Anda di halaman 1dari 23

JURNAL RISET

TINJAUAN ATAS INFORMASI AKUNTANSI


PIUTANG PREMI PADA PT.TASPEN (PERSERO)
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam
menyusun Laporan Tugas Akhir Diploma III Program Akuntansi pada Fakltas
Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh:

Nama : Retno Noor Indah Sari

NPM : 0309U007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DIPLOMA III

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

Terakreditasi (Accredited)
Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 017/BAN-PT/Ak-VIII/Dpl-III/X/2008

BANDUNG

2013
JURNAL RISET TINJAUAN ATAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PIUTANG PREMI
PADA PT.TASPEN (PERSERO)

21 Februari 2013-02-10

TINJAUAN ATAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PIUTANG


PREMI PADA PT.TASPEN (PERSERO)

RETNO NOOR INDAH SARI


Universitas Widyatama

This final report is made in order to determine premiums receivable record companies
presented using descriptive method is the method of assessment that compares an observed
problem directly into the field with the existing theory. Premiums receivable are analyzed to
investigate the implementation of accounting information systems premiums receivable records,
internal controls, and the problems faced by the company.

From the results of the field work practices can be seen that the accounting information
system of premiums receivable PT.TASPEN (PERSERO) in premiums receivable is effective
recording and performance PT.TASPEN (PERSERO) is considered good.

Keywords : premiums receivable records, internal controls, and problems.


1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul.
Sehubungan dengan perkembangan teknologi dan informasi pada era globalisasi ini,
semakin banyak perusahaan yang berkembang pesat, terutama dalam hal pertukaran informasi.
Informasi saat ini sudah menjadi komoditas yang sangat penting dalam memenangkan
persaingan di dalam dunia bisnis. Sistem informasi merupakan suatu sistem yang dapat
membantu pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari, karena sebagaian besar
kegiatan perusahaan terkait dengan akuntansi dan antara satu sistem dengan sistem lainnya saling
berhubungan untuk membantu operasional perusahaan
Dengan adanya dukungan sistem informasi yang di rancang dengan baik, maka informasi
yang dihasilkan akan tepat dan akurat sehingga dapat membuat perusahaan itu lebih unggul
dalam bersaing dengan perusahaan lain. Sistem informasi yang dirancang dengan baik akan
menghasilkan keputusan yang tepat dan membantu persahaan dalam pencapaian tujuan yang
ditetapkan sebelumnya. Kemampuan untuk mengakses dan menyediakan informasi secara cepat,
tepat, dan akurat sudah menjadi suatu kebutuhan mutlak bagi suatu Perusahaan. Oleh karena itu
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, masing-masing perusahaan dituntut untuk
menerapkan dan mengembangkan sistem informasi untuk menunjang proses pengambilan
keputusan yang tepat.
Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood, dalam bukunya bahwa sistem
informasi menyiratkan penggunaan teknologi komputer dalam suatu organisasi untuk
menyediakan informasi bagi pengguna. Sistem infomasi berbasis komputer merupakan suatu
rangkaian perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasi data
menjadi informasi yang berguna.
Menurut Dwi Martani dkk, dalam bukunya secara umum sistem informasi akuntansi
membantu manajemen perusahaan untuk mengumpulkan data-data keuangan, mengelolanya
menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna, dan menghasilkan laporan keuangan. Sistem
informasi akuntansi yang baik dan efektif memampukan manajemen perusahaan dan para pihak
yang berkepentingan mendapatkan informasi secara cepat dan akurat mengenai perusahaan.
Standar akuntansi instrument keuangan PSAK 55, menyebutkan bahwa salah satu
klasifikasi asset keuangan adalah pinjaman yang diberikan dan piutang. Piutang merupakan
klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Piutang adalah kredit yang disalurkan kepada pihak lain,
dalam laporan posisi keuangan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan.
Salah satu informasi yang penting untuk menunjang dan mendukung kelancaran aktifitas
bisnis perusahaan adalah laporan daftar piutang dan daftar penerimaan piutang. Untuk
pengendalian piutang perusahaan maka diperlukan sistem penagihan yang baik sehingga piutang
dapat ditagih tepat waktu dan terhindar dari piutang tak tertagih. Karena jika ada kemungkinan
piutang itu tidak tertagih maka ini dapat berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan.
PT.TASPEN (PERSERO) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi
tugas untuk mengelola Program Asuransi Sosial. PT.TASPEN (PERSERO) memiliki transaksi
piutang premi, piutang premi merupakan piutang atas premi dan iuran dari peserta PNS yang
disetorkan ke PT.TASPEN (PERSERO) setiap bulannya. Pada pengelolaan data khususnya
pencatatan Piutang Premi yang dilakukan masih ada yang menggunakan sistem manual.
Walaupun sampai saat ini PT.TASPEN (PERSERO) sudah menggunakan sistem
informasi yang sudah terkomputerisasi yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, dan
berjalan dengan baik, namun bagian pencatatan piutang premi masih menggunakan sistem
pencatatan yang manual guna menghindari eksposur, masalah yang paling sering terjadi adalah
kesalahan-kesalahan dalam hal pencatatan transaksi yang sudah terkomputerisasi, dan masalah
lainnya adalah informasi yang dihasilkan akibat lambatnya pemprosesan data transaksi.
Berdasarkan adanya masalah-masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut mengenai proses pencatatan piutang premi di PT.TASPEN (PERSERO) ini dengan judul :
“TINJAUAN ATAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PIUTANG PREMI PADA
PT.TASPEN (PERSERO)”.

1.2 Identifikasi Masalah.


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka untuk membatasi ruang
lingkup dalam penulisan laporan proposal ini penuis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses Sistem Informasi akuntansi Pencatatan Piutang Premi yang disajikan
oleh PT.TASPEN (PERSERO) ?
2. Bagaimana pengendalian intern piutang premi pada PT.TASPEN (PERSERO)?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dan kendala dalam proses Sistem
Informasi Pencatatan Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO)?

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa proses Sistem Informasi
Pencatatan Piutang Premi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Adapun
tujuan yang dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan Sistem Informasi Pencatatan
Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO).
2. Untuk mengetahui bahwa tahap proses Sistem Informasi Pencatatan Piutang Premi pada
PT.TASPEN (PERSERO) telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dan kendala dalam proses
Sistem Informasi Pencatatan Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO).
4. Untuk mengelola data-data tersebut secara tepat dan objektif sehingga menghasilkan
suatu informasi yang berguna bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir.


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahan penulis, pengalaman
dan lebih memahami tentan proses Sistem Informasi Pencatatan Piutang Premi pada
PT.TASPEN (PERSERO).
2. PT.TASPEN (PERSERO)
Sebagai masukan pemikiran untuk mengkaji kembali proses Sistem Informasi Pencatatan
Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO) serta diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan PT.TASPEN(PERSERO).
3. Penulis Selanjutnya
Berbagi tema bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai proses Sistem Informasi Pencatatan Piutang Premi pada PT.TASPEN
(PERSERO), serta memberi gambaran untuk melakukan lebih jauh penelitian.
1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian.
Lokasi yang menjadi tempat penulisan mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah PT. TASPEN (PERSERO) yang terletak di
Jalan PH.H. Mustopha No.78 Bandung 40124 (022-7206545). Adapun waktu pelaksanaan
penelitian dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2012
sampai dengan 17 Agustus 2012.

