Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang
men-debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang
atau Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun
Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun
Persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di
gudang.
Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat
jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada
akhir tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah
kuantitasnya dan ditentukan nilai/harga belinya. Untuk menentukan
persediaan yang dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan
awal ditambah pembelian selama satu periode) dikurangi dengan persediaan
akhir periode. Kemudian dibuat dua ayat jurnal penyesuaian. Jurnal yang
pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun Persediaan
sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil
inventarisasi fisik barang pada akhir tahun. Jurnalnya mendebet akun
Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat
jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode.
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic,
namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan,
seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi Sistem Periodek Sistem Perpetual
Persediaan Brg
Membeli barang Pembelian
Dag
1. dagangan secara kredit 10.000 10.000
Rp 10.000 Hutang
Hutang
10.000 10.000
Hutang
Hutang
Retur pembelian Rp
2. 500 500
500 Persediaan Brg
Retur Pembelian
Dag
500 500
Piutang/Kas
4.000
Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui
Pada akhir tahun karena tanpa inventarisasi fisik barang, persediaan, namun inventarisasi perlu
tidak dapat diketahui persediaan yang ada dilakukan
Persediaan B.D
200
1. MENENTUKAN COST DARI PERSEDIAAN AKHIR
Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2006
sebagai berikut:
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300
+ 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 300 = 700 unit. Karena
harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan digunakan
sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir
sebagai berikut:
1. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap
yang pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal
dari pembelian yang termuda/terakhir.
2. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang
pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian
yang paling awal.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam sistem
perpetual.
1. FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
2. LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit @ $13 = $1,300
17 Dijual 300
27 Dijual 200
28 Dijual 300
Tgl Ket Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
200 10 2,000
12 Pembelian 400 12 4,800
400 12 4,800
200 10 2,000
17 Dijual 300 12 3,600
100 12 1,200
300 12 3,600
26 Pembelian 300 11 3,300
300 11 3,300
100 12 1,200
27 Dijual 200 12 2,400
300 11 3,300
100 12 1,200
28 Dijual 100 11 1,100
200 11 2,200
100 11 1,100
30 Pembelian 100 13 1,300
100 13 1,300
Penjualan $ 700,000
Penjualan $ 900,000
Nilai yang disajikan di neraca dpat saja nilai costnya seperti yang telah
ditentukan dengan berbagai asumsi arus barang. Nilai yang disajikan di
neraca dapat juga nilai pasarnya. Atau dapat juga dipilih yang terendah antara
cost dengan harga pasarnya.
Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang terendah antara cost
dengan harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan mempunyai persediaan
dengan cost $ 1,000. Pada akhir tahun harga pasar dari persediaan tersebut
adalah $ 900, maka yang disajikan di neraca adalah $ 900. Jika harga pasar
barang tersebut adalah $ 1,100, maka yang disajikan di neraca adalah
costnya yaitu $ 1,000.
Yang dimaksud dengan cost adalah pasar harga yang tidak lebih tinggi dari
ceiling dan tidak boleh lebih rendah dari floor. Ceiling adalah taksiran harga
jual dikurangi dengan taksiran biaya penjualan barang tersebut. Floor adalah
ceiling dikurangi dengan laba normal. Misalkan perusahaan telah menaksir
biaya penjualan adalah 2% dari harga jual dan laba kotor yang normal bagi
perusahaan itu adalah 20% dari harga jual maka berikut ini diberikan
beberapa kemungkinan sebagai berikut:
Market
Dalam kasus A replacement cost berada di antara floor dan ceiling, oleh karena
itu replacement cost akan mewakili market untuk dibandingkan dengan cost yaitu
$ .65. Ternyata cost $.65 lebih rendah dari market ($.70) oleh karena itu harga
yang dilaporkan adalah cost nya yaitu $ .65.
Dalam kasus B, replacement cost yang $.60 berada di antara ceiling, dan floor
oleh karena itu replacement cost dapat mewakili market kemudian dibandingkan
dengan cost $.65. Ternyata market lebih rendah, maka yang disajikan di neraca
adalah market.
Dalam Kasus C, replacement cost $.50 ternyata dibawah floor maka market
diwakili oleh floor, kemudian dibandingkan dengan cost, ternyata floor lebih
rendah, maka yang disajikan di neraca adalah floor
Dalam kasus D, replacement cost di bawah floor, maka market diwakili oleh floor
dan dibandingkan dengan cost. Ternyata cost lebih rendah, maka yang disajikan
di neraca adalah cost. Begitu juga kasus E.
