Anda di halaman 1dari 8

Gambar 10.

Modifikasi Geological Strength Index

Tabel 11a. Deskripsi skala gelombang


Tabel 11b. Deskripsi skala smoothness

Volume blok non persistent joint dapat dihitung menggunakan rumus :


S1S2S 3
Vb=
sinγ 1 sinγ 2 sinγ 3 √3 p 1 p 2 p 3
Dimana S1 = spasi diantara masing-masing joint, γ1= derajat diantara sepasang joint dan p
adalah faktor persistent.
Tabel 11c. Penilaian untuk joint alterasi faktor jA

1.7.7.1 Aplikasi GSI


GSI biasanya digunakan untuk mengestimasi parameter kriteria kuat masa batuan Hoek-
Brown. Nilai dari GSI berhuungan dengan parameter kriteria kekuatan Hoek-Brown seperti :
GSI−100
mb=mi exp ⁡( )
28−14 D
mb = 0,135 x mi x Q1/3
dimana mi = material konstan untuk intact rock, mb = material konstan untuk batuan
hancur.

s = exp ( GSI−100
9−3 D )
bisa juga s = 0,002 x Q = JPln
1 1
dan a = + eGSI/15 – e-20/3
2 6
dimana : JP = parameter joint
s = parameter konstan dalam kriteria kegagalan Hoek-Brown
a = material konstan untuk batuan hancur Hoek-Brown
D = faktor gangguan
Untuk memprediksi deformasi dan kekuatan batuan, hubungan antara Modulus Young dan Index
GSI untuk batuan dengan kualitas buruk yaitu (δci < 100 MPa) :
D σc
Em = 1− ( 2 )√
.
100
. 10GSI-10/40

Hoek dan Diedrichs menghasilkan rumus untuk estimasi modulus massa batuan dan fungsi pada
gangguan peledakan D, GSI dan deformasi modulus intack rock (Ei) dengan hubungan empiric :
1−D/2
Em= Ei 0.02+ ( 1+e 60+15 D −GSI /11 )
Ei dapat digunakan dalam modulus rasio MR dan kuat tekan uniaxial σ c dalam intack rock yang
ditemukan Deere (1968) :
Ei
MR = ↔ Ei = MRσ c
σc
Nilai MR untuk type batuan berbeda dari Hoek dan Diedrichs (2006) ditampilkan pada tabel 12.

1.7.7.2 Korelasi antara RMR , Q dan Nilai GSI


Mengacu pada Hoek dan Brown (1997), untuk competent massa batuan (GSI > 25, RMR
>23), nilai GSI dan diestimasikan dari nilai RMR seperti
GSI = RMR89 – 5
RMR89 adalah nilai awal RMR (1989 versi Bieniawski), mempunyai nilai air tanah dimulai dari
15 (kondisi kering) dan pengaturan untuk orientasi joint dimulai dengan 0 (sangat baik). Untuk
kualitas massa batuan buruk, GSI dapat diestimasi dari nilai Q (Barton, 1974) digunakan untuk
hubungan (Singh dan Geol, 1999).
GSI = 9lnQ’+44
Dimana Q’ = modifikasi kualitas index terowongan

Tabel 12. Pedoman Nilai Modulus Ration (MR) dalam persamaan Ei = MR. Deere (1968) dan
Palmstrom dan Singh (2001)

1.7.7.3 Keterbatasan Sistem GSI


GSI diasumsikan menjadi isotropic massa batuan (Singh dan Geol, 1999).
1.8 Klasifikasi Sistem Lainnya
1.8.1 Nomor Massa Batuan (N)
Nomor massa batuan adalah nilai kualitas massa batuan dimana SRF ditetapkan sebagai 1
(Geol, 1995):
N = (RQD/Jn)(Jr/Ja)Jw
N = Q(SRF = 1)
Kesulitan dari stress reduksi faktor SRF in Q-system digunakan disistem ini. SRF di Q-
sistem tidak sensitive di design batuan karena SRF mencakup berbagai nilai. Tidak seperti Q-
sistem, N sistem memisahkan efek tegangan in situ dari kualitas massa batuan. Di dalam
tegangan situ adalah penyebab eksternal dari pemerasan dan berhubungan dengan kedalaman
lapisan penutup (H). Nomor Massa Batuan dapat digunakan secara efektif untuk memprediksi
tindihan dan intensitasnya dalam penggalian bawah tanah. Persamaan berikut menyajikan
kondisi tanah tindihan (Geol, 1995).
H = (275N1/3)B0.1
Dimana H adalah kedalaman terowongan atau overburden dalam meter dan B adalah
terowongan span atau diameter dalam meter.
1.8.2 Index Massa Batuan, RMi
Index massa batuan yang diusulkan oleh Palmstrom (1995) yaitu karakteristik kekuatan
massa batuan seperti material konstruksi. Ini menunjukkan pengurangan kekuatan inheren dari
massa batuan karena efek samping yang berbeda dari sendi (Singh dan Geol, 1999). Di lain kata,
itu menunjukkan kekuatan tekan uniaksial dari massa batuan di MPa dan dinyatakan sebagai:
RMi = σ c.JP
Dimana σ c adalah kuat tekan uniaksial material batuan utuh dalam MPa. JP adalah
parameter jointing; terdiri dari 4 karakteristik sambungan, yaitu volume blok atau kepadatan
sambungan, kekasaran sambungan jR (Tabel 13a), ukuran sambungan jL (Tabel 13b) dan
perubahan sambungan jA (Tabel 13c). JP adalah faktor reduksi yang mewakili efek jointing pada
kekuatan massa batuan. JP adalah 1 untuk batuan utuh dan 0 untuk massa batuan yang
dihancurkan (Singh dan Geol, 1999). Empat parameter jointing dapat digunakan untuk
menghitung parameter jointing sebagai (Singh dan Geol, 1999).
JP = 0.2(jC)0.5.(Vb)D
Dimana Vb dalam m3 dan D = 0.37.jC0.2
Tabel 13a. Faktor kekasaran JR (Palmstrom, 1996)

Tabel 13b. Panjang joint dan faktor continuitas jL (Palmstrom, 1996)

Tabel 13c. Karakterisasi dan nilai joint faktor alterasi jA (Palmstrom, 1996)
Tabel 14. Klasifikasi RMi (Palmstrom, 1996)

1.8.2.1 Aplikasi dari RMi


Menurut (Palmstrom, 1996), RMi dapat dengan mudah digunakan untuk perkiraan kasar
pada tahap awal desain kelayakan suatu proyek. Sistem ini menawarkan sistem bertahap yang
cocok untuk penilaian teknik. Dengan menggunakan RMi, nilai parameter (s) dari Hoek-Brown
Crite-rion dapat ditentukan dengan mudah dan lebih akurat dengan relasi s = JP 2. Dengan
demikian, penggunaan parameter dalam RMi dapat meningkatkan input dalam sistem klasifikasi
lainnya. Sistem RMi mencakup berbagai variasi massa batuan; karenanya memiliki aplikasi yang
lebih luas daripada sistem klasifikasi lainnya.

1.9 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas tentang sistem klasifikasi yang berbeda, dapat disimpulkan
bahwa sistem klasifikasi dimaksudkan untuk membantu asisten dan ahli geologi teknik dalam
memperkirakan kondisi massa batuan di daerah di mana sampel atau pengamatan tidak dapat
dilakukan. Sistem ini memungkinkan memperkirakan kekuatan massa batuan dan deformabilitas
melalui homogenisasi pengaruh diskontinuitas dan batuan utuh menjadi kontinu semu. Oleh
karena itu mereka tidak mempertimbangkan bagaimana diskontinuitas atau perubahan lokal
dalam kondisi massa batuan mempengaruhi karakteristik kegagalan (mode dan mekanisme)
massa batuan. Meskipun sistem ini memberikan penilaian yang rasional dan terukur, mereka
memandu proses karakterisasi massa batuan.

Anda mungkin juga menyukai