2.1 Akuntansi
Akuntansi berasal dari bahasa asing yaitu accounting, yang artinya bila di terjemahkan
adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi adalah suatu proses mencatat,
mengklasifikasikan, meringkas, mengelola dan menyajikan data transaksi sehingga dapat
digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk mengambil suat
keputusan serta tujuan lainnya.

2.1.1 Pengertian Akuntansi


Akuntansi merupakan pemprosesan data keuangan perusahaan untuk menghasilkan
informasi yang berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan perusahaan dan untuk
mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan.

2.1.2 Jenis Perkiraan Dalam Akuntansi


Jenis perkiraan dalam akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Harta/Aktiva/Assets
Pengertian harta tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi
juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan ata biaya yang masih
harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Klasifikasi harta adalah sebagai
berikut :
a. Harta Lancar (CurrentAassets
b. Harta Tidak Lancar (Non Current Assets)
c. Harta Tetap (Fixed Assets)
d. Harta Tak Berwujud (Intagible Assets)
e. Harta Lainnya (Other Assets)
2. Kewajiban/Hutang/Pasiva/Liabilities
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang
berasal dari kreditur. Klasifikasi hutang adalah sebagai berikut :
a. Hutang Lancar (Current Liabilities)
b. Hutang Jangka Panjang (Longterm Liabilities).
3. Modal/Capital
Modal adalah hak pemilik atas kekayaan dan harta perusahaan yang timbul sebagai
akibat penanaman ( investasi ) yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik. Contoh :
modal disetor, prive/payroll, modal komanditer, laba ditahan, agio saham dan lain
sebagainya.
1.2 Piutang
Piutang berasal dari bahasa inggris (Account receivable) adalah salah satu jenis transaksi
akuntansi yang mengursi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu
perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang atau layanan yang telah diberikan pada
konsumen tersebut. Pada sebagian entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat
tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu
tenggang waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.

2.2.1 Pengertian Piutang


Pengertian piutang adalah hak kreditur terhadap debitur sebagai akibat yang timbul dari
penyerahan barang atau jasa secara kredit.

2.2.2 Jenis-Jenis Piutang


2.2.2.1 Piutang Dagang
Piutang dagang menurut Raja Adri Satriawan (2012 : 87) adalah janji pembeli untuk
membayar jumlah yang terutang atas jasa dan barang yang terjual. Piutang dagang normalnya
diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu 30 sampai dengan 90 hari.
1. Pengakuan piutang dagang
Pengakuan piutang dagang berkaitan dengan pengakuan pendapatan. Menurut IAS 11
dan PSAK 23 (revisi 2009), pendapatan dari penjualan jasa harus diakui bila hasil transaksi
penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi ini dipenuhi :
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal,
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan,
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal laporan posisi keuangan dapat
diukur dengan andal, dan
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi :
a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli,
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual,
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal,
d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan taksiran akan
mengalir kepada perusahaan tersebut, dan
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan
dapat diukur dengan andal.

2. Penilaian piutang dagang


Piutang dagang dinilai dan dilaporkan pada laporan posisi keuangan pada nilai realisasi
bersih (net relizable value), yaitu jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk
kas. Penentuan nilai realisasi bersih piutang dagang memerlukan estimasi piutang tak tertagih.
a. Piutang tak tertagih
Metode penghapusan langsung (direct write-off method). Merupakan satu-satunya
metode yang diakui oleh perpajakan.
 Jurnal pada saat penghapusan langsung piutang
Beban Penghapusan Piutang Rp.xxx
Piutang Premi Rp.xxx
 Jurnal pelunasan piutang
Kas Rp.xxx
Piutang premi Rp.xxx
 Jurnal pelunasan piutang yang sebelumnya dihapus
Kas Rp.xxx
Pendapatan lain Rp.xxx
 Jurnal penyesaian penurnan nilai untuk tahun 20xx
Beban penghapusan piutang Rp.xxx
Piutang premi Rp.xxx
Cara ke dua metode penyisihan (allowance method), merpakan metode yang disarankan
oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum.
 Jurnal pada saat menggunakan pencadangan piutang
Cadangan penurunan nilai piutang Rp.xxx
Piutang Premi Rp.xxx
 Jurnal pelunasan piutang
Kas Rp.xxx
Cadangan penurunan nilai piutang Rp.xxx
Piutang premi Rp.xxx
 Pelunasan piutang yang sebelum dihapuskan
Piutang premi Rp.xxx
Cadangan penurunan nilai piutang Rp.xxx
Kas Rp.xxx
Piutang premi Rp.xxx
 Jurnal penyesuaian penurunan nilai untuk tahun 20xx
Beban penurunan nilai piutang Rp.xxx
Cadangan penurunan nilai piutang Rp.xxx
Rekonsiliasi cadangan penurunan nilai piutang:
Saldo awal periode Rp.xxx
Penghapusan piutang (Rp.xxx) dihapus
Recovery piutang yang dihapus Rp.xxx
Tambahan penurunan nilai periode tersebut Rp.xxx
Saldo akhir periode Rp.xxx

Rekonsiliasi ini merupakan bagian dari catatan atas laporan keuangan yang menjelaskan rincian
cadangan penurunan.
2.2.2.2 Piutang Dagang sebagai Sumber Kas
Dalam angka mempercepat penerimaan kas dari piutang dagang, perusahaan dapat
meminjamkan atau mengalihkan piutang dagang kepada pihak lain
1. Pinjaman piutang
2. Pengalihan piutang

2.2.2.3 Piutang Wesel


Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang diperkuat dengan wesel (janji
tertulis). Wesel (promissory notes) adalah janji tertulis membayar sejumlah tertentu uang pada
tanggal tertentu uang pada tanggal tertentu di masa depan.

2.3 Sistem Informasi Akuntansi


Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, untuk
mencapai tujan tersebut manajemen membutuhkan informasi yang dapat dipercaya, lemgkap dan
tepat waktu. Sistem informasi akuntansi merupakan sistem informasi yang menyediakan
informasi keuangan yang akan dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, oleh karena
itu sistem informasi akuntansi harus diterapkan sesuai dengan aturan yang ada dalam persahaan.
Tanpa adanya sistem informasi akuntansi yang memadai maka perusahaan tidak akan
mendapatkan informasi yang cukup dan akan sulit menjalakan fingsinya dengan baik.

2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi


Pegertian sistem informasi akuntansi merupakan sistem berbasis komputer dan
serangkaian kegiatan untuk menangani transaksi perusahaan agar seragam, dilengkapi dengan
berbagai formulir, catatan, prosedur, dan laporan guna menghasilkan informasi yang berguna
untuk perencanaan dan pengawasan.

