Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian Rule of Law dan negara hukum pada dasarnya sulit
dipisahkan. Ada pakar yang menjelaskan bahwa meskipun sulit dipisahkan,
namun masing-masing memiliki penekanan masing-masing. Menurut Philipus
M. Hadjon, negara hukum menurut istilah bahasa Belanda rechtsstaat lahir
dari sebuah perjuangan melawan absolutism, yaitu dari kekuasaan raja yang
sewenang-wenang untuk mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu dalam perkembangannya
rechtsstat memiliki ciri yang revolusioner. Gerakan masyarakat yang
mengendaki bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus
dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan, dan
pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-
undangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule of Law.

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia


sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
siapapun.Hak Asasi merupakan sebuah bentuk anugrah yang diturunkan oleh
Tuhan sebagai sesuatu karunia yang paling mendasar dalam hidup manusia
yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi dengan sebuah kebebasan setiap
individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya Hak asasi juga tidak
lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini berisi tentang
kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan,
keturunanan, jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap manusia
yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 1


B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dikaji didalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Rule of Law dan Negara Hukum?
2. Apa saja prinsip-prinsip Rule of Law?
3. Apa pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia?
4. Bagaimana penjabaran Hak Asasi Manusia?
5. Apa tujuan dan ciri-ciri HAM?
6. Pengertian pelanggaran HAM dan contoh pelanggaran HAM di
Indonesia?
7. Bagaimana upaya penanggulangan pelanggaran HAM di Indonesia?
8. Apa hak dan kewajiban warga negara?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang apa itu pengertian serta prinsip-prinsip
Rule of Law.
2. Untuk mengetahui pengertian, ruang lingkup, penjabaran, ciri-ciri,
dan tujuan Hak Asasi Manusia.
3. Untuk mengetahui pelanggaran HAM yang pernah terjadi di
Indonesia serta cara penanggulangannya.
4. Mengetahui bagaimana hak dan kewajiban kita sebagai warga
negara dalam membela negara.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RULE OF LAW DAN NEGARA HUKUM


Menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau rechtsstat
dan Rule of Law sebenarnya saling mengisi. Oleh sebab itu berdasarkan
bentuk sebenarnya, Rule of Law adalah kekuasaan public yang diatur secara
legal. Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk
negara mendasar pada Rule of Lawa. Berdasarkan pengertian tersebut maka
setiap negara yang legal senantiasa menegakkan Rule of Law dalam
kehidupan kenegaraannya. Pengertian Rule of Law secara umum adalah
suatu legalisme sehingga gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui
pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang bersifat objektif, tidak
memihak, tidak personal, dan otonom.

Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap


kekuasaan, pada dasarnya disebabkan politik kekuasaan cenderung korup.
Hal ini akan dikhawatirkan akan menjaukan fungsi dan peran negara bagi
kehidupan individu dan masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut, maka
terdapat keinginan yang sangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap
kekuasaan secara normatif yuridis untuk menghindari kekuasaan yang
dispotik dan menjalankan prinsip government by law, not by man.
Carl J. Friedrich adalah seorang pakar yang dalam bukunya
Constituonal Government and Democracy: Theory and Practice in Europe
and Amerika, memperkenalkan istilah negara hukum dengan istilah rechtsstat
atau constitutionalstate. Demikian juga tokoh lain yang membahas tentang
rechtsstat adalah Friederich J. Stahl, yang mengatakan ada empat unsur
pokok untuk berdirinya satu rechtsstat, yaitu: (1) hak-hak manusia; (2)
pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; (3)
pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan; (4) peradilan administrasi
dalam perselisihan.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 3


Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa negara
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hokum. Hal itu tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yang menjelaskan bahwa “…maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia….”. Hal ini mengandung makna bahwa
suatu keharusan Negara Indonesia yang didirikan itu berdasarkan atas
Undang-Undang Dasar Negara. Dengan pengertian lain dalam Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia bahwa Negara Indonesia adalah negara
hokum atau rechtsstat dan bukan negara kekuasaan atau machtsstat.
Didalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip
supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan
pembatasan kekuasaan menurut sistem kostitusional yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak
memihak, yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum,
serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap
penyalahgunaan wewenang oleh pihak penguasa. Dalam paham hukum
negara itu, hukumlah yang menjadi komando tertinggi dalam
penyelenggaraan negara. Oleh karena itu berdasarkan pengertian ini Negara
Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”,
yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan
oleh hukum atau nomos. Dalam negara hukum yang demikian, harus
diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan
berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan
kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat.
Prinsip negara hukum hendaknya dibangun dan dikembangkan menurut
prinsip-prinsip demokrasiatau kedaulatan rakyat. Hukum tidak boleh dibuat,
ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan dengan tangan besi atau kekuasaan
perseorangan atau machtsstaat. Prinsip negara hukum tidak boleh ditegakkan
dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-
Undang Dasar. Karena itu perlu ditegaskan bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat dan ditegaskan juga bahwa negara Indonesia adalah negara
hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis (dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat).

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 4


Prinsip-prinsip Rule of Law
Sebagimana dijelaskan bahwa pengertian Rule of Law tidak dapat
dipisahkan dengan pengertian negara hukum, namun dalam negara yang
menganut sistem Rule of Law harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas,
terutama dalam hubungannya dengan realisasi Rule of Law itu sendiri.
Menurut Albert Venn Dicey dalam “Introduction to the Law of The
Constitution, memperkenalkan istilah the Rule of Law yang secara sederhana
diartikan sebagai suatu keteraturan hukum. Menurut Dicey terdapat tiga unsur
fundamental dalam Rule of Law, yaitu: (1) supremasi aturan-aturan
hukum,tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang, dalam arti seseorang
hanya boleh dihukum, jikalau memang melanggar hukum; (2) kedudukanya
yang sama dimuka hukum. Hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa
maupun pejabat negara; (3) terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-
Undang serta keputusan pengadilan.
Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa jikalau dalam
hubungan dengan negara hanya berdasarkan prinsip tersebut, maka negara
terbatas dalam pengertian negara hukum formal, yaitu negara tidak bersifat
proaktif melainkan pasif. Sikap negara yang demikian ini dikarenakan negara
hanya menjalankan dan taat pada apa yang termaktub dalam konstitusi
semata. Dalam pengertian seperti ini seakan-akan negara tidak berurusan
dengan kesejahteraan rakyat. Setelah pertengahan abad ke-20 mulai
bergeser, bahwa negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyatnya. Untuk itu negara tidak hanya taat pada apa yang termaktub dalam
konstitusi semata, melainkan harus aktif melaksanakan upaya-upaya untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan cara mengatur kehidupan
sosial ekonomi.
Dalam hubungan negara hukum ini, organisasi pakar hukum
Internasional, International Comission of Jurists (ICJ), secara intens
melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan unsur-unsur esensial
yang terkandung di dalamnya. Dalam beberapa kali pertemuan ICJ di
berbagai negara seperti di Athena (1995), di New Delhi (1956),di Amerika
Serikat (1957), di Rio de Jainero (1962), dan Bangkok (1965), dihasilkan

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 5


paradigma baru tentang negara hukum. Dalam hubungan ini kelihatan ada
semangat bersama bahwa konsep negara hukum adalah sangat penting.
Pada pertemuan ICJ di Bangkok tahun 1965 semakin menguatkan posisi
Rule of Law dalam kehidupan bernegara. Selain itu, melalui pertemuan
tersebut telah digariskan bahwa di samping hak-hak politik bagi rakyat harus
diakui pula adanya hak-hak sosial-ekonomi, sehingga perlu dibentuk standar-
standar sosial ekonomi. Komisi ini merumuskan syarat-syarat pemerintahan
yang demokratis dibawah Rule of Law yang dinamis, yaitu: (1) perlindungan
konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual, konstitusi harus
pula menentukan teknis-prosedural untuk memperoleh perlindungan atas
hak-hak yang dijamin; (2) lembaga kehakiman yang bebas dan tidak
memihak; (3) pemilihan umum yang bebas; (4) kebebasan menyatakan
pendapat; (5) kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi; dan (6)
pendidikan kewarganegaraan.
Prinsip-prinsip Rule of Law secara formal di Indonesia :
Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di dalam pasal-
pasal UUD 1945, yaitu sebagai berikut :
1. Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 ayat 3),
2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan peradilan
(pasal 24 ayat 1),
3. Segala warga Negara sama kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1),
4. Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat sepuluh pasal antara
lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum (pasal 28 D ayat 1),
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 6


B. HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigm serta kerangka


konseptual tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal
Declaration of Human Right’ 10 Desember 1948,namun melalui suatu proses
yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dari segi sejarah,
deklarasi yang ditandatangani oleh Majelis Umum PBB dihayati sebagai suatu
pengakuan yuridis formal dan merupakan titik tertinggi perjuangan sebagian
besar umat manusia di belahan dunia khususnya yang tergabung dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pada zaman Yunani Kuno, Plato telah memaklumkan kepada warga
polisnya, bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap
warganya melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam akar
kebudayaan Indonesia, pengakuan secara penghormatan tentang hak asasi
manusia telah mulai berkembang, misalnya dalam masyarakat Jawa telah
dikenal tradisi Hak Pepe yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati oleh
penguasa, seperti hak mengemukakan pendapat, walaupun hak tersebut
bertentangan dengan kemauan penguasa.
Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala ditandatangani
Magna Charta (piagam yang dikeluarkan di Inggris untuk membatasi monarki
Inggris )pada tahun 1215, oleh raja John Lackland. Kemudian juga
penandatanganan Petition of Right pada tahun 1628 oleh Raja Charles I.
Dalam hubungan ini Raja berhubungan dengan utusan rakyat. Dalam
hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat
hubungannya dengan perkembangan demokrasi.setelah itu perjuangan yang
lebih nyata pada penandatanganan Bill of Right, oleh Raja Willem III pada
tahun 1689, sebgai hasil dari pergolakan politik dasyat yang disebut sebagai
The Gloriuos Revolution. Peristiwa ini tidak saja sebagai suatu kemenangan
parlemen atas raja, melainkan juga merupakan kemenangan rakyat dalam
pergolakan yang menyertai pergolakan Bill of Right yang berlangsung selama
60 tahun. Perkembangan hak asasi manusia selanjutnya dipengaruhi oleh
pemikiran filsuf Inggris John Locke yang berpendapat bahwa manusia
tidaklah secara absolut menyerahkan hak-hak individunya kepada penguasa.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 7


Hak-hak yang diserahkan kepada penguasa adalah hak yang berkaitan
dengan perjanjian tentang negara, adapun hak-hak lainnya tetap berada pada
masing-masing individu.
Puncak perkembangan hak-hak asasi manusia tersebut yaitu ketika
‘Human Rights’ itu untuk pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam
‘Declaration of Independence’ Amerika Serikat pada tahun 1776. Dalam
deklarasi Amerika Serikat tertanggal 4 Juli 1776 tersebut dinyatakan bahwa
seluruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak
yang melekat padanya. Perumusan hak-hak asasi manusia secara resmi
kemudian menjadi dasar pokok konstitusi negara Amerika Serikat tahun 1787,
yang mulai berlaku 4 maret 1789.
Perjuangan hak asasi manusia tersebut sebenarnya telah dimulai di
Prancis sejak Rousseau, dan perjuangan itu memuncak dalam revolusi
Prancis, yang berhasil menetapkan hak-hak asasi manusia dalam
‘Declaration des Droits L’Homme et du Citoyen’ yang ditetapkan oleh
Assemblee Nationale, pada 26 Agustus 1789. Semboyan revolusi pran cis
yang terkenal yaitu: (1) Liberte (kemerdekaan); (2) Egalite (kesamarataan);
(3) Fraternite (kerukunan atau persaudaraan). Maka menurut konstitusi
Prancis yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang
dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dengan
hakikatnya.
Dalam rangka konseptualisasi dan interprestasi terhadap hak-hak
asasi yang mencakup bidang-bidang yang luas itu, presiden Amerika yaitu
Franklin D. Roosevelt pada permulaan abad ke 20 memformulasikan empat
macam hak-hak asasi yang kemudian dikenal dengan “The Four Freedom” itu
adalah : (1) Freedom of Speec, yaitu kebebasan untuk berbicara dengan
mengemukakan pendapat; (2) Freedom of Religion, yaitu kebebasan
beragama; (3) Freedom from Fear, yaitu kebebasan dari rasa ketakutan; (4)
Freedom from Want, yaitu kebebasan dari kemelaratan. Hal inilah yang
kemudian menjadi inspirasi dari Declaration of Human Right 1948 PBB.
Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima
secara universal sebagai ‘a moral, political, legal framework and as a
guideline’ dalam membangun dunia yang lebih damai.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 8