SOAL LATIHAN
SOAL 1
Berikut ini disajikan data persediaan dari PT ABC untuk bulan Januari 2006:
Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit
5 Pembelian 20 $55
10 Pembelian 30 $60
15 Penjualan 15
20 Pembelian 20 $65
25 Penjualan 25
Diminta:
SOAL 2
SOAL 3
Pencatatan Persediaan.
Perbedaan Metode Pencatatan Persediaan Perpetual Dengan Metode Pencatatan Persediaan
Fisik Menurut SyafiI Syakur Ahmad (2009;129) menyatakan perbedaan dari metode
pencatatan persediaan perpetual dengan metode pencatatan persediaan fisik, adalah sebagai
berikut :
1. Metode Perpetual
1. Tidak terdapat perkiraan pembelian retur pembelian, potongan pembelian dan
biaya angkut pembelian.
4. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan
sedikit macam barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan
besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat.
Metode Perpetual
Transaksi Pembelian
Secara Tunai :
Secara Kredit :
Dr Persediaan (Inventory)
Cr.. Hutang Dagang (Account Payable)
Secara Tunai:
Dr. Kas(Cash)
Cr Persediaan (Inventory)
Secara Kredit :
Dr Hutang Dagang (Account Payable)
Cr.. Persediaan (Inventory)
Transaksi Penjualan.
Secara Tunai :
Dr.. Kas (Cash)
Cr. Penjualan (Sales)
Secara Kredit :
Dr. Hutang Dagang (Account Payable)
Cr Penjualan (Sales)
Secara Tunai :
Dr Retur Penjualan
Cr. .. Kas (Cash)
Secara Kredit :
Secara Tunai :
Dr.. Persediaan(Inventory)
Cr. Kas (Cash)
Secara Kredit :
Dr Pembelian (Purchases)
Cr.. Hutang Dagang (Account Payable)
Secara Kredit :
Dr Hutang Dagang (Account Payable)
Cr. Retur Pembelian (Purchases Return)
Transaksi Penjualan
Secara Tunai :
Dr. Kas (Cash)
Cr. . Penjualan (Sales)
Secara Kredit :
Dr.. Piutang Dagang (Account Receivable)
Cr. Penjualan (Sales)
Dr. Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)
Cr. Persediaan (Inventory)
Metode Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan metode perpetual disebut juga metode buku adalah sistem dimana
setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan. Sementara metode
periodik dilakukan dengan menghitung jumlah persediaan di akhir suatu periode
untuk melakukan pembukuannya.
Dalam penjurnalan Metode Perpetual dan Periodik punya perbedaan khas, metode
Perpetual melakukan pencatatan aktivitas keluar masuk persediaan dan HPP ketika
transaksi penjualan. Sedangkan metode Periodik tidak mencatat HPP saat transaksi
penjualan.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan usaha yang bersifat tetap, terus-
menerus, didirikan, bekerja, dan berkedudukan di tempat tertentu dengan tujuan memperoleh
laba atau keuntungan.
Tujuan setiap per usahaan, yaitu untuk memaksimalkan keuntungan yang dihasil kan.
Keuntungan atau laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima perusahaan atas
penjualan barang atau jasa kepada pelanggan dari jumlah yang harus dike lu ar kan untuk
meng hasilkan dan menjual barang atau jasa tersebut. Perusahaan dagang adalah perusahaan
yang membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualnya kembali kepada pe langgan
tanpa diproses terlebih dahulu atau tanpa diubah bentuknya. Bentuk perusahaan dagang,
antara lain supermarket, penyalur atau distributor, retailer, dan pengecer.
Secara garis besar, transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat,
yaitu pembelian, pengeluaran kas, penjualan, dan penerimaan kas.
a. Pembelian
Transaksi pembelian hanya meliputi pembelian barang dagang an, yaitu barang yang akan
dijual kembali kepada pelanggan. Transaksi pembelian ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Beban Angkut Pembelian
2) Potongan Tunai Pembelian
3) Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
b. Pengeluaran Kas
c. Penjualan
Transaksi penjualan hanya meliputi penjualan barang dagangan. Transaksi penjualan ini
dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Potongan Tunai Penjualan
2) Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
d. Penerimaan Kas
Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian, penjualan,
penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Transaksi-transaksi tersebut terjadi secara rutin atau
berulangulang selama satu periode akuntansi. Oleh karena itu, pencatatan transaksi
perusahaan dagang dilakukan dalam jurnal khusus. Namun, untuk transaksi yang jarang
terjadi tetap dicatat dalam jurnal umum. Misalnya, transaksi pengembalian barang (retur) dan
potongan.
