Anda di halaman 1dari 12

MENAFSIR KITAB INJIL

Disusun Oleh :

Nama : Oviana Martati Halawa

Mata Kuliah : Hermeneutika

Dosen : Johannes Sembiring, M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IMMANUEL MINISTRY EL-SADDAY

(STT IMEL)

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga
pada kesempatan ini saya ingin berbagi dan mengulas tentang Menafsir Kitab Injil sebagai
dasar dalam metode pembelajaran untuk memberikan semangat dan optimis kepada dunia
pendidikan. Akan tetapi sebagai seorang mahasiswa yang terlibat kelak dalam dunia
pendidikan maka ini merupakan bagian pengembangan diri serta pendorong dalam
mencapai cita-cita dan juga tugas serta tanggung jawab untuk memenuhi kewajiban
perkuliahan.
Saya mengcapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Johannes
Sembiring, M.Th selaku Dosen Mata Kuliah Tafsiran Perjanjian Baru Yang mengajari dan
membimbing saya sehinga ilmu yang diperoleh sebagai bekal dalam membuat makalah ini
saya sangat merasakan manfaat, dan juga saya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman seangkatan yang selalu mendukung dan memotivasi sehingga makalah ini
tepat waktu dan semoga apa yang tertuang dalam makalah ini sebagai modal pembelajaran
kita bersama dalam dunia pendidikan.
Tuhan Yesus Memberkati

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Penulisan....................................................................................................2
B. Peradilan Yesus..........................................................................................3
C. Reaksi Rakyat............................................................................................5
D. Keputusan Pilatus......................................................................................6
E. 5W1H.........................................................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................8
Kesimpulan.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, konteks sosio-politik
mempengaruhi situasi peradilan pada zaman Yesus dan konteks ini juga bisa
mempengaruhi keputusan Pilatus terhadap hukuman mati Yesus. Dengan pemikiran ini,
penulis ingin melakukan penafsiran terhadap teks Injil Lukas 23:1-25, terutama dalam
kaitannya dengan keputusan Pilatus menurut Injil Lukas. Studi ini diarahkan untuk melihat
bagaimana pemahaman Injil Lukas terhadap keputusan Pilatus tentang peradilan Yesus dan
juga peradilan Yesus dilihat dari konteks sosio-politk pada zaman itu. Dalam melihat
keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus menurut Injil Lukas 23:1- 25 maka penulis
memfokuskan pada analisa sosio-politik. Melalui analisa sosio-politik setidaknya dapat
menjelaskan dan memberi gambaran tentang situasi yang terjadi pada saat peradilan Yesus
yaitu apa yang dilakukan Pilatus pada saat peradilan Yesus, apa yang melatarbelakangi
Pilatus mengambil keputusan itu, apa isi keputusan itu dan dampak yang terjadi ketika
Pilatus mengambil keputusan tersebut. Sebelum melakukan penafsiran dan membahas
tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman Injil Lukas terhadap keputusan Pilatus
dalam narasi peradilan Yesus, maka penulis akan menguraikan analisa dan persoalan teks
yaitu penulis menggunakan kritik aparatus, kritik kebahasaan dan penulis akan menafsir
Injil Lukas 23:1-25 dan menutupnya dengan kesimpulan yang merupakan inti dari tulisan
ini

