Anda di halaman 1dari 18

RINGKASAN MATA KULIAH

MODAL SAHAM
( Diajukan untuk memenuhi tugas Akuntansi Keuangan 2 )
Dosen Pengempu : Luh Gde Novitasari, SE, M.Si., Ak.,CA

Di Susun
Oleh :
Kelompok 6
Ni Kadek Marsya Dwi Cahyani 2002622010162 / 14
Ni Ketut Antika 2002622010165 / 17
Eni Setiowati 2002622010180 / 32

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
Jl. Kamboja No.11A, Dangin Puri Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota
Denpasar, Bali 80233

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Modal Saham
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum
dipisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari pemiliknya maka kewajiban pemilik
terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang disetorkan, selain itu, bentuk
perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang
menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang
cukup banyak, maka pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak-pihak lain yang
diangkat menjadi pemimpin PT tersebut. Dengan kata lain, yang menjalankan PT adalah
orang-orang yang diangkat oleh pemilik. Pemilik PT merupakan kumpulan pihak-pihak yang
mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti setoran
dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-
pihak yang menyetor modal. Modal saham merupakan jenis modal yang hanya terdapat
dalam perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) yang diperoleh dengan cara
menerbitkan dan menempatkan saham – saham tersebut kepada pihak tertentu atau kepada
masyarakat umum. Tingkat kepemilikan pemegang saham terhadap perusahaan tergantung
seberapa besar bagian saham yang dikuasainya.

Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak sebagai berikut :
1) Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan, yaitu melalui
hak suara dalam rapat pemegang saham.
2) Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh
perusahaan.
3) Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan
saham masing-masing pemegang saham dapat tidak berubah.
4) Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi.
Apabila perusahaan itu mengeluarkan satu jenis saham maka seluruh pemegang
saham mempunyai hak yang sama, tetapi bila saham yang dikeluarkan itu lebih dari satu
jenis maka yang diberikan kepada masing-masing jenis berbeda, tergantung pada kontrak
pengeluaran saham yang disetujui. Angka nominal (nilai nominal) saham yang tertera
dalam lembar saham disebut dengan nilai pari (par value). Saham yang laku dijual diatas
nilai nominal disebut dijual diatas pari, jika dijual dibawah nilai nominal disebut dengan
dibawah pari dan jika dijual seharga nilai nominal disebut dijual pari. Pemegang saham
merupakan pemilik perusahaan meskipun lembar saham yang dimiliki hanya 1 (satu)

1
lembar dari 1.000.000.000 lembar saham. Jika perusahaan menerbitkan saham
sebanyak 1.000.000.000 lembar saham dan seseorang mempunyai saham sebesar 60%
berarti orang tersebut mempunyai 600.000.000 lembar saham. Dan jika yang dimiliki
hanya 1 (satu) lembar berarti hanya memiliki 0,000.000.01% demikian seterusnya.

2.2 Prosedur Akuntansi Penerbitan Saham


Pembahasan mengenai akuntansi untuk penerbitan saham dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
1. Akuntansi untuk saham bernilai nominal
Nilai nominal saham tidak ada hubungannya dengan nilai wajar saham. Saat ini,
nilai nominal saham sangat rendah nilainya. Hal ini membantu perusahaan untuk
menghindari liabilitas kontinjensi yang berkaitan dengan penjualan saham di bawah
nilai nominal. Akun Saham Preferen atau Saham Biasa mencerminkan nilai nominal
dari saham yang diterbitkan perusahaan. Perusahaan mengkredit akun ini pada saat
menerbitkan saham. Sedangkan, akun Premi Saham merupakan kelebihan
pembayaran dari pemegang saham di atas nilal nominal saham.
Contoh:
PT Angkasa menerbitkan 1.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp10.000 dan
nilai wajar Rp15.000 per lembar. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut:
Jawab :
KAS Rp 15.000.000
Modal saham ~ biasa Rp 10.000.000
Premi saham ~ biasa Rp 5.000.000

2. Akuntansi untuk saham tanpa nilai nominal,


Alasan diterbitkannnya saham tanpa nilai nominal adalah :
 Menghindari liabilitas kontinjensi yang kemungkinan terjadi jika perusahaan
menerbitkan saham dengan nilai nominal dengan diskonto
 Jika saham diterbitkan tanpa nilai nominal, maka tidak ada masalah untuk
menentukan nilai wajar saham. Hal ini terutama menguntungkan pada penerbitan
saham untuk item properti, seperti aset tetap atau aset tak berwujud.