Pencatatan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan dapat dicatat dengan dua
metode, yaitu sistem perpetual dan sistem periodik.
Seluruh transaksi perusahaan dagang dicatat dalam jurnal khusus dan jurnal umum, baik
dengan menggunakan sistem perpetual maupun sistem periodik. Selanjutnya, jurnal tersebut
dipindah bukukan ke dalam buku besar. Buku besar (ledger) adalah sekelompok
akun/perkiraan yang digunakan oleh perusahaan. Buku besar berisi akun-akun yang ada
dalam perusahaan beserta nilainya. Pemindahbukuan (posting), yaitu proses memindahkan
jumlah yang terdapat dalam jurnal ke buku besar sesuai dengan akunnya masing-masing.
AKUNTANSI
DI
PERUSAHAAN DAGANG
Halaman | 1
AKUNTANSI DI PERUSAHAAN DAGANG: PENCATATAN METODE PERPETUAL
Perusahaan dagang dapat menggunakan metode Perpetual untuk mencatat transaksi-transaksi persediaan barang
dagangan. Bab ini mendiskusikan tentang metode perpetual, penjurnalan, dan penyusunan laporan keuangan di
perusahaan dagang menggunakan metode perpetual.
A.
Metode Perpetual
erbeda dengan metode periodik, metode perpetual mencatat akun PBD setiap terjadi transaksi pembelian dan
penjualan barang dagangan (BD). Dengan metode perpetual ini maka saldo persediaan barang dagangan selalu dapat
diketahui. Juga, metode perpetual mencatat akun Harga pokok penjualan (HPP) setiap terjadi transaksi
penjualan barang dagangan. Oleh karenanya, pada akhir periode perusahaan tidak perlu melakukan pencatatan jurnal
penyesuaian untuk akun PBD dan akun HPP.
Halaman | 2
C.
Metode Perpetual dan Periodik - Dalam akuntansi dikenal ada dua macam metode dalam
pencatatan persediaan, ada Metode Perpetual dan Metode Periodik. Sistem pencatatan
metode perpetual disebut juga metode buku adalah sistem dimana setiap persediaan yang
masuk dan keluar dicatat di pembukuan. Sementara metode periodik dilakukan dengan
menghitung jumlah persediaan di akhir suatu periode untuk melakukan pembukuannya.
Dalam penjurnalan Metode Perpetual dan Periodik punya perbedaan khas, metode
Perpetual melakukan pencatatan aktivitas keluar masuk persediaan dan HPP ketika transaksi
penjualan. Sedangkan metode Periodik tidak mencatat HPP saat transaksi penjualan.
Masing-masing memiliki keunggulan, dengan Perpetual kita bisa mengatahui posisi nilai
persediaan kapan saja, karena selalu di bukukan/dijurnal setiap ada aktivitas keluar masuk.
Sedangkan untuk Periodik, pencatatan hanya dilakukan saat pembelian, pencatatan HPP
dilakukan nanti di akhir periode yang ditentukan (bulanan, triwulan, semester atau tahunan)
perusahan, sehingga lebih cepat dan ringkas dalam membukukan Penjualan.
Untuk lebih jelasnya tentang Metode Perpetual dan Periodik, mari kita bermain ilustrasi
sederhana.
02.01.2014
Persediaan [D] 100.000.000
Kas/bank [K] 100.000.000
10.01.2014
Persediaan [D] 100.000.000
Kas/bank [K] 100.000.000
12.01.2014
Piutang usaha [D] 24.000.000
Penjualan [K] 24.000.000
HPP [D] 20.000.000
Persediaan [K] 20.000.000
15.01.2014
Piutang usaha [D] 36.000.000
Penjualan [K] 36.000.000
HPP [D] 30.000.000
Persediaan [K] 30.000.000
Tidak diperlukan jurnal penyesuaian untuk HPP maupun Persediaan karena sudah dicatat
sekaligus saat terjadi penjualan. Dengan kondisi diatas saldo awal 50.000.000 maka saldo
akhir persediaan di buku besar sudah pasti sebesar 200.000.000 (saldo awal + pembelian -
penjualan),
Metode Periodik
02.01.2014
Persediaan [D] 100.000.000
Kas/bank [K] 100.000.000
10.01.2014
Persediaan [D] 100.000.000
[K] 100.000.000
Kas/bank
12.01.2014
Piutang usaha [D] 24.000.000
Penjualan [K] 24.000.000
15.01.2014
Piutang usaha [D] 36.000.000
Penjualan [K] 36.000.000
Pada akhir periode (misal akhir bulan) dilakukan perhitungan fisik persediaan, atas
perhitungan fisik tersebut didapatkan saldo akhir 200.000.000, maka penyesuaian HPP-nya
adalah:
= Saldo akhir - Pembelian + Saldo awall
= 200.000.000 - 200.000.000 + 50.000.000
= 50.000.000
Jurnal penyesuaian:
31.01.2014
HPP [D] 50.000.000
Persediaan [K] 50.000.000
Metode Perpetual atau Periodik, sama saja yang penting konsisten dan dikerjakan dengan
penuh ketelitian, pilihan ada ditangan Perusahaan.
