2. Bahwa Objek Sengketa dikeluarkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, in casu
Menteri Keuangan. Hal ini terlihat jelas dari Kop Surat serta bagian tandatangan Objek
3. Bahwa bagian isi keputusan, jelas terlihat bahwa maksud dari Objek Sengketa adalah
Penetapan Atas Pengajuan Keberatan Atas Tagihan Kurang Bayar yang diajukan Star
4. Bahwa berdasarkan bagian judul dari isi keputusan Objek Sengketa, jelas terlihat bahwa
Objek Sengketa ditujukan kepada Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd., in casu
5. Bahwa Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. keberatan atas administratif yang
tertanggal 5 September 2016 Perihal Tagihan Kurang Setor Bagian Pemerintah Hasil
tertanggal 2 Desember 2016, Perihal: Pengajuan Keberatan Atas Tagihan Kurang Setor
Bagian Pemerintah Hasil Audit BPKP Tahun 2014 dan 2014 (Keberatan Atas Tagihan
Kurang Bayar);
7. Bahwa terhadap Keberatan Atas Tagihan Kurang Bayar tersebut kemudian Menteri
Keuangan mengeluarkan Objek Sengekta yang pada pokoknya menolak Keberatan Atas
1. Bahwa Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. merupakan bentuk usaha tetap yang
kepada PT Pertaminia Geothermal Energy (PGE). JOC tersebut telah disahkan dan
disetujui oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pertambangan dan Energi
(saat ini Menteri Enegeri dan Sumber Daya Mineral (Menteri ESDM)).
2. Bahwa kedudukan Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. untuk melakukan
kegiatan pengusahaan panas bumi berdasarkan JOC tersebut telah sesuai dengan
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1981 tentang Kuasa untuk melakukan Eksplorasi
dan Eksploitasi Sumber Daya Panas Bumi dan Penjualan Tenaga Panas Bumi Atau
Listrik Yang Dihasilkan dari Sumber Daya Panas Bumi, sebagaimana diubah dari waktu
3. Bahwa dalam Keppres 22/1981 mengatur bahwa Menteri ESDM memiliki kewenangan
untuk memberikan pedoman dan petunjuk pelaksanaan lebih lanjut atas kegiatan
Conctract).
b) Kerjasama antara PERTAMINA dan Kontraktor termaksud pada huruf (a) di atas
c) Kerjasama termaksud pada harus (a) di atas mulai berlaku sesudah disahkan
4. Bahwa Isi dan Ketentuan JOC tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertambangan dan Energi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1981 Tentang Pedoman
dan Syarat-Syarat Kerjasama Kontrak Operasi Bersama (Join Operation Contract) Antara
5. Bahwa meskipun pengusahaan panas bumi berdasarkan JOC di atas dilakukan sebelum
tersebut teap sah berlaku sampai berakhirnya masa kontrak sesuai dengan Pasal 78 (1)
8. Bahwa dalam ketentuan Pasal 16 ayat (2) UU PNBP dinyatakan bahwa penetapan kurang
bayar harus berdasarkan hasil pemeriksaan Instansi Pemeriksa (incasu LHA BPKP),
sebagai berikut :
dalam Pasal 9 ayat (2) disampaikan kepada Instansi Pemerintah untuk penetapan
jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang Wajib Bayar yang
bersangkutan”
9. Bahwa LHA BPKP pada Bab I Simpulan Hasil Audit halaman 3 dan 5, tercantum sebagai
berikut :
e. LHA BPKP Bab I butir 7 poin 2 (Temuan Hasil Audit Tahun 2013) :
f. “Atas kelebihan pembebanan biaya operasi tahun 2013 sebesar US$ 353.546.25
g. LHA BPKP Bab I butir 8 poin 2 (Temuan Hasil Audit Tahun 2014) :
10. Bahwa Karena tidak ada bagian atau komponen lain dari LHA BPKP yang menyatakan
bahwa Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. kurang setor SBP, dengan demikian,
untuk bagian Pemerintah adalah sebesar US$ 115,397.50 (seratus lima belas ribu tiga
ratus sembilan puluh tujuh dolar Amerika Serikat koma lima puluh sen) tahun 2013 +
US$ 598,498.93 (lima ratus sembilan puluh delapan ribu empat ratus sembilan puluh
delapan dolar Amerika Serikat koma sembilan puluh tiga sen) tahun 2014. Dengan
demikian, kalaupun benar jumlah total yang harus disetor berdasarkan LHA BPKP
hanya sebesar US$ 713,896.43 (tujuh ratus tiga belas ribu delapan ratus sembilan enam
11. Bahwa, secara kontradiktif dan tanpa ada pertimbangan, Menteri Keuangan
mengeluarkan Objek Sengketa yang menyatakan bahwa kurang bayar SBP adalah sebesar
US$ 1,249,563.30 (satu juta dua ratus empat puluh sembilan ribu lima ratus enam puluh
tiga dan tiga puluh sen dolar Amerika Serikat) (Jumlah Keberatan SBP Star Energy
j. 2014 : US$ 535,666.87 (lima ratus tiga puluh lima ribu enam ratus enam puluh
12. Bahwa Dengan demikian, terbukti bahwa Objek Sengketa tidak sesuai dengan LHA
13. Bahwa Objek Sengketa Melanggar Pasal 19 ayat (3) jo. Pasal 19 ayat 91) jo. Pasal 16
ayat (1) UU PNBP jo. Pasal 48 ayat (1) UU PTUN jo. Pasal 7 ayat (2) UU Administrasi
Pemerintahan.