2
Pada saham tanpa nilai nominal, berapapun harga sahamnya, perusahaan menerbitkan
saham tanpa premi atau diskonto. Jadi jumlah yang diterima dari penerbitan saham
semuanya dicatat sebagai saham biasa atau saham preferen.
Contoh :
PT Maju Terus menerbitkan 5.000 lembar saham secara tunai dengan harga Rp
10.000 per lembar. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut:
Jawab :
Kas Rp 50.000.000
Modal saham ~ biasa Rp 50.000.000
Jika PT Maju Terus menerbitkan 5.000 lembar saham lagi dengan harga Rp 11.000,
maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut:
Kas Rp 55.000.000
Modal saham ~ biasa Rp 55.000.000

3. Akuntansi untuk saham bersamaan dengan sekuritas lain (penjualan lump-sum),


Biasanya perusahaan menjual saham secara terpisah berdasarkan jenis kelasnya.
Namun, terkadang perusahaan menerbitkan dua atau lebih jenis kelas sekuritas dalam
satu pembayaran. Masalah akuntansi yang timbul dari peristiwa tersebut adalah
alokasi di antara sekuritas tersebut. Untuk mengalokasikannya, perusahaan
menggunakan salah satu dari dua alternatif metode alokasi berikut ini:
 Metode Proporsional
Jika nilai wajar untuk menentukan nilai relatif setiap kelas saham tersedia, maka
perusahaan mengalokasikannya secara proporsional.
Contoh:
PT Antik menerbitkan 1,000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp10.000
dan nilai wajar Rp20.000 per lembar serta 1.000 lembar saham preferen dengan
nilai nominal Rp10.000 dan nilai wajar Rp12.000 per lernbar seharga lump-sum
Rp30.000.000 perusahaan mengalokasian Rp 30.000.000 tersebut dengan cara
sebagai berikut :
Nilai wajar saham biasa (1.000 x Rp 20.000) Rp 20.000.000
Nilai wajar saham preferen (1.000 x Rp 12.000) Rp 12.000.000
Total nilai wajar Rp 32.000.000

3
Rp 20.000.000
Alokasi ke saham biasa : x Rp 30.000.000 = Rp 18.750.000
Rp 32.000.000

Rp 12.000.000
Alokasi ke saham preferen : x Rp 30.000.000 = Rp 11.250.000
Rp 32.000.000
Total alokasi Rp 30.000.000

 Metode Inkremental
Jika perusahaan tidak dapat menentukan nilai wajar dari semua jenis sekuritasnya,
maka dapat menggunakan metode inkremental. Metode ini menggunakan nilai
wajar sekuritas yang diketahui sebagai dasar, lalu mengalokasikan sisa lumpsum
ke kelas sekuritas yang tidak diketahui nilai wajarnya.
Contoh :
PT Modern menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal
Rp10.000 dan nilai wajar Rp20.000 per lembar serta 1.000 lembar saham preferen
dengan nilai nominal Rp10.000 per lembar, tetapi nilai wajarnya tidak diketahui
seharga lump-sum Rp30.000.000.
Perusahaan mengalokasikan Rp30.000.000 tersebut dengan cara sebagai berikut:

Penerimaan lump-sum Rp30.000.000


Nilai wajar saham biasa (1.000 x Rp20.000) (Rp20.000.000)
Saldo dialokasikan ke saham preferen Rp10.000.000

Jika perusahaan tidak dapat menentukan nilai wajar dari semua kelas saham
dalam transaksi lump-sum maka perusahaan perlu menggunakan pendekatan lain,
seperti misalnya penilaian pakar.

