Surabaya
ABSTRAK
Membaca merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang tertulis. Namun sangat
disayangkan karena menurut jurnal nasional, yang terbit pada Jumat 27 September 2013, bahwa budaya baca
masyarakat di Indonasia masih terbilang rendah. UNESCO mencatat bahwa pada 2012 indeks minat membaca
Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, hanya 1 dari setiap 1.000 orang yang mempunyai minat baca di Indonesia.
Masyarakat kita lebih terbiasa untuk mendengar, berbicara dan bertanya daripada membaca. Pengunjung Perpustakaan
Nasional dan Perpustakaan Daerah di seluruh Indonesia sendiri relatif rendah dan diantaranya hanya ada 10% hingga
20% yang meminjam buku. Salah satu faktor yang sangat lekat dengan kita sekarang ini ialah semakin berkembangnya
teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat sekarang, dimana masyarakat dimanjakan dengan mudahnya
mengakses informasi dengan adanya gadget ditambah dengan jaringan internet. Di samping itu, media elektronik yang
ada kini menawarkan berbagai hiburan yang lebih menarik perhatian dan waktu namun tidak semuanya bermutu. Faktor
utamanya ialah perpustakaan di Indonesia cenderung konventional, sedangkan UU No. 43 Tahun 2007 pasal 3
menyatakan bahwa sudah seharusnya sebuah perpustakaan memiliki fungsi rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan
dan keberdayaan bangsa. Maka dari itu perlu adanya terobosan desain yang memenuhi fungsi perpustakaan seharusnya
dan sesuai dengan gaya hidup masyarakat sekarang ini sehingga meningkatkan minat baca serta minat berkunjung.
Melalui analisa data yang dengan metode deskriptif naratif, dimana terdapat 3 alur yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan/verifikasi yang merujuk pada tujuan yang kemudian menjadi dasar munculnya tema Urban
Lifestyle dan konsep Urban Lifestyle in Urban Style. Urban Lifestyle yang dimaksud berkaitan dengan konsumsi ruang-
ruang baru yang juga berarti aktifitas-aktifitas baru. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa poin penting untuk
perpustakaan berkonsep Urban Lifestyle ialah mengakomodasi berbagai aktifitas. Dengan demikian muncullah desain
perpustakaan yang beracuan sebagai mixed use building.
tenaga pendidik (guru, dosen, kiyai). Penelitian Maka disinilah dibutuhkan peranan dari
oleh Loehoer Widjajanto dkk (2007) menyatakan perpustakaan dengan desain yang sesuai dengan
bahwa guru-guru di Surakarta, Cilacap dan gaya hidup urban yang ada sekarang ini, serta
Grobogan hanya 4,6% yang memanfaatkan desain yang dapat mengembalikan fungsi rekreatif
fasilitas perpustakaan daerah (kabupaten, pada perpustakaan sehingga meningkatkan minat
kecamatan, kelurahan, dll), 36,9% kadang-kadang baca sejak dini dan minat berkunjung seluruh
dan 58,5% guru tidak pernah memanfaatkan lapisan masyarakat jaman sekarang khususnya di
perpustakaan. Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab Dengan harapan dapat meningkatkan kualitas
rendahnya minat baca, selain memang tidak bangsa Indonesia sendiri melalui peningkatan
terbiasanya masyarakat kita untuk mengajarkan IPM.
budaya membaca sejak dini. Salah satu faktor lain 1.2. Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat.
yang sangat lekat dengan kita sekarang ini ialah Rumusan Masalah:
dikarenakan semakin berkembangnya teknologi 1) Bagaimana menarik minat pengunjung ke
dan perubahan gaya hidup masyarakat sekarang, perpustakaan melalui pengembalian fungsi
dimana masyarakat dimanjakan dengan rekreasi dari perpustakaan?
mudahnya mengakses informasi dengan adanya 2) Bagaimana rancangan suatu perpustakaan
gadget ditambah dengan jaringan internet. Di yang sesuai dengan Urban Lifestyle yang ada
samping itu, media elektronik yang ada kini sekarang ini dan dapat mewadahi kebutuhan
menawarkan berbagai hiburan yang lebih menarik dari berbagai kalangan, mulai dari anak-
perhatian dan waktu namun tidak semuanya anak, remaja hingga orang dewasa?
bermutu (Kompasiana. 2012, April 16). Tujuan dan Manfaat
Untuk memenuhi peranan perpustakaan Perencanaan dan perancangan perpustakaan
sesuai dengan yang tertera di dalam UU No. 43 ini bertujuan untuk mewujudkan desain
Tahun 2007 tentang perpustakaan, perpustakaan perpustakaan di daerah Surabaya yang dapat
kini seharusnya tidak hanya memberikan layanan mewadahi kebutuhan kegiatan masyarakat urban
yang konventional. UU No. 43 Tahun 2007 pasal dewasa ini dan dapat diperuntukkan bagi siapa
3 menyatakan bahwa sudah seharusnya sebuah saja. Melalui perencanaan dan perancangan ini
perpustakaan memiliki fungsi rekreasi untuk juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah
meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan satu sumbangan ide dalam perkembangan dunia
bangsa. pendidikan sekaligus sumbangan ilmu dan
Di samping itu, angka melek huruf telah pengetahuan khususnya mengenai perencanaan
dijadikan salah satu indicator untuk menentukan dan perancangan perpustakaan.
Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Human 1.3. Studi Literatur
Development Index (HDI) oleh United Nation Berdasarkan UU No. 43 Tahun 2007,
Development Programme yang fungsinya untuk pasal 3 menyatakan perpustakaan berfungsi
menentukan kualitas bangsa. Berdasarkan data sebagai wahana pendidikan, penelitian,
tahun 2004, Indonesia berada di perikat 112 dari pelestarian, informasi dan rekreasi untuk
174. Jawa Timur berada di urutan 24 dari 33 mengingkatkan kecerdasan dan keberdayaan
provinsi saat itu (Kompas. 2004, November 6).
bangsa. Menurut Hasugian (2009) fungsi
Sedangkan pada 2014 lalu Jawa Timur menempati
perpustakaan secara umum yaitu: (1)
urutan 18. Walaupun berada pada posisi yang
Penyimpanan, (2) Pendidikan, (3) Penelitian, (4)
lebih baik namun IPM yang dimiliki Jawa Timur
Informasi, (5) Kultural, (6) Fungsi Rekreasi.
(68,14) masih berada di bawah rata-rata nasional
Sedangkan menurut Darmono (2007) fungsi dari
(68,90) dan masih lebih kecil bila dibandingkan
suatu perpustakaan dapat diuraikan menjadi: (1)
dengan provinsi-provinsi lainnya yang ada di
Fungsi Informasi, (2) Fungsi Pendidikan, (3)
Jawa terutama dari DIY (76,81) dan DKI (78,39)
Fungsi Kebudayaan, (4) Fungsi Rekreasi, (5)
(Badan Pusat Statistik).
Fungsi Penelitian, (6) Fungsi Deposit.
Sehingga dapat dikatakan fungsi pengunjung yaitu penataan perabot yang efisien
perpustakaan pada umumnya yaitu: sehingga mendukung aktivitas baik pengunjung
1) Fungsi penyimpanan, perpustakaan maupun pengelola, khususnya dalam ruang baca,
berfungsi untuk meyimpan koleksi ruang referensi dan ruang penyimpanan yang
(informasi) karena tidak mungkin semua merupakan pusat aktivitas dari sebuah
koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan. perpustakaan. Berikut adalah standar penataan
2) Fungsi informasi, perpustakaan berfungsi ruang berdasarkan ketentuan dari IFLA
menyediakan berbagai informasi untuk
masyarakat.
3) Fungsi pendidikan, perpustakaan berfungsi
sebagai tempat dan penyedia sarana untuk
belajar baik dilingkungan formal maupun
nonformal.
4) Fungsi rekreasi, perpustakaan berfungsi
sebagai penyedia rekreasi kultural bagi
masyarakat dengan membaca dan mengakses
berbagai sumber informasi hiburan seperti:
novel, cerita rakyat, puisi dan sebagainya.