2.3.2 Tujuan Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi


1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akntansi dan pengecekan intern.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

2.3.3 Unsur-Unsur Sistem Informasi Akuntansi


Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Formulir
Merupakan unsur penting dalam sistem informasi akuntansi dan apabila telah diisi
menjadi dokumen dasar. Formulir yang didesain baik dan berfungsi untk
mengembangkan pengendalian intern.
2. Catatan
Catatan- catatan akuntansi terdiri dari buku jurnal, buku besar, dan buku besar
pembantu.
a. Buku jurnal
b. Buku Besar
c. Buku Besar Pembantu.
2.4 Sistem Informasi Akuntansi Piutang
Sistem informasi akuntansi Piutang mewakili uang yang dimiliki barang atau jasa yang
telah dijual yang dimasukkan dalam rekening. Karena kebanyakan bisnis dilakukan secara
kredit, piutang dagang serng kali mewakili sejumlah besar modal kerja organisasi, yang sangat
penting pada proses bisnis pengelolaan pesanan pelanggan.

2.4.1 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Piutang


Adapun tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi piutang adalah dapat menciptakan
informasi dan pengendalian atas piutang sehingga dapat menangani hal-hal sebagai berikut :
1. Akibat finansil dan penjualan secara kredit ialah timbulnya piutang
2. Kemacetan atas piutang meupun keterlambatan pembayarannya akan mempengaruhi
likuiditas perusahaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian.

2.4.2 Organisasi Fungsi Piutang


Kegiatan dari fungsi piutang melibatkan beberapa bagian dari perusahaan sejak
timbulnya piutang sampai diterimanya pembayaran.
Adapun bagian-bagian yang terlibat dalam organisasi fungsi piutang adalah sebagai
berikut :
1. Bagian penjualan yang memegang fngsi penjualan dan merupakan awal timbulnya
pitang.
2. Seksi administrasi piutang mencatat timbulnya dan hapusnya piutang.
3. Bagian akuntansi umum yang memcatat transaksi piutang dalam proses akuntansi.
4. Bagian keuangan yang melibatkan penagihan (inkaso) maupun penerimaan uangnya.

2.4.3 Prosedur Penagiha Piutang


Adapun prosedur penagihan piutang secara naratif adalah sebagai berikut :
1. Administrasi piutang berdasarkan salinan faktr atau kartu pitang membat daftar
piutang jatuh wakt rangkap dua, yang didistribusikan sebagai berikut :
 Asli dikirim ke bagian keuangan
 Tembusan digunakan sebagai arsip administrasi piutang.
2. Bagian keangan atas dasar piutang membuat kuitansi-kuitansi penagihan rangkap dua
yang kemudian dikirim ke bagian inkaso. Daftar pitang jatuh waktu kemudian
diarsipkan.
3. Bagian inkaso membauat “inkaso borderel” (daftar kuitansi) perdaerah penagihan
kemudian kuitansi (rangkap dua) berikut daftar kuitansi diserahkan kepada masing-
masing penagih untuk melaksanakan penagihan.
4. Dalam penagihan (apabila dibayar oleh debitur) diserahkan kuitansi asli kepada
debitur setelah pembubuhan paraf oleh debitur pada daftar kuitansi, membawa uang,
kopi kuitansi, dan daftar kuitansinya, lalu piutang ke perusahaan untuk
mempertanggungjawabkannya ke bagian inkaso. Atas kuitansi (kopi) berikut uang
hasil penagihan diserahkan ke bagian kas, apabila kuitansi belum dibayar, daftar
kuitansi disimpan di bagian inkaso untuk penagihan esok harinya.
5. Kasir setelah mencocokan jumlah uang dan kuitansi membuat bukti penerimaan kas
(cash receipt slip) rangkap 3 (tiga) dan setelah dicatat pada bukti kasir CSR
didistribusikan sebagai berikut :
 Asli berikut kopi kuitansi ke bagian akunting untuk dicatat dalam buku jurnal
penerimaan kas atau bank selanjutnya dicatat dalam buku besar kas dan
piutang.
 Tembusan ke satu ke administrasi piutang untuk dicatat pada kartu piutang
sebelah kredit yang bersangkutan.
 Tembusan ke dua sebagai arsip kasir.
 Kemudian semua dokumen diarsipkan.

2.4.4 Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas dari Pelunasan Piutang Premi
Prosedur penerimaan kas menurut Krismiaji (2002:280). Hampir semua transaksi
perusahaan bermula atau berakhir ke penerimaan kas atau pengeluaran kas, yaitu sebagai berikut
:
1. Bagian Penanganan Surat untuk masuk
2. Kasir
3. Bagian piutang
4. Bagian buku besar
5. Bagian Audit

2.5 Sistem Pengendalian Intern Piutang


Pengendalian intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak digunakan dalam
berbagai kepentingan. Pengendalian intern ini semakin penting, karena perusahaan harus
menyadari dan memahami arti penting pengendalian intern.
Salah satu tujuan sebuah Sistem Informasi adalah untuk membantu manajemen dalam
mengendalikan sebuah organisasi bisnis. Akuntan dapat membantu mencapai tujuan ini dengan
merancang sistem pengendalian yang efektif dan dengan cara pengkajian sistem pengendalian
yang sekarang dipakai untuk menjamin bahwa sistem tersebut beroperasi secara efektif.

2.5.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern


Pada dasarnya sistem pengendalian intern telah dikembangkan secara alamiah melalui
pengalaman atau trail and error dan secara naluriah banyak ditemukan pada para pengusaha
tradisional yang berusaha membangkitkan sistem pengendalian intern dalam mengamankan
hartanya, disamping berkembang secara ilmiah sistem pengendalian intern juga berkembang
sesuai kebutuhan.
Tujuan utama dari sistem pengendalian intern adalah menggambarkan harta kekayaan
perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan, meningkatkan efisien
operasi perusahaan, dan ketaatan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan
pimpinan perusahaan.

2.5.2 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern


Unsur-unsur atau komponen pengendalian intern adalah sebagai berikut :
1. Lingkunagn Pengendalian
2. Penaksiran Risiko
3. Aktivitas Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Monitoring

2.5.3 Pengendalian Intern Piutang


Sistem pengendalian yang perlu diperhatikan pada waktu menyusun sistem akuntansi
piutang adalah sebagai berikut :
1. Petugas yang mencatat atas timbulnya piutang maupun hapusnya piutang pada
rekening-rekening piutang harus terpisah dari petugas buku besar piutang maupun
penagihannya agar dapat diciptakan pengendalian intern melalui internal cek dan lain-
lain.
2. Catatan atas piutang berfungsi control atas kondisi dan batas maksimum kredit, antara
lain melalui daftar analisa umur piutang (againg schedule).
3. Secara periodik diadakannya internal cek antara total buku pembantu buku besar
piutang dengan buku besar piutang (controlling account).
4. Diadakan konfirmasi atas saldo piutang secara periodik.
5. Perlu dibuatkan setiap daftar saldo piutang yang jatuh waktu, yang dibuat seksi
administrasi piutang untuk mengawasi pelaksanaan penerimaan pitang di kas.
6. Atas setiap penagihan, bagian inkaso membuat daftar kuitansi yang harus ditagih
pada hari itu, fungsinya sebagai alat pengawasan atas penagihan.
7. Setiap penagihan hasilnya harus dipertanggungjawabkan hari itu juga oleh petugas
inkaso.

