Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS YURIDIS KEPAILITAN PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

Prasojo Agus Waskito


S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya(prasojo.waskito@yahoo.com )
Indri Fogar Susilowati, S.H.,M.H
S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya(indrifogars@yahoo.co.id )

Abstrak
Upaya pemerintah dalam meningkatkan sektor ekonomi di Indonesia salah satunya dengan membentuk Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Sesuai UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN di
Indonesia dibedakan menjadi dua yakni perum dan persero, pada perum lebih bertujuan pada kemanfaatan umum
sedangkan pada persero tujuan utamanya yakni mengejar keuntungan. Ketika melaksanakan usahanya BUMN juga
dimungkinkan mengalami kerugian besar yang berakibat ketidakmampuan BUMN melunasi piutang para kreditornya,
oleh karena itu perlu ada regulasi yang mengaturnya yakni melalui UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam mempailitkan BUMN tidak semudah seperti mempailitkan orang
ataupun badan hukum lainnya, karena dalam BUMN sebagian besar atau keseluruhan asetnya berasal dari negara,
sehingga terdapat beberapa pendapat mengenai dapat atau tidaknya penerapan sitaan umum terhadap aset BUMN jika
dipailitkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami dalam hal mempailitkan BUMN di Indonesia
dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang relevan dan akibat hukum terhadap aset BUMN yang dinyatakan
pailit. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan melakukan pendekatan perundang-undangan serta
pendekatan konsep. Jenis bahan hukum yang digunakan yakni bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang
didapatkan melalui studi pustaka. Bahan hukum akan diolah secara sistematis dan dikaji secara mendalam dengan
menggunakan analisis secara preskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hakikatnya BUMN dapat
dipailitkan namun terdapat campur tangan pemerintah dalam hal kepailitan BUMN tersebut, karena kekayaan pada
BUMN tetap dianggap sebagai kekayaaan negara dan pemisahkan kekayaan hanya sebatas pengelolaan BUMN saja.
Keterkaitan pemerintah dalam kepailitan BUMN dapat dibuktikan dengan adanya campur tangan Menteri Keuangan
dalam hal mempailitkan BUMN. Selain itu pelaksanaan sita umum terkait aset BUMN dapat dilaksanakan, namun
terdapat proses tersendiri yang harus dilewati yakni Menteri Keuangan harus melakukan penghapusan barang milik
negara pada BUMN terlebih dahulu sebelum pelaksanaan sitaan umum dilakukan oleh pengadilan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan No.50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara.
Hal inilah yang membedakan kepailitan BUMN dengan orang ataupun badan hukum lainnya.
Kata Kunci : Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kepailitan, Sitaan Umum

Abstract
One of the government's efforts in improving the economic sector in Indonesia is by forming the State Owned
Enterprises (SOEs). In accordance with Law Number 19 of 2003 on State-Owned Enterprises SOEs in Indonesia
divided into two namely Perum and Persero, Perum is more aimed at the public benefit while Persero has main goal of
the pursuit of profit. In its operation, the SOE is also possible efforts suffered a major loss resulting inability of SOE
repay the creditors, therefore, it is necessary to have a regulation that govern namely through Law Number 37 of 2004
on Bankruptcy and Suspension of Payment. In the order to make SOE become bankrupt is not as easy as make bankrupt
of person or other legal entity, because in the most of SOE’s assets are from the country so that there are some
perceptions as whether or not the application of the general encumbrances against the state-owned assets if it is
bankrupted. The purpose of this research is to know and understand in the case of making bankruptcy of state-owned
enterprises in Indonesia associated with legislation that is relevant and the legal effect of the SOEs assets were declared
bankrupt. This research method is a normative legal research with the approach of the legislation and approach to the
concept. The types of material used law that are the primary legal materials, secondary, and tertiary obtained through
literature. Then the legal materials will be processed in a systematic and studied in depth by using prescriptive analysis.
The results showed that essentially the SOE could be bankrupted, but there was government intervention in the event of
bankruptcy of state enterprises, since wealth in the SOEs were still regarded as state wealth and the seperatingof richesis
merely in SOE operations only. The linkage of government in bankruptcy of SOEs could be proven by the intervention
done by the minister of finance in the case make bankruptcy in SOEs. Besides the implementation of the general
foreclosure-related assets of SOEs could be implemented, but there was a separated process that must be passed before
the confiscation common SOEs, which the finance minister should do the removal of state property in SOEs first before
implementing common confiscated by the court must pass through the Finance Minister Regulation 50 / PMK.06 / 2014
on Procedures For The Implementation Of The Abolition Of State Property. This was what distinguishes the bankruptcy
of SOEs with a person or other legal entity.
Keywords: Enterprise, Bankruptcy, Foreclosure Works

1
Analisis Yuridis Kepailitan Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

turunnyai tingkat produktivitasi barang dan/ataui jasa


PENDAHULUAN serta tingkat labai yang idiperoleh.
BUMN di Indonesia dalam menjalankan BUMNi tersebut akani mengalamii penurunan
pelaksanaan perannya tersebut dapat diwujudkan pada tingkati labai yang berpengaruhi terhadapi pendapatan
hampir seluruh bidang perekonomian. Peran bidang nasional, sehinggai lambat launi akan merugikani negara
tersebut ditujukan bagi perusahaan yang kurang diminati karenai negara telahi menanamkani modal tersebut dalam
pada sektor swasta karena dianggap kurang jumlahi yang tidakisedikit, selain itu mengakibatkan
menguntungkan, oleh sebab itu kemudian BUMN suatu perusahaan BUMNi tidak mampui melunasi
berperan untuk menggiatkan kegiatan pada bidang hutangi serta gajii kepadai debituri dan para pegawainya.
tersebut yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Untuki kepentingani dunia usahai tersebut dalam
BUMN juga memiliki tugas sebagai pelaksana pelayanan menyelesaikani masalah utang-piutangi secara adil, cepat,
umum (publik), penyeimbang kekuatan swasta besar dan terbukai daniefektif sangati diperlukani perangkat hukum
ikut mengembangkan usaha kecil atau koperasi. BUMN yang mendukungnyai salah satunya melaluii hukum
juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara kepailitan.1
yang cukup berpengaruh dalam berbagai jenis bentuk Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang
pajak, deviden dan hasil privatisasi, adapun hal tersebut tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
dapat diharapkan sebagai alat untuk mencapai tujuan Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)
pada bidang terutama pembangunan sebagai pendorong kepailitan adalah suatu sitaan umum atas semua kekayaan
terciptanya korporasi. debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya
BUMN memiliki berbagai macam atau jenis dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim
bentuknya, seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang pengawas. Harta pailit akan dibagikan sesuai dengan
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik porsi besarnya tuntutan kreditor. Umumnya orang sering
Negara (selanjutnya disebut UU BUMN), BUMN terdiri menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pailit atau
dari dua bentuk yaitu Perusahaan Perseroan (selanjutnya bangkrut itu adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta
disebut persero) dan Perusahaan Umum (selanjutnya debitur agar dicapainyai perdamaiani antara debituri dan
disebut perum). BUMN tidak dapat langsung berdiri dan parai kreditor, atau agari hartai tersebut dapati dibagi-
melakukan operasional karena membutuhkan dana dan bagii secara adili diantaraipara kreditornya.
modal dari negara guna mencapai tujuannya. BUMN Konsepi kepailitani pada BUMNi tidak boleh
sangat membutuhkan penyertaan modal dari negara agar dibedakan, baik BUMN persero maupun perum dapat
dapat menjalankan fungsi dan tujuannya guna mencari dipailitkan sebagaimana layaknyai badan hukum lainnya
keuntungan yang dapat menjadi salah satu sumber yang dapat dipailitkan. Disamakannya kepailitan pada
pemasukan bagi keuangan negara. BUMN dengan badan usaha lainnya karena memang UU
BUMN diharapkan dapat berkembang dan maju KPKPUi tidak membedakani antara kapasitasi badan
sesuai harapan, oleh karena itu perlu diberikan otonomi hukum publiki atau BUMN dengan badani hukumi privat
dalam pengelolaannya. BUMN perlu diberikan atau swasta. Tidak dibedakannyai kapasitas tersebut
keleluasaan untuk mengikuti kaidah-kaidah bisnis yang mengakibatkan suatu BUMNi bisa dipailitkani seperti
sehat termasuk mengikuti ketentuan Undang-Undang halnyaibadan hukumi sawastai lainnya.
Nomor 40 Tahun 2007 tentangi Perseroan Terbatas Bahwa tidak ada masalah dalam mempailitkan
(selanjutnya disebut UU PT). Upaya penyelamatan suatu BUMN yang berbentuk badani hukum baik perseroi
perekonomian nasional khususnya melalui Perseroan maupun perum, karenai memang UUi KPKPU jugai tidak
Terbatas (selanjutnya disebut PT) dapat dilakukan memberikani privilege terhadap BUMN pada umumnya
penyertaan modal negara oleh pemerintah sesuai dengan dan oleh karenanya kepailitan BUMN harus dipandang
pasal 4 ayat (2) UU BUMN. sebagaimana kepailitan suatu badan hukum biasa.
Kelangsungani kegiatani yang dilakukanioleh BUMN pada kenyataannya jika dipailitkan tidak
suatu BUMNibaik berupa perumi maupuni persero tidaki semudah mempailitkan orang-perorangan maupun badan
selalu berjalani dengani lancar, dalam menjalankani hukum lainnya. Mempailitkan suatu BUMN
kegiatan usahanyai BUMN jugai dapat ditimpai berbagai menimbulkan banyak permasalahan mulai dari status
permasalahan. Permasalahani tersebut berupai kepemilikan modal hingga akibat hukum dari pernyataan
perekonomiani yangimelemah, menurunnyai kinerjai pailit itu sendiri terkait masalah pelaksanaan sita jaminan
perusahaani yang meliputi organisasi, manajemen dan aset. Oleh karena itu dalam hal mempailitkan BUMN
keuangani ikut mempengaruhii perkembangani BUMN.
Pengaruhi tersebut semakini berdampaki kuat terhadap 1
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan
Praktek, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal. 321

