seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan dagang melakukan aktivitas transaksi
pembelian barang dagangan yang kemudian untuk dijual kembali, setelah barang dagang
dibeli maka akan timbul persediaan barang dagang. berkaitan dengan barang dagang tersebut,
perusahaan dagang memiliki beberapa metode pencatatan persediaan barang dagang yang
berfungsi untuk melihat dan memanage persediaan barang yang ada diperusahaan tersebut.
pada akhir periode ayat jurnal penyesuaian untuk persediaan pada sistem periodik adalah
sebagai berikut:
1. penyesuaian untuk persediaan awal:
HPP Rp xxx
Persediaan Rp xxx
2. penyesuaian untuk pembelian
HPP Rp xxx
Persediaan Rp xxx
3. penyesuaian untuk persediaan akhir periode
Persediaan Rp xxx
HPP Rp xxx
Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang
men-debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang
atau Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun
Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun
Persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di
gudang.
Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat
jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada
akhir tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah
kuantitasnya dan ditentukan nilai/harga belinya. Untuk menentukan
persediaan yang dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan
awal ditambah pembelian selama satu periode) dikurangi dengan persediaan
akhir periode. Kemudian dibuat dua ayat jurnal penyesuaian. Jurnal yang
pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun Persediaan
sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil
inventarisasi fisik barang pada akhir tahun. Jurnalnya mendebet akun
Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat
jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode.
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic,
namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan,
seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Hutang Hutang
2. Retur pembelian Rp 500 500 500
Retur Pembelian Persediaan Brg Dag
500 500
Piutang/Kas 4.000
Terdapat barang yang Piutang/Kas Penjualan 4.000
3.
dijual. Harga jual Rp
4.000
4.000 dan harga pokok
barang Rp 1.500 Penjualan HPP
4.000
Persediaan Brg Dag 1.500
1.500
4. Pada akhir tahun Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui
karena tanpa inventarisasi fisik barang, persediaan, namun inventarisasi perlu
tidak dapat diketahui persediaan yang ada
dilakukan
Ikhtisar L/R 150
Misalkan menurut
perhitungan fisik pada Persediaan B.D. 150 Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan
akhir tahun saldo saldo rekening persediaan, perusahaan perlu
persediaan Rp 200 dan membuat jurnal, jika sama tidak perlu
pada awal tahun Rp membuat jurnal.
150.
Persediaan B.D
200
Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2006
sebagai berikut:
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300
+ 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit. Karena
harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan digunakan
sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir
sebagai berikut:
1. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap
yang pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal
dari pembelian yang termuda/terakhir.
2. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang
pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian
yang paling awal.
3. Rata-rata (Everage), pengeluaran barang secara acak dan harga
pokok barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada
ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam sistem
perpetual.
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
2. LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
Tangga
Keterangan Unit Harga per Unit Jumlah
l
Jan 1 Persediaan 200 $10 $2,000
12 Pembelian 400 $12 $4,800
26 Pembelian 300 $11 $3,300
30 Pembelian 100 $13 $1,300
Jumlah 1,000 $11,400
Rata-rata = $11,400 : 1,000 $11.4
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
Tgl Ket
Jan 1 Persediaan 200 10 2,000
200 10 2,000
12 Pembelian 400 12 4,800
400 12 4,800
200 10 2,000
17 Dijual 300 12 3,600
100 12 1,200
300 12 3,600
26 Pembelian 300 11 3,300
300 11 3,300
100 12 1,200
27 Dijual 200 12 2,400
300 11 3,300
100 12 1,200
28 Dijual 100 11 1,100
200 11 2,200
100 11 1,100
30 Pembelian 100 13 1,300
100 13 1,300
Penjualan $ 700,000
Nilai yang disajikan di neraca dpat saja nilai costnya seperti yang telah
ditentukan dengan berbagai asumsi arus barang. Nilai yang disajikan di
neraca dapat juga nilai pasarnya. Atau dapat juga dipilih yang terendah
antara cost dengan harga pasarnya.
Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang terendah antara cost
dengan harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan mempunyai persediaan
dengan cost $ 1,000. Pada akhir tahun harga pasar dari persediaan tersebut
adalah $ 900, maka yang disajikan di neraca adalah $ 900. Jika harga pasar
barang tersebut adalah $ 1,100, maka yang disajikan di neraca adalah
costnya yaitu $ 1,000.
Yang dimaksud dengan cost adalah pasar harga yang tidak lebih tinggi dari
ceiling dan tidak boleh lebih rendah dari floor. Ceiling adalah taksiran harga
jual dikurangi dengan taksiran biaya penjualan barang tersebut. Floor adalah
ceiling dikurangi dengan laba normal. Misalkan perusahaan telah menaksir
biaya penjualan adalah 2% dari harga jual dan laba kotor yang normal bagi
perusahaan itu adalah 20% dari harga jual maka berikut ini diberikan
beberapa kemungkinan sebagai berikut:
Market
Replacemen Floo Ceilin Marke
Cos t r g t
t COMWIL
Kasu
s Cost ($) ($) ($) ($)
($)
($)
A .65 .70 .55 .80 .70 .65
B .65 .60 .55 .80 .60 .60
C .65 .50 .55 .80 .55 .55
D .50 .45 .55 .80 .55 .50
E .75 .85 .55 .80 .80 .75
F .90 1.00 .55 .80 .80 .80
Dalam kasus A replacement cost berada di antara floor dan ceiling, oleh karena
itu replacement cost akan mewakili market untuk dibandingkan dengan cost yaitu
$ .65. Ternyata cost $.65 lebih rendah dari market ($.70) oleh karena itu harga
yang dilaporkan adalah cost nya yaitu $ .65.
Dalam kasus B, replacement cost yang $.60 berada di antara ceiling, dan floor
oleh karena itu replacement cost dapat mewakili market kemudian dibandingkan
dengan cost $.65. Ternyata market lebih rendah, maka yang disajikan di neraca
adalah market.
Dalam Kasus C, replacement cost $.50 ternyata dibawah floor maka market
diwakili oleh floor, kemudian dibandingkan dengan cost, ternyata floor lebih
rendah, maka yang disajikan di neraca adalah floor
Dalam kasus D, replacement cost di bawah floor, maka market diwakili oleh floor
dan dibandingkan dengan cost. Ternyata cost lebih rendah, maka yang disajikan
di neraca adalah cost. Begitu juga kasus E.
SOAL LATIHAN
SOAL 1
Berikut ini disajikan data persediaan dari PT ABC untuk bulan Januari 2006:
Diminta:
SOAL 2
SOAL 3