4. Akuntansi untuk saham dalam transaksi non kas,


Penerbitan saham untuk properti atau jasa selain kas menimbulkan masalah
penilaian dalam akuntansi, Aturan umumnya adalah: perusahaan harus mencatatnya
sebesar nilai wajar barang atau jasa yang diterima, kecuali nilai wajarnya tidak dapat

4
diukur secara andal. Jika nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka
gunakan nilai wajar dari saham yang diterbitkan.

Jika perusahaan dapat menentukan nilai wajar kedua-duanya dan kedua pihak
yang bertransaksi independen (tidak memiliki hubungan istimewa), maka nilai wajar
barang atau jasa yang diterima dengan nilai wajar saham sangat kecil perbedaannya,
sehingga dasar penilaian pertukaran tersebut tidak akan menjadi masalah.
Jika tidak dapat menentukan nilai wajar kedua-duanya, maka perusahaan harus
memilih teknik penilaian yang tepat. Penilaian dapat didasarkan pada transaksi pasar
dari aset yang dapat dibandingkan atau aliran kas di masa datang yang didiskontokan
Perusahaan harus menghindari penggunaan nilai buku, nilai nominal, atau nilai yang
ditetapkan sebagai dasar penilaian transaksi ini.
Transaksi berikut ini memberikan ilustrasi pencatatan penerbitan 10.000 lembar
saham biasa dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar untuk hak paten bagi PT
Aneka Ragam dalam beberapa situasi.
1. PT Aneka Ragam tidak dapat menentukan nilai wajar hak paten tersebut, tetapi
mengetahui nilai wajar saham, yaitu sebesar Rp140.000.000
Hak paten 140.000.000
Modal saham ~ biasa (10.000 x Rp 10.000) 100.000.000
Premi saham ~ biasa 40.000.000
2. PT Aneka Ragam tidak dapat menentukan nilai wajar saham, tetapi mengetahui
nilai wajar hak paten, yaitu sebesar Rp 150.000.000
Hak paten 150.000.000
Modal saham ~ biasa (10.000 x Rp 10.000) 100.000.000
Premi saham ~ biasa 50.000.000
3. PT Aneka Ragam tidak dapat menentukan nilai wajar saham maupun nilai wajar
hak paten. Konsultan independen menilai hak paten sebesar Rp 125.000.000
berdasarkan arus kas yang diharapkan sudah didiskontokan.
Hak paten 125.000.000
Modal saham ~ biasa (10.000 x Rp 10.000) 100.000.000
Premi saham ~ biasa 25.000.000

5. Akuntansi untuk biaya perolehan penerbitan saham

5
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menerbitkan saham, seperti
biaya underwriting, biaya cetak, dan pajak diperlukan sebagai pengurang premi
saham. Biaya-biaya tersebut tidak dapat dimasukkan sebagai biaya operasional karena
tidak ada hubungannya dengan penjualan.

2.3 Akuntansi Untuk Saham Preferen


Saham preferen adalah saham yang mempunyai hak khusus melebihi pemegang
saham biasa. Saham preferen disebut juga dengan saham istimewa sebab banyak
mempunyai keistimewaan. Dalam pembagian keuntungan, para pemegang saham preferen
mempunyai keistimewaan mendapat bagian laba yang dinyatakan dalam persentase,
hampir serupa dengan surat berharga obligasi. Preferensi atau fitur yang sering di kaitkan
dengan saham preferen, antara lain :
1. Saham preferen kumulatif
Apabila perusahaan gagal atau tidak bisa membayar dividen pada tahun tertentu,
maka pembayaran dividen untuk tahun tersebut (dividen terutang) harus dilakukan di
tahun berikutnya sebelum dividen dibayarkan kepada para pemegang saham biasa.
2. Saham preferen partisipasi
Saham preferen yang memberikan hak spesial kepada pemegangnya untuk menerima
dividen sebesar yang biasanya diterima dividen preferen beserta dividen tambahan ber
dasarkan kondisi tertentu yang telah ditetapkan. Dividen tambahan lazimnya hanya
dibayarkan apabila jumlah dividen yang diterima pemegang saham biasa melampaui
jumlah tertentu per lembar saham. Dalam kasus likuidasi, pemegang saham preferen
partisipasi dapat pula memiliki hak menerima kembali senilai harga pembelian saham
dan porsi prorata atas setiap kelebihan pembayaran yang diterima para pemegang
saham biasa.
3. Saham preferen konvertibel.
Pemilik saham berhak menukar saham preferen menjadi saham biasa sesuai dengan
rasio yang telah ditetapkan.
4. Saham preferen callable.
Perusahaan berhak menebus saham preferen yang beredar pada waktu tertentu di
masa datang dan pada tingkat harga yang telah ditetapkan. Biasanya, perusahaan
menetapkan harga sedikit lebih tinggi daripada harga saat saham diterbitkan pertama
kali.
5. Saham preferen redeemable.