2.6 Pengendalian Intern Terhadap Kas


Pengendalian intern yang baik terhadap kas berdasarkan Al. Haryono Jusup (2005 : 7-8)
memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun
pengeluaran kas. Dalam meancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya deperhatikan tiga
prinsip pokok pengendalian intern. Tiga prinsip pengendalian intern yaitu :
1. Harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab
mengenai transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatatan
transaksi kas.
2. Semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian.
3. Semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek kecuali untuk
pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu
menggunakan kas kecil.

2.6.1 Sistem Voucher dan Pengawasan


1. Kewajiban perusahaan hanya dapat terjadi dari transaksi yang telah disetujui (disahkan)
oleh orang yang diberi wewenang oleh perusahaan.
2. Prosedur-prosedur yang berkaitan dengan terjadinya kewajiban, yang meliputi verifikasi,
pengesahan, dan pencatatan harus ditetapkan.
3. Cek hanya dapat dikeluarkan untuk pembayaran kewajiban yang telah diverifikasi,
disahkan, dan dicatat dengan benar.
4. Kewajiban harus dicatat pada saat terjadi, dan setiap transaksi pembelian harus
diperlakukan sebagai transaksi yang independen.
2.6.2 Voucher
Berdasarkan Al. Haryono Jusup (2005 : 15-17) bahwa apabila perusahaan
menggunakan sistem voucher, maka setelah faktur dicek dan disetujui, dibuatlah voucher.
Voucher menurut Al. Haryono Jusup (2005 : 15) adalah dokumen yang berisi :
1. Keteangan ringkas transaksi.
2. Tanda telah diperiksa.
3. Persetujuan untuk dicatat dan dibayar.

2.6.3 Laporan Bank


Menurut Al. Haryono Jusup (2005 : 20) bahwa bank biasanya mengirimkan laporan
bank bulanan kepada para pemegang giro. Laporan tersebut berisi saldo awal dan saldo akhir
bulan, serta daftar transaksi yang terjadi selama bulan yang bersangkutan. Transaksi tersebut
meliputi penyetoran dan penarikan cek (pengambilan) serta penambahan dan pengurangan lain
yang dilakukan bank atas rekening giro. Setoran di daftar menurut tanggal penyetorannya,
sedangkan cek didaftar menurut tanggal pembayar oleh bank.

2.6.4 Rekonsiliasi Bank


Berdasarkan Al. Haryono Jusup (2005 : 20) apabila perusahaan membuka rekening giro
di bank maka perusahaan akan mempunyai dua catatan mengenai kas yang dimilikinya, yaitu
rekening kas yang terdapat dalam pembukuan persahaan dan laporan bank yang diterima
perusahaan secara periodik dari bank. Saldo kas ditunjukkan dalam rekening kas yang terdapat
dalam laporan bank.

2.6.5 Tahap-Tahap Penyusunan Rekonsiliasi Bank


Tahap-tahap penyusunan rekonsiliasi bank menurut Al. Haryono Jusup (2005 : 23-25)
adalah sebagai berikut :
1. Mulailah dengan saldo yang tercantum dalam laporan bank dan saldo yang tercantum
dalam rekening kas perusahaan (disebut juga “saldo buku”). Kedua angka tersebut
mungkin tidak sama karena adanya perbedaan saat pembukan dank arena sebab-sebab
lain yang telah diterangkan diatas.
2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo perbnak, hal ini yang tercantum dalam
pembukuan perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank.
3. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per buku, hal-hal yang tercantm dalam lapoan
bank tetapi tercatat dalam pembukuan perusahaan.
4. Hitunglah saldo per bank yang telah disesuaikan dengan saldo per buku yang telah
disesuaikan. Kedua saldo tersebut harus sama.
5. Buatlah jurnal untuk setiap hal yang tercantum pada sisi per buku (perusahaan) dalam
rekonsiliasi bank.
6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan, dan sampaikan
pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan.
2.6.6 Asuransi
Asuransi menanggung kemungkinan risiko timbulnya kerugian yang akan diderita oleh
yang ditanggung dan atas jasanya tersebut perusahaan asuransi menerima premi.

3.1 Objek Tugas Akhir


Didalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mengadakan penelitian di PT.TASPEN
(PERSERO) yang beralamat di jalan PH. Mustofa No. 78 Bandung. Adapun yang menjadi objek
penelitian ini adalah Sistem Pencatatan Premi Piutang Pada PT.TASPEN (PERSERO).

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan.


TASPEN merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas untuk
mengelola Program Asuransi Sosial yang terdiri dari Program Dana Pensiun dan Tabungan
Mengelola Hari Tua (THT).
Didirikan pada tanggal 17 April 1963 berdasarkan Peratran Pemerintah Nomor : 15 tahun
1963 dengan nama Perusahaan Negara Dana Tabungan dan Asransi Pegawai Negeri yang
disingkat menjadi PT. TASPEN.
Visi dan Misi PT.TASPEN (PERSERO)
Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya yang terpercaya
Makna Visi
“Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya…”
Ruang lingkup usaha Taspen adalah menyelenggarakan program Tabungan Hari Tua (termasuk
asuransi kematian), Dana Pensiun (termasuk Uang Duka Wafat), program kesejahteraan PNS
serta program jaminan sosial lainnya.
“Terpercaya…"
Taspen menjadi pilihan peserta dan stakeholder lainnya dengan kinerja bersih dan sehat.
‘Bersih’
Taspen beroperasi dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance).
‘Sehat’
Adanya peningkatan kinerja yang berkesinambungan pada bidang keuangan maupun non
keuangan.
Misi
Mewujudkan manfaat dan pelayanan yang semakin baik bagi peserta dan stakeholder lainnya
secara Profesional dan Akuntabel, berlandaskan Integritas dan Etika yang tinggi.”
Makna Misi :
"Manfaat dan pelayanan yang semakin baik.." Untuk memenuhi harapan peserta yang semakin
tinggi, Taspen berupaya meningkatkan nilai manfaat dan pelayanan secara optimal.
"Profesional"
Taspen bekerja dengan terampil dan mampu memberikan solusi dengan 5 Tepat (tepat orang,
tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat dan tepat administrasi ) didukung dengan SDM yang
memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi.
"Akuntabel"
Taspen dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan sistem dan prosedur kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan.
"Integritas"
Taspen senantiasa konsisten dalam memegang amanah, jujur dan melaksanakan janji sesuai visi
dan misi perusahaan.
"Etika"
Taspen melayani peserta dan keluarganya dengan ramah, rendah hati, santun, sabar dan
manusiawi.