2
perlu lebih mencermati aturan serta regulasi yang telah METODE PENELITIAN
ada. Jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum
Terjadinyai kebangkrutani terbukti dengan normatif yaitu proses untuk menemukan suatu aturan
adanyai beberapai gugatan maupuni permohonan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin
pernyataani pailiti terhadapi BUMN, misalnyai PT hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi, 2
Hutamai Karya, PTi Tridarma Wahana, PT Jasindo, PT dimana isu hukum yang diangkat pada penelitian ini ialah
Dirgantara Indonesia, PT IGLAS, PT Dok Kodja Bahari, konflik norma antara pasal 50 UU PN dengan pasal 1
PT Kertas Gowa, PT Istaka Karya, PT Industri Soda angka 1 UU KPKPU, pada penelitian hukum ini akan
Indonesia dan lain-lain. Beberapa kasus kepailitan membahas mengenai kepailitan pada BUMN.
BUMN tersebut ada beberapai dinyatakan pailit, Jenis bahan hukum yang digunakan yakni bahan
walaupuni pada akhirnyai tidak ada yang hukum primer, sekunder, dan tersier yang didapatkan
dapatidinyatakani pailit. Apabila dinyatakani pailit di melalui studi pustaka. Bahan hukum akan diolah secara
pengadilani niaga akan dibatalkani di tingkat kasasi, atau sistematis dan dikaji secara mendalam dengan
apabila dikabulkani di tingkati kasasi akan dibatalkani di menggunakan analisis secara preskriptif.
tingkat peninjauani kembali.
Ketidaksesuaiani terhadap putusani pengadilan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
hakim atasipermohonan pernyataanipailit terhadap Kronologi kasus yang sesuai dengan rumusan
BUMN baik di pengadilanitingkatipertama maupun masalah yakni pada kasus kepailitan PT IGLAS (Persero)
tingkat Mahkamahi Agungi terdapat pemahamaniyang dimana PT IGLAS (Persero) merupakan BUMN dibidang
berbeda, tidak saja di kalangan hakim tetapi juga di industri dan gelas yang pernah dimohonkan pailit oleh
kalangan praktisi hukum dan akademis bahkan seorang kreditornya, awal mula permohonan tersebut
pemerintah, salah satunya mengenai kedudukan hukum terjadi karena kesepakatan antara PT Interchem Plasagro
kekayaan BUMN terhadap keuangan negara. Pentingnya Jaya dengan PT IGLAS (Persero) berkenaan dengan
mencermat aturan berkenaan dengan hal mempailitkan perjanjian kerjasama dalam hal jual beli chemical.
BUMNi sangat diperlukani dalam hal ini, apabila terjadi Perjanjian tersebut juga menghasilkan kesepakatan bahwa
pemahamani yang berbeda, kelaki akan menimbulakan harga chemical sesuai dengan purchase order yakni
suatuipresepsi yangi berbeda. sebesar US$ 165,816.38 (seratus enam puluh lima ribu
Rancunya konsep kekayaan negara yang delapan ratus enam belas tiga puluh delapan sen dolar
dipisahkan dalam UU BUMN dengan Undang-Undang Amerika) atau sekitar Rp.102.531.936.00, (seratus dua
Nomori 17i Tahun 2003 tentangi Keuangani Negara juta lima ratus tiga puluh satu ribu sembilan ratus tiga
sehingga mengakibatkani presepsii yang berbedaiapabila puluh enam rupiah), PT Interchem Plasagro Jaya sebagai
suatu BUMN dipailitkani berkenaani pelaksanaani sita pihak yang mengadakan dan telah mengirimkan chemical
jaminan. Apabilai kekayaani perusahaani negara kepada pemesan yakni PT IGLAS (Persero). Pengiriman
termasuk kedalamikekayaan negara, makai dalam hal chemical tersebut tidak dibarengi dengan pembayaran
sitai jaminani tidak dapati diterapkani sesuai dengan secara langsung sehingga lambat laun PT IGLAS
Undang-Undangi Nomori 1 Tahuni 2004i tentang (Persero) tidak sanggup membayar atau tidak dapat
Perbendaharaan Negara (selanjutnya disebut UUi PN), melunasi hutangnya yang telah melewati jangka waktu
padahal apabila suatui perusahaani negara berbadan pembayaran pada pihak PT Interchem Plasagro Jaya
hukum memenuhii syarat untuk dipailitkani maka tidak tersebut.
menutup kemungkinani suatu perusahaani negara tersebut PT IGLAS (Persero) juga mempunyai hutang
dapat dipailitkan, sehingga akan tunduki pada UU kepada PT. AKR Corporindo Tbk karena adanya surat
KPKPUidimana esensiidari kepailitaniitu sendiri ialah perihal outstanding piutang dari PT AKR Corporindo Tbk
sitaani umum. kepada PT IGLAS (Persero) No.05/AKR/07/2007 tanggal
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, 13 juli 2007. Hutang tersebut bernilai sebesar US$
penelitian ini merumuskan masalah yakni bagaimanakah 108.225 (Seratus delapan ribu dua ratus dua puluh lima
mempailitkan BUMN di Indonesia dikaitkan dengan dollar AS) atau sekitar Rp. 254.002.073 (dua ratus lima
peraturan perundang-undangan yang relevan serta apakah puluh empat juta dua ribu tujuh puluh tiga rupiah). Ketika
akibat hukum terhadap aset BUMN yang dinyatakan PT IGLAS (Persero) dianggap tidak mampu membayar
pailit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan melunasi hutangnya kepada PT Interchem Plasagaro
dalam hal mempailitkan BUMN di Indonesia dikaitkan Jaya dan PT AKR Corporindo Tbk, maka hal tersebut
dengan peraturan perundang-undangan yang relevan dan
akibat hukum terhadap aset BUMN yang dinyatakan 2
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
pailit. Kencana , Jakarta, 2010, hal. 35