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari Penafsiran
kitab Injil Lukas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penulisan
Hayes mengatakan bahwa naskah-naskah Alkitab yang asli itu sendiri sejauh
penelitian ini tidak ada, yang ada hanyalah naskah-naskah asli yang berupa salinan-salinan
kuno. Hal ini menyebabkan ada berbagai ragam jenis variasi teks untuk tulisan-tulisan
Alkitabiah, seperti: variasi-variasi di antara naskah-naskah tulisan dalam bahasa aslinya,
variasi dalam terjemahan kuno, variasi di antara naskah-naskah tulisan kuno dalam bahasa
asli dan naskah tulisan dari terjemahan kuno, dan variasi kutipan-kutipan pada karya-karya
tulis Yahudi dan Kristen. Biasanya variasi semacam ini ditimbulkan oleh kerusakan teks
itu sendiri, baik secara tidak sengaja maupun disengaja. Keadaan teks asli sewaktu
ditemukan tidak utuh (berlubang-lubang) sehingga hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi
para penyalin untuk meraba dan memperkirakan mengenai kata per kata dari teks yang
terhilang. Tentunya ini mengakibatkan tidak seratus persen (ada banyak perubahan) pada
naskah itu ketika disalin. Kemudian, naskahnaskah tulisan kuno ini digunakan dalam
rentang waktu yang cukup panjang dan mengalami penyalinan kembali beserta
terjemahannya1.
Dalam Lukas 23:1-25 didapati ada empat ayat yang mengalami baik perubahan,
penyisipan, penggantian, dan penghilangan di masing-masing katanya Yaitu ayat 11, 15,
16 dan 23. Pembahasan persoalan yang pertama adalah Lukas 23:11 kasusnya adalah
dalam kata Îkai.Ð o` ~Hrw,|dhj2. Kata Îkai.Ð o` ~Hrw,|dhj dalam teks ini mendapat
perubahan sehingga tiga versi hadir untuk menentukan ketegasan teks ini. Namun sebelum
menganalisa lebih jauh maka perlu kita ketahui bahwa, tingkat keragu-raguan teks ini
cukup besar. Kata kai sendiri kehadirannya dan kedudukannya dalam teks dipandang masih
dalam perdebatan. Kedudukannya sendiri dalam kalimat ini merupakan kata kelima setelah
kata auvtou/.. Dalam aturan tata bahasa, biasanya ada kemungkinan hanya sebagai penegas
saja untuk menjelaskan dua objek yang berbeda. Selanjutnya teks yang bermasalah terdapat
dalam Lukas 23:15 dalam kata avne,pemyen ga.r auvto.n pro.j h`ma/j( dalam teks ini
mendapat perubahan sehingga lima versi hadir untuk menegaskan teks ini. Versi pertama
dinilai A dengan Unsial ℘ versi ini sesuai dengan teks.

1
Hayes dan Holladay, Pedoman Penafsir Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 39-40.
2
Kata kai mendapat tanda kurung siku yang berarti kehadiran dan kedudukannya dalam teks dianggap
masih dalam perdebatan.
2
Peran Lukas dalam menggambarkan situasi perpolitikan di kalangan para imam
begitu besar. Hal ini dapat dilihat melalui ayat yang kedua pada kata Ia adalah Kristus,
yang dalam bahasa Yunaninya e`auto.n cristo.n di mana posisi kata e`auto.n sebagai
pengungkapan penegasan perwakilan diri seseorang. Melalui penegasan inilah (pilihan kata
ini) yang dicemas-cemaskan oleh kalangan para imam Yahudi dan Yesus dalam kasus ini
dituduh sebagai penghujat Allah. Selain menggambarkan kekuasaan di kalangan imam
Yahudi, Lukas juga mengidentifikasi adanya dua kekuatan besar, Pilatus dan Herodes,
yang muncul pada masa Yesus. Perihal hubungannya yang baik atau tidak, para tokoh
mengatakan seperti Leks dan Barclay bahwa mereka berdua dahulu berseteru namun tidak
dijelaskan secara rinci perseteruan tersebut. hanya saja kalimat ini ingin mengatakan bahwa
dua kekuasaan ini berdamai kembaliBerdasarkan konteks sosio-politik Injil Lukas 23:1-25
penulis beranggapan bahwa penolakan Herodes terhadap Yesus juga karena kemungkinan
Herodes tidak mau ada orang lain yang menandingi kekuasaannya pada saat itu. Herodes
yang dimaksud dalam ayat 11 ini adalah Herodes yang berkuasa atas wilayah Galilea 3.Ayat
ini juga menyatakan bahwa Yesus dikirim kembali kehadapan Pilatus alasannya karena
kedudukan Pilatus lebih tinggi dari pada Herodes sehingga keputusannya mutlak. Di atas
penulis telah menjelaskan bahwa melihat dari teks yang ada maka mungkin saja Herodes
tidak mengolok Yesus. Menurut penulis bisa ditambahkan juga bahwa disamping
mengolok Yesus sebelumnya sudah muncul rasa ketidaksukaan Herodes terhadap Yesus
yang pada saat itu hadir, terkenal dan melakukan mujizat di wilayahnya tanpa izin,
sehingga Herodes hanya berusaha memberikan pertanyaan-pertanyan yang memancing
Yesus untuk menunjukan kuasanya. Namun penulis juga punya pemikiran lainnya yaitu,
apakah etis seorang raja Herodes yang otomatis tahu tentang tata krama, etika, sosial, pola
pemikiran dan cara berbicara yang baik nekad mengolok Yesus di hadapan orang banyak..