3.1.2 Stuktur Organisasi


Stuktur Organisasi merupakan satu kerangka dalam manajemen yang dijalankan dengan
maksud agar setiap organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien. Selain itu juga stuktur
organisasi menggambarkan tanggung jawab tenaga kerja masing-masing bidang,
memperlihatkan kewenangan dan jalur koordinasi yang harus diikuti oleh karyawan serta jalur
kerja sama antar divisi di dalam Perusahaan.

3.1.3 Deskripsi Jabatan


Berikut ini uraian bidang pekerjaan pada PT.TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang
Utama Bandung:
A. KEPALA KANTOR CABANG UTAMA BANDNG
B. KEPALA BIDANG PELAYANAN
C. KEPALA BIDANG PERSONALIA DAN UMUM
D. KEPALA BIDANG KEUANGAN
E. KEPALA BIDANG SISTEM INFORMASI

3.1.4 Aspek Kegiatan Perusahaan


Aspek-aspek kegiatan yang terjadi di PT.TASPEN (PERSERO) KCU Bandung antara
lain :
1. Melaksanakan dwi program TASPEN dibidang Asuransi yaitu :
a. Asuransi Dana Pensiun
Merupakan jaminan hari tua berupa pemberian uang setiap bulan kepala pegawai
negeri sipil yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mencapai usia pensiun.
2. Meninggal pada masa aktif, yang akan diberikan kepada janda / duda atau
anaknya sebelum berumur 25 tahun.
PT.TASPEN juga melakukan pembayaran pensiun kepada :
1. Penerima pension pejabat Negara.
2. Penerima tunjangan perintis kemerdekaan.
3. Penerima tunjangan veteran.
4. Penerima uang tunggu
5. Penerima pension anggota TNI/PORLI yang pension sebelum April 1989.
b. Tabungan Hari Tua (THT) termasuk di dalamnya Asuransi Dwiguna dan Asuransi
Kematian.
Merupakan suatu program asuransi sosial yang terdiri dari asuransi Dwiguna yang
dikaitkan dengan usia pensiun dan ditambah dengan asransi kematian.
Peserta pogram THT tediri dari :
1. Pegawai Negeri Sipil kecuali Pegawai Negeri Sipil Depatermen Pertahanan.
2. Pejabat Negara.
3. Pegawai BUMN atau BUMD.
2. Melaksanakan Investasi atau pengelolaan dana yang terkumpul baik dai iuran peseta
maupun dari sumber lainnya melalui pelaksanaan kegiatan antara lain penyertaan modal
pada peusahaan atau badan lainnya, pasa modal, pasar uang deposito, atau real estate.

3.2 Metode Tugas Akhir


Metode yang digunaka dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah metode
deskriptif.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data


Untuk melengkapi data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Lapangan, yaitu melaksanakan pekerjaan lapangan di perusahaan berupa praktik
kerja lapangan yang ditempatkan pada bagian yang berhubungan dengan sistem informasi
akuntansi piutang yaitu bagian administrasi yang bertugas mencatat seluruh transaksi
piutang untuk memperoleh data dengan cara :
a. Observasi
b. Wawancara
c. Praktik Kerja Lapangan
2. Penelitian kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi yang sifatnya teoritis
dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat diruangan perpustakaan.

3.2.2 Teknik Pengolahan Data


Data yang telah terkumpul oleh penulis diolah melalui studi kepustakaan dengan tujuan
untuk mendapatkan gambaran tentang masalah yang dihadapi pada saat pengamatan.

4.1 Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Piutang Premi pada PT.TASPEN


(PERSERO)
Berdasarkan praktik kerja lapangan pada PT.TASPEN (PERSERO), PT.TASPEN
(PERSERO) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penerapan sistem infomasi
akuntansi piutang premi dalam menjalankan aktivitas pencatatan premi piutang sudah memakai
sistem yang terkomputerisasi dengan menggunakan aplikasi Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP), Bahwa Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah standar akuntansi yang digunakan
untuk menyusun laporan keuangan instalasi pemerintahan baik pusat maupun daerah.
Pengertian piutang menurut PT.TASPEN (PERSERO) sama dengan piutang pada
umumnya yaitu merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain yang meliputi semua hak
atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa
dimana yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.
Proses pencatatan piutang premi PT.TASPEN (PERSERO) dalam laporan posisi
keuangan disajikan sama sebagaimana mestinya sesuai dengan penerapan peraturan pemerintah
No.24 tahun 2005 SAP berbasis kas menuju akrual,sampai dengan anggaran 2014, bahwa
piutang dikelompok sebagai asset lancar. Pada pengungkapan piutang premi PT.TASPEN
(PERSERO) dalam laporan keuangan cukup lengkap dan disusun berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Maka penerapan pencatatan premi piutang ini sudah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku. Piutang premi menurut PT.TASPEN (PERSERO) adalah
tagihan kepada pemegang polis yang telah jatuh tempo dan masih dalam masa keleluasaan.

4.1.1 Timbulnya Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO)


Seperti diketahui sebelumnya PT.TASPEN (PERSERO) merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang asuransi sosial. Maka timbulnya piutang premi pada PT.TASPEN
(PERSERO) mengacu pada La Midjan (2001:324) menanggung kemungkinan risiko timbulnya
kerugian yang akan diderita oleh yang ditanggung dan atas jasanya tersebut perusahaan asuransi
menerima premi. Piutang premi adalah tagihan premi kepada pemegang polis yang telah jatuh
tempo dan masih dalam masa keleluasaan.
Pendapatan Underwriting adalah jumlah premi tanggungan sendiri setelah dikurangi
beban underwriting. Pendapatan ini diperoleh dari aktivitas pokok perusahaan asuransi, terdiri
dari :
 Premi Bruto
 Dikurangi : Premi Reasuransi
 Dikurangi / Ditambah : Kenaikan / penurunan premi yang belum merupakan pendapatan.