14. Bahwa dalam Pasal 19 ayat (1) UU PNBP menyatakan bahwa Wajib Bayar untuk jenis
PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dapat mengajukan keberatan secara
tertulis atas penetapan jumlah PNBP yang Terutang dalam bahasa Indonesia kepada
Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dalam
15. Bahwa dalam Pasal 19 ayat (4) UU PNBP mengatur bahwa selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah surat keberatan diterima secara lengkap,
Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengeluarkan penetapan atas
keberatan.
16. Bahwa dalam pengaturan UU PNBP tersebut, dapat disimpulkan bahwa UU PNBP hanya
mengatur upaya administratif berupa keberatan terhadap Tagihan Kurang Bayar, dimana
keberatan tersebut diajukan dan diputuskan oleh Instansi Pemerintah yang mengeluarkan
suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan
Usaha Negara tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus diselesaikan
18. Bahwa Penjelasan Pasal 48 ayat (1) UU PTUN antara lain menjelaskan bahwa, dalam hal
penyelesaian Keputusan Tata Usaha Negara tersebut harus dilakukan sendiri oleh badan
atau pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan itu, maka prosedur yang
19. Bahwa Dalam perkara ini, Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. telah
mengajukan Keberatan atas Tagihan Kurang Bayar kepada DJA pada tanggal 1
Desember 2016 karena DJA adalah Instansi Pemerintah yang menerbitkan Tagihan
Kurang Bayar. Dengan demikian, Instansi Pemerintah yang harus memeriksa dan
20. Bahwa, penetapan atas keberatan tersebut dikeluarkan oleh Menteri Keuangan, padahal
21. Bahwa Dengan demikian, terbukti Menteri Keuangan telah melanggar Pasal 19 ayat (3)
jo. Pasal 19 ayat (1) jo. Pasal 6 ayat (1) UU PNBP jo. Pasal 48 ayat (1) UU PTUN jo.
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
ANALISIS HUKUM
Bahwa Menteri Keuangan Rrepublik Indonesia dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawab
hukum yang telah melanggar ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU PTUN, alasan-alasan yang dapat
KTUN.
c. KTUN yang digugat bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
(AAUPB).
Bahwa penjelasan yang lebih rinci atas pelanggaran-pelanggaran hukum sebagai berikut :
menagih dan/atau memungut PNBP yang terutang adalah instansi Pemerintah yang
berikut :
“Menteri dapat menunjuk Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau memungut
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang.”
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) UU PNBP lebih lanjut mengatur sebagai berikut :
“Kata dapat dalam ayat ini dimaksudkan, apabila undang-undang belum menunjuk
Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau memungut Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang terutang maka Menteri perlu menunjuk Instansi Pemerintah untuk tujuan
dimaksud.”
Pasal 1 angkat 7
menagih dan/atau memungut PNBP terhadap kegiatan usaha Panas Bumi yang
Keuangan hanya untuk menunjuk Instansi Pemerintah atau Lembaga Non Departemen
PNBP adalah ketentuan Pasal 2 jo. Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PP Pemeriksaan
“Pimpinan Instansi Pemerintah adalah Menteri Teknis atau Pimpinan Lembaga Non
Departemen”
- Faktanya, dalam perkara ini, yang meminta pemeriksaan SBP Star Energy Geothermal
Wayang Windu Ltd. periode 2013-2014 adalah Menteri Keuangan berdasarkan Surat
Oktober 2015, perihal Permintaan Audit atas Kewajaran Setoran Bagian Pemerintah
- Oleh karena itu, tindakan Menteri Keuangan untuk meminta pemeriksaan kepada BPKP
- Karena tegas bahwa Objek Sengketa telah cacat formil sejak dari awal mengingat
PNBP Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd., maka tindakan Menteri Keuangan
WINDU LTD.
Keuangan juga tidak berwenang untuk kemudian menetapkan lebih atau kurangnya
dimaksud. Sesuai dengan Pasal 18 jo. Pasal 1 angka 5 PP Pemeriksaan PNBP, laporan
hasil pemeriksaan terhadap wajib bayar adalah dasar bagi Pimpinan Instansi Pemerintah
untuk menerbitkan surat ketetapan jumlah PNBP terutang atau surat tagihan. Adapun
(1) Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap Wajib Bayar disampaikan oleh Pimpinan
Instansi Pemeriksa kepada Pimpinan Instansi Pemerintah
(2) Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
digunakan Pimpinan Instansi Pemerintah sebagai dasar penerbitan surat
ketetapan jumlah PNBP yang Terutang atau surat tagihan atau untuk tujuan lain
dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.
“Pimpinan Instansi Pemerintah adalah Menteri Teknis atau Pimpinan Lembaga Non
Departemen.”
- Pada faktanya, Tagihan Kurang Bayar diterbitkan oleh Menteri Keuangan, dan bukan
- Oleh karena itu, tindakan Menteri Keuangan menerbitkan Tagihan Kurang Bayar jelas-
perundang-undangan.
- Bahwa dalam ketentuan Pasal 16 ayat (2) UU PNBP dinyatakan bahwa penetapan
kurang bayar harus berdasarkan hasil pemeriksaan Instansi Pemeriksa (incasu LHA
“Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) terhadap Wajib
Bayar untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2) disampaikan kepada Instansi Pemerintah untuk penetapan jumlah
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang Wajib Bayar yang bersangkutan”
“Dalam hal ini Instansi Pemerintah menetapkan jumlah Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Terutang berdasarkan hasil pemeriksaan”
- Bahwa LHA BPKP pada Bab I Simpulan Hasil Audit halaman 3 dan 5, tercantum
sebagai berikut :
LHA BPKP Bab I butir 7 poin 2 (Temuan Hasil Audit Tahun 2013) :
“Atas kelebihan pembebanan biaya operasi tahun 2013 sebesar US$ 353.546.25
belum dihitung dan disetor;
Bagian Pemerintah sebesar US$ 115,397.50…”
LHA BPKP Bab I butir 8 poin 2 (Temuan Hasil Audit Tahun 2014) :
- Karena tidak ada bagian atau komponen lain dari LHA BPKP yang menyatakan bahwa
Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. kurang setor SBP, dengan demikian,
untuk bagian Pemerintah adalah sebesar US$ 115,397.50 (seratus lima belas ribu tiga
ratus sembilan puluh tujuh dolar Amerika Serikat koma lima puluh sen) tahun 2013 +
US$ 598,498.93 (lima ratus sembilan puluh delapan ribu empat ratus sembilan puluh
delapan dolar Amerika Serikat koma sembilan puluh tiga sen) tahun 2014. Dengan
demikian, kalaupun benar jumlah total yang harus disetor berdasarkan LHA BPKP
hanya sebesar US$ 713,896.43 (tujuh ratus tiga belas ribu delapan ratus sembilan
- Namun demikian, secara kontradiktif dan tanpa ada pertimbangan, Menteri Keuangan
mengeluarkan Objek Sengketa yang menyatakan bahwa kurang bayar SBP adalah
sebesar US$ 1,249,563.30 (satu juta dua ratus empat puluh sembilan ribu lima ratus
enam puluh tiga dan tiga puluh sen dolar Amerika Serikat) (Jumlah Keberatan SBP
Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd.) dengan rincian sebagai berikut :
a. 2013 : US$ 713,896.43 (tujuh ratus tiga belas ribu delapan ratus sembilan puluh
c. Dengan demikian, terbukti bahwa Objek Sengketa tidak sesuai dengan LHA
2. Objek Sengketa Melanggar Pasal 19 ayat (3) jo. Pasal 19 ayat 91) jo. Pasal 16 ayat
(1) UU PNBP jo. Pasal 48 ayat (1) UU PTUN jo. Pasal 7 ayat (2) UU Administrasi
Pemerintahan
- Bahwa Pasal 19 ayat (1) UU PNBP menyatakan bahwa Wajib Bayar untuk jenis PNBP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dapat mengajukan keberatan secara
tertulis atas penetapan jumlah PNBP yang Terutang dalam bahasa Indonesia kepada
Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah surat keberatan diterima secara lengkap,
atas keberatan.
