Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS: HIPERTENSI
DEPARTEMEN: GERONTIK RUANG: MASYARAKAT

Tangga Saran Pembimbing Tanda tangan


l

Lamongan, 21 juli 2021


Mahasiswa,

(Adam Sa’rizal Ababil)

Telah direvisi dan disetujui,

Pembimbing akademik,

(Moh. Syaifuddin S.Kep., Ns., M.Kep)


LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK

HIPERTENSI

oleh:

ADAM SA’RIZAL ABABIL

2102032047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS

ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesaikannya penyusunan Laporan Pendahuluan ini. Penulisan Laporan Pendahuluan ini

sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan IV Program Studi

Pendidikan Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan. Laporan

Pendahuluan ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan materi maupun

non materi, dorongan dan doa dalam

menyelesaikannya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Suratmi S.Kep.,NS.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan

Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan yang telah

bersedia memberi arahan, perhatian, memberikan fasilitas dan motivasi dalam

menyelesaikan laporan pendahuluan ini.

2. Moh. Syaifuddin, S.Kep.,NS.,M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Praktik Klinik

Keperawatan yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan

penguatan dalam mengerjakan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang telah

memberikan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.

Lamongan, 21 Juli 2021

(Adam sa’rizal Ababil)


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010).

Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan yang

disebut lansia adalah usia 60 tahun. Lanjut usia atau yang sering disebut dengan lansia,

merupakan bagian dari proses tumbuh kembang (Azizah, 2011).

Lanjut usia adalah keadaan atau kondisi yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologi (Efendi, 2009).

Bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak

pada perubahan-perubahan pada tubuh manusia tersebut, tidak hanya mengalami perubahan

fisik, kognitif, perasaan, sosial tetapi seksual juga akan mengalami perubahan (Azizah, 2011).

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh

terhadap beberapa penyakit. Penambahan usia pada manusia sampai menjadi tua terjadi

resiko peningkatan penyakit antara lain kelainan jantung, dan pembuluh darah (Muniroh, dkk,

2007). Meningkatnya usia seseorang akan diikuti dengan meningkatnya kejadian hipertensi,

hal ini disebabkan karena adanya perubahan alami jantung, pembuluh darah dan kadar

hormon (Junaedi, dkk, 2013). Akibatnya, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia

adalah hipertensi atau tekanan dengan darah tinggi (Kowalski, 2010).

Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah manusia.

Gejala dari hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 2 ≥120mmHg dan tekanan

darah diastolik ≥80mmHg (Muttaqin, 2009). Diagnosis dari hipertensi dapat di tegakkan jika

rata-rata hasil pemeriksaan darah pada diastolik ≥90mmHg dan sistolik ≥120mmHg (Potter

&Perry, 2010). Secara alami tekanan darah pada orang dewasa akan mengalami peningkatan
sesuai dengan bertambahnya usia. Lansia biasanya mengalami peningkatan tekanan darah

sistolik berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah yang menurun (Potter &Perry, 2010).

Penurunan elastisitas pembuluh darah serta penyempitan pembuluh darah arteri pada lansia

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi.

Prevalensi hipertensi menurut WHO (2013) di seluruh dunia berkisar satu miliar.

Depkes RI (2014) pada tahun 2014 menyatakan terjadi peningkatan lansia yang menderita

hipertensi sekitar 50%. Angka kejadian hipertensi di Jawa Timur pada tahun 2013 sebesar

26,2% berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013). Dinas Kesehatan Kota Surabaya

pada tahun 2014 mencatat hipertensi sebanyak 19,56 %.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang menjadi

masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di dunia. Diperkirakan

kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang mengalami peningkatan 80% pada

tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus akan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus. Prediksi

ini didasarkan pada angka penderita hipertensi serta jumlah pertambahan penduduk saat ini.

Paling sedikit, sepertiga orang dengan penyakit hipertensi tidak ditangani dengan benar. Hal

ini masih ditambah dengan tidak adanya keluhan dari sebagian besar penderita hipertensi.

Sehingga jutaan orang berisiko mengalami serangan jantung dan stroke (Kowalski, 2010).

Sejalan dengan bertambahnya usia 6,0% laki-laki dan 11,6% wanita yang sudah

berhenti menstruasinya beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Berdasarkan

penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua bagian yaitu hipertensi primer serta hipertensi

sekunder. Hipertensi primer penyebabnya belum diketahui, sedangkan hipertensi sekunder

disebabkan oleh penyakit yang lain. Seluruh jumlah penderita hipertensi lebih kurang 95%

merupakan hipertensi primer, dan yang 5% merupakan penderita hipertensi sekunder. Hanya

50% dari golongan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat diketahui (Padila, 2013).

Jumlah keseluruhan kasus hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa pada daerah


pedesaan masih banyak penderita hipertensi yang belum terjangkau oleh layanan kesehatan,

berkisar antara 6% sampai dengan 15%. Tetapi ada pula wilayah jawa tengah dengan angka

yang rendah (1,8%), Survey Penyakit jantung yang dilakukan oleh Boedhi Darmojo,

menemukan jumlah hipertensi tanpa atau dengan penyakit jantung sebesar 33,3% dimana 81

orang dari 243 orang tua berusia diatas 50 tahun keatas (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,

yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Jumlah individu

yang mengalami hipertensi sering dijumpai pada orang yang berkulit hitam dibandingkan

dengan orang yang berkulit putih. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran

darah yang menyebabkan kenaikan tekanan diatas normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan jumlah keseluruhan kasus hipertensi

secara nasional mencapai 31,7% (Gunawan, 2013).

1.2 Rumusan masalah

Menurut uraian diatas, rumusan masalahnya “bagaimana hipertensi dapat terjadi pada

lansia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipertensi pada lansia

2. Untuk mengetahui gejala hipertensi pada lansia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Gerontik

2.2.1 Pengertian

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010).

Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan yang

disebut lansia adalah usia 60 tahun. Lanjut usia atau yang sering disebut dengan lansia,

merupakan bagian dari proses tumbuh kembang (Azizah, 2011).

Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan professional yang berdasarkan ilmu &

kiat keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual & cultural yang holistic ditujukan

pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok &

masyarakat.

2.2 Konsep Penyakit Gerontik

2.2.1 Etiologi hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung ataupun peningkatan tekanan perifer. Akan

tetapi, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya hipertensi:

1. Genetik: respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi

2. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi mengakibatkan tekanan darah

meningkat c. Stres karena lingkungan

3. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta adanya pelebaran

pembuluh darah. Pada individu lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya

perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku.

2.2.2 Patofisiologi

Mekanisme yang mengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak dan dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis

yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron pre-

ganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah.Dimana dengan dilepaskannyanoripenefrin mengakibatkan kontriksi

pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. Pada saat bersamaan ketika sistem saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

ikut terangsang. Medula adrenal menyekresi epinefrin ya ng menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya. Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pemepasan renin. Renin yang dilepaskan

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron dan korteks adrenal.

Hormon ini yang menyebabnkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Dan dari faktor tersebut cenderung

mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2013).

2.2.3 Klasifikasi hipertensi

Menurut American Heart Association(AHA)(2017) dalam jurnal Hypertension

Highlights 2017 : Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of

High Blood Pressure In Adults, menentukan batasan tekanan darah yang berbeda dari

sebelumnya. Tekanan darah pada orang dewasa diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Prahipertensi, di mana tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan diastolik

mencapai 80 – 89 mmHg. ...

2. Hipertensi tingkat 1, yaitu tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan diastolik 90 –

99 mmHg. ...
3. Hipertensi tingkat 2, yang ditandai dengan tekanan sistolik > 160 mmHg dan diastolik

> 100 mmHg.

2.2.4 PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat

a. Mengendalikan berat badan

Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk

menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)

mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram

natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan

kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok

Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok

diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja

jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.

e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol

darah tinggi.

f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.

Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan

darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress

Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara

menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita duga.

dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis seperti;

suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.

2. Terapi dengan obat

a. Penghambat saraf simpatis

Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga

mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,

dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg

(serpasil, Resapin).

b. Beta Bloker

Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya

menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),

atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).

c. Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor

Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg

(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat,

farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II

Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya


yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh : valsartan (diovan).

g. Diuretic

Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga

volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung

menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009;

Muttaqin, 2009).
A. PATAWAYS

UMUR JENIS GAYA HIDUP Obesitas


KELAMIN (alcohol, merokok,
(PR dan LK) konsumsi garam,
kurang olahaga )
Elastisitas ↓
arteriosklerosis

HIPERTENSI

Kerusakan pada vaskuler pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah

Gangguan sirkulasi

OTAK GINJAL PEMBULU RETINA


H DARAH

Spasme arteri
Vasokontraksi
Resistensi Suplai ole
pembuluh sistemik Koroner
pembuluh O2 otak darah ginjal
darah otak ↑ menurun
Diplopia
Vasoko Iskemi
Blood flow ↓ ntriksi moicard
Nyeri Ganggu
kepal an Resti injuri
a Ganggua perfusi
n pola jaringan Retensi Na Afterload ↑
Nyeri dada
tidur

Edema
Ansietas
Penurunan Intoleransi
curah aktifitas
jantung
3.1 Asuhan Keperawatan

3.1.1 Pengkajian:

1. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan, riwayat

keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat, penyakit

ginjal, terapi hormone kronis, gagal jantung, kehamilan.

2. Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

3. Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup

dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan

jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi

vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian

kapiler mungkin lambat/ bertunda.

4. Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress

multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda: letupan

suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka

tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

5. Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat

penyakit ginjal pada masa yang lalu).

6. Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi

garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir - akhir ini

(meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik. Tanda: berat badan normal

atau obesitas, adanya edema, glikosuria.

7. Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub

oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa

jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis). Tanda: status


mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir,

penurunan kekuatan genggaman tangan.

8. Nyeri/ketidaknyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan

jantung), sakit kepala.

9. Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,

dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda:

distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan.

(krakties/mengi), sianosis.

10. Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

3.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri kronis (Kepala) b.d tekanan emosional


2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

3.1.3 INTERVENSI HIPERTENSI

NO Dx SLKI SIKI
1 I Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
intervensi keperawatan Observasi
selama ... x 24 jam maka  Identifikasi lokal,
Tingkat nyeri Menurun karakteristik, durasi,frekuensi,
dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun(5)  Identifikasi pengetahuan dan
 Meringis menurun (5) keyakinan tentang nyeri
 Gelisah menurun (5)  Identifikasi pengaruh nyeri
 Kesulitan tidur menurun pada kualitas hidup
(5) Teraputik
 Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangan jenis dan sumbe
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik
2 II Setelah dilakukan Manajemen energy (I.05178)
intervensi keperawatan Observasi
selama ...x 24 jam maka  identifikasi gangguan fungsi
Toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
Meningkat dengan kriteria kelelahan
hasil :  monitor kelelahan fisik an
 frekuensi nadi emosional
meningkat (5)  monitor pola an jam tidur
 keluhan lelah  monitor lokasi dan
menurun (5) ketidaknyamanan selama
 tekanan darah melakukan aktifitas
membaik (5) Terapeutik
 seiakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
 lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
 berikan aktifitas distraksi
yang menyenangkan
 fasilitas duduk disisi tempat
tidur
Edukasi
 anjurkan tirah baring
 lakukan aktifitas secara
bertahap
 anjurkan menghubungi
perawata jika tanda dan
gejala kelelahan tiak
berkurang
 ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
BAB 1V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik alias

berlangsung terus menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba

melainkan melalui proses yang cukup lama.Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk

periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi.

(Lingga,2012).

Hipertensi adalah penyakit yang banyak terjadi pada orang terutama lansia, maka dari

itu saya sebagai mahasiswa mengambil masalah hipertensi untuk memenuhi tugas kuliah,

sebagai mana saya membuat laporan pendahuluan ini.

4.2 Saran

Untuk responden di harap melakukan mengenali faktor resiko hipertensi apa saja yang

menyebabkan penyakit hipertensi, kemudian berusaha untukmengurangi bahkan dapat

menghindari faktor faktor resikonya.

Untuk keluarga di harap keluarga mendampingi klien dengan cara mencegah faktor

yang dapat mengakibatkan klien bertambah sakit dan membuat klien sembuh.

Anda mungkin juga menyukai