4.1.2 Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas dari Pelunasan Piutang Premi PT.TASPEN
(PERSERO)
Pada prosedr penerimaan kas dari pelunasan piutang premi PT.TASPEN (PERSERO)
telah melakukan penerapan prosedur penerimaan kas menurut Krismiaji (2002:280). Hampir
semua transaksi perusahaan bermula atau berakhir ke penerimaan kas atau pengeluaran kas, yaitu
sebagai berikut :
1. Bagian Penanganan Surat untuk masuk
a. Mula-mula bagian ini menerima amplop surat pelunasan piutang, kemudian
mengeluarkan cek dan bukti kas masuk dari amplop tersebut.
b. Kemudian bagian ini akan memeriksa secara visual, kemudian mengesahkan cek atau
akan di tandatangan.
c. Setiap sore hari, bagian ini membuat daftar penerimaan kas sebanyak tiga lembar, dan
mendistribusikannya sebagai berikut:
 Lembar ke-1 bersama dengan cek dan bukti kas masuk diserahkan ke kasir.
 Lembar ke-2 diserahkan kebagian piutang premi.
 Lembar ke-3 diserahkan ke bagian audit.
2. Kasir
d. Setelah menerima daftar penerimaan kas, kasir mencatat penerimaan kedalam jurnal
penerimaan kas.
e. Kasir membuat bukti setoran bank sebanyak dua lembar dan menyetorkan kas tersebut ke
bank.
f. Kasir menyerahkan bukti kas mask ke bagian piutang dan mengarsipkan daftar
penerimaan kas urut tanggal.
g. Secara periodik, kasir akan menyerahkan jurnal penerimaan kas ke bagian buku besar
untuk diproses.
3. Bagian piutang
h. Setelah menerima bukti kas masuk dari kasir, bagian ini membandingkan bukti kas
masuk dengan daftar penerimaan kas yang sebelumnya diterima dari bagian penanganan
surat masuk. Setelah cocok, lalu memposting pelunasan piutang tersebut ke rekening
buku piutang yang bersangkutan.
i. Mengarsipkan ke-2 dokumen (bukti kas masuk dan daftar penerimaan kas) tersebut urut
tanggal.
4. Bagian buku besar
j. Secara periodik bagian ini menerima penerimaan kas dari kasir dan melakukan proses
posting dari jurnal tersebut ke rekening-rekening buku besar yang bersangkutan.
5. Bagian Audit
k. Atas dasar tembusan daftar penerimaan kas yang diterima dari bagian penanganan surat
masuk, bagian ini memeriksa nomor urut dokumen.
l. Setiap akhir bulan bagian ini akan menerima laporan bank bulanan beserta tembusan
bukti setoran bank dari bank, kemudian membandingkan daftar penerimaan kas dan bukti
setoran bank, kemudian membuat rekomendasi bank.
m. Mengarsipkan dokumen-dokumen secara terpisah.

Berdasarkan analisis penulis Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas dari Pelunasan
Piutang Premi yang diterapkan oleh PT.TASPEN (PERSERO) sudah baik. Hal ini karena Sistem
dan Prosedur Penerimaan Kas dari Pelunasan Piutang Premi tersebut cukup jelas dalam
mengelola piutang premi.

4.1.3 Organisasi Fungsi Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO)


Kegiatan dari fungsi piutang premi pada PT.TASPEN (PERSERO) melibatkan beberapa
bagian dari perusahaan sejak timbulnya piutang sampai diterimanya pembayaran.
Dalam hal ini PT.TASPEN (PERSERO) menggunakan pemisahan Tugas berdasarkan
George H.Bodnar dan William S. Hopwood (2006:142), dimana pemisahan tugas diperlukan
untuk mengurangi peluang seseorang yang ditempatkan dalam suatu posisi pekerjaan tertentu
untuk melakukan kecurangan atau kesalahan ketika menjalankan tugas sehari-hari mereka.
Pemisahan tugas diterapkan dengan cara memisahkan tanggung jawab wewenang pelaku
transaksi dengan tanggung jawab pencatat transaksi dan juga dengan tanggung jawab
penyimpanan kekayaan ke orang-orang berbeda. Tanggung jawab wewenang pelaku transaksi,
tanggung jawab pencatat transaksi, dan tanggung jawab penyimpanan kekayaan yang harus
dijalankan oleh fungsi yang independen.
Adapun bagian-bagian yang terlibat dalam organisasi fungsi piutang adalah sebagai
berikut :
a. Bagian Kas
Bagian kas merupakan bagian yang bertugas yang mencatat penerimaan uang dari
instalasi penyetor.
b. Bagian Administrasi Pencatatan Piutang Premi
Dalam sistem informasi akuntansi piutang premi mencatat timbulnya dan dihapusnya
piutang, dan mencatat transaksi piutang dalam proses akuntansi.
c. Bagian Penagihan Piutang Premi
Bagian penagihan piutang merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan
piutang. Adapun beberapa tugas pada bagian penagihan piutang ini yaitu : merencanakan
dan melaksanakan sistem penagihan, mengirimkan atau mendistribusikan tagihan ke
debitur, menyusun laporan realisasi capaian tagihan secara periodik, mengendalikan
pelaksanaan penagihan, dan menerima pembayaran dari debitur.
4.1.4 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi Piutang Premi pada PT.TASPEN
(PERSERO)
Unsur-unsur yang terdapat pada PT.TASPEN (PERSERO) mengacu pada dokumen dan
catatan yang memadai yang sesuai dengan pernyataan George H.Bodnar dan William S.
Hopwood (2006:142) bahwa Posedur seharusnya juga mencakup desain dan penggunaan
dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu memastikan pencatatan atas transaksi dan
kejadian. Dokumen dan catatan merupakan media fisik yang digunakan untuk menyimpan
informasi. Ada berbagai macam wujud dokumen dan catatan, setiap jenis dokumen dan catatan
harus dikendalikan dengan cara tertentu yang relevan. Dokumen dan catatan harus diberi nomor
urut sebagai sarana akuntabilitas. Dokumen dan catatan harus mudah digunakan dan mudah
dipahami oleh pelanggan. Setiap formulir harus menyediakan ruang khusus untuk tempat
otorisasi dan persetujuan.
Berdasarkan definisi sistem informasi akuntansi, PT.TASPEN (PERSERO) sudah
memenuhi unsur-unsur yang merupakan dasar bagi terlaksananya suatu sistem informasi
akuntansi yang memadai. Unsur-unsur tersebut sesuai teori yang ditulis oleh Azhar Susanto dan
La Midjan (2001:27) bahwa unsur-unsur tersebut adalah :
1. Formulir
Merupakan unsur penting dalam sistem informasi akuntansi dan apabila telah diisi
menjadi dokumen dasar. Formulir yang didesain baik dan berfungsi untk
mengembangkan pengendalian intern.
2. Catatan
Catatan- catatan akuntansi terdiri dari buku jurnal, buku besar, dan buku besar
pembantu.
a. Buku jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama dalam transaksi keuangan
sebelum pengolahan lebih lanjut menyangkut pengdebetan dan pengkreditan
posting.
b. Buku Besar, juga merupakan pencatatan akuntansi secara resmi, mengikhtisarkan
status dari rekening keuangan. Rekening-rekening dalam buku besar ini
disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang di sajikan dalam laporan
keuangan.
c. Buku Besar Pembantu, apabila data keuangan yang di golongkan dalam buku
besar diperlukan rincian lebih lanjut dapat dibentuk buku besar pembantu. Buku
besar pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data
keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buk besar.
Maka unsur-unsur yang terdapat dalam PT.TASPEN (PERSERO) sudah mencakup dan
sudah sesuai dan baik bahwa unsur-unsur tersebut adalah berupa formulir dan catatan-catatan.

