Anda di halaman 1dari 13

Modul Pengantar Akuntansi

PERTEMUAN 12
Persedian Barang Dagang

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan kuliah ini mahasiswa dapat melakukan pencatatan untuk
persediaan barang dagangan dan melakukan perhitungan persediaan.

Tujuan Instruksional Khusus :


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan tentang pentingnya persediaan di dalam perusahaan

B. URAIAN MATERI
Persediaan barang dagangan adalah elemen yang sangat penting dalam
penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran maupun
perusahaan partai besar.Persediaan meliputi barang- barang nyata yang dimiliki
perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali.
Macam – macam Persediaan
a. Persediaan Barang Dagangan untuk perusahaan dagang.
b. Perusahaan industri berupa persediaan bahan metah, persediaan barang
dalam proses dan persediaan barang jadi

Arti Penting Persediaan


Persediaan mempunyai arti penting dalam perusahaan karena mempunyai
kedudukan ganda yaitu sebagai unsure harga pokok penjualan di dalam Laporan
Laba Rugi dan sebagai unsur aset lancar di dalam Laporan Posisi Keuangan.
Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau
bahan untk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang
yang akan digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan dua sistem yaitu: Sistem
Periodik dan Sistem Perpetual.
Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang
men-debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang atau

S1 Manajem Universitas Pamulang 1


Modul Pengantar Akuntansi

Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok
Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan
menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di gudang.
Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat
jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi.Pada akhir
tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya
dan ditentukan nilai/harga belinya.Untuk menentukan persediaan yang
dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian
selama satu periode) dikurangi dengan persediaan akhir periode.Kemudian dibuat
dua ayat jurnal penyesuaian.Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi
dan mengkredit akun Persediaan sejumlah persediaan awal.Jurnal yang kedua
didasarkan atas hasil inventarisasi fisik barang pada akhir tahun.Jurnalnya
mendebet akun Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba
Rugi.Ayat jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode.

A. METODE PENCATATAN PERSEDIAAN


Untuk mencatat jumlah persediaan di dalam perusahaan ada 2 cara :
a) Metode Fisik atau Periodik
Dalam metode ini jumlah persediaan akhir periode ditentukan dengan cara
perhitungan secara fisik, sehingga besarnya persediaan hanya diketahui
setiap akhir periode setelah dilakukan perhitungan fisik.
b) Metode Perpetual atau Mutasi
Dalam metode ini perusahaan selalu mengadakan pencatatn baik pembelian,
pemakaian dan penjualan, sehingga setiap saat dapat diketahui secara
tertulis jumlah persediaan dan mutasinya.

B. PERHITUNGAN PERSEDIAAN
Setiap akhir periode perusahaan melakukan penilaian atas persediaan guna
kepentingan penyusunan laporan keuangan. Persediaan pada dasarnya
dinilai berdasarkanharga perolehan, akan tetapi masih ada penilaian yang lain yaitu
berdasarkan taksiran dan harga pasar yang lebih rendah antara harga pasar dan
harga pokok.

S1 Manajem Universitas Pamulang 2


Modul Pengantar Akuntansi

Metode – metode Perhitungan Persediaan


Untuk menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir
dari suatu perusahaan ada empat metode yang diperbolehkan SAK yaitu
a) Harga Pokok Spesifik.
Metode ini dipakai untuk persediaan yang dapat diidentifikasikan secara
individual, missal mobil, sepeda motor dan televisi.
b) Rata – rata Tertimbang
Dalam metode ini nilai persediaan ditetapkan berdasarkan rata-rata
tertimbang dari seluruh barang yang ada baik persediaan awal maupun
pembelian dan yang dijadikan penimbang adalah kuantitas barang yang
dibeli.
c) Masuk Pertama Keluar Partama.
Metode ini mengaggap bahwa biaya mengalir seperti suatu barisan yang
pertama masuk pertama pula keluar, sehingga persediaan akhir dalam
metode ini mempunyai harga sama dengan pembelian terakhir.
d) Masuk Terakhir Keluar Pertama
Dalam metode ini diasumsikan bahwa barang yang masuk terakhir aliran
biayanya akan keluar pertama, sehingga persediaan akhir adalah barang –
barang yang tersedia awal periode.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas untuk metode – metode
tersebut, berikut ini diberikan contoh mengenai persediaan dan pembelian –
pembelian suatu perusahaan selama bulan Januari :
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem
periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan
persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian
diskon.
Transaksi Sistem Periodik Sistem Perpetual
Membeli
Persediaan
barang Pembelian 10.00 10.00
1. Brg Dag
dagangan Hutang 0 10.00 0 10.00
Hutang
secara 0 0