B. Peradilan Yesus
Cerita tentang peradilan Yesus di hadapan Pilatus merupakan suatu kisah yang
menarik untuk disimak, cerita ini mau menjelaskan tentang pentingnya suatu keadilan yang
harus ditegakan dan diputuskan di tengah banyak pertentangan dan ancaman yang cukup
berat. Kisah ini dimunculkan dalam tiga Injil sinoptik yaitu Matius, Markus dan Lukas.
Namun, penulis tidak membahas ketiga injil tersebut tetapi, penulis akan meneliti dan
menganalisa dari teks Lukas 23:1-25 yang dititik beratkan dalam konteks sosio-politiknya.
Sebelum Yesus dibawa ke hadapan Pilatus Yesus pertama kali diperiksa oleh Sanhedrin.
Sanhedrin adalah dewan tertinggi agama Yahudi, Kenyataannya bahwa perkara-perkara
3
B. F. Walker, Konkordansi Alkitab (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1994), 168.
3
orang Yahudi tidak pernah dibawa ke hadapan gubernur, karena mereka mempunyai
lembaga peradilan sendiri. Ketika Yesus berada di hadapan S. Allah (Luk 22:70). Tetapi
karena tuduhan ini tidak mampu menghukum Yesus dan memang mereka (para tua-tua
bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat) dengan kata lain peradilan Yahudi
melalui Sanhedrin tidak punya kuasa untuk menghukum mati Yesus karena otoritas mereka
telah dibatasi, dengan demikian mereka mulai merubah tuduhan Yesus dan membuat
perkara itu menjadi perkara politik agar bisa dibawa ke pengadilan Romawi yang lebih
tinggi dan Gubernur Romawi mempunyai hak untuk menghukum mati. anhedrin, maka
tuduhan mereka adalah bahwa Yesus menyebutkan diri-Nya sebagai Anak, Sesudah
pemeriksaan Yesus dalam sidang Sanhedrin, Dia dibawa ke hadapan Pilatus untuk diadili.
Sebelum dialog antara Pilatus dan Yesus, maka sudah ada tuduhan-tuduhan yang
dilontarkan oleh para sidang yang hadir pada saat itu di mana tuduhan-tuduhan ini yang
menghantarkan Yesus dan Pilatus dalam sebuah dialog yang memperdebatkan betul dan
tidaknya tuduhan tersebut (Luk 23:1-2). Barclay berpendapat bahwa ada tiga tuduhan yang
dilontarkan di hadapan Pilatus yaitu:1) agitasi durhaka, 2) menuduh Yesus telah menghasut
rakyat agar tidak membayar pajak kepada kaisar, 3) menuduh Yesus telah menyebut diri-
Nya sendiri sebagai raja orang Yahudi. Menurut Leks, tuduhan-tuduhan sebelumnya
diabaikan oleh Pilatus dan dia langsung mempertanyakan status Yesus sebagai raja. Boland
juga punya pernyataan yang sama dengan Leks bahwa tuduhan terakhir atau tuduhan yang
ketiga yang diperhatikan oleh Pilatus karena gelar Mesianisme inilah yang bersifat politik,
sehingga sebagai Gubernur Romawi dia harus bersikap waspada terhadap Yesus yang
disebut sebagai Raja orang Yahudi4.
Melihat tuduhan di ayat 2, maka kisah selanjutnya adalah dialog antara Pilatus
dengan Yesus. Dalam teks Lukas 23:1-25 dialog Pilatus dan Yesus hanya dimunculkan
dalam satu ayat saja yaitu dalam ayat 3:Pilatus bertanya kepada-Nya, “Engkaukah raja
orang Yahudi?” jawab Yesus, “Engkau sendiri mengatakannya.” Menurut Boland,
pertanyaan dari Pilatus terhadap Yesus tersembunyi senyum mengejek: “Engkaukah raja
orang Yahudi?”. Dari pertanyaan ini juga mengandung dua cara Pilatus yaitu 1) sebagai
suatu rumusan tetap yaitu pertanyaan Pilatus ditanggapi Yesus dengan jawaban “Seperti
katamu.” 2) sebagai jawab yang tidak langsung, artinya bahwa predikat raja yang diberikan
kepada Yesus ini yang ingin ditanyakan oleh Pilatus, karena pemahaman orang tentang raja
ini berbeda-beda. Sehingga Pilatus bertanya demikian.

C. Reaksi Rakyat
4
B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001), 554.
4
Menurut Ellis reaksi rakyat atau orang banyak yang hadir pada waktu peradilan
Yesus di hadapan Pilatus (4), yaitu melalui pemeriksaan orang-orang (rakyat) mengikuti
pemimpin mereka yaitu imam-imam kepala dan ahli taurat untuk menghukum Yesus, tetapi
menurut Boland reaksi rakyat (orang Yerusalem yang ada juga pada saat itu) ketika Yesus
diadili di depan Pilatus masih belum terlalu agresif untuk menghukum Yesus, reaksi yang
sangat dominan untuk menghukum Yesus adalah para imam-imam kepala dan ahli taurat
yang dengan lancar melontarkan tuduhan yang berat kepada Yesus, setelah itu baru mereka
menghasut rakyat agar Dia dihukum mati, menurut Leks, Lukas berbeda dengan Injil lain
yaitu dia membedakan antara para penguasa Yahudi dari rakyat atau khalayak atau orang
banyak dan rakyat atau orang banyak yang ada pada saat itu belum tentu semuanya
sependapat dengan para pemimpin Yahudi untuk menghukum Yesus5.
Menurut Phillips ketika Yesus di hadapan Herodes reaksi rakyat sudah mulai
terlihat, di mana ketika Herodes bertanya kepada Yesus namun tidak ada satupun jawaban
yang di keluarkan oleh Yesus, sehingga ahli taurat dan imam kepala mulai membuat
tuduhan yang paling berat terhadap-Nya. Phillips juga berpendapat bahwa bukan hanya
rakyat saja yang beraksi melihat peradilan Yesus namun, para pasukan Herodes juga ikut
mengejek dan mencemooh Yesus (11)6. Herodes juga tidak suka dengan kehadiran Yesus
pada saat itu sehingga ketika Yesus di hadapan Herodes, Yesus hanya diolok dan ditantang
untuk melakukan mujisat. Dari penjelasan Lukas tentang Herodes maka dalam ayat 11
Herodes dan pengawalnya mengolok Yesus ayat ini dalam aparatus mengalami kasus di
kata Îkai.Ð o` ~Hrw,|dhj di mana kata ini tingkat keragu-raguannya cukup besar, sehingga
penulis berpendapat bahwa Lukas berusaha menyajikan pengadilan Yesus di hadapan
Herodes adalah untuk menyatakan bahwa Herodes juga punya andil atas kematian Yesus
yang merupakan korban politik para penguasa Romawi pada saat itu. Penulis berpendapat
bahwa, Herodes merasa berkuasa sehingga ia tidak mau tersisihkan oleh Yesus yang
menamai diri-Nya sebagai raja.

D. Keputusan Pilatus
Setelah Yesus melewati beberapa proses peradilan yang cukup panjang
SanhedrinPilatus-Herodes-Kembali ke Pilatus. maka keputusan terakhir ini merupakan hak
sepenuhnya dari Pilatus. keputusan Pilatus ini bisa dilihat dari ayat 18-25, ini merupakan