4.2 Pengendalian Intern Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO)


Berdasarkan analisis pengendalian intern piutang premi pada PT.TASPEN (PERSERO)
pengendalian intern yang dilakukan telah mengacu pada teori yang dikemukaan oleh George
H.Bodnar dan William S. Hopwood (2006:131)
Pengertian pengendalian intern menurut PT.TASPEN (PERSERO) sama dengan yang di
artikan oleh H.Bodnar dan William S. Hopwood (2006:129) yaitu merupakan suatu proses
yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan, manajemen, dan personel lainnya yang
dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal terkait dengan tercapainya tujuan berikut
: 1. Reliabilitas pelaporan keuangan, 2. Efektivitas dan efisiensi operasi, dan 3. Kesesuaian
dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.
Piutang merupakan salah satu aktiva lancar yang sangat penting bagi perusahaan. Piutang
berguna untuk membantu kelancaran operasi perusahaan, oleh karena itu sistem pengendalian
intern piutang harus benar-benar diperhatikan.
Pengendalian intern piutang premi pada PT.TASPEN (PERSERO) sudah cukup memadai
karena adanya pengawasan dari pihak intern dan pihak independen di perusahaan. Adapun
pengendalian intern atas piutang premi yang di lakukan adalah sebagai berikut :
a. Pencatatan piutang, dalam pencatatn piutang dilakukan pengendalian intern dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Membandingkan angka piutang premi yang ada di dalam buku daftar piutang
premi dengan saldo menurut daftar penerimaan premi piutang.
2. Memeriksa mutasi piutang dan mengadakan control dengan bukti-bukti terkait.
3. Memeriksa piutang secara benar ke bukti-bukti dasar.
4. Membuat daftar koreksi yang diperlukan.

4.2.1 Sistem Pengendalian Akuntansi Piutang Premi pada PT.TASPEN


(PERSERO)
Sistem pengendalian Akuntansi PT.TASPEN (PERSERO) mengacu pada teori Azhar
Susanto dan La Midjan (2001:189-190) bahwa sistem pengendalian yang perlu diperhatikan
pada waktu menyusun sistem akuntansi piutang adalah sebagai berikut :
a. Petugas yang mencatat atas timbulnya piutang maupun hapusnya piutang pada rekening-
rekening piutang harus terpisah dari petugas buku besar piutang maupun penagihannya
agar dapat diciptakan pengendalian intern melalui internal cek dan lain-lain.
b. Catatan atas piutang berfungsi control atas kondisi dan batas maksimum kredit, antara
lain melalui daftar analisa umur piutang (againg schedule).
c. Secara periodik diadakannya internal cek antara total buku pembantu buku besar piutang
dengan buku besar piutang (controlling account).
d. Diadakan konfirmasi atas saldo piutang secara periodik.
e. Perlu dibuatkan setiap daftar saldo piutang yang jatuh waktu, yang dibuat seksi
administrasi piutang untuk mengawasi pelaksanaan penerimaan pitang di kas.
f. Atas setiap penagihan, bagian inkaso membuat daftar kuitansi yang harus ditagih pada
hari itu, fungsinya sebagai alat pengawasan atas penagihan.
g. Setiap penagihan hasilnya harus dipertanggungjawabkan hari itu juga oleh petugas
inkaso.
Bahwa pengendalian intern piutang premi pada PT.TASPEN (PERSERO) sudah cukup
baik.

4.2.2 Pengendalian Intern Terhadap Kas pada PT.TASPEN (PERSERO)


Pengendalian intern yang baik terhadap kas pada PT.TASPEN (PERSERO) sesuai
berdasarkan Al. Haryono Jusup (2005 : 7-8) bahwa pengendalian intern memerlukan prosedur-
prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Dalam
meancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya deperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian
intern. Tiga prinsip pengendalian intern yaitu :
1. Harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab
mengenai transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatatan
transaksi kas.
2. Semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian.
3. Semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek kecuali untuk
pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu
menggunakan kas kecil.

4.2.3 Sistem Voucher dan Pengawasan pada PT.TASPEN (PERSERO)


Sistem voucher dirancang untuk membantu dalam pelaksanaan pengawasan terhadap
pengeluaran kas. PT. TASPEN (PERSERO) dalam pengawasan mengacu berdasarkan Al.
Haryono Jusup (2005 : 11) Sistem ini menetapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Kewajiban perusahaan hanya dapat terjadi dari transaksi yang telah disetujui (disahkan)
oleh orang yang diberi wewenang oleh perusahaan.
2. Prosedur-prosedur yang berkaitan dengan terjadinya kewajiban, yang meliputi verifikasi,
pengesahan, dan pencatatan harus ditetapkan.
3. Cek hanya dapat dikeluarkan untuk pembayaran kewajiban yang telah diverifikasi,
disahkan, dan dicatat dengan benar.
4. Kewajiban harus dicatat pada saat terjadi, dan setiap transaksi pembelian harus
diperlakukan sebagai transaksi yang independen.
Ketentuan ini telah dipenuhi oleh PT.TASPEN (PERSERO bahwa, hanya orang atau
bagian tertentu yang diberi kewenangan oleh perusahaan untuk mengesahkan transaksi. Bahwa
sistem voucher dan pengawasan pada PT.TASPEN (PERSERO) sudah cukup baik.

4.2.3.1 Voucher
Voucher digunakan oleh PT.TASPEN (PERSERO) untuk mempermudah pengarsipan.
Voucher pada PT.TASPEN (PERSERO) sesuai dengan Al. Haryono Jusup (2005 : 15-17)
bahwa apabila perusahaan menggunakan sistem voucher, maka setelah faktur dicek dan
disetujui, dibuatlah voucher. Voucher menurut PT.TASPEN (PERSERO) sesuai dengan Al.
Haryono Jusup (2005 : 15) voucher adalah dokumen yang berisi :
1. Keteangan ringkas transaksi.
2. Tanda telah diperiksa.
3. Persetujuan untuk dicatat dan dibayar.

4.2.3.2 Laporan Bank


Laporan bank biasanya diterima bulanan oleh PT.TASPEN (PERSERO). Laporan bank
pada PT.TASPEN (PERSERO) sudah sesuai menurut Al. Haryono Jusup (2005 : 20) bahwa
bank biasanya mengirimkan laporan bank bulanan kepada para pemegang giro. Laporan tersebut
berisi saldo awal dan saldo akhir bulan, serta daftar transaksi yang terjadi selama bulan yang
bersangkutan. Transaksi tersebut meliputi penyetoran atas rekening giro. Setoran di daftar
menurut tanggal penyetorannya, sedangkan cek didaftar menurut tanggal pembayar oleh bank.
4.2.3.3 Rekonsiliasi Bank
Setiap bulan PT.TASPEN (PERSERO) dalam pencatatan piutang premi dilakukan
dengan cara mencocokan laporan perusahaan dan laporan bank. Dalam hal ini PT.TASPEN
(PERSERO) telah melakukan proses rekonsiliasi bank, ini sesuai teori berdasarkan Al. Haryono
Jusup (2005 : 20) bahwa apabila perusahaan membuka rekening giro di bank maka perusahaan
akan mempunyai dua catatan mengenai kas yang dimilikinya, yaitu rekening kas yang terdapat
dalam pembukuan persahaan dan laporan bank yang diterima perusahaan secara periodik dari
bank. Saldo kas ditunjukkan dalam rekening kas yang terdapat dalam laporan bank.
Pembukuan perusahaan dan laporan bank seringkali menunjukkan jumlah saldo yang
berbeda, tetapi keduanya mungkin sama-sama benar. Kadang-kadang perbedaan ini terjadi hanya
kaena perbedaan waktu pencatatan. Pengendalian intern kas yang baik akan dapat member
informasi mengenai sumber kas perusahaan, dikeluarkan untuk apa, dan berapa saldo kas setiap
saat dikehendaki. Oleh karena itu, akuntansi harus dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya
perbedaan antara catatan perusahaan dengan lapoan bank, dan menentukan jumlah saldo
rekening giro yang sesungguhnya pada suatu saat tertentu.