5) Fungsi kultural, perpustakaan berfungsi
Gambar 1. Jarak Minimum Pada Area
untuk mendidik dan mengembangkan
Penyimpanan
apresiasi budaya masyarakat melalui
(Sumber: Planning and Design of Library
berbagai aktivitas, seperti: pameran,
Building)
pertunjukan, bedah buku, mendongeng,
seminar dan sebagainya.
Aspek lain yang tidak kalah penting ialah
Baik perpustakaan besar maupun kecil,
kapasitas. Kapasitas yang dimaksudkan tidak
secara garis besar ruang-ruang yang ada di
hanya kapasistas yang berhubungan dengan daya
dalamnya dapat dikategorikan menjadi lima
tampung akan pemustaka namun juga atas koleksi
kategori yang meliputi: (1) buku, (2) pembaca, (3)
yang dimiliki. Berdasarkan Standar Nasional
pegawai, (4) pertemuan, (5) mekanikal dan
Perpustakaan yang dikeluarkan oleh Perpustakaan
penunjang. Beberapa ruang yang secara umum
Nasional RI pada tahun 2011, jumlah judul
ada dalam perpustakaan adalah sebagai berikut:
koleksi perpustakaan sekurang-kurangnya 0,015
(1) Ruang Masuk; (2) Ruang Rujukan; (3) Ruang
per kapita dikalikan jumlah penduduk di wilayah
Belajar/Baca; (4) Ruang Penyimpanan Koleksi
kabupaten/kota.
(buku, majalah dan bahan informasi lainnya); (5)
Ruang Referensi (slide, mikro film, peta, film,
foto); (6) Ruang Peragaan; (7) Ruang Kerja
Pegawai dan Kantor Kepala Perpustakaan; (8)
Ruang Pertemuan; Diskusi atau Ceramah; (9)
Ruangan mekanikal. Ruang-ruang yang ada dapat
ditambahkan dengan ruang lain tergantung dari
jenis pelayanan atau fungsi yang ada.
Salah satu sasaran perancangan kali ini yaitu
meningkatkan minat baca dan berkunjung, di
samping itu perpustakaan juga merupakan
fasilitas umum yang diperuntukan untuk melayani Gambar 2. Jarak Minimum Pada Ruang Baca
masyarakat. Maka dari itu selain koleksi yang (Sumber: Planning and Design of Library
dimiliki aspek kenyamanan menjadi salah satu Building)
aspek utama yang perlu diperhatikan. Salah satu
hal penting untuk mencapai kenyamanan
Standar kapasitas pemustakan juga terdapat perilaku ruang perkotaan dikategorikan sebagai
dalam Standar Nasional Perpustakaan (SNP). kebiasaan.
Berdasarkan SNP, luas gedung perpustakaan Carmona (2003), hubungan antara budaya
adalah sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dan lingkungan merupakan proses dua arah. Dari
dikalikan jumlah penduduk dan dilengkapi atau waktu ke waktu, pilihan seseorang menciptakan
difasilitasi sarana kepentingan umum seperti budaya lokal yang berbeda, membentuk dan
toilet, dan area parkir. Ruang perpustakaan memperkokoh lingkungannya, kemudian menjadi
sekurang-kurangnya terdiri dari ruang koleksi, simbol di dalamnya. Pilihan-pilihan itu didasari
ruang baca, ruang kepala, ruang staf, ruang oleh berbagai hal seperti kemampuan membayar;
pengelola, ruang serba guna, area public (mushola hambatan dan peluang yang ditawarkan oleh iklim
dan toilet tidak berada di dalam ruang koleksi). lokal; ketersediaan dan biaya teknologi dan
Selain luas lantai, jumlah tempat duduk yang sumberdaya.
tersedia juga merupakan suatu hal yang perlu Fu Tuan (1974), gaya hidup orang
diperhitungkan untuk mencapai kenyamanan akan merupakan hasil dari ekonomi, sosial dan aktivitas
kapasitas pemustaka. mereka. Hal tersebut memunculkan suatu pola
keruangan, bentuk arsitektural dan pemilihan
Tabel 1. Standar Koleksi Perpustakaan material yang saling melengkapi, yang kemudian
Kabupaten/Kota Menurut SNP mempengaruhi pola aktivitas.
(Sumber: Standar Nasional Perpustakaan) Zukin (1988) menyatakan bahwa arti dari
Jumlah Penduduk Jumlah Koleksi gaya hidup perkotaan adalah pencarian modal
No
(Jiwa) (Judul)
kebudayaan (cultural capital) yang
1 < 200.000 5.000
2 200.000-300.000 7.500
menumbuhkan tingkat konsumsi ruang-ruang
3 300.000-400.000 10.000 baru, seperti restoran dan coffe bar. Selain itu juga
Dst (kelipatan Penambahan turut tumbuh komplek ritel, umbul periklanan,
4 pembangunan real estate dan hiburan.
100.000) 2.500 judul
Gaya hidup adalah bentuk penampilan
Tabel 2. Bassnet: Rekomendasi Singkat (Tempat (representasi) luar yang menandai identitas
Duduk) (individual) tertentu dalam konteks hidup sosial
(Sumber: Planning and Design of Library budaya publik (Susanto, 2005). Gaya hidup
Builing) sebagai identitas seseorang mengindikasikan
bahwa setiap orang memiliki kebebasannya
Jumlah Tempat Tempat Tempat
Kelompok
Tempat
Duduk
Duduk
Pribadi
Duduk
Belajar
Kursi
Panjang
Tempat
Duduk
Duduk
Ruang
sendiri untuk memilih perilaku yang menjadi gaya
Populasi per
1000 Persentase
Auditor
ium
Ceramah
dan
hidupnya. Perilaku ini muncul karena adanya
100.000-
populasi Pertemuan
hubungan antar individu. Seperti yang dinyatakan
3-4 5 75 20 200-300 50-100
200.000
200.000-
2.5-3 5 80 15 250-500 100-200
oleh Clark (1985), bahwa sekelompok individu
400.000
400.000-
2-2.5 5 80 15 300-600 200-300
yang hidup bersama dalam suatu bagian kota
700.000
700.000 ke
1.5-2 5 80 15 400-600 200-600
dengan perbedaan latar belakang akan
atas
membentuk suatu perilaku sosial dan kebiasaan
baru, hal itu menjadi pangkal munculnya urban
Gaya hidup urban diceritakan secara berbeda
lifestyle.
oleh beberapa sumber. Pahl dalam Clark (1996),
Berdasarkan teori-teori tersebut maka dapat
gaya hidup (lifestyle) lebih merujuk pada suatu
disimpulkan gaya hidup perkotaan (Urban
fungsi dari pilihan individu dibandingkan dengan
Lifestyle) adalah kebiasaan dari sekelompok
penentuan lokasi dimana pilihan itu sendiri
individu hasil dari pilihan-pilihan individu
merupakan fungsi turunan dari latar belakang tiap
tersebut berdasarkan latar belakang ekonomi,
individu yang didasari oleh posisinya dalam
sosial dan aktivitas mereka di suatu kota yang
masyarakat. Pilihan itu sendiri juga dipengaruhi
menumbuhkan tingkat konsumsi ruang-ruang
oleh pencitraan dari lingkungan perkotaan.
baru, seperti restoran dan coffee bar, serta turut
Dimana pada kenyataannya, berbagai bentuk
tumbuhnya komplek ritel, umbul periklanan,
2. METODE PENELITIAN
2.1. Metode dan Rancangan Penelitian Gambar 3. Lokasi Site
Metode dilakukan dengan penentuan latar (Sumber: Maps.Google.com)
belakang yang kemudian merujuk pada tujuan
Site terpilih berada di jalan Raya Ngagel No.
yang diinginkan. Dari sanalah baru akan
109 dengan luas mencapai 5 hektar. Orientasi
dilakukan pemilihan judul yang sesuai disertai
dengan penentuan tema yang akan diangkat dalam lahan menghadap barat dengan batas lahannya
desain. Dari sana perlu diadakan pengumpulan yang tidak lurus melainkan melengkung.
- Batas Utara: Jl. Kali Bokor 1 dan bangunan
data yang sesuai dengan judul dan tema, baik
usaha (1-2 lt.).
berupa data primer maupun sekunder. Baru
setelah itu dapat dilakukan proses analisa yang - Batas Timur: Rel kereta dan permukiman
nantinya akan mendasari munculnya konsep warga
- Batas Barat: Jl Raya Ngagel dan sungai
utama (makro) yang akan diangkat serta konsep
kalimas dan
mikro yang berisikan alternative-alternatif desain
yang kemudian digunakan untuk memunculkan - Batas Selatan: Jl. Kali Bokor Selatan dan
preliminary design sebelum dijadikan final. bangunan proyek Tade Center Mall Surabaya
yang tidak berlanjut (± 10 lt.).
2.2. Pengambilan Sampel
Pada site ini matahari bergerak dari timur
Data terdiri dari 2 jenis data, data primer atau
data langsung dikumpulkan melalui survei yang ke barat dengan lintasan yang sedikit condong ke
dilakukan pada ke-4 objek sejenis, yaitu: (1) utara. Lintasan yang demikian mengakibatkan sisi
timur bangunan akan mendapatkan intensitas
Perpustkaan Pusat U.I. ; (2) Perpustakaan Umum
matahari pagi yang baik sedangkan sisi utara dan
Kota Malang ; (3) Perpustakaan Kota Yogyakarta
; (4) Perpustakan Balai pemuda Surabaya. Data barat akan terkena matahari siang dan sore yang
sekunder atau data pendukung dapat berupa kajian panas. Ditambah lagi dengan tidak adanya
bangunan tinggi di sekitar site kecuali pada sisi
literatur, grafik, tabel, foto dan sebagainya baik
selatan. Maka dari itu sisi timur-selatan akan
dari buku, jurnal, artikel, data kantor
pemerintahan, dsb yang berkaitan dengan proses didominasi area baca dan koleksi karena
Perencanaan dan Perancangan nantinya. memerlukan pencahayaan dan penghawaan yang
baik. Sisi utara akan digunakan untuk ruangan
Data kemudian dianalisa dan disampaikan
penunjang seperti gudang koleksi, convention hall
dengan metode deskriptif naratif, dimana terdapat
3 alur yaitu reduksi data, penyajian data dan dan area servis karena bersifat tertutup. Sisi barat
penarikan kesimpulan/verifikasi. diperuntukkan untuk area transisi yang minim
aktifitas dan area semi-outdoor, memerlukan
Hasil yang didapat dari kesimpulan nantinya
shading untuk ruangan dengan aktifitas tinggi
akan digunakan sebagai bahan dalam Perencanaan
dan Perancangan Perpustakaan Umum Sesuai disana.
Dengan Gaya Hidup Urban di Surabaya. Bermula
dari pembentukan dan pemilihan konsep yang
kemudian dikembangkan menjadi sketsa ide, lalu
diolah menjadi gambar kerja.
dimana massa bangunan akan terbagi menjadi 2 servis yang berada di sisi utara massa utama ini
sisi dengan gaya bangunan masing-masing. mencakup area mechanical, parkir pengunjung
dan parkir servis. Area servis ini berhubungan
langsung dengan massa utama. Area parkir yang
berada pada sisi selatan merupakan fasilitas parkir
pengunjung. Area parkir ini tidak berhubungan
langsung dengan massa utama namun perlu
melalui area terbuka terlebih dahulu sebagai
sequence-nya, dimana area terbuka ini merupakan
area untuk pendukung perpustakaan seperti taman
Gambar 17. Pembagian Sisi Bangunan baca misalnya. Area terbuka sendiri direncanakan
(Sumber: Data Pribadi) dengan ampliteater dan gazebo-gazebo
sedemikian rupa guna mengakomodasi berbagai
aktifitas. Area terbuka dapat diakses melalui area
semi-outdoor yang merupakan perluasan dari area
foodcourt. Foodcourt sendiri merupakan area
transisi pada bangunan ini dimana terdapat akses
sirkulasi vertical dan sebagai penghubung antara
lobby, book strore, area kantor, area perpustakaan
dan area kegiatan luar.
Gambar 18. Gaya Bangunan Sisi A
(Sumber: Data Pribadi)