Metode Pencatatan Persediaan
Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi.
Dalam neraca perusahaan dagang, persediaan pada umumnya merupakan nilai yang paling
signifikan dalam aset lancar. Dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting dalam
menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu. Metode pencatatan persediaan
pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu metode periodik (sistem fisik) dan metode
perpetual.
Selama ini, metode pencatatan yang dipelajari untuk persediaan barang dagang, dapat di
ikhtisarkan sebagai berikut :
Disediakan satu akun yang disebut Persediaan Barang Dagang dalam buku besar perusahaan.
Akun ini digunakan untuk mencatat persediaan barang dagang yang ada di awal dan akhir
periode. Persediaan barang dagang yang ada di awal dan akhir periode itu sendiri ditentukan
dengan jalan melakukan perhitungan fisik terhadapnya. Pencatatan untuk persediaan awal
dan akhir dilakukan dengan membuat jurnal penyesuaian. Akun lawan untuk jurnal
penyesuaian persediaan adalah Ikhtisar Laba Rugi.
Disediakan satu set akun yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi pembelian
barang dagang serta transaksi-transaksi lain yang berhubungan dengannya. Misalnya,
transpor pembelian, potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Saldo
dari set akun ini bila digabungkan akan merupakan pembelian bersih.
Harga pokok penjualan selama periode tertentu dihitung dengan menggunakan secara
berikut :
Sistem pencatatam ini disebut sistem periodik (periodic method). Metode pencatatan lain
untuk persediaan adalah yang disebut metode perpetual atau metode saldo permanen
(perpetual method) yang diterangkan sebagai berikut.
Apabila digunakan metode periodik, sisi debit dari ayat jurnal tersebut di atas adalah akun:
Pembelian. Apabila terjadi penjualan, maka pengurangan persediaan yang diakibatkan
langsung dicatat. Pengurangan persediaan ini, pada hakikatnya merupakan penambahan
harga pokok penjualan, yang nilainya ditentukan oleh metode penetapan harga pokok yang
dipakai. Anggaplah bahwa pada tanggal 15 Januari 200A terjadi penjualan tunai barang A
sebanyak 800 unit dengan harga jual Rp 75 per unit. Untuk sementara anggaplah barang-
barang yang dijual adalah barang-barang yang dibeli pada tanggal 14 Januari 200A tersebut
di atas. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan jadi tampak seperti terlihat sebagai berikut :
(1)
(D) Bank/Kas 60.000
(K) Penjualan 60.000
(2)
(D) Harga pokok penjualan 50.000
(K) Persediaan barang dagang 50.000
Dapat dilihat bahwa dalam sistem periodik ayat jurnal (2) tersebut di atas tidak dibuat. Harga
pokok penjualan dalam sistem periodik dihitung secara berkala pada akhir periode akuntansi,
bukan pada setiap terjadi penjualan. Ayat jurnal (1) merupakan ayat jurnal yang biasa dibuat
untuk penjualan. Ayat jurnal ini dibuat baik pada sistem periodik maupun saldo permanen.
Kartu stok
Dalam metode saldo permanen setiap jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang
disebut kartu stok atau kartu persediaan (stock card). Kumpulan dari kartu stok, untuk semua
jenis barang yang ada, disebut buku stok atau buku persediaan. Ada tiga hal yang dicatat
dalam kartu stok, yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya
suatu transaksi. Kartu stok menyediakan tiga kolom untuk hal tersebut. Masing-masing
kolom dibagi dalam tiga sub kolom yang berisi: banyaknya unit (kuantitas), harga pokok/unit
dan jumlah (kuantitas dikalikan harga pokok/unit). Tiap transaksi dicatat kuantitas
barangnya, harga pokok/unit jumlah nilainya.
Penambahan dalam kartu stok, biasanya berasal dari pembelian barang dagang. Di samping
pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal dari penjualan retur.
Pengurangan dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari penjualan barang dagang.