dimana keberatan tersebut diajukan dan diputuskan oleh Instansi Pemerintah yang
- Bahwa selain itu, Pasal 48 ayat (1) UU PTUN menyatakan bahwa dalam hal suatu
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa
Tata Usaha Negara tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus
- Bahwa Penjelasan Pasal 48 ayat (1) UU PTUN antara lain menjelaskan bahwa, dalam
hal penyelesaian Keputusan Tata Usaha Negara tersebut harus dilakukan sendiri oleh
badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan itu, maka
- Bahwa dalam perkara ini, Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. telah
mengajukan Keberatan atas Tagihan Kurang Bayar kepada DJA pada tanggal 1
Desember 2016 karena DJA adalah Instansi Pemerintah yang menerbitkan Tagihan
Kurang Bayar. Dengan demikian, Instansi Pemerintah yang harus memeriksa dan
- Dengan demikian, terbukti Menteri Keuangan telah melanggar Pasal 19 ayat (3) jo.
Pasal 19 ayat (1) jo. Pasal 6 ayat (1) UU PNBP jo. Pasal 48 ayat (1) UU PTUN jo.
Pemerintah
- Bahwa Pasal 55 ayat (1) UU Administrasi Pemerintahan menyatakan bahwa setiap
keputusan harus diberi alasan pertimbangan yuridis, sosiologis dan filosofis yang
- Namun demikian, ayat (2) dari Pasal tersebut mengatur bahwa pemberian alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperlukan jika keputusan tersebut diikuti
penjelasan yang menguraikan alasan penetapan Keputusan sampai ke hal yang bersifat
memuat pertimbangan yuridis, sosiologis dan filosofis yang menjadi dasar penetapan
dasar wewenang (dasar Penunjukan) untuk menetapkan Tagihan Kurang bayar dan
“Apabila terdapat bukti baru yang diajukan oleh Wajib Bayar sebelum
dikeluarkannya penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Instansi Pemerintah dapat meminta Instansi Pemeriksa untuk melakukan penelaahan
dan penghitungan kembali”
- Berdasarkan ketentuan di atas, Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. dapat
mengajukan bukti baru pada saat proses pengajuan Keberatan atas Tagihan Kurang
Bayar.
- Dengan merujuk kepada ketentuan di atas, Star Energy Geothermal Wayang Windu
Ltd. sudah mengajukan Surat Penyampaian Bukti Baru pada tanggal 24 Januari 2018.
- Pada tanggal 26 Januari 2018, Menteri Keuangan mengeluarkan Objek Sengketa yang
pada pokoknya menolak keberatan yang diajukan Star Energy Geothermal Wayang
Windu Ltd., tanpa mempertimbangkan Surat Penyampaian Bukti Baru pada saat
penolakan atas penyampaian bukti baru pada tanggal 2 April 2018 melalui suratnya
Sengketa.
- Dengan demikian, Menteri Keuangan terbukti melanggar Pasal 6 ayat (4) PP
Keberatan PNBP.
Karena Tidak Konsisten Dengan LHA BPKP Dan Tanpa Memperhatikan Hak-Hak
Yang Dimiliki Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. Berdasarkan JOC
kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut,
kewenangan.
- Selain tidak berwenang untuk memeriksa PNBP Star Energy Geothermal Wayang
Windu Ltd., terlebih menetapkan Objek Sengketa, Menteri Keuangan juga tidak
memahami cara penghitungan jumlah SBP Star Energy Geothermal Wayang Windu
Ltd. di bidang panas bumi, hal mana menjadi memprihatinkan karena memang sudah
sebagai berikut.
menyatakan bahwa Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. kurang bayar SBP
untuk periode 2013-2014 sebesar US$ 1,249,563.30 (satu juta dua ratus empat puluh
sembilan lima ratus enam puluh tiga dan tiga puluh dolar Amerika Serikat) (Jumlah
Keberatan SBP Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd.). Adapun salah satu
komponen dari jumlah tersebut adalah pembebanan biaya kantor pusat atau parent
- Sedangkan hasil LHA BPKP, sebagaimana diuraikan di atas hanya sebesar US$
713,896.43 (tujuh ratus tiga belas ribu delapan ratus sembilan enam dan empat puluh
- Adapun salah satu komponen dari jumlah tersebut adalah karena Menteri Keuangan
Geothermal Wayang Windu Ltd. sebagai beban Biaya Operasi dan menerjemahkannya
sendiri sebagai tambahan kurang bayar SBP sebesar US$ 535,666.72 (lima ratus tiga
puluh lima ribu enam ratus enam puluh enam dan delapan puluh tujuh sen dolar
Amerika Serikat).
- Padahal dalam uraian mengenai pembebanan PCO tersebut, BPKP dalam LHA pada
berdasarkan metodologi dan detailed study yang disetujui oleh PGE, namun hingga
- Dengan demikian, LHA BPKP telah mengakui bahwa keabsahan atas pembebanan
biaya PCO sebagai Biaya Operasi adalah bergantung pada persetujuan dari PGE,
- Pada faktanya, LHA BPKP tidak menyatakan bahwa terdapat kurang setor SBP Star
menyatakan bahwa biaya PCO tidak dapat dibebankan kedalam Biaya Operasi.
Geothermal Wayang Windu Ltd. kurang bayar sebesar US$ 1,249,563.30 (satu juta
dua ratus empat puluh sembilan ribu lima ratus enam puluh tiga dan tiga puluh sen
dolar Amerika Serikat) dengan turut membebankan jumlah PCO meskipun dalam
LHA BPKP tidak dinyatakan bahwa pembebanan biaya PCO menyebabkan kurang
hitung dan setor SBP. Padahal, wewenang Menteri Keuangan dalam kaitannya dengan
- Dalam hal ini, penerbitan Objek Sengketa semata-mata hanya agar Star Energy
Geothermal Wayang Windu Ltd. menyetorkan jumlah PNBP yang lebih banyak
dengan pengurangan Biaya Operasi yang lebih rendah. Tindakan tersebut merupakan
jelas dan tegas diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Pemeriksaan PNBP, yang pada pokoknya
menyatakan bahwa tujuan pemeriksaan terhadap wajib bayar. Bahwa Star Energy
Geothermal Wayang Windu Ltd. adalah untuk memastikan bahwa PNBP yang
memenuhi persentase PNBP yang harus dibayar Star Energy Geothermal Wayang
Windu Ltd. yakni 34% dari NOI, bukan malah menghitung komponen pembebanan
Biaya Operasi Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. dan menetapkan jumlah
tetap PNBP.
- Beban biaya PCO tidak dapat dibebankan sebagai Biaya Operasi, hanya jika dapat
dibuktikan bahwa biaya PCO tersebut tidak terkait dengan kegiatan pengusahaan
panas bumi Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. – hal mana tidak pernah
dibuktikan baik melalui LHA BPKP ataupun oleh Star Energy Geothermal Wayang
Windu Ltd..
2. Objek Sengketa Melanggar Asas Kecermatan Karena Penghitungan Menteri
Keuangan Atas SBP Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. Tidak
- Pada tahun 2013 dan 2014, BPKP menyatakan bahwa Star Energy Geothermal
Wayang Windu Ltd. telah membebankan biaya PCO tanpa didukung oleh
- Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. menegaskan bahwa segala biaya yang
dibebankan sebagai PCO dimaksud telah sesuai dengan ketentuan JOC dan WP&B
yang telah disetujui oleh PGE. Terlebih lagi, basis perhitungan yang menjadi acuan
pembebanan biaya PCO juga sudah disampaikan oleh Star Energy Geothermal
Wayang Windu Ltd. kepada PGE pada 12 Agustus 2011 melalui surat Star Energy
Penyampaian Basis Perhitungan Biaya Parent Company Overhead pada Revisi WP&B
- Oleh karenanya, dengan adanya metode pembebanan dan detailed study yang telah
diberikan oleh Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. dan kemudian dengan
adanya WP&B setiap tahun yang disetujui oleh PGE, maka jelas bahwa pembayaran
PNBP yang dilakukan Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. untuk periode
- Apabila PGE tidak pernah memberikan persetujuan atas pembebanan PCO sebagai
Biaya Operasi (quod non), maka tidak mungkin ada persetujuan atas WP&B Star
Energy Geothermal Wayang Windu Ltd.. Dengan kata lain, adanya persetujuan atas
WP&B tersebut sudah membuktikan adanya persetujuan dari PGE atas pembebanan
- Pada faktanya, PGE telah menyetujui WP&B Star Energy Geothermal Wayang Windu
Ltd. melalui surat Persetujuan WP&B PGE baik untuk tahun buku 2013 dan 2014,
ataupun untuk WP&B tahun-tahun sebelum itu ataupun setelah itu. Bahkan untuk
tahun buku 2015, BPKP dengan tegas menyatakan bahwa pembebanan biaya PCO
dokumen administratif dan tidak serta merta menolak keabsahan pembebanan biaya
tersebut.
- Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan dan dibuktikan
bahwa pembebanan biaya PCO sebesar US$ 740.069,29 (tujuh ratus empat puluh ribu
enam puluh sembilan dolar Amerika Serikat koma dua puluh sembilan sen) untuk
tahun 2013 dan US$ 835,421.07 (delapan ratus tiga puluh lima ribu empat ratus dua
puluh satu dan nol sen dolar Amerika Serikat) untuk tahun 2014 telah sesuai dengan
ketentuan JOC sehingga dapat dibebankan sebagai Biaya Operasi, yang mana hal ini
tidak dipahami oleh Menteri Keuangan yang memang tidak berwenang untuk
3. Objek Sengketa Bertentangan Dengan Asas Kecermatan Karena LHA BPKP Tidak
informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau
- Dalam perkara a quo, fakta bahwa ketentuan mengenai persetujuan atas WP&B
Operasi mana saja yang disetujui untuk masa periode operasi tahun 2013-2014 telah
dituangkan dalam JOC dan/atau persetujuan WP&B untuk tahun yang bersangkutan.
- Namun demikian, Menteri Keuangan secara tidak cermat menerbitkan Objek Sengketa
tanpa secara cermat memahami isi LHA BPKP dimana BPKP juga tidak menetapkan
jumlah kurang stor SBP diakibatkan PCO dan tidak mempertimbangkan keberadaan
JOC yang sebenarnya telah menetapkan cara penghitungan Biaya Operasi yang
dalam melakukan pemeriksaan dan penerbitan LHA terhadap Star Energy Geothermal
Wayang Windu Ltd., penerbitan Objek Sengketa merupakan tindakan TUN yang
bahwa asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan ketentuan peraturan perundang-undangan, kepatutan, keajegan dan keadilan
- Dalam hal ini, Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. merujuk kepada
ketentuan dictum keempat huruf a dari Keppres 22/1981 yang mengatur sebagai
berikut :
22/1981 sejatinya termaktub dalam ketentuan-ketentuan dalam JOC. Hal mana dapat
dibuktikan dengan disahkannya JOC oleh Menteri Pertambangan dan Energi pada saat
itu yaitu Ir. Sudjana yang menandatangani pengesahan JOC atas nama Pemerintah
Republik Indonesia di lembar halaman tanda tangan yang sama dengan para pihak
dalam JOC.
kegiatan usaha panas bumi, namun juga tata cara penghitungan pembebanan Biaya
Operasi yang dalam perkara ini dipermasalahkan oleh Menteri Keuangan sebagai
faktor kurang bayar SBP Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. tahun 2013 dan
2014.
- Lebih lanjut, JOC sebagaimana disahkan oleh Pemerintah tersebut secara tegas
menjamin hak Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. untuk membebankan
biaya PCO sebagai beban Biaya Operasi setelah adanya persetujuan dari
- Terlebih lagi, keberlakukan JOC juga dikukuhkan dengan ketentuan Pasal 41 Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (UU 27/2003) sebagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku terkait panas bumi saat itu, ketentuan mana juga
secara tegas diatur kembali dalam Pasal 78 ayat (1) huruf b UU Panas bumi yang kami
kutip berikut :
Pasal 41 UU 27/2003
“pada saat undang-undang ini berlaku, semua kontrak kerja sama pengusahaan
sumber daya panas bumi yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang ini,
dinyatakan tetap berlaku samapai berakhirnya masa kontrak;
- Sehingga dengan demikian, JOC yang berlaku sebagai pedoman dan petunjuk serta
syarat yang ditetapkan oleh Menteri Teknis/Lembaga Non Departemen (in casu
Menteri Pertambangan dan Energi) sebagai panduan dalam pelaksanaan pekerjaan
kegiatan panas bumi yang mencakup namun tidak terbatas pada tata cara perhitungan
- Pada faktanya, selain dari apa yang telah tegas diatur dalam JOC, Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral tidak memberikan pedoman dan petunjuk mengenai biaya-biaya
yang tidak dapat dibebankan sebagai beban Biaya Operasi, in casu biaya PCO.
- Akan tetapi, dalam penerbitan Objek Sengketa, Menteri Keuangan tidak hanya
mengabaikan LHA BPKP namun juga tidak memedulikan keberadaan JOC yang telah
secara hukum disahkan oleh pihak perwakilan yang sah dari Pemerintah Republik
Indonesia sebagai pedoman yang berlaku dalam menghitung SBP Star Energy
- Terlebih lagi, semenjak Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. pertama kali
PCO dalam penghitungan SBP Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. tidak
permasalahan dalam perhitungan SBP Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd.
- Baru pada 2013 dan 2014, Menteri Keuangan secara sewenang-wenang dan tiba-tiba
kepastian hukum atas kegiatan pengusahaan panas bumi yang dilakukan oleh Star
Energy Geothermal Wayang Windu Ltd.. Sebagai pelaku usaha, pengakuan atas asas
kepastian hukum menjadi sangat penting karena dengan tidak dihormatinya kepastian
dilakukan oleh Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd.. Hal ini tentu dapat
- Oleh karena itu, jelas bahwa penerbitan objek sengketa oleh Menteri Keuangan
- Bahwa Pasal 10 ayat (2) UU Administrasi Pemerintah mengatur bahwa terdapat asas
umum pemerintahan yang baik yang bersumber dari putusan Pengadilan Negeri yang
tidak dibanding, atau putusan Pengadilan Tinggi yang tidak dikasasi atau putusan
Mahkamah Agung.
- Dalam doktrin yang dikukuhkan dengan yurisprudensi, dikenal asas pengharapan yang
wajar, yakni asas yang menghendaki agar tindakan administrasi negara dapat
Geothermal Wayang Windu Ltd. merujuk kepada yurisprudensi Putusan Centrale Read
Van Beroep tertanggal 13 Januari 1959 dimana seorang Pegawai Negeri Sipil yang dinas
luar kota dengan menggunakan mobil pribadi meminta penggantian biaya atas pemakaian
mobil tersebut. Beberapa waktu kemudian diketahui bahwa hal itu tidak diperbolehkan,
sehingga kantor meminta kembali uang yang telah dibayarkan. Keputusan dimaksud
- Bahwa dalam perkara ini, faktanya pembebanan tentang apa saja yang dapat dibebankan
sebagai Biaya Operasi telah disetujui oleh PGE melalui mekanisme persetujuan WP&B
tahunan yang disiapkan oleh Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. sebelum
dimulainya tahun buku berikutnya. Persetujuan terhadap setiap WP&B tahunan dari PGE
- Meskipun Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. telah mendapat persetujuan dari
PGE atas WP&B tahun buku 2013 dan 2014, Menteri Keuangan tetap saja menerbitkan
Objek Sengketa dan karenanya tidak menghormati persetujuán WP&B. Padahal, Star
Energy Geothermal Wayang Windu Ltd. telah melaksanakan semua pekerjaan seuai
dengan rencana pembebanan biaya yang telah disetujuinnya WP&B. Star Energy
Geothermal Wayang Windu Ltd. juga telah menerapkan prosedur, pendekatan dan
metodologi yang konsisten dari tahun ke tahun dalam proses persetujuan pembebanan
KESIMPULAN
1. Bahwa Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-13/MK.2/2018 Tahun 2018
yang telah dikeluarkan tersebut dikeluarkan tanpa ketelitian yang mendalam dan melanggar
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi, konsekwensi hukum Surat keputusan tersebut
adalah batal demi hukum atau dapat dibatalkan karena kelahiran keputusan Menteri Keuangan