Setelah dikukuhkannya naskah Universal Declaration of Human Right
ini, ternyata tidak mampu untuk mencabut akar—akar penindasan di berbagai
negara. Oleh karena itu PBB terus mencoba untuk memperjuangkannya.
Akhirnya setelah kurang lebih 18 tahun, PBB berhasil melahirkan Convenant,
on Economic, Social, and Cultural (Perjanjian tentang ekonomi, social, dan
budaya) dan Convenant on Civil and Political Right (Perjanjian tentang hak-
hak sipil dan politik).
Ruang lingkup HAM yang merupakan dasar dari manusia yang
senantiasa berubah menurut ukuran zaman dan perumusannya, sebagai
berikut :
1. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat.
2. Hak memilih sesuatu.
3. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
4. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama.
5. Hak untuk hidup.
6. Hak untuk kemerdekaan hidup.
7. Hak untuk memperoleh nama baik.
8. Hak untuk memperoleh pekerjaan.
9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hokum.
10. Hak berkeluarga.
11. Hak kemerdekaan.
12. Hak berkomunikasi.
13. Hak kesejahteraan.
14. Hak keadilan.

C. PENJABARAN HAK-HAK ASASI MANUSIA DALAM UUD


1945

Menurut pandangan filsafat bangsa Indonesia yang terkandung dalam


pancasila hakikat manusia adalah ‘Monopluralis’ susunan kodrat manusia
adalah jasmani rohani, sifat kodrat manusia adalah makhluk individu dan
makhluk social, serta kedudukan kodrat manusia adalah makhluk pribadi
berdiri sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Secara resmi
deklarasi pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 telah terlebih dahulu
merumuskan hak-hak asasi manusia dari pada deklarasi universal hak-hak
asasi manusia PBB. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pembukaan UUD
1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada tanggal 18 agustus 1945,
sedangkan deklarasi hak-hak asasi manusia PBB pada tahun 1948.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 9


Dalam pembukaan UUD 1945 Alinea I dinyatakan bahwa : “
kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Dalam pernyataan tersebut
terkandung pengakuan secara yuridis hak asasi manusia tentang
kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak
Asasi Manusia PBB pasal I.
Penyataan tentang “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…”
mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung
pengakuan manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan
dengan kata “…supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas…” dalam
pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia
untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal
Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan
dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945.
Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal
maupun material tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara
berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu undang-
undang terutama untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi untuk
kesejahteraan hidup bersama.
Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 tersebut, Negara Indonesia menjamin dan melindungi
hak-hak asasi manusia pada warganya terutama dalam kaitannya dengan
kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah, antaralain
berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan, pendidikan, dan agama. Salah satu pasal UUD 1945 yang
mengatur tentang HAM, yaitu:
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 telah memberikan jaminan


secara eksplisit tentang hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam bab XA,
pasal 28A sampai pasal 28J. jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum
dilakukan amandemen, ketentuan yang mengatur jaminan hak-hak asasi
manusia dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 dikembangkan menjadi

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 10


tambah pasal yang lebih rinci. Rincian tersebut antara lain misalnya tentang
hak-hak social dijamin dalam pasal 28B ayat (1), (2), pasal 28C ayat (2),
pasal 28H ayat (30), hak ekonomi diatur dalam pasal 28D ayat (2), hak politik
diatur dalam pasal 28D ayat (3) pasal 28E (3), hak budaya pada pasal 28I
ayat (3), hak perlindungan hukum yang sama pada pasal 28G ayat (1) hak
memeluk, memiliki, menyimpan, mengelola, menyampaikan informasi, dan
komunikasi melalui berbagai saluran yang ada.