Pengurangan dapat juga terjadi dari pembelian retur.
JURNAL UMUM PERUSAHAAN
DAGANG
Jurnal Umum Perusahaan Dagang - Seluruh transaksi keuangan yang timbul akibat
kegiatan perdagangan dapat dicatat pada jurnal umum dan jurnal khusus. Nah, pada materi
kali ini akan dibahas mengenai pencatatan transaksi keuangan ke dalam jurnal umum. Ada
dua metode pencatatan transaksi keuangan dalam perusahaan dagang, yaitu metode
fisik/periodik dan metode perpetual.
1. Metode Fisik/Periodik
Metode fisik atau periodik pada umumnya digunakan perusahaan yang menjual barang
dagangan dengan harga relative murah, tetapi sering terjadi. Menurut metode ini, akun
Persediaan barang dagangan tidak boleh didebit untuk mencatat transaksi pembelian barang
dagangan, dan tidak boleh dikredit untuk mencatat transaksi penjualan barang dagangan.
Dalam metode ini, transaksi pembelian barang dagangan akan dicatat dengan mendebit akun
Pembelian, sedangkan jika terjadi penjualan akan dicatat dengan mengkredit akun Penjualan.
Cobalah kamu perhatikan pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum menurut metode fisik
berikut ini.
2. Metode Perpetual
Metode perpetual atau terus-menerus pada umumnya digunakan perusahaan yang menjual
barang dagangan dengan harga relatif mahal, dan tidak sering terjadi. Dalam metode ini,
transaksi pembelian barang dagangan akan dicatat dengan mendebit akun persediaan barang
dagangan sebesar harga beli (harga perolehan), sedangkan jika terjadi penjualan akan dicatat
dengan mengkredit akun persediaan barang dagangan sebesar harga pokoknya.
Pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum menurut metode perpetual adalah sebagai berikut.
Konsep Dasar Pencatatan Persediaan
Barang Dagang
Firman Ilkha 2 September 2013
inShare
Di dalam suatu dunia industri perdagangan dan distribusi, barang dijadikan sebagai unsur
utama yang diniagakan mulai pembelian hingga penjualan. Persediaan barang dagangan ini
dibagi dalam berbagai aspek sebagai berikut:
Barang yang digunakan dalam bidang usaha ini dibeli dari pemasok, disimpan, dan kemudian
dijual kepada pelanggan tanpa adanya perubahan komposisi atas barang yang dimaksud.
Barang yang digunakan dalam bidang usaha ini pada dasarnya memerlukan proses
pengolahan lebih lanjut sebelum dijual kepada pelanggan. Adapun jenis barang yang
dimaksud dibagi menjadi 3 bagian antara lain:
a. Bahan Mentah, yaitu bahan yang dibeli dari pemasok untuk diolah lebih lanjut.
b. Bahan Penolong/ Setengah Jadi, yaitu bahan yang telah diolah namun masih perlu proses
penyelesaian.
c. Barang Jadi, yaitu barang yang telah telah selesai diproduksi dan siap untuk dipasarkan.
2. Sistem Periodik (Metode Fisik), yaitu pencatan persediaan beserta nilainya dilakukan
hanya pada akhir periode. Sistem ini tidak akan menjurnal akun persediaan dan harga pokok
apabila terjadi transaksi namun pada akhir periode perusahaan harus menghitung jumlah dan
nilai yang dimaksud dengan menjurnal penyesuaian terhadap ikhtisar laba-rugi.
Adapun untuk menilai persediaan barang dagang, ini dapat dihitung dengan 3 metode harga
pokok yaitu:
1. Metode FIFO, yaitu barang yang lebih awal masuk yang dikeluarkan kali pertama
sehingga saldo akhir persediaan ini menunjukkan barang yang dibeli terakhir.
2. Metode LIFO, yaitu barang yang lebih akhir masuk yang dikeluarkan kali pertama
sehingga saldo akhir persediaan ini menunjukkan barang yang dibeli terawal.
3. Metode Rata-rata, yaitu pengeluaran barang ditentukan secara rawak atau acak sehingga
penentuan harga pokok untuk metode ini dicari nilai rata-ratanya.
Jika perusahaan menganut sistem persediaan Perpetual, perusahaan akan memerlukan buku
besar pembantu khusus untuk persediaan barang dagang yang lazim dinamakan dengan Kartu
Stok dan Mutasi Barang.
Di Zahir Accounting, Kartu Stok dan Mutasi Barang ini sudah disediakan di modul Laporan.
Untuk melihat bentuk baku dari buku besar pembantu ini, silakan klik di sini.