6
Saat ini, semakin banyak penerbitan saham preferen yang memiliki fitur serupa
dengan utang (kewajiban legal untuk membayar). Pada saham preferen redeemable
terdapat periode penebusan wajib atau fitur penebusan saham yang tidak dapat
dikendalikan pihak perusahaan yang menerbitkan saham tersebut.

Kelebihan dari saham preferen ini adalah Saham preferen memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan saham biasa. Kelebihan saham preferen adalah sebagai berikut.
1. Dividen yang akan diraih oleh investor saham preferen biasanya lebih besar ketimbang
pemegang saham biasa.
2. Ketika perusahaan mengalami likuidasi atau pembubaran, pemegang saham preferen
akan didahulukan untuk mendapatkan keuntungan di sahamnya.
3. Ketika ada keuntungan yang tersisa, investor saham preferen yang akan
mendapatkannya.

Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas
dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain. Penerbit instrumen keuangan
pada saat pengakuan awal mengklasifikasikan instrumen tersebut atau komponennya
sebagai liabilitas keuangan, aset keuangan, atau instrumen ekuitas sesuai dengan substansi
perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan, aset keuangan dan instrumen
ekuitas.
Suatu instrumen merupakan instrumen ekuitas, jika dan hanya jika, kedua kondisi berikut
terpenuhi.
1. instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual:
a) untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain, atau
b) untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kon disi yang berpotensi tidak menguntungkan penerbit,
2. jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen ekuitas
yang diterbit kan entitas, maka instrumen tersebut merupakan:
a) non derivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya untuk
menyerahkan jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan
entitas.
b) derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan sejumlah tertentu
kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang
diterbitkan oleh entitas.

7
Dengan demikian, jelas bahwa saham preferen yang memiliki fitur seperti utang,
seperti saham preferen redeemable harus diklasifikasikan sebagai liabilitas dan harus
diukur dan diperlakukan sebagai liabilitas.
Perusahaan biasanya menerbitkan saham preferen dengan nilai nominal dan membagikan
dividen berdasarkan persentase tertentu dari nilai nominal. Misalnya, pemegang saham
yang memiliki 8% saham preferen dengan nilai nominal Rp1.000 berhak menerima
dividen per tahun sebesar Rp80 per lembar saham (Rp1.000 x 896). Saham ini biasanya
disebut sebagai saham preferen 89%. Jika saham preferen tidak memiliki nilai nominal,
maka perusahaan menetapkan sejumlah tertentu per lembar sahamnya sebagai dividen,
misalnya Rp60 per lembar saham. Saham ini biasanya disebut sebagai saham preferen
Rp60.

Pelaporan Saham Preferen dan contoh kasus


Pencatatan pada saat penerbitan saham preferen mirip dengan penerbitan saham biasa,
seperti yang te lah dibahas pada bagian sebelumnya.
Contoh :
PT Atlantik menerbitkan 10.000 lembar saham preferen dengan nilai nominal Rp1.000
dan harga Rp1.200 per lembar. PT Atlantik mencatat transaksi tersebut:
Kas 12.000.000
Modal Saham ~ Preferen 10.000.000
Premi Saham ~ Preferen 2.000.000

Perusahaan memperlakukan saham preferen konvertibel sebagai bagian dari ekuitas.