5
E. Earle Ellis, The New century Bible commentarry the gospel of Luke (Murburg:Grand Rapids, Michigan &
Marshall, Morgan & Scott, 1964), 261.
6
J. B. Phillips, The Gospel in modern English, (Redbill:Fontana books, 1962), 192.
5
kunci utama Lukas menggambarkan keputusan Pilatus yang sebenarnya tentang peradilan
Yesus. Banyak para ahli menafsir tentang keputusan akhir Pilatus terhadap Yesus. Gooding
berpendapat bahwa, para kepala imam berusaha menuntut untuk menghukum Yesus
dengan mencoba untuk menggulingkan otoritas politik. Sedangkan Pilatus sendiri punya
keinginan untuk melepaskan Yesus (23:20), tetapi mereka tetap meneriakan, salibkan Dia.
Pilatus berusaha yang ketiga kalinya untuk menyelesaikannya, namun sekali lagi mereka
tetap berteriak kepadanya dan akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka (23:22-
23)7.
Pandangan Boland berbeda dengan beberapa ahli di atas, menurutnya Pilatus
berada dalam posisi yang sulit di dalam mengambil keputusan tersebut, Pilatus harus
memilih satu dari dua hal yaitu dia harus harus memulihkan ketentraman dengan cara
meluluskan permintaan orang-orang Yahudi agar Yesus disalibkan. Namun Pilatus
mengambil jalan yaitu ia menyangkal keadilan dan kebenaran dengan maksud untuk
menyelamatkan kedudukannya sendiri. Boland juga menegaskan bahwa Lukas berusaha
menggambarkan bahwa Pilatus tidak mengucapkan keputusan hukuman mati kepada
Yesus, Pilatus hanya memutuskan tuntutan mereka dikabulkan ayat 24, jadi Pilatus
menyerahkan kewenangan sepenuhnya kepada orang-orang Yahudi untuk memberikan
hukuman yang pantas kepada Yesus8.

E. 5W+1H
 Apa Yang Dibicarakan Dalam Perikop Ini?
Kitab ini membicarakan tentang injil Lukas mengenai Yesus Kristus, dalam perikop
ini membicarakan tentang kerika Yesus telah ditangkap dan diadili dihadapan Pilatus dan
Raja Herodes.
 Siapa Saja Yang Terlibat Dalam Perikop Ini?
Yesus
Kristus
Pilatus
Herodes
Imam-imam Kepala
Ahlin Taurat
 Dimana Keberadaan Yesus saat Diadili?
Di Yerusalem

7
David Gooding, According to Luke, (USA:Wm. B. Eerdamns Publishing Company, 1987), 339
8
B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, 559-560.
6
 Kapan Yesus diadii?
Yesus diadili saat telah di putuskan bahwa Ia bersalah dihadapan Mahkama Agama
dan dihadapan Pilatus dengan digantikan oleh pembebasan Barabas.
 Mengapa Yesus Diadili?
Yesus dituduh oleh para imam dan ahli taurat dan juga Karena Yesus sendiri
mengakui dihadapan mereka Anak Allah dan Raja Orang Yahudi

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

7
Dalam perikop tentang Yesus di hadapan Pilatus yaitu Lukas 23:1-25 di mana cerita
ini sama-sama dibahas dalam tiga Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus, dan Lukas. tetapi
Matius dan Markus tidak menjelaskan secara panjang lebar tetapi mereka lebih
menjelaskan secara singkat dan jelas tentang kisah ini, sedangkan Lukas lebih banyak
membahas tentang kisah Yesus di hadapan Pilatus. Bahkan dalam gaya ceritanya Lukas dia
membahas dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Sehingga dalam Lukas kita juga
menemukan kisah tentang Yesus di hadapan Herodes dan akhirnya dikirim kembali,
kehadapan Pilatus untuk dijatuhkan hukuman. Dari ketiga Injil Sinoptik ini Lukas dalam
Injil lebih halus di dalam mengolah kata-katanya, dan walaupun Markus merupakan
sumber utama dari penulisan Injil Lukas namun, Lukas tidak hanya menulis sama seperti
yang dituliskan oleh Markus. Lukas yang merupakan sarjana yang terpelajar menggunakan
gaya bahasa yang lebih halus dan berimajinasi sehingga pembaca bisa memahami apa
sebenarnya yang Lukas maksudkan,

DAFTAR PUSTAKA

Boland B. J., Tafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001
David, According to Luke, (USA:Wm. B. Eerdamns Publishing Company, 1987
Ellis E. Earle, The New century Bible commentarry the gospel of Luke (Murburg:Grand
Rapids, Michigan & Marshall, Morgan & Scott, 1964
Holladay dan Hayes, Pedoman Penafsir Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005
Marshall, Morgan & Scott, 1964), 261.
Phillips J. B., The Gospel in modern English,Redbill:Fontana books, 1962
Walker B. F., Konkordansi Alkitab, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1994

8
9

Anda mungkin juga menyukai