CIRI-CIRI DAN TUJUAN HAM


Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal
karena diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki
perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamin. Dasar Hak Asasi Manusia
adalah manusia berada dalam kedudukan yang sejajar dan memiliki
kesempatan yang sama dalam berbagai macam aspek untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan


tentang ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan
bagian dari manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, etnis, pandangan politik , atau asal usul sosial dan bangsanya.
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
melanggar dan membatasi orang lain.
Kemudian tujuan Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut :
a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-
wenangan.
b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia
c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab
untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 11


PELANGGARAN HAM
Dalam Undang-Undang No.39 tahun 1999 Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara
baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan
hokum ,mengurangi, menghalangi, membatasi dan mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini dan
tidak mendapat atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu pelanggaran
HAM berat dan pelanggaran HAM ringan. Kejahatan genosida dan kejahatan
kemanusiaan termasuk dalam pelanggaran HAM yang berat.
Kejahat genosida itu sendiri berdasarkan UU No.26/2000 tentang pengadilan
HAM adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok,
bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama.
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukan secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar
(asas-asas) ketentuan pokok hokum internasional, penyiksaan, perkosaan,
perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk- bentuk kekerasan
seksual lain.
Contoh-contoh pelanggaran HAM yang lain dan pernah terjadi di Indonesia
antara lain:
1. Rezim Soeharo di masa Orde Baru
Negara kita memiliki sejarah gelap dalam pelanggaran HAM di masa Orde
Baru. Selama 32 tahun dibawah rezim pemerintahan Alm.mantan Presiden
Soeharto telah terjadi ratusan bahkan ribuan pelanggaran HAM di Indonesia.
Para aktivis politik, pemimpin oposisi, jurnalis dan tokoh-tokoh yang
menghambat kelanggengan pemerintahan Alm.Soeharto telah mengalami
serangkaian pelanggaran HAM seperi pemberontakan, penyiksaan,
penculikan bahkan pembantaian.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 12


2. Penembakan Mahasiswa Trisakti
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan
puluhan lainnya luka-luka). Kasus penembakan mahasiswa Trisakti
merupakan salah satu kasus penembakan kepada para mahasiswa Trisakti
yang sedang berdemonstrasi oleh para anggota polisi dan militer.

UPAYA PENANGGULANGAN PELANGGARAN HAM DI


INDONESIA
1. Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi
Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan
dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus memenuhi
kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada
masyarakat. Selain itu juga, harus mampu memberikan perlindungan pada
tiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindak
kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya


berbagai bentuk pelanggaran HAM
Kualitas pelayanan publik yang baik akan membuat masyarakat
menjadi nyaman. Tidak ada keluhan dan protes dari masyarakat menjadi
tonggak upaya pencegahan pelanggaran HAM.

3. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan


negara
Semakin profesional sebuah lembaga, semakin baik pula
masyarakat untuk mempercayai lembaga tersebut. Demikian halnya
dengan lembaga keamanan dan pertahanan negara, jika mampu
meyakinkan masyarakat bahwa mereka itu profesional, maka pelanggaran
HAM mungkin menjadi semakin berkurang.

4. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada


masyarakat

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 13


Penyebarluasan prinsip HAM pada masyarakat dapat melalui
lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) ataupun lembaga
pendidikan non-formal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-
kursus). Tujuan dari penyebarluasan ini tentunya agar masyrakat mengerti
dan paham seberapa pentingnya HAM itu. Jika masyarakat mengerti,
maka akan meringankan beban pemerintah dalam upaya penegakan
HAM. Upaya ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin, apabila masyarakat
tahu lebih awal, maka pelanggaran HAM juga tidak akan terjadi di
kemudian hari.

5. Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga politik


terhadap setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan pemerintah
Jika pemerintah melakukan upaya penegakan HAM, kita sebagai
warga negara juga harus mengawasinya. Baik tidaknya kebijakan
pemerintah juga harus kita awasi dengan seksama. Jika ada kebijakan
dan tindakan yang tidak sesuai peraturan perundang-undangan atau
merugikan berbagai pihak, kita dapat mengoreksi segala kebijakan
pemerintah dan melaporkannya.

6. Meningkatkan kerjasama yang harmonis antar kelompok dan


golongan dalam masyarakat
Kerjasama ini diharapkan mampu menciptakan hubungan yang
saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-
masing.

7. Mempelajari, memahami dan menerapkan pentingnya Hak Asasi


Manusia dalam kehidupan sehari-hari
Ketiga hal ini memang harus diterapkan di masyarakat agar segala
bentuk pelanggaran dapat diminimalisir. Ketika seseorang mengetahui
bahwa Ham itu sangat penting dan harus dilindungi serta dijunjung tinggi,
maka pelanggaran HAM tidak akan ia lakukan.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 14


8. Menerapkan pentingnya HAM dalam kehidupan sehari-hari dapat
dimulai dari perbuatan yang baik
Misalnya saja, rajin membaca, bersikap jujur, tidak sombong,
ramah, suka berpendapat dan sebagainya. Perbuatan-perbuatan baik jika
dilakukan secara terus menerus juga dapat menjadi kebiasaan. Intinya
kebiasaan baik juga ikut mempengaruhi upaya pencegahan pelanggaran
HAM di negeri ini.

D. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


1. Pengertian Warga Negara dan Penduduk
Warga negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan
rakyat tertentu dalam hubungannya dengan negara. Dalam hubungan
internasional di setiap wilayah negara selalu ada warga negara dan
orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warga negara
adalah penduduk suatu negara, sedangkan setiap penduduk belum
tentu warga negara. Penduduk suatu negara mencakup warga negara
dan orang asing, yang memiliki hubungan berbeda dengan negara.
Menurut UUD 1945, negara melindungi segenap penduduk
misalnya dalam pasal 29 ayat (2) disebutkan “negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya
itu”.
2. Asas-asas Kewarganegaraan
a. Asas Ius-Sanguinis dan Asas Ius-Soli
Asas ius sanguinis adalah asas keturunan atau hubungan darah,
artinya bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh orang
tuanya, sedangkan asas ius soli adalah asas daerah kelahiran, artinya
bahwa status kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat
kelahirannya.
b. Bipatride dan Apatride
Bipatride adalah dwi kewarganegaraan, yang merupakan timbulnya
apbila menurut peraturan dari dua Negara terkait seorang dianggap
sebagai warga Negara kedua Negara itu. Misalnya Adi dan Ani adalah

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 15


suami isteri yang berstatus warga Negara A, namun mereka berdomisili
di Negara B. Negara A menganut asas ius sanguinis dan Negara B
menganut asas ius soli. Kemudian lahirlah anak mereka, Dani. Menurut
Negara A yang menganut asas ius sanguinis, Dani adalah warga
Negaranya karena mengikuti kewarganegaraan orang tuanya. Menurut
Negara B yang menganut asas ius soli, Dani juga warga Negaranya,
karena tempat kelahirannya adalah di Negara B. dengan demikian Dani
mempunyai status dua kewarganegaraan atau bipatride .
Apatride adalah tanpa kewarganegaraan yang rimbul apabvila
penurut peraturan kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai
warga Negara dari Negara manapun. Misalnya Agus dan ira adalah
suami istri yang berstatus Negara B yang berasal dari ius soli. Mereka
berdomisili di Negara A yang berasas ius sanguinis. Kemudian lahirlah
anak mereka Budi, menurut Negara A, Budi tidak diakui sebagai warga
negaranya, karena orangtuanya bukan warga negaranya. Begitupula
menurut Negara B, Budi tidak diakui sebagai warga negaranya, karena
lahir di wilayah Negara lain. Dengan demikian Budi tiak mempunyai
kewarganegaraan atau apatride.

3. Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945


Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga
negara mencakup Pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33, dan 34.
a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan bahwa hak warga negara yang sama
dalam hukum dan pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung
hukum dan pemerintahan.
b. Pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa hak warga negara atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c. Pasal 27 ayat (3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan
bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
d. Pasal 28 menetapkan bahwa hak kemerdekaan warga negara untuk
berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 16


e. Pasal 29 ayat (2) menyebutkan bahwa adanya hak kemerdekaan
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamanya
f. Pasal 30 ayat (1) dalam Perubahan Kedua UUD 1945 menyebutkan
bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
usaha pertahanan dan kedamaian negara.
g. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negaraberhak
mendapat pengajaran.

4. Hak dan Kewajiban Bela Negara


a. Pengertian
Pembelaan Negara atau bela negara adalah tekad, sikap, dan
tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi ole kecintaan pada tanah air serta kesadaran
hidup berbangsa dan bernegara.

b. Asas Demokrasi dalam Pembelaan Negara


Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945,
bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap
warga negara. Hal ini menunjukkan adanya asa demokrasi dalam
pembelan negra yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap
warga negara turut serta dlam menentukan kebijakan tentang
pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai
dengna UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua,
bahwa setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya
masing.

c. Motivasi dalam Pembelaan Negara


Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga
negara akan hak dan kewajibannya. Kesadaranna demikian perlu
ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan
untuk itu serta dalam pembelaan negara. Proses motivasi untuk

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 17


membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga
memmahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya.
Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikirin yang dapat dijadikan
sebagai bahan motivasi setiap warga negara untuk ikut serta
membela negara Indonesia adalah.
1) Pengalaman sejarah perjuangan RI.
2) Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis
3) Kekayaaan sumber daya alam
4) Perkembangan penduduk dan kemajuan IPTEK di bidang
persenjataan
5) Keadaan penduduk (demokrafis) yang besar.
6) Kemungkinan timbulnya bencana perang.

5. Contoh sikap bela negara di kehidupan sehari-hari


1. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tolong membantu antar
warga negara masyarakat.
2. Bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
3. Meningkatan kegiatan gotong royong dan semangant persatuan dan
kesatuan
4. Menjaga keamanan lingkungan melalui kegiatan siskamling/ronda
5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan tentram dalam masyarakat
6. Menghargai adanya perbedaan dan memperkuat persamaan yang
ada
7. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama
8. Selalu aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 18


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Rule of Law
Rule of Law adalah kekuasaan public yang diatur secara legal.
Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk
negara mendasar pada Rule of Law. Berdasarkan pengertian tersebut
maka setiap negara yang legal senantiasa menegakkan Rule of Law.
Konstitusi dalam hubungan ini dijadikan sebagai wujud hukum tertinggi
sebagai yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat
pemerintah sekalipun sesuai dengan prinsip pemerintahan
berdasarkan hukum, bukan berdasarkan manusia atau penguasa.

2. Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia adaah hak kodrat yang dimiliki manusia dari
lahir yang diatur dalam perundang-undangan. Hak-hak asasi tersebut
meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, dan melanjutkan keturunan,
hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas rasa
aman, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak,
hak memilih dan dipilih.
B. SARAN
1. Hak Asasi Manusia
Setiap orang wajib menerima haknya masing-masing dan wajib
menghargai hak orang lain sebagai wujud untuk menegakkan dan
melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis.
2. Rule of Law
Sebagai generasi muda, kita harus mampu berperan bagi
kehidupan individu dan masyarakat khususnya dalam menegakkan
Rule of Law.

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 19


DAFTAR PUSTAKA

Sri Rahayu, Ani. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:


Bumi Aksara
http://www.komnasham.go.id/deklarasi-universal-hak-asasi-manusia
https://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/penjabaran-hak-azasi-manusia-
dalam-uud-1945/
http://www.langkahpembelajaran.com/2014/11/pengertian-pelanggaran-ham-
macam.html
http://myblog98home.blogspot.co.id/2014/09/contoh-pelanggaran-ham-berat-
di.html
http://ikanuriyanti.blogspot.co.id/2014/01/ham-dan-rule-of-law-di-
indonesia.html

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia | 20

Anda mungkin juga menyukai