Dengan demikian, jika pemilik saham mengkonversi saham preferen menjadi saham
biasa, maka tidak ada pengakuan keuntungan atau kerugian. Perusahaan menggunakan
metode nilai buku: mendebit Modal Saham - Preferen beserta Premi Saham Preferen dan
mengkredit Modal Saham Biasa dan Premi Saham - Biasa jika ter dapat selisih.
Saham preferen biasanya tidak memiliki tanggal jatuh tempo, sehingga tidak ada
kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada pemegang saham preferen. Oleh
karenanya, perusahaan mengklasifikasikan saham preferen sebagai bagian dari ekuitas dan
melaporkannya dalam bagian ekuitas sebesar nilai nominalnya. Kelebihan di atas nilai
nominal diakui sebagai premi saham. Perusahaan juga memperlakukan dividen saham
preferen sebagai distribusi dari laba, bukannya biaya.

8
2.4 Akuntansi Untuk Saham Treasuri
2.4.1 Pengertian Saham Treasuri
Saham Treasuri atau Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli
kembali dari peredaran untuk sementara waktu. Perbedaan antara saham yang belum
beredar dengan treasury stock adalah bahwa saham yang belum beredar itu
merupakan modal saham yang belum dijual (diedarkan) sedangkan treasury stock
merupakan modal saham yang beredar yang dibeli kembali.
Pembelian kembali saham yang beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena
berbagai alasan sebagai berikut:
a. Untuk menaikkan harga pasar saham.
b. Akan dijual kembali pada karyawan perusahaan.
c. Akan dibagikan sebagai dividen.
d. Untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain, dan sebagainya.
Treasury stock yang dijual kembali akan dikelompokkan kembali dalam modal
saham yang beredar, Kadang-kadang treasury stock diperoleh dari hadiah
(sumbangan) atau dari pelunasan utang

2.4.2 Pencatatan Transaksi Treasury Stock


Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pencatatan transaksi treasury
stock Pendekatan-pendekatan itu merupakan dasar dari metode pencatatan treasury
stock sebagai berikut:
1) Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian
saham yang beredar dan metode pencatatannya disebut metode nilai nominal.
2) Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal
yang belum ditentukan penyelesaiannya. Metode pencatatannya disebut metode
harga perolehan.
Di bawah ini diberikan penjelasan mengenai metode-metode yang digunakan
dalam pencatatan treasury stock berdasarkan masing-masing pandangan yang ada.
1. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian
saham yang beredar (metode nilai nominal)
Dengan pandangan ini dianggap bahwa pembelian treasury stock
merupakan pelu nasan kembali saham dari pemegang-pemegang saham tertentu
sehingga pemegang saham itu tidak lagi menjadi pemegang saham perusahaan.
Apabila treasury stock itu dijual lagi maka penjualannya dianggap mencari

9
pemegang saham baru. Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dapat dicatat
dengan cara:
a) Mendebit rekening modal saham.
b) Mendebit rekening treasury stock dan saldonya dilaporkan mengurangi
modal saham beredar dalam neraca.
Debit dalam rekening modal saham atau treasury stock dilakukan dengan
jumlah sebesar nilai nominal saham-saham yang dibeli. Selisih harga beli dengan
nominal dicatat dalam rekening agio, disagio atau laba tidak dibagi tergantung
dari harga jualnya dulu dan harga belinya sekarang. Berikut ini diberikan contoh-
contoh transaksi-transaksi dan jurnal mencatat perubahan treasury stock untuk
masing-masing metode:
a) Rekening modal saham didebit dengan nilai nominal yang dibeli kembali.
Transaksi Jurnal
2005
Penjualan 1.000 lembar saham, Kas Rp 1.200.000,00

nominal @ Rp 1.000,00 dengan harga Modal saham Rp 1.000.000,00

Rp 1.200,00 per lembar Agio saham Rp 200.000,00

Laba tahun 2005 sebesar Rp 150.000,00 Laba rugi Rp 150.000,00


Laba tidak dibagi Rp 150.000,00
2006
Pembelian kembali 100 lembar Modal saham Rp 100.000,00

saham dengan harga @ Rp 1.300,00 Agio saham Rp 20.000,00


Laba tidak dibagi Rp 10.000,00
Kas Rp 130.000,00
2006
Penjualan kembali 100 lembar yang Kas Rp 150.000,00

dibeli dengan harga @ Rp 1.500,00 Modal saham Rp 100.000,00


Agio saham Rp 50.000,00
Sesudah penjualan treasury stock modal Modal
saham dalam neraca nampak sebagai Modal saham Rp 1.000.000,00
berikut: Agio saham Rp 230.000,00
Laba tidak dibagi Rp 140.000,00
Rp 1.370.000,00

10
Keterangan:
Pada tahun 2006, saham yang beredar dibeli dengan harga Rp1.300,00. Jika diban
dingkan dengan harga jualnya pada tahun 2005 (Rp1.200,00) maka terdapat
selisih sebesar Rp100,00 per lembar. Selisih ini (Rp100,00 x 100 lembar)
dianggap sebagai pembagian dividen dan dibebankan pada rekening laba tidak
dibagi. Rekening modal saham didebit sebesar Rp1.000,00 (nominal) x 100
lembar dan rekening agio saham dibatalkan dengan jumlah yang sebanding
dengan agio yang diperoleh pada saat saham tersebut dijual tahun 2005 yaitu
sebesar Rp200,00 per lembar. Penjualan kembali treasury stock pada tahun 2006
dengan harga Rp1.500,00 per lembar dicatat dengan cara biasa.

b) Rekening treasury stock didebit dan saldonya dikurangkan pada modal


saham.

Transaksi Jurnal
2005
Penjualan 1.000 lembar saham, Kas Rp 1.200.000,00

nominal @ Rp 1.000,00 dengan harga Modal saham Rp 1.000.000,00

Rp 1.200,00 per lembar Agio saham Rp 200.000,00

Laba tahun 2005 sebesar Rp Laba rugi Rp 150.000,00


150.000,00 Laba tidak dibagi Rp 150.000,00
2006
Penjualan treasury stock dengan Treasury stsock Rp 100.000,00

harga @ Rp 1.500,00 Agio saham Rp 20.000,00


Laba tidak dibagi Rp 10.000,00
Kas Rp 130.000,00
Sesudah penjualan treasury stock modal Modal
saham dalam neraca nampak sebagai Modal saham Rp 1.000.000,00
berikut: Agio saham Rp 230.000,00
Laba tidak dibagi Rp 140.000,00
Rp 1.370.000,00
Keterangan:
Metode b adalah sama dengan metode a, hanya rekening yang dipakai mencatat
pembelian saham sendiri yang berbeda. Dalam metode a, saham sendiri yang dibeli

11
didebitkan ke rekening modal saham, sedangkan dalam metode b yang didebit
adalah rekening treasury stock, begitu juga pada saat penjualan treasury stock,
dalam metode a yang dikredit adalah rekening modal saham, sedangkan dalam
metode b yang dikredit adalah rekening treasury stock.

2. Pembelian treasury stock dianggap sebagai tambahan terhadap elemen modal


yang belum ditentukan penyelesaiannya (metode harga perolehan)
Saldo rekening treasury stock ini dikurangkan pada modal perusahaan
(yaitu mengurangi jumlah modal). Metode yang berdasarkan pada anggapan ini
dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif,
dan tidak usah diidentifikasikan dengan elemen-elemen modal yang ada seperti
modal saham atau laba tidak dibagi. Apabila treasury stock tadi dihentikan
peredarannya dalam arti tidak dijual lagi maka saldo rekening ini akan
dialokasikan ke elemen-elemen modal seperti dalam cara 1 (metode a dan b).
Apabila treasury stock ini dijual lagi, maka penjualan ini dianggap sebagai
penyelesaian terakhir dari saham-saham tersebut. Jadi sesudah dipu tuskan
apakah treasury stock itu akan dihentikan peredarannya, atau sesudah treasury
stook itu dijual kembali, barulah dapat diketahui akibat dari transaksi treasury
stock ini terhadap elemen-elemen modal yang ada.
Untuk menjelaskan penggunaan metode ini, berikut ada contoh transaksi
treasury stock.