S1 Manajem Universitas Pamulang 3


Modul Pengantar Akuntansi

kredit Rp
10.000
Retur Hutang Hutang
2. pembelian Retur 500 Persediaan 500
Rp 500 Pembelian 500 Brg Dag 500
Terdapat
barang
yang Piutang/Ka
dijual. s 4.000
Piutang/Ka
Harga jual Penjualan 4.000
3. s 4.000
Rp 4.000 HPP
Penjualan 4.000
dan harga Persediaan 1.500
pokok Brg Dag 1.500
barang Rp
1.500
Mutlak harus dilakukan
Tanpa inventarisasi sudah
inventarisasi fisik karena
Pada akhir dapat diketahui persediaan,
tanpa inventarisasi fisik
tahun namun inventarisasi perlu
barang, tidak dapat diketahui
dilakukan
persediaan yang ada

Misalkan
menurut
Ikhtisar
perhitunga
4. L/R Jika hasil inventarisasi fisik
n fisik pada
Persediaan 150 tidak sama dengan saldo
akhir tahun
B.D. 150 rekening persediaan,
saldo
perusahaan perlu membuat
persediaan
jurnal, jika sama tidak perlu
Rp 200 dan
Persediaan membuat jurnal.
pada awal
B.D 200
tahun Rp
Ikhtisar 200
150.
L/R

S1 Manajem Universitas Pamulang 4


Modul Pengantar Akuntansi

Menentukan Cost Dari Persediaan Akhir


Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing
pembelian berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan
harga pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di
gudang.
Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2012
sebagai berikut:
Januari 1 Persediaan 200 unit @ $10 = $2,000
12 Pembelian 400 unit @ $12 = $4,800
26 Pembelian 300 unit @ $11 = $3,300
30 Pembelian 100 unit @ $13 = $1,300
Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2012
adalah 300 unit. Tentukan:
a) Persediaan per 31 Januari 2012
b) Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2012.
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400
+ 300 + 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit.
Karena harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan
digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan
akhir sebagai berikut:
1) FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang
pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari
pembelian yang termuda/terakhir.
2) LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang
pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang
paling awal.
3) Rata-rata (Everage), pengeluaran barang secara acak dan harga pokok
barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan
cara dicari rata-ratanya.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam
sistem perpetual.
1) Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik

S1 Manajem Universitas Pamulang 5


Modul Pengantar Akuntansi

a. FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
200 unit @ $10 = $2,000
400 unit @ $12 = $4,800
100 unit @ $13 = $ 1,300
Harga pokok penjualan $8,100
Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal
26 dan 30 Januari 2012 dengan rincian sebagai berikut:
200 unit @ $11 = $2,200
100 unit @ $13 = $1,300
Persediaan akhir $3,500

b. LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit @ $13 = $1,300
300 unit @ $11 = $3,300
300 unit @ $12 = $3,600
Harga pokok penjualan $8,200
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian
tanggal 1 dan 12 Januari 2012, yaitu:
200 unit @ $10 = $2,000
100 unit @ $12 = $1,200
Persediaan akhir $3,200

c. Metode Rata-rata
Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu
dibuat perhitungan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit Jumlah
Jan 1 Persediaan 200 $10 $2,000
12 Pembelian 400 $12 $4,800

S1 Manajem Universitas Pamulang 6


Modul Pengantar Akuntansi

26 Pembelian 300 $11 $3,300


30 Pembelian 100 $13 $1,300
Jumlah 1,000 $11,400
Rata-rata = $11,400 : 1,000 $11.4
Harga pokok penjualan = 700 x $ 11.4 = $7,980
Persediaan akhir = 300 x $11.4 = 3,240
2) Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok
barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan
menjual barang.Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok
ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan.Satu jenis
barang disediakan satu Kartu.Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk
persediaan yang nilainya tinggi.
Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Unit Harga Beli per Unit
Jan. 1 Persediaan 200 $10
12 Pembelian 400 $12
17 Dijual 300
26 Pembelian 300 $11
27 Dijual 200
28 Dijual 300
30 Pembelian 100 $13

Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO:


Dibeli Dipakai Persediaan
Cos
Unit Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
Tgl Ket t
Jan
Persediaan 200 10 2,000
1
12 Pembelian 400 12 4,800 200 10 2,000

S1 Manajem Universitas Pamulang 7


Modul Pengantar Akuntansi

400 12 4,800
200 10 2,000
17 Dijual 300 12 3,600
100 12 1,200
300 12 3,600
26 Pembelian 300 11 3,300
300 11 3,300
100 12 1,200
27 Dijual 200 12 2,400
300 11 3,300
100 12 1,200
28 Dijual 100 11 1,100
200 11 2,200
100 11 1,100
30 Pembelian 100 13 1,300
100 13 1,300

C. MENAKSIR COSTPERSEDIAAN
Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau
sistem perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu
macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan
harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan
keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas
persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang
terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis.
Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan.
Terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu metode harga ecerandan metode
laba kotor.
a. Metode Harga Eceran
Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga
eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga
eceran.
Harga Pokok (Cost) Harga
Eceran
Persediaan 1 Januari 2011 $ 60,000
$ 100,000

S1 Manajem Universitas Pamulang 8


Modul Pengantar Akuntansi

Pembelian Januari 2011 $ 540,000


$ 900,000
Barang tersedia untuk dijual $ 600,000
$ 1,000,000
% Cost thd Harga Eceran=
(600,000 : 1,000,000) x 100% = 60%
Penjualan $ 700,000
Persediaan akhir $ 300,000
Nilai cost persediaan akhir = 60% x $ 300,000 = $ 180,000
b. Metode Laba Kotor
Persediaan akhir ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah dengan
pembelian selama satu periode kemudian dikurangi dengan harga pokok
barang yang dijual pada periode yang bersangkutan. Untuk menentukan
harga pokok penjualan, penjualan yang telah dicatat dalam rekening
penjualan dikurangi dengan laba kotornya.Umumnya laba kotor ini sudah
diketahui %-nya.Jika belum diketahui, % laba kotornya digunakan % laba
kotor tahun-tahun sebelumnya. Misalkan persediaan awal tahun 2011 $
100,000 pembelian selama bulan Januari $ 1,200,000 dan penjualan selam
bulan Januari menurut rekening buku besar $ 90,000 dan laba kotor 20%
dari harga jual, maka persediaan akhir dapat dihitung sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 2011 $ 100,000
Pembelian Januari 2011 $ 1,200,000
Barang tersedia untuk dijual $ 1,300,000
Penjualan $ 900,000
Laba Kotor (20% x $ 900,000) $ 180,000
Harga pokok barang yang dijual $ 720,000
Persediaan akhir $580,000

D. Menyajikan Nilai Persediaan Di Neraca


Nilai yang disajikan di neraca dpat saja nilai costnya seperti yang telah
ditentukan dengan berbagai asumsi arus barang.Nilai yang disajikan di neraca dapat

S1 Manajem Universitas Pamulang 9


Modul Pengantar Akuntansi

juga nilai pasarnya. Atau dapat juga dipilih yang terendah antara cost dengan harga
pasarnya.
Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang terendah antara
cost dengan harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan mempunyai persediaan
dengan cost $ 1,000. Pada akhir tahun harga pasar dari persediaan tersebut adalah
$ 900, maka yang disajikan di neraca adalah $ 900.Jika harga pasar barang tersebut
adalah $ 1,100, maka yang disajikan di neraca adalah costnya yaitu $ 1,000.
Yang dimaksud dengan cost adalah pasar harga yang tidak lebih tinggi dari
ceiling dan tidak boleh lebih rendah dari floor. Ceiling adalah taksiran harga jual
dikurangi dengan taksiran biaya penjualan barang tersebut.Floor adalah ceiling
dikurangi dengan laba normal. Misalkan perusahaan telah menaksir biaya penjualan
adalah 2% dari harga jual dan laba kotor yang normal bagi perusahaan itu adalah
20% dari harga jual maka berikut ini diberikan beberapa kemungkinan sebagai
berikut:
Market
Cost Replacement Floor Ceiling Market COMWIL
Kasus
($) Cost ($) ($) ($) ($) ($)
A .65 .70 .55 .80 .70 .65
B .65 .60 .55 .80 .60 .60
C .65 .50 .55 .80 .55 .55
D .50 .45 .55 .80 .55 .50
E .75 .85 .55 .80 .80 .75
F .90 1.00 .55 .80 .80 .80
Dalam kasus Areplacement cost berada di antara floor dan ceiling, oleh
karena itu replacement cost akan mewakili market untuk dibandingkan dengan cost
yaitu $ .65. Ternyata cost $.65 lebih rendah dari market ($.70) oleh karena itu harga
yang dilaporkan adalah cost nya yaitu $ .65.
Dalam kasus B, replacement cost yang $.60 berada di antara ceiling, dan
floor oleh karena itu replacement cost dapat mewakili market kemudian
dibandingkan dengan cost $.65. Ternyata market lebih rendah, maka yang disajikan
di neraca adalah market.

S1 Manajem Universitas Pamulang 10


Modul Pengantar Akuntansi

Dalam Kasus C, replacement cost $.50 ternyata dibawah floor maka market
diwakili oleh floor, kemudian dibandingkan dengan cost, ternyata floor lebih
rendah, maka yang disajikan di neraca adalah floor
Dalam kasus D, replacement cost di bawah floor, maka market diwakili oleh
floor dan dibandingkan dengan cost. Ternyata cost lebih rendah, maka yang
disajikan di neraca adalah cost. Begitu juga kasus E. Dalam kasus F, replacement
cost di atas ceiling, sehingga ceiling, mewakili market dan dibandingkan dengan
cost, ternyata lebih rendah, sehingga yang disajikan di neraca adalah ceiling

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Berikut ini disajikan data persediaan dari PT. DANONE AQUA untuk bulan
Januari 2013:
Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit
Jan 1 Persediaan 10 $50
5 Pembelian 20 $55
10 Pembelian 30 $60
15 Penjualan 15
20 Pembelian 20 $65
25 Penjualan 25
Diminta:
a) Susun kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO, dan Average.
b) Buat jurnal transaksi tanggal 15 dan 25 Januari dengan masing-masing
metode di atas.
2. Persediaan per 1 Januari 2010 at cost Rp 6.000.000,00 sementara itu harga
ecerannya Rp 10.000.000,00. Pembelian bulan Januari Rp 30.000.000,00,
kemudian ditetapkan harga ecerannya Rp 50.000.000,00. Menurut data
penjualan dari pita yang ada pada cash register, penjualan selama bulan
Januari Rp 40.000.000,00. Berdasarkan informasi di atas, tentukan cost
persediaan akhir dengan menggunakan metode harga eceran.

S1 Manajem Universitas Pamulang 11


Modul Pengantar Akuntansi

3. Persediaan pada tanggal 1 Januari 2012 Rp 2.000.000,00. Selama bulan


Januari perusahaan telah membeli barang dengan harga Rp 10.000.000,00.
Penjualan bulan Januari sebesar Rp 11.000.000,00. Laba kotor ditetapkan
oleh perusahaan sebesar 25% dari harga jual. Berdasarkan data di atas,
tentukan cost persediaan akhir dengan menggunakan metode laba kotor.

S1 Manajem Universitas Pamulang 12


Modul Pengantar Akuntansi

D. DAFTAR PUSTAKA

IAI, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta


Horngren dan Harrison. 2005 Akuntansi Di Indonesia, Buku Satu, Penerbit
Salemba Empat . Jakarta
Haryono Yusuf. 2001, Dasar-dasar Akuntansi, Jilid Dua, Penerbit STIE YKPN.
Yogyakarta
Mardiasmo, 2000, Akuntansi Keuangan Dasar, Jilid Dua, Penerbit BPFE.
Yogyakatta
Rudianto, 2012. Pengantar Akuntansi , Penerbit, Erlangga.

S1 Manajem Universitas Pamulang 13

Anda mungkin juga menyukai