4.2.4 Tahap-Tahap Penyusunan Rekonsiliasi Bank pada PT.TASPEN (PERSERO)


Tahap-tahap penyusunan rekonsiliasi bank pada PT.TASPEN (PERSERO) sesuai
menurut Al. Haryono Jusup (2005 : 23-25) adalah sebagai berikut :
1. Mulailah dengan saldo yang tercantum dalam laporan bank dan saldo yang tercantum
dalam rekening kas perusahaan (disebut juga “saldo buku”). Kedua angka tersebut
mungkin tidak sama karena adanya perbedaan saat pembukan dank arena sebab-sebab
lain yang telah diterangkan diatas.
2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo perbnak, hal ini yang tercantum dalam
pembukuan perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank.
3. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per buku, hal-hal yang tercantm dalam lapoan
bank tetapi tercatat dalam pembukuan perusahaan.
4. Hitunglah saldo per bank yang telah disesuaikan dengan saldo per buku yang telah
disesuaikan. Kedua saldo tersebut harus sama.
5. Buatlah jurnal untuk setiap hal yang tercantum pada sisi per buku (perusahaan) dalam
rekonsiliasi bank.
6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan, dan sampaikan
pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan.
Maka tahap-tahap penyusunan rekonsiliasi bank pada PT.TASPEN (PERSERO) sudah
mencakup dan sudah sesuai dan baik.

4.3. Permasalahan atau Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Sistem Informasi
Akuntansi Piutang Premi pada PT.TASPEN (PERSERO).
Pada umumnya setiap perusahaan selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan intern
dan ekstern. PT.TASPEN (PERSERO) sendiri menemui berbagai macam masalah baik di dalam
perusahaan maupn di luar perusahaan.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh PT.TASPEN (PERSERO) yang berkaitan
dengan Sistem Informasi Akuntansi Piutang Premi adalah :
a. Pegawai
Pegawai biasanya belum secara merata menguasai mekanisme kerja dan masih
kurangnya professional dengan bidangnya masing-masing. Hal ini menyebabkan
terhambatnya rutinitas PT.TASPEN (PERSERO) karena masih ada karyawan yang
melakukan kesalah dalam pekerjaan yang telah di tugaskan. Contohnya dalam
membuat pencatatan piutang yang telah terkomputerisasi, terkadang pegawai lupa
akan memasukkan nomor voucher, tanggal seharusnya dokumen voucher akan di
posting, dokumen voucher tidak di posting, tidak menyantumkan tanda terima
penerimaan kas yang berasal dari instalasi tertentu, dan pegawai khususnya bagian
pencatatan piutang lupa akan mereposting dokumen penerimaan kas.
b. Sistem Informasi Akuntansi yang sudah Terkompterisasi.
Biasanya pada waktu tertentu atau jam 08.00-11.00 sistem yang terdapat di
PT.TASPEN (PERSERO) mengalami buffering, tentu saja ini akan menghambat
jalannya pengerjaan pekerjaan yang sudah diagendakan. Ini menjadi keluhan para
pegawainya, karena pekerjaan yang seharusnya selesai tepat pada waktunya,
pekerjaan ini menjadi terhambat dikarenakan sistem yang tidak berjalan dengan baik.

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktik kerja lapangan pada PT.TASPEN (PERSERO) dan
menganalisis mengenai pelaksanaan sistem informasi akuntansi pencatatan piutang premi yang
diterapkan oleh PT.TASPEN (PERSERO) serta berdasarkan identifikasi masalah, penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa proses atau prosedur pencatatan sistem informasi akuntansi piutang premi yang
diterapkan pada PT.TASPEN (PERSERO) secara keseluruhan sudah cukup baik karena
telah memenuhi unsur-unsur dan tujuan dari sistem informasi piutang premi.
2. PT.TASPEN (PERSERO) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
diberi tugas untuk mengelola Program Asuransi Sosial yang terdiri dari Program Dana
Pensiun dan Tabungan Mengelola Hari Tua (THT). Dalam menerapkan prosedur
penagihan piutangnya, PT.TASPEN (PERSERO) menerima kas dari instalasi penyetor
atau klien dalam bentuk kas, bank, giro, dan MP. Penyajian piutang dalam laporan adalah
piutang yang benar-benar dapat tertagih.
3. Selanjutnya pelaksanaan pengendalian intern pada PT.TASPEN (PERSERO) menjamin
bahwa setiap transaksi penerimaan piutang premi telah dicatat secara :
a. Sah
Seluruh formulir penerimaan piutang premi yang dibuat oleh perusahaan dianggap
sudah memenuhi syarat-syarat formulir yang baik dan benar.
b. Telah diotorisasi
Seluruh formulir atau dokumen sebelum mendapat tanggapan atau langkah
selanjutnya harus diotorisasi oleh petugas ata bagian yang bersangkutan.
c. Telah dicatat
Sebelum dibuat dalam bentuk laporan keuangan seluruh perubahan akun-akun dan
transaksi-transaksi yang berhubungan dengan perusahaan harus dicatat terlebih
dahulu untuk membuat laporan harian.
d. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu.
Setelah dicatat kedalam buku besar biasanya bagian keuangan perusahaan akan
membuat buku besar pembantu yang bertujuan untuk mempermudah pembuatan
laporan keuangan.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan praktik kerja lapangan pada PT.TASPEN (PERSERO) yang dilakukan
penulis, penulis menyampaikan beberapa saran :
1. Sebaiknya peusahaan mempunyai Flowchart Sistem Akuntansi penerimaan piutang premi
(usulan flowchart terlampir) karena Flowchart dapat memudahkan bagian akuntansi
dalam mencatat piutang premi sehingga menghindari eksposure atau kesalahan dalam
pencatatan premi piutang.
2. Latar belakang pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam sistem
akuntansi dan pengendalian intern piutang premi minimal Diploma III (D3) Akuntansi,
karena memerlukan wawasan yang memadai untuk tugas tersebut, sebaiknya perusahaan
memberikan pelatihan kembali kepada pegawai yang kurang memahani tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai