Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

Pengolahan Air

1. Apa saja syarat-syarat dan spesifikasi dari tap water, purified water, water for injection, dan
water for hemodialysis?
2. Apa bakteri patogen yang paling banyak di air? Identifikasi dalam marga (nomenclature) apa?
Dan bagaimana cara mengidentifikasinya (identifikasi bakteri tersebut)?
3. Desain pengolahan air untuk farmasi (instalasi purified water), dari sumur – distribusi ke ruang
produksi!

Jawab :

1. Jenis air :

 Tap water atau air keran adalah air yang dialirkan melalui pipa leding dan keluar


melalui keran air. Air leding biasa digunakan untuk minum, mencuci, memasak, dan
menyiram toilet. Air leding sering digunakan sebagai air minum, terutama di negara
maju. Tergantung wilayah, biasanya air leding dapat langsung diminum meskipun tidak
jarang terjadi masalah pada kualitas air tersebut. . Air ledeng dibedakan dari berbagai
macam air tawar siap guna lainnya yang mungkin tersedia air hujan, dari pompa sumur,
air yang langsung dari sumur, atau air yang dibawa dari sungai, sungai, atau danau.
Metode penjernihan air rumah tangga seperti filter air, perebusan, atau distilasi dapat
dilakukan jika tingkat kelayakan minum air leding diragukan. Penerapan teknologi
(seperti instalasi pengolahan air) yang dapat menyediakan air bersih untuk perumahan,
tempat-tempat bisnis, dan bangunan-bangunan publik merupakan subbidang utama
dari teknik sanitasi.

 Purified water atau air suling merupakan demineralisasi air menggunakan purified
generator yang berupa Reverse osmosis atau resin anion- kation. Purified water ini
dipakai sebagai bahan baku proses produksi obat non steril setelah lulus uji dari Quality
Control, adapun standar umum dari Purified water ini adalah konduktivitas yang tidak
boleh melebihi 1,3 µS/ cm2 pada temperatur 25°C dan jumlah koloni bakteri tidak lebih
dari 100 col/ ml serta tidak mengandung bakteri E. Coli. Purified water juga dipakai
sebagai air untuk membersihkan mesin setelah proses produksi.

 Water for injection merupakan kualitas paling tinggi dari jenis air untuk industri farmasi.
Diproduksi dari drinking-water atau purified water, digunakan sebagai : eksipien untuk
memproduksi sediaan parenteral eksipien sediaan yang kandungan endotoksinnya
harus dikendalikan pencucian komponen yang kontak dengan produk non-parenteral.
Air ini sering digunakan dalam obat injeksi secara besar-besaran. Air ini dimurnikan
dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (reverse osmosis) dan memenuhi
standar yang sama dengan Purified Water, USP dalam hal jumlah zat padat yang ada
yaitu tidak lebih dari 1 mg per 100 ml WFI, USP dan tidak boleh mengandung zat
penambah. Air untuk obat suntik harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada
temperatur di bawah atau di atas kisaran temperatur dimana mikroba dapat tumbuh.
Air untuk obat injeksi dimaksudkan untuk digunakan dalam waktu 24 jam sesudah
penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas pirogen dan steril.
Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas.

Persyaratan WFI menurut standar BP (2001) dan EP (2002) tidak boleh mengandung:

1) Total karbonorganik tidak boleh lebih dari 0,5 mg per liter. Kemudian bila 25 ml air
untuk injeksi ditambahkan kalsium hidroksida LP, maka selama 5 menit harus tetap
jernih.

2) Klorin tidak boleh lebih dari 0,5 ppm. Kemudian, bila 500 ml air untuk injeksi
ditambahkan 1 ml praknitrat LP, maka setelah didiamkan 5 menit harus tetap tidak
berwarna dan jernih.

3) Amonia tidak boleh lebih dari 0,01 ppm. Kemudian bila 50 ml air untuk injeksi yang
ditambahkan 2 ml kalium raksa (II) iodida LP dalam suasana alkalis dan dilihat dalam
tabung Nessler, maka tidak memperlihatkan pewarnaan yang lebih kuat daripada
pewarnaan yang diberikan 50 ml air yang bebas amoniakP setelah penambahan 2 ml
pereaksi Nessler LP dan diperiksa pada keadaan sama.

4) Nitrat boleh lebih dari 0,2 ppm. Kemudian, 5 ml air untuk injeksi tidak boleh
memberikan warna biru pada batas permukaan setelah dituangkan dengan hati-hati
kedalam 5 ml difenilalamina LP.
5) Logam berat (Cu, Fe, Pb) tidak boleh lebih dari 0,1 ppm. Kemudian, bila 100 ml air
untuk injeksi ditambahkan 1 tetes larutan natrium sulfida LP, maka harus tetap jernih
dan tidak berwarna.

6) Oksidator tidak boleh lebih dari 5 ppm. Kemudian, bila 100 ml air untuk injeksi
dididihkan selama 3 menit serta ditambahkan 10 ml asam sulfat encer P dan 0,5 ml
kalium permanganat 0,01 N, maka tidak menghilangkan sama sekali warna larutan

7) Bebas pirogen.

8) Ph 5,0-7,0. Pemeriksaannya dengan 10 ml air untuk injeksi dengan ditambahkan 2


tetes larutan merah metil LP tidak boleh memberikan warna merah. Kemudian, 10 ml
air untuk injeksi dengan ditambahkan 5 tetes larutan biru bromtimol LP tidak boleh
memberikan warna biru

 Air untuk proses hemodialisis memerlukan beberapa tahap pengolahan, yaitu melalui
sistem reverse osmosis (RO). Pengolahan air reverse osmosis merupakan bagian
penting dalam proses hemodialisis untuk menjaga kualitas air demi keselamatan
pasien. Kualitas air secara mikrobiologi untuk hemodialisis berdasarkan Association for
the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI) adalah kandungan
mikroorganisme <100 CFU/mL dan endotoksin <0,25 EU/mL dengan level aksi ≥50
CFU/mL dan ≥0,125 EU/mL. Air untuk pemakaian khusus adalah air yang dibutuhkan
untuk kegiatan yang bersifat khusus di rumah sakit yang memerlukan persyaratan
tertentu dan berbeda dengan air minum. Standar baku mutu air untuk hemodialisis
meliputi parameter biologi dan kimia
2. Bakteri patogen yang sering terdapat di air antara lain :
- Eschericia coli
- Salmonella thypi
- Shigella disentri
- Pseudomonas aeruginosa
- Staphylococcus aureus

Identifikasinya :

- E. coli :
Bakteri E. coli diidentifikasi dengan metode permukaan, media yang digunakan untuk kultur
bakteri ini adalah BGLB (Brilian Gren Laktosa Bile Broth). Setelah didapatkan sampel bakteri
pada BGLB selanjutnya diambil 0,1 ml kemudian dituang pada cawan petri yang berisi media
EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) yang telah dbuat satu hari sebelumnya, selanjutnya
diratakan dengan cara menggoyang cawan petri dan di inkubasi selama 24 jam dengan suhu
37 C dengan posisi terbalik. Adanya bakteri Eschericia coli ditandai dengan pembentukan
warna hijau metalik pada media EMBA
- Salmonella thypi
Bakteri Salmonella thypi diidentifikasi dengan metode permukaan, media yang digunakan
untuk kultur bakteri ini adalah BGLB (Brilian Gren Laktosa Bile Broth). Setelah didapatkan
sampel bakteri pada BGLB selanjutnya diambil 0,1 ml kemudian dituang pada cawan petri
yang berisi media SSA (Salmonella Shigella Agar) yang telah dbuat satu hari sebelumnya,
selanjutnya diratakan dengan cara menggoyang cawan petri dan di inkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37 C dengan posisi terbalik. Adanya bakteri S. thypi ditandai dengan
pembentukan warna hitam pada media SSA
- Shigella disentri
Deteksi bakteri Shigella dilakukan dengan menggunakan media spesifik Salmonella Shigella
Agar (SSA). Sebanyak 1 ml suspensi dari masing-masing seri pengenceran diinokulasikan ke
dalam tabung reaksi yang berisi agen perkaya Nutrient Broth (NB) sebanyak 9 ml kemudian
dihomogenkan dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1×24 jam. Sampel yang telah
dilakukan pengayaan diambil menggunakan cotton bud steril kemudian di goreskan pada
permukaan media SSA dengan rata secara zig-zag. Inkubasi pada suhu 37oC selama 2×24
jam. Hasil isolasi pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) yang positif mengandung
bakteri anggota genus Shigella ditunjukkan dengan terbentuknya koloni bening tanpa bintik
hitam karena bakteri anggota genus Shigella tidak meragi laktosa dan tidak menghasilkan
gas H2S
- Pseudomonas aeruginosa
Identifikasi Pesudomonas aeruginosa pertama tama dengan cara pembuatan Media PSA
dengan menimbang agar 16g media dan melarutkannya dalam 1.000mL aquadest
selanjutnya ditambahkan 10mL gliserol dan dipanaskan selama 15menit selanjutnya,
tambahkan 2mL suplement CN, kemudan tuang dalam cawan petri. Selanjutnya sampel air
ditanam pada media PSA dan diletakkan membrane filter pada filter holder. Sebanyak 250
ml sampel dituang pada membrane cellulose ester steril. Menginkubai pada (36 ± 2) oC
selama ( 44 ± 4) jam C. Jika sudah maka dapat dihitung koloni yang menghasilkan warna
biru/hijau (piosianin) sebagai Pseudomonas aeruginosa terkonfirmasi
- Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus yang terdapat pada air mampu di identifikasi dengan Uji Gula
Manitol yang berfungsi untuk membedakan Staphylococcus patogen dan nonpatogen
dengan menginokulasikan biakan bakteri ke dalam media, selanjutnya diinkubasikan pada
suhu 37°C selama 24 jam. Uji manitol bersifat positif apabila terlihat perubahan warna
menjadi kekuningan dan negatif apabila warnanya tetap merah. Selain uji gula manitol,
staphylococcus aureus juga dapat diketahui dengan Uji koagulase merupakan uji yang
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya enzim koagulase yang dihasilkan oleh
Staphylococcus sp. Uji ini dilakukan dengan mengambil isolat bakteri menggunakan ose,
kemudian masukkan ke dalam 1 ml Nutrient Broth dan inkubasi pada suhu 37oC selama 24
jam. Masukkan 1 ml plasma kelinci ke dalam Nutrient Broth yang sudah berisi bakteri
menggunakan spuit. Dan inkubasi selama 4 jam pertama untuk melihat hasilnya, bila masih
belum menunjukkan koagulase positif inkubasi dilanjutkan sampai 24 jam. Reaksi positif
pada uji koagulase ditunjukkan dengan adanya gumpalan seperti gel dalam tabung, dan
reaksi negatif apabila tidak terdapat gumpalan menyerupai gel pada tabung

Anda mungkin juga menyukai