3
Analisis Yuridis Kepailitan Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

membuktikan bahwa sesungguhnya PT IGLAS (Persero) yang iselanjutnya ipengelolaan dan ipembinaannya tidak
sedang berada pada keadaan tidak mampu untuk lagi ididasarkan pada isistem iAPBN, tetapiapembinaan
memenuhi kewajiban terhadap para krediturnya. dan pengelolaannya ididasarkan pada iprinsip-prinsip
perusahaan iyang sehat. Pemisahan tersebut tidak semata-
PT IGLAS (Persero) atau termohon juga
mata pemisahan secara kesuluruhan, namun dipisahkan
mengakui bahwa sesungguhnya perusahannya memang disini hanya sebatas pengelolaannya saja.
mempunyai hutang yang telah jatuh waktu pembayaran Pemerintah dalam imelaksanakan iketentuan
dan dapat ditagih. Berdasarkan hal tersebut dapat darii pasal 4 iayat (6) UU iBUMN imemberlakukan iPP
diketahui telah terpenuhinya unsur terkait syarat nomori44 tahun 2005i tentang ITata Cara Penyertaan
dipailitkannya suatu badan usaha yang terdapat dalam dani PenatausahaaniModal Negara pada BUMNi dan iPT
pasal 2 ayat (1) UU KPKPU, yakni dengan adanya unsur (selanjutnya disebut PP TPPMN pada BUMN dan PT),
pada pasal i1 iangka i7 PP TPPMN pada BUMN dan PT
dua kreditor atau lebih kreditor lain. Sesuai pertimbangan
imenegaskan bahwa konsep idari penyertaan imodal
pasal 2 ayat (1) UU KPKPU tersebut maka PT Intercherm negara adalah pemisahan kekayaan negara dari iAPBN
Plasagro jaya mengajuan permohonan pailit pada untuk idijadikan isebagai imodal iBUMN dan/atau iPT
pengadilan niaga surabaya terhadap PT IGLAS (Persero) dan dikelola secara korporasi.iModal yang idiberikan
karena adanya hutang yang telah jatuh tempo dan dapat negara pada BUMN tadiiakan idikelola secara
ditagih. Hasil putusan dari putusan pengadilan niaga korporasiiberdasarkan prinsip-prinsip usaha yang sehat,
Surabaya No.1/Pailit/2009.PN.Niaga Surabaya Tertanggal disini jelas bahwa pengaturan pemisahan kekayaanpun
diatur oleh PP yang mana