12
Transaksi Jurnal
2005
Penjualan 1.000 lembar saham, Kas Rp 1.200.000,00

nominal @ Rp 1.000,00 dengan harga Rp Modal saham Rp 1.000.000,00

1.200,00 per lembar Agio saham Rp 200.000,00

Laba tahun 2005 sebesar Rp 150.000,00 Laba rugi Rp 150.000,00


Laba tidak dibagi Rp 150.000,00
2006
Pembelian kembali 100 lembar saham Treasury stock Rp 130.000,00

dengan harga @ Rp 1.300,00 Kas Rp 130.000,00

2006
Penjualan kembali 100 lembar yang Kas Rp 150.000,00

dibeli dengan harga @ Rp 1.500,00 Treasury stock Rp 130.000,00


Agio saham Rp 20.000,00
Sesudah penjualan treasury stock modal Modal
saham dalam neraca nampak sebagai Modal saham Rp 1.000.000,00
berikut: Agio saham Rp 220.000,00
Laba tidak dibagi Rp 150.000,00
Rp 1.370.000,00

Keterangan:
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury stock
sebesar harga beli/harga perolehannya. Jika sebelum ada penjualan treasury stock
dibuat neraca, maka treasury stock ini akan mengurangi jumlah modal sebagai
berikut:
Modal saham Rp 1.000.000,00
Agio saham Rp 200.000,00
Laba tidak dibagi Rp 150.000,00
Rp 1.350.000,00
Treasury stock Rp 130.000,00
Rp 1.220.000,00

13
Jika treasury stock dijual, ada 2 kemungkinan:
1) Harga jual treasury stock lebih tinggi daripada harga perolehannya. Selisihnya
dicatat dalam rekening agio saham atau rekening tersendiri yang akan
dilaporkan menambah modal yang disetor.
2) Harga jual treasury stock lebih rendah daripada harga perolehannya.
Selisihnya didebitkan ke rekening laba tidak dibagi.

2.5 Ekuitas Pemegang Saham Dilaporkan dan Dianalisis


Tiga kategori berikut biasanya muncul pada kelompok ekuitas pemegang saham :
1. Modal saham
2. Tambahan modal disetor (modal yang melebihi nilai pari atau nilai ditetapkan)
3. Laba ditahan
Dua kategori pertama, yaitu modal saham dan tambhan modal disetor
merupakan modal kontribusi, sementara laba ditahan merupakan modal yang
diperoleh perusahaan.

 Laporan Ekuitas Pemegang Saham


Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format sebagai
berikut :
1.      Saldo pada awal periode
2.      Penambahan
3.      Pengurangan
4.      Saldo pada akhir periode

14
 Analisis
Analisis menggunakan rasio equitas pemegang saham untuk mengevaluasi
profitabilitas dan solvensi jangka panjang perusahaan. terdapat tiga rasio sebagai
berikut:
1. Tingkat Pengembalian atas Equitas Saham Biasa
2. Rasio Pembayaran
3. Nilai Buku Persaham

1. Tingkat Pengembalian Atas Equitas Saham Biasa


Rasio yang digunakan secara luas yang mengukur profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham biasa adalah tingkat pengembalian atas ekuitas saham
biasa (rate of return on common stock equity). Rasio ini menunjukkan seberapa
banyak dolar laba bersih yang diperoleh dari setiap dolar yang diinvestasikan oleh
pemiliknya. pengembalian atas ekuitas (ROE) juga menolong para investor dalam
menilai kelayakan saham ketika pasar pada umumnya tidak dalam kondisi baik.
Contohnya, saham BestBuy jatuh hampir 40%, bersamaan dengan sebagian besar
pasar pada 2001-2002. Tapi tinjauan atas ROE-nya semasa periode ini dan
selanjutnya menunjukkan perbaikan 20 sampai 22% sementara ROE pasar
keseluruhan menurun dari 16% menjadi 8%. Lebih penting lagi, BestBuy dan
saham lainnya, seperti 3M dan Procter & Gamble, memperoleh kembali nilai pasar
mereka yang hilang, sementara saham-saham lainnya dengan ROE kurang kuat
tetap berada dalam kesulitan. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih
dikurangi dividen saham preferen dibagi dengan rata-rata ekuitas pemegang saham
biasa.
2. Rasio Pembayaran

15
Ukuran profitabilitas lainnya adalah rasio pembayaran (payout rasio) yang
merupakan rasio dividen tunai terhadap laba bersih. Jika saham preferen sedang
beredar maka rasio ini dihitung untuk pemegang saham biasa dengan membagi
dividen tunai yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa dengan laba bersih
yang tersedia untuk pemegang saham biasa.
3. Nilai Buku Per Saham
Sebagian besar dasar yang digunakan untuk mengevaluasi kekayaan bersih
ditemukan dalam nilai buku atau nilai ekuitas per saham. Nilai buku per saham
(back value per share) adalah jumlah setiap saham yang akan diterima jika
perusahaan dilikuidasi atas dasar jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Akan
tetapi, angka tersebut akan kehilangan banyak relevansinya jika penilaian atas
dasar neraca tidak memperkirakan nilai pasar wajar aktiva. Nilai buku per saham
(back value per share) dihitung dengan membagi ekuitas pemegang saham biasa
dengna saham biasa yang beredar

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan kata lain, yang menjalankan PT adalah orang-orang yang diangkat oleh
pemilik. Pemilik PT merupakan kumpulan pihak-pihak yang mempunyai saham
sehingga disebut pemegang saham. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti
pemilikan yang berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetor
modal. Yang dimaksud dengan saham adalah suatu sertifikat atau tanda otentik yang
mempunyai kekuatan hukum bagi pemegangnya sebagai keikutsertaan didalam
perusahaan serta mempunyai nilai nominal (mata uang) serta dapat diperjual belikan
melalui pasar uang dan modal maupun secara langsung terhadap masyarakat (over the
counter). Pemegang saham merupakan pemilik perusahaan meskipun lembar saham
yang dimiliki hanya 1 (satu) lembar dari 1.000.000.000 lembar saham. Saham
preferen adalah saham yang mempunyai hak khusus melebihi pemegang saham biasa.
Saham preferen yang memberikan hak spesial kepada pemegangnya untuk menerima
dividen sebesar yang biasanya diterima dividen preferen beserta dividen tambahan ber

16
dasarkan kondisi tertentu yang telah ditetapkan. Perusahaan juga memperlakukan
dividen saham preferen sebagai distribusi dari laba, bukannya biaya. Saham Treasuri
atau Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran
untuk sementara waktu. Debit dalam rekening modal saham atau treasury stock
dilakukan dengan jumlah sebesar nilai nominal saham-saham yang dibeli. Treasury
stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif, dan tidak usah
diidentifikasikan dengan elemen-elemen modal yang ada seperti modal saham atau
laba tidak dibagi.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki.2015. “Intermediate Accounting”. Edisi kedelapan, cetakan ketujuh,


Yogyakarta:BPFE
Diana, Anastasia., Setiawati, Lilis. “Akuntansi Keuangan Menengah - Berdasarkan
Standar Akuntanasi Keuangan Terbaru”. Ed 1, Yogyakarta:Andi
Kusnadi, H., Ramelan, Bagous., Rahayu, Sri Mangesti. “Akuntansi Keuangan
Intermediate”. Malang:UNIBRAW
https://www.modalrakyat.id/blog/saham-preferen-adalah
https://feelinbali.blogspot.com/2013/03/penyajian-dan-analisis-laporan-ekuitas.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai