27 Dalam hal Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah, dikenai sanksi administratif
- berupa denda sebesar 60% (enam puluh persen)
dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Peninjauan
Kembali dikurangi dengan pembayaran pajak yang
telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Ayat (5g)
Surat Tagihan Pajak atas sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (5f) diterbitkan
-
paling lama 2 (dua) tahun sejak tanggal diterima
Putusan Peninjauan Kembali oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 27C
Ayat (1)
Direktur Jenderal Pajak berwenang melaksanakan prosedur
-
persetujuan bersama untuk mencegah atau menyelesaikan
Prosedur permasalahan yang timbul dalam penerapan persetujuan
persetujuan penghindaran pajak berganda.
Bersama dalam Ayat (2)
rangka Prosedur persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyelesaikan dapat diajukan oleh:
masalah dalam a. Wajib Pajak dalam negeri;
penerapan P3B b. Direktur Jenderal Pajak;
c. pejabat berwenang negara mitra atau yurisdiksi mitra
- persetujuan penghindaran pajak berganda; atau
d. warga negara Indonesia melalui Direktur Jenderal Pajak terkait
perlakuan diskriminatif di negara mitra atau yurisdiksi mitra
persetujuan penghindaran pajak berganda yang bertentangan
dengan ketentuan mengenai nondiskriminasi
sesuai dengan ketentuan dan batas waktu sebagaimana diatur dalam
persetujuan penghindaran pajak berganda.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (3)
Permintaan pelaksanaan prosedur persetujuan bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c
dapat diajukan bersamaan dengan permohonan Wajib Pajak dalam
- negeri untuk mengajukan:
a. Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25;
b. permohonan banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27;
Pasal 27C atau
c. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang
tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)
huruf b.
Ayat (4)
Dalam hal pelaksanaan prosedur persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b belum menghasilkan persetujuan
bersama sampai dengan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan
Kembali diucapkan, Direktur Jenderal Pajak:
a. melanjutkan perundingan, dalam hal materi sengketa yang
-
diputus dalam Putusan Banding atau Putusan Peninjauan
Kembali bukan merupakan materi yang diajukan prosedur
persetujuan bersama; atau
b. menggunakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan
Kembali sebagai posisi dalam perundingan atau menghentikan
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (5)
Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti hasil pelaksanaan prosedur
-
persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
menerbitkan surat keputusan tentang persetujuan bersama.

Pasal 27C Ayat (6)


Surat keputusan tentang persetujuan bersama sebagaimana dimaksud
-
pada ayat (5) termasuk dasar pengembalian pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1a) atau dasar penagihan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 32 Ayat (3a) Ayat (3a)
Persyaratan serta pelaksanaan hak dan Seorang kuasa yang ditunjuk
kewajiban kuasa sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
pada ayat (3) diatur dengan atau harus mempunyai kompetensi tertentu
Kuasa Wajib Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. dalam aspek perpajakan, kecuali kuasa
yang ditunjuk merupakan suami, istri,
atau keluarga sedarah atau semenda
sampai dengan derajat kedua.

Kuasa Wajib Pajak dapat dilakukan oleh siapapun, sepanjang memenuhi

persyaratan kompetensi menguasai bidang perpajakan. Pengecualian syarat

diberikan jika kuasa yang ditunjuk merupakan suami, istri, atau keluarga
sedarah/semenda sampai 2 (dua) derajat.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 32A Ayat (1)
Menteri Keuangan menunjuk pihak lain untuk melakukan
-
pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan
Penunjukkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
pihak lain untuk
Ayat (2)
memungut PPh, PPN, Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
-
pihak yang terlibat langsung atau memfasilitasi transaksi
PTE antarpihak yang bertransaksi.
Ayat (3)
Penetapan, penagihan, upaya hukum, dan pengenaan sanksi
terhadap Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam peraturan
- perundang-undangan di bidang perpajakan berlaku secara
mutatis mutandis terhadap pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Ayat (4)
Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan penyelenggara sistem elektronik, selain dikenai
-
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terhadap
penyelenggara sistem elektronik dimaksud dapat dikenai
sanksi berupa pemutusan akses setelah diberikan teguran.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (5)
Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau
-
pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah diberikan teguran, terhadap pihak lain tidak
dikenai sanksi pemutusan akses.
Pasal 32A Ayat (6)
Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau
- pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah dilakukan pemutusan akses, terhadap pihak
lain dilakukan normalisasi akses kembali.
Ayat (7)
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang komunikasi dan informatika berwenang melakukan
-
pemutusan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
melakukan normalisasi akses sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) berdasarkan permintaan Menteri Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (3) Ayat (3)
Pasal 34 Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan Untuk kepentingan negara, dalam rangka
berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat penyidikan, penuntutan, atau dalam rangka
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan mengadakan kerja sama dengan lembaga
Pemberian data tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat negara, instansi pemerintah, badan hukum
dalam rangka (2) supaya memberikan keterangan dan yang dibentuk melalui undang-undang atau
penegakkan hukum memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang peraturan pemerintah, atau pihak lain,
dan Menteri Keuangan berwenang memberikan
Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
kerja sama untuk izin tertulis kepada pejabat sebagaimana
kepentingan negara dimaksud pada ayat
(1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) supaya memberikan keterangan
dan memperlihatkan bukti tertulis dari atau
tentang Wajib Pajak kepada pihak yang
ditunjuk.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 40 Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat Tindak pidana di bidang perpajakan tidak
dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun dapat dilakukan penuntutan setelah lampau
sejak saat terhitungnya pajak, berakhirnya Masa waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat
Daluarsa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak,
penuntutan berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan. berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau
pidana pajak berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 43A
Ayat (1a)
Pemeriksaan Bukti Permulaan dilaksanakan oleh
Pemeriksaan bukti Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
permulaan dilaksanakan -
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang
berdasarkan surat menerima surat perintah pemeriksaan bukti
permulaan.
perintah
Ayat (2) Ayat (2)
pemeriksaan bukti Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di
permulaan bidang perpajakan yang menyangkut petugas bidang perpajakan yang menyangkut petugas
Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan
dapat menugasi unit pemeriksa internal di dapat menugasi unit pemeriksa internal di
lingkungan Departemen Keuangan untuk lingkungan Kementerian Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan. melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
Pasal 44 UU KUP RUU HPP
Ayat (2) Ayat (2)
Kewenangan penyidik Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud
pajak untuk melakukan pada ayat (1): pada ayat (1):
j. - j. melakukan pemblokiran harta kekayaan
pemblokiran/ milik tersangka sesuai dengan ketentuan
penyitaan aset peraturan perundang-undangan dan/atau
tersangka sesuai UU penyitaan harta kekayaan milik
tersangka sesuai dengan Undang-
hukum acara Undang yang mengatur mengenai hukum
pidana acara pidana, termasuk tetapi tidak
terbatas dengan adanya izin ketua
pengadilan negeri setempat;
Ayat (3) Ayat (3)
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada menyampaikan hasil penyidikannya kepada
penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi penuntut umum melalui penyidik pejabat
Negara Republik Indonesia sesuai dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Hukum Acara Pidana. Undang Hukum Acara Pidana.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP

Pasal 44B Ayat (2)


Penghentian penyidikan tindak pidana di
Ayat (2)
Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
bidang perpajakan sebagaimana dimaksud perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib hanya dilakukan setelah Wajib Pajak atau tersangka
Penghentian Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau melunasi:
penyidikan kurang dibayar atau yang tidak seharusnya a. kerugian pada pendapatan negara
dikembalikan dan ditambah dengan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
administrasi berupa denda sebesar 3 (tiga) ditambah dengan sanksi administratif berupa
kali jumlah pajak yang tidak atau kurang denda sebesar 1 (satu) kali jumlah kerugian
dibayar, atau yang tidak seharusnya pada pendapatan negara;
dikembalikan. b. kerugian pada pendapatan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ditambah dengan sanksi administratif berupa
denda sebesar 3 (tiga) kali jumlah kerugian
pada pendapatan negara; atau
c. jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39A ditambah dengan
sanksi administratif berupa denda sebesar 4
(empat) kali jumlah pajak dalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (2a)
Dalam hal perkara pidana telah dilimpahkan ke pengadilan,
terdakwa tetap dapat melunasi:
a. kerugian pada pendapatan negara ditambah dengan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
-
atau huruf b; atau
Pasal 44B b. jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak
ditambah dengan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c.
Ayat (2b)
Pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a), menjadi
-
pertimbangan untuk dituntut tanpa disertai penjatuhan pidana
penjara.
Ayat (2c)
Dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak,
tersangka, atau terdakwa pada tahap penyidikan sampai dengan
-
persidangan belum memenuhi jumlah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), atas pembayaran tersebut dapat diperhitungkan
sebagai pembayaran pidana denda yang dibebankan kepada
terdakwa.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Ayat (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai permintaan
penghentian penyidikan tindak pidana di
Dihapus
bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan
Pasal 44B Peraturan Menteri Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 44C Ayat (1)
Pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal
-
39A tidak dapat digantikan dengan pidana kurungan dan
Pidana denda wajib dibayar oleh terpidana.
Ayat (2)
tidak disubsider Dalam hal terpidana tidak membayar pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 (satu) bulan sesudah
- putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, jaksa melakukan penyitaan dan pelelangan terhadap
harta kekayaan terpidana untuk membayar pidana denda
tersebut menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (3)
Dalam hal setelah dilakukan penelusuran dan penyitaan harta
kekayaan, terpidana orang tidak memiliki harta kekayaan yang
-
mencukupi untuk membayar pidana denda, dapat dipidana
dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi pidana
penjara yang diputus.
Pokok Isi Pembahasan
KUP
UU KUP RUU HPP
Pasal 44D Ayat (1)
Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan
tidak hadir di sidang pengadilan tanpa alasan yang
-
Persidangan in sah, perkara tindak pidana di bidang perpajakan
tetap dapat diperiksa dan diputus tanpa
absentia kehadiran terdakwa.
Ayat (2)
Dalam hal terdakwa sebagaimana dimaksud pada
ayat
-
(1) hadir pada sidang sebelum putusan dijatuhkan,
terdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan
saksi dan surat yang dibacakan dalam sidang
sebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam
sidang.
Pajak Penghasilan

RUU HPP

36
Muatan Materi
PPh
Pasal 4 Pengenaan pajak atas natura
Pasal 6 Pengenaan pajak atas natura
Pasal 7
Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak
orang pribadi
Pasal 9 Pengenaan pajak atas natura
Pasal 11
Penyusutan dan amortisasi aset dengan masa manfaat lebih dari
20 tahun
Pasal 11A Penyusutan dan amortisasi aset dengan masa manfaat lebih dari
20 tahun
Pasal 17 Tarif PPh orang pribadi dan badan
Pasal 18 Kesepakatan/perjanjian internasional di bidang perpajakan
Pasal 32A
Instrumen pencegahan penghindaran pajak
Pasal 32C
Pendelegasian kewenangan 37
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 4 Ayat (1) Ayat (1)
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
Pengenaan pajak atas
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
natura Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, termasuk: bentuk apa pun, termasuk:
d. keuntungan karena penjualan atau karena d. keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta termasuk: pengalihan harta termasuk:
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa 4. keuntungan karena pengalihan harta berupa
hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (1a) Ayat (1a)
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), warga negara asing dimaksud pada ayat (1), warga negara asing
yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri yang telah menjadi subjek pajak dalam
dikenai Pajak Penghasilan hanya atas negeri dikenai Pajak Penghasilan hanya atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari penghasilan yang diterima atau diperoleh
Pasal 4 Indonesia dengan ketentuan: dari Indonesia dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu; dan a. memiliki keahlian tertentu sesuai
b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak dengan ketentuan peraturan
yang dihitung sejak menjadi subjek perundang- undangan; dan
pajak dalam negeri. b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak
yang dihitung sejak menjadi subjek
pajak dalam negeri.
Ayat (1d)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria
keahlian tertentu serta tata cara pengenaan
Pajak Penghasilan bagi warga negara asing Dihapus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (2) Ayat (2)
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak
bersifat final: bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan a. penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga surat utang negara, bunga atau
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi diskonto surat berharga jangka
Pasal 4 kepada anggota koperasi orang pribadi; pendek yang diperdagangkan di
e. penghasilan tertentu lainnya, pasar uang, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
e. penghasilan tertentu lainnya, termasuk
penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki peredaran bruto
tertentu,
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (3) Ayat (3)
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
a. 2. harta hibahan yang diterima oleh a. 2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
keluarga sedarah dalam garis dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
keagamaan, badan pendidikan, badan yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
sosial termasuk yayasan, koperasi, menjalankan usaha mikro dan kecil,
Pasal 4 atau orang pribadi yang menjalankan d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan
usaha mikro dan kecil, yang pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
ketentuannya diatur dengan atau dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
berdasarkan Peraturan Menteri 1. makanan, bahan makanan, bahan minuman,
Keuangan. dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
d. penggantian atau imbalan sehubungan 2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di
dengan pekerjaan atau jasa yang daerah tertentu;
diterima atau diperoleh dalam bentuk 3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan
natura dan atau kenikmatan dari oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
Wajib Pajak atau Pemerintah, 4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau
kecuali yang diberikan oleh bukan dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Wajib Pajak, Wajib Pajak yang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
dikenakan pajak secara final atau dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
Wajib Pajak yang menggunakan atau
norma penghitungan khusus 5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
f. dividen atau penghasilan lain dengan
ketentuan
sebagai berikut:

10. ketentuan lebih lanjut mengenai:


a) kriteria, tata cara dan jangka waktu tertentu
untuk investasi sebagaimana dimaksud
Pasal 4 pada angka l, angka 2, dan angka 7; Dihapus
b) tata cara pengecualian pengenaan pajak
penghasilan sebagaimana dimaksud pada
angka 1, angka 2, dan angka 7; dan
c) perubahan batasan dividen yang
diinvestasikan sebagaimana dimaksud pada
angka 4 dan angka 5,
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh (3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
dana pensiun sebagaimana dimaksud pada h. penghasilan dari modal yang ditanamkan
huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang oleh dana pensiun sebagaimana
ditetapkan dengan keputusan Menteri dimaksud pada huruf g, dalam bidang-
Keuangan; bidang tertentu;
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: (3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh
atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam badan atau lembaga nirlaba yang
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian bergerak dalam bidang pendidikan
dan pengembangan, yang telah terdaftar dan/atau bidang penelitian dan
pada instansi yang membidanginya, yang pengembangan, yang telah terdaftar
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan pada instansi yang membidanginya,
Pasal 4 prasarana kegiatan pendidikan dan/atau yang ditanamkan kembali dalam
penelitian dan pengembangan, dalam jangka bentuk sarana dan prasarana kegiatan
waktu paling larna 4 (empat) tahun sejak pendidikan dan/atau penelitian dan
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang pengembangan, dalam jangka waktu
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan paling lama 4 (empat) tahun sejak
atau berdasarkan Peraturan Menteri diperolehnya sisa lebih tersebut;
Keuangan; n. bantuan atau santunan yang
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya tertentu;
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: (3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
o. dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah o. dana setoran Biaya Penyelenggaraan
Haji (BPIH) dan/atau BPIH khusus, dan Ibadah Haji (BPIH) dan/atau BPIH
penghasilan dari pengembangan keuangan khusus, dan penghasilan dari
haji dalam bidang atau instrumen keuangan pengembangan keuangan haji dalam
tertentu, diterima Badan Pengelola Keuangan bidang atau instrumen keuangan
Pasal 4 Haji (BPKH) yang ketentuannya diatur tertentu, diterima Badan Pengelola
dengan atau berdasarkan Peraturan Keuangan Haji (BPKH); dan
Menteri Keuangan; dan p. sisa lebih yang diterima/diperoleh
p. sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau badan atau lembaga sosial dan/atau
lembaga sosial dan keagamaan yang keagamaan yang terdaftar pada
terdaftar pada instansi yang membidanginya, instansi yang membidanginya, yang
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana ditanamkan kembali dalam bentuk
dan prasarana sosial dan keagamaan dalam sarana dan prasarana sosial dan
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun keagamaan dalam jangka waktu paling
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau lama 4 (empat) tahun sejak
ditempatkan sebagai dana abadi, yang diperolehnya sisa lebih tersebut, atau
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan ditempatkan sebagai dana abadi.
atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 6 Ayat (1) Ayat (1)
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
Pengenaan pajak atas ditentukan berdasarkan penghasilan bruto ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dikurangi biaya untuk mendapatkan,
natura dan memelihara penghasilan, termasuk: menagih, dan memelihara penghasilan,
a. biaya yang secara langsung atau tidak termasuk:
langsung berkaitan dengan kegiatan a. biaya yang secara langsung atau tidak
usaha, antara lain: langsung berkaitan dengan kegiatan
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur usaha, antara lain:
dengan atau berdasarkan Peraturan 7. biaya promosi dan penjualan;
Menteri Keuangan;

c. Iuran kepada dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan oleh c. Iuran kepada dana pensiun yang
Menteri Keuangan; pendiriannya telah disahkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Dihapus
Keuangan;
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 7 Ayat (1) Ayat (1)
Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun
diberikan paling sedikit: diberikan paling sedikit:
a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta a. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat
Batas peredaran delapan ratus empat puluh ribu juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak
bruto tidak dikenai rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang orang pribadi;
pajak bagi Wajib Pajak pribadi; b. Rp4.500.000,00 (empat juta lima
b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus ratus ribu rupiah) tambahan untuk
orang pribadi dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
Wajib Pajak yang kawin; c. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat
c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta juta rupiah) tambahan untuk seorang
delapan ratus empat puluh ribu isteri yang penghasilannya digabung
rupiah) tambahan untuk seorang isteri dengan penghasilan suami
yang penghasilannya digabung dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
penghasilan suami sebagaimana ayat (1); dan
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan d. Rp4.500.000,00 (empat juta lima
d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus ratus ribu rupiah) tambahan untuk
dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat,
keturunan lurus serta anak angkat, yang yang menjadi tanggungan
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (2a)
Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki
peredaran bruto tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e
- tidak dikenai Pajak Penghasilan atas
bagian peredaran bruto sampai dengan
Pasal 7 Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Ayat (3) Ayat (3)
Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Penyesuaian besarnya:
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. Penghasilan Tidak Kena Pajak
ditetapkan dengan Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
Keuangan setelah dikonsultasikan dengan dan
Dewan Perwakilan Rakyat. b. batasan peredaran bruto tidak
dikenai Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2a),
ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah dikonsultasikan dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 9 Ayat (1) Ayat (1)
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
Pengenaan pajak atas usaha tetap tidak boleh dikurangkan: usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
c. pembentukan atau pemupukan dana c. pembentukan atau pemupukan dana
natura cadangan, kecuali: cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha 1. cadangan piutang tak tertagih untuk
bank dan badan usaha lain yang menyalurkan usaha bank dan badan usaha lain yang
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, menyalurkan kredit, sewa guna usaha
perusahaan pembiayaan konsumen, dan dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
perusahaan anjak piutang; konsumen dan perusahaan anjak piutang
yang dihitung berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku
dengan batasan tertentu setelah
berkoordinasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan;
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
e. penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh
Dihapus
pegawai serta penggantian atau
Pasal 9 imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan
yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
Tarif PPH Orang Pribadi
Perubahan tarif dan bracket Pajak Penghasilan orang pribadi, agar lebih mencerminkan keadilan

Lapisan UU PPh UU HPP


Tarif Rentang Penghasilan Tarif Rentang Penghasilan Tarif

I 0 - Rp 50 juta 5% 0 - Rp 60 juta 5%

II >Rp50 - 250 juta 15% >Rp60 - 250 juta 15%

III >Rp 250-500 juta 25% >Rp 250-500 juta 25%


IV >Rp 500 juta 30% >Rp 500 juta - 5 miliar 30%

V >Rp 5 miliar 35%

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan Pasal Terdampak


atas penghasilan yang jumlahnya melebihi • Pasal 7 ayat (1) dan ayat (3) diubah
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). • Pasal 17 ayat (1) huruf a dan ayat (3) diubah
Dalam RUU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi
orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per bulan atau Rp54
Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk
Wajib Pajak yang kawin dan masih ditambah Rp4,5 juta untuk
setiap tanggungan maksimal 3 orang.
Ilustrasi Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Asumsi penghitungan PPh untuk status WP OP lajang (TK/0) (dalam Rp)

▪ Perubahan tarif ini tidak menambah beban PPh bagi orang pribadi yang berpenghasilan s.d. Rp5 miliar setahun.
▪ Masyarakat berpenghasilan sampai dengan 4,5jt per bulan tetap tidak membayar PPh sama sekali.
▪ Data dari SPT tahun 2019, dari 11,5 juta WP yang melaporkan SPT hanya 4,9 juta WP yang membayar pajak
▪ Masyarakat dengan penghasilan di atas 4,5jt per bulan, mayoritas akan membayar pajak yang lebih rendah.
Pengenaan Pajak Atas Natura dan/atau Kenikmatan

Ketentuan UU PPh (UU 36/2008) yang imbalan berupa natura/kenikmatan.


mengatur natura/kenikmatan bukan objek PPh Pasal Terdampak
dan tidak dapat dibiayakan (nontaxable- • Pasal 4 ayat (1) huruf a dan
nondeductible), perlu disesuaikan karena: penjelasannya diubah
a. Imbalan berupa natura yang bukan merupakan
objek pajak, cenderung dinikmati oleh high
• Pasal 4 ayat (3) huruf d diubah
level employee (direktur, manajer dan • Pasal 6 ayat (1) huruf n dan
komisaris). penjelasannya ditambahkan
b. Hal ini menimbulkan ketidakadilan horisontal • Pasal 9 ayat (1) huruf e dihapus
karena penghasilan untuk pegawai yang
biasanya berupa gaji/upah dikenai PPh.
c. Potensi tax planning pemberi kerja yang
memanfaatkan tarif PPh Badan < PPh Orang
Pribadi dengan pemberian
Pengenaan Pajak Atas Natura dan/ atau Kenikmatan

Substansi perubahan :
Batas Peredaran Bruto Tidak Dikenai Pajak Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi
Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif final
0,5% (PP 23/2018) dan memiliki peredaran bruto sampai Rp 500 juta
setahun tidak dikenai PPh.

Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (2) huruf e diubah
• Pasal 7 ayat (2a )ditambahkan
• Pasal 7 ayat (3) diubah
Ilustrasi penghitungan pajak Tuan A pengusaha toko kelontong pada
Tahun Pajak 2022:

Dengan berlakunya RUU HPP maka beban pajak yang harus dibayar Tuan A menjadi
berkurang Rp2,5 juta
Tarif PPh Badan
Tarif PPh Badan ditetapkan tetap menjadi 22%, yang berlaku untuk tahun pajak 2022 dan seterusnya.

Tarif PPh Badan Perbandingan rata-rata Tarif PPh Badan

Sumber: KPMG, diolah


➢ Untuk menciptakan APBN yang adil dan sehat perlu mengoptimalkan penerimaan negara dengan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.
➢ Kebijakan batas tidak kena pajak dan tarif telah dilakukan penyesuaian dalam RUU HPP.
➢ Terhadap pelaku usaha UMKM berbentuk badan dalam negeri tetap diberikan insentif penurunan tarif sebesar 50% sebagaimana diatur
dalam Ps 31E.
➢ Bagi WP orang pribadi dengan peredaran bruto tertentu, diberikan pengecualian pengenaan pajak terhadap peredaran bruto sampai
dengan Rp500 juta.
➢ Oleh karena itu sesuai salah satu tujuan RUU HPP untuk mengoptimalkan penerimaan negara dengan mempertimbangkan asas keadilan,
Pemerintah perlu mempertahankan tarif PPh badan mulai Tahun Pajak 2022 sebesar 22%.
Pasal Terdampak
• Pasal 17 ayat (1) huruf b diubah
Penambahan Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2)
Ketentuan existing belum mengatur perlakuan PPh atas penghasilan berupa bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang secara tegas serta perbedaan
pemotongan pajak yang lebih tinggi dibandingkan instrumen pasar modal (obligasi dan SUN/SBSN)
menimbulkan keengganan pelaku pasar, khususnya nonbank, untuk melakukan transaksi atas instrumen pasar
uang di pasar sekunder.
Oleh karena itu RUU HPP, mengatur penghasilan tersebut untuk dikenai PPh Final yang akan diatur tarif dan
dasar pengenaan pajaknya dalam PP, dengan harapan dapat mendorong pendalaman sektor pasar uang.

Substansi pengaturan:

Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (2) huruf a diubah
Penyesuaian Ketentuan Penyusutan dan Amortisasi
Memperhatikan perkembangan saat ini, banyak Wajib Pajak yang memiliki bangunan permanen dan juga
harta tak berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 20 tahun seperti hak konsesi jalan tol.
Oleh karena itu perlu:
a. Penyelarasan masa pembebanan penyusutan bangunan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 20
tahun sesuai dengan masa manfaat sebenarnya
b. Penyelarasan masa pembebanan biaya amortisasi sesuai dengan masa manfaat sebenarnya
Substansi Pengaturan:

Pasal Terdampak
• Pasal 11 ayat (6a) dan Pasal 11A ayat (2a) ditambahkan
• Pasal 11 ayat (7) dan Pasal 11A ayat (1a) diubah
• Pasal 11 ayat (11) dihapus
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 11
Ayat (6a)
Apabila bangunan permanen sebagaimana
Penyusutan dan dimaksud pada ayat (6) mempunyai masa
manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun,
amortisasi aset penyusutan sebagaimana dimaksud pada
dengan masa manfaat -
ayat
lebih dari 20 tahun (1) dilakukan dalam bagian yang sama besar,
sesuai dengan masa manfaat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) atau sesuai dengan
masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan
pembukuan Wajib Pajak

Ayat (7) Ayat (7)


Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan Penyusutan atas harta berwujud yang
atas harta berwujud yang dimiliki dan dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha
digunakan dalam bidang usaha tertentu tertentu dapat diatur tersendiri.
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Ayat (11)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok
harta berwujud sesuai dengan masa manfaat Dihapus
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur
Pokok Isi Pembahasan
PPh
Pasal 11A UU PPh RUU HPP
Ayat (1a) Ayat (1a)
Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya
Penyusutan dan pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha
amortisasi aset tertentu yang diatur lebih lanjut dengan tertentu.
dengan masa manfaat Peraturan Menteri Keuangan.
lebih dari 20 tahun Ayat (2a)
Dalam hal harta tak berwujud
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mempunyai masa manfaat melebihi 20 (dua
puluh) tahun, amortisasi sebagaimana
-
dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesuai dengan masa manfaat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
harta tak berwujud kelompok 4 atau sesuai
dengan masa manfaat yang sebenarnya
berdasarkan pembukuan Wajib Pajak.
Pokok Isi Pembahasan
PPh UU PPh RUU HPP
Ayat (1) Ayat (1)
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan
Pasal 17 Kena Pajak bagi: Kena Pajak bagi:
a. Wajib Pajak orang pribadi a. Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri dalam negeri
sebagai berikut: sebagai berikut:
Tarif PPh orang
pribadi dan
badan

b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% usaha tetap sebesar 22% (dua puluh dua
(dua puluh delapan persen). persen) yang mulai berlaku pada Tahun
Pokok Isi Pembahasan
PPh UU PPh RUU HPP
Ayat (2) Ayat (2)
Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% huruf a dapat diubah dengan Peraturan
(dua puluh lima persen) yang diatur dengan Pemerintah setelah disampaikan oleh
Peraturan Pemerintah. pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia untuk dibahas
dan disepakati dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Pasal 17 Belanja Negara.
Ayat (2a)
Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
Dihapus
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010.
Ayat (2b) Ayat (2b)
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Wajib Pajak badan dalam negeri:
perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat a. berbentuk perseroan terbuka;
puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang b. dengan jumlah keseluruhan saham
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia yang disetor diperdagangkan pada
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat bursa efek di Indonesia paling sedikit
memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih 40% (empat puluh persen); dan
rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada c. memenuhi persyaratan tertentu,
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau dapat memperoleh tarif sebesar 3% (tiga
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Ayat (2e)
Ketentuan lebih lanjut mengenai
- persyaratan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2b) huruf c diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 17 Ayat (3) Ayat (3)
Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dapat diubah dengan Keputusan Menteri dapat diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 18 Ayat (1) Ayat (1)
Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan Menteri Keuangan berwenang mengatur
keputusan mengenai besarnya perbandingan batasan jumlah biaya pinjaman yang
Instrumen pencegahan antara utang dan modal perusahaan untuk dapat dibebankan untuk keperluan
keperluan penghitungan pajak berdasarkan penghitungan pajak berdasarkan Undang-
Undang-undang ini. Undang ini.
penghindaran pajak
Ayat (3e)
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3b), ayat (3c), dan ayat (3d) diatur Dihapus
lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pokok Isi Pembahasan
PPh
UU PPh RUU HPP
Pasal 32A Pemerintah berwenang untuk melakukan Pemerintah berwenang untuk membentuk
perjanjian dengan pemerintah negara lain dan/atau melaksanakan perjanjian dan/atau
dalam rangka penghindaran pajak berganda kesepakatan di bidang perpajakan dengan
Kesepakatan/perja dan pencegahan pengelakan pajak. pemerintah negara mitra atau yurisdiksi
mitra secara bilateral maupun multilateral
njian internasional dalam rangka:
di bidang a. penghindaran pajak berganda
perpajakan dan
pencegahan pengelakan pajak;
b. pencegahan penggerusan
basis pemajakan dan
pergeseran laba;
c. pertukaran informasi perpajakan;
d. bantuan penagihan pajak; dan
e. kerja sama perpajakan lainnya.
Program Pengungkapan
Sukarela Wajib Pajak

RUU HPP

75
Program Pengungkapan
Sukarela Wajib Pajak
Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau
mengungkapkan kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi
secara sukarela melalui pembayaran PPh berdasarkan
pengungkapan harta

Program dilaksanakan selama 6


(enam) bulan
(1 Januari 2022 s.d 30 Juni 2022)
-Pasal 6(1)-
Latar Belakang
a. Masih terdapat peserta Pengampunan Pajak yang belum mendeklarasikan seluruh aset pada
saat Pengampunan Pajak
dan apabila ditemukan oleh DJP akan dikenai PPh final (PP-36/2017) yang dirasakan terlalu
tinggi ditambah sanksi sebesar 200% (Pasal 18 ayat (3) UU TA) Kondisi I.
b. Masih terdapat WP OP yang belum mengungkapkan seluruh penghasilan dalam SPT Tahunan
2016 s.d. 2020
Kondisi II.
c. Dengan adanya data dari pertukaran data otomatis (AEOI) dan data perpajakan dari
ILAP, sedangkan WP belum mendeklarasikan seluruh aset dan penghasilan, sehingga
perlu diberikan kesempatan secara sukarela untuk memenuhi kewajiban pajak.
Dampak Tax Amnesty 2016-2017
Rasio Kepatuhan & pembayaran PPh Tahunan WP TA lebih tinggi dibandingkan WP
Non-TA
1 Pada periode setelah Tax Amnesty,
terjadi peningkatan Kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan dengan
Rasio Kepatuhan WP Peserta TA
lebih tinggi dibandingkan Rasio
Kepatuhan Nasional.
Pengaturan Saat Ini
a. Kondisi I
Bagi peserta TA (OP atau Badan) yang belum melaporkan seluruh harta
dalam Surat Pernyataan Harta (SPH), apabila harta tersebut ditemukan oleh
DJP akan dianggap penghasilan dan dikenai PPh Final 25% (Badan); 30%
(OP); 12,5% (WP Tertentu) dari Harta Bersih Tambahan (PP-36/2017) ditambah
sanksi 200%.
b. Kondisi II
Terhadap WP OP yang belum melaporkan penghasilan Tahun Pajak 2016-2019
sesuai ketentuan akan dikenai PPh sesuai tarif yang berlaku ditambah sanksi
administrasi
Dampak Tax Amnesty 2016-2017

2 Pada periode setelah Tax Amnesty, PPh Tahunan OP Peserta TA melonjak signifikan, jauh lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan Non Peserta TA di tahun yang sama.

3 Bagi Peserta TA masih terdapat permasalahan harta yang kurang diungkap


pada saat TA (kondisi I). Bagi Non Peserta TA perlu ditingkatkan
kepatuhannya sebagaimana para Peserta TA (kondisi II).
Pemanfaatan Data AEOI
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
1. Sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak dan diselenggarakan berdasarkan
asas kesederhanaan, kepastian hukum, serta kemanfaatan.
2. Program ini berupa pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau mengungkapkan
kewajiban
perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui:
1) Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang tidak atau belum sepenuhnya dilaporkan oleh
peserta program Pengampunan Pajak (Kebijakan I); dan
2) Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang belum dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak
Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2020 (Kebijakan II).
3. Program dilaksanakan selama 6 bulan (1 Januari 2022 s.d. 30 Juni 2022)
4. Terdiri dari 2 kebijakan:
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Ilustrasi

KEBIJAKAN I
Tuan A telah mengikuti program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty/TA) 2015, tetapi pada saat TA masih
terdapat sebuah rumah di dalam negeri yang tidak diungkap dengan nilai per 31 Desember 2015 sebesar
Rp 2 Miliar. Untuk menghindari pengenaan sanksi Undang-Undang TA, Tuan A mengikuti Program
Pengungkapan Sukarela.
Tuan A berniat hanya mendeklarasikan aset dalam negeri tersebut tanpa menginvestasikan pada
SBN/hilirisasi/renewable energy, sehingga Tuan A membayar PPh Final dengan tarif 8% sebesar Rp 160
juta (8% x Rp 2 Miliar)

KEBIJAKAN II
Tuan B memiliki 2 buah rumah dan sebuah rekening di Indonesia yang diperoleh selama tahun 2016
sampai dengan tahun 2020. 2 buah rumah telah dilaporkan dalam SPT Tahunan 2020 senilai Rp 3 Miliar,
namun 1 rekening senilai Rp 1 Miliar belum dicantumkan dalam SPT Tahunan Tahun 2020.
Tuan B akan mengikuti Program Pengungkapan Sukarela dan berniat menginvestasikan uangnya pada
SBN, sehingga Tuan B membayar PPh Final dengan tarif 12% sebesar Rp 120 juta (12% x Rp 1 Miliar).
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
Dasar Perhitungan
Nilai Harta Bersih Kebijakan I Kebijakan II

▪ Nilai nominal (untuk kas atau setara kas) ▪ Nilai nominal


kas)
(untuk kas atau setara
▪ NJOP (untuk tanah dan/atau bangunan) dan ▪ Harga perolehan (untuk selain kas atau setara kas)
NJKB (untuk kendaraan bermotor)
▪ Nilai yang dipublikasikan oleh PT Aneka
Tambang Tbk. (untuk emas dan perak)
▪ Nilai yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek
Indonesia (untuk saham dan waran yang
diperjualbelikan di PT Bursa Efek Indonesia)
▪ Nilai yang dipublikasikan oleh PT Penilai
Harga Efek Indonesia (untuk SBN dan efek
bersifat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan
oleh perusahaan)
Ilustrasi Basis Aset dan Korelasi dengan Kebijakan I atau II
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
Wajib Pajak yang menyatakan mengalihkan dan Wajib Pajak yang menyatakan mengalihkan harta
menginvestasikan Harta sebagaimana dimaksud bersih ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
dalam Pasal 8 ayat (6) harus mengalihkan Harta Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dimaksud melalui Bank Persepsi yang ditunjuk ayat
secara khusus untuk itu paling lambat: (2) huruf d wajib mengalihkan harta dimaksud
Batas a. tanggal 31 Desember 2016 bagi Wajib Pajak paling lambat tanggal 30 September 2022.
yang menyatakan mengalihkan dan
Waktu menginvestasikan Harta sebagaimana Wajib Pajak yang menyatakan menginvestasikan
dimaksud dalam Pasal 8 ayat harta bersih pada:
(6) huruf a; dan/atau a. kegiatan usaha sektor pengolahan sumber
b. tanggal 31 Maret 2017 bagi Wajib Pajak yang daya alam atau sektor energi terbarukan di
menyatakan mengalihkan dan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
menginvestasikan Harta sebagaimana Indonesia; dan/atau
dimaksud dalam Pasal 8 ayat b. surat berharga negara,
(6) huruf b. c. wajib menginvestasikan harta bersih
dimaksud paling lambat tanggal 30
September 2023.

Jangka waktu investasi paling singkat 3 (tiga) tahun Investasi harta bersih sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (6) ayat (2) wajib dilakukan paling singkat 5 (lima)
terhitung sejak tanggal dialihkannya Harta ke dalam tahun sejak diinvestasikan.
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat Wajib Pajak yang menyampaikan surat
(1) pemberitahuan pengungkapan harta
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Syarat b.
c.
membayar Uang Tebusan;
melunasi seluruh Tunggakan Pajak;
a.
b.
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
membayar Pajak Penghasilan yang
d. melunasi pajak yang tidak atau kurang bersifat final sebagaimana dimaksud
dibayar atau melunasi pajak yang dalam Pasal 9 ayat (1);
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib c. menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
bukti permulaan dan/atau penyidikan; 2020; dan
e. menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib
Pajak yang telah memiliki kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan; dan
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
f. Mencabut permohonan d. Mencabut permohonan
1) pengembalian kelebihan pembayaran pajak; 1) pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
2) pengurangan atau penghapusan sanksi 2) pengurangan atau
administrasi perpajakan dalam Surat penghapusan sanksi administratif;
Syarat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan 3) pengurangan atau pembatalan surat
Pajak yang di dalamnya terdapat pokok ketetapan pajak yang tidak benar;
pajak yang terutang; 4) pengurangan atau
3) pengurangan atau pembatalan ketetapan pembatalan Surat
pajak Tagihan Pajak yang tidak benar;
yang tidak benar; 5) keberatan;
4) keberatan; 6) pembetulan;
5) pembetulan atas surat ketetapan pajak 7) banding;
dan surat keputusan; 8) gugatan; dan/atau
6) banding; 9) peninjauan kembali,
7) gugatan; dan/atau dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan
8) peninjauan kembali, permohonan tersebut dan belum diterbitkan
dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan surat keputusan atau putusan
permohonan dan belum diterbitkan surat
keputusan atau putusan.
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang telah
Keterangan, memperoleh fasilitas Pengampunan memperoleh surat keterangan sebagaimana
Pajak berupa: dimaksud dalam Pasal 10 ayat (6), berlaku
a. penghapusan pajak terutang yang belum ketentuan:
diterbitkan ketetapan pajak, tidak dikenai a. tidak diterbitkan ketetapan pajak atas
Imunitas sanksi administrasi perpajakan, dan tidak kewajiban perpajakan untuk Tahun Pajak
dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan, 2016, Tahun Pajak 2017, Tahun Pajak 2018,
untuk kewajiban perpajakan dalam masa Tahun Pajak 2019, dan Tahun Pajak 2020,
pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, kecuali ditemukan data dan/atau informasi
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; lain mengenai harta sebagaimana
b. penghapusan sanksi administrasi dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang
perpajakan berupa bunga, atau denda, belum atau kurang diungkapkan dalam
untuk kewajiban perpajakan dalam masa surat pemberitahuan pengungkapan
pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, harta;
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; b. kewajiban perpajakan sebagaimana
c. tidak dilakukan pemeriksaan pajak, dimaksud dalam huruf a meliputi Pajak
pemeriksaan bukti permulaan, dan Penghasilan orang pribadi, Pajak
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Penghasilan atas pemotongan dan/atau
Perpajakan, atas kewajiban perpajakan pemungutan, dan Pajak Pertambahan
dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Nilai, kecuali atas pajak yang sudah
Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun dipotong atau dipungut tetapi tidak
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
d. penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan c. data dan informasi yang bersumber dari surat
bukti permulaan, dan penyidikan Tindak pemberitahuan pengungkapan harta dan
Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal lampirannya yang diadministrasikan oleh
Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan Kementerian Keuangan atau pihak lain
Imunitas pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang
yang
Undang-
berkaitan dengan pelaksanaan
Undang ini tidak dapat
Perpajakan atas kewajiban perpajakan, dijadikan sebagai dasar penyelidikan,
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana
yang sebelumnya telah ditangguhkan terhadap Wajib Pajak.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(3),

Penghentian penyidikan sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) huruf d dilakukan oleh pejabat di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang
melaksanakan tugas dan fungsi penyidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan
di bidang perpajakan.
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh Surat Dalam hal Direktur Jenderal Pajak menemukan
Keterangan kemudian ditemukan adanya data data dan/atau informasi lain mengenai harta
dan/atau informasi mengenai Harta yang belum yang belum atau kurang diungkapkan
atau kurang diungkapkan dalam Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b:
Pernyataan, atas Harta dimaksud dianggap a. nilai harta bersih yang belum atau kurang
Sanksi sebagai tambahan penghasilan yang diterima diungkapkan tersebut diperlakukan
atau diperoleh Wajib Pajak pada saat sebagai penghasilan yang bersifat final
ditemukannya data dan/atau informasi mengenai pada Tahun Pajak 2022; dan
Harta dimaksud. b. terhadap penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a:
Dalam hal:
a. Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat 1) dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
Pernyataan sampai dengan periode final dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh
Pengampunan Pajak berakhir; dan persen); dan
b. Direktur Jenderal Pajak menemukan data 2) dikenai sanksi administratif berupa bunga
dan/atau informasi mengenai Harta Wajib sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (2)
Pajak yang diperoleh sejak tanggal 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Januari 1985 sampai dengan 31 Desember tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
2015 dan belum dilaporkan dalam Surat Perpajakan dan perubahannya,
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang
Pokok Isi Pembahasan
Program Pengungkapan
Sukarela WP
UU 11 Tahun 2016 RUU HPP
atas Harta dimaksud dianggap sebagai tambahan
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak pada saat ditemukannya data dan/atau
informasi mengenai Harta dimaksud, paling lama
3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang
Sanksi ini mulai berlaku.

Atas tambahan penghasilan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikenai Pajak Penghasilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Pajak Penghasilan dan
ditambah dengan sanksi administrasi perpajakan
berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus
persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar.

Atas tambahan penghasilan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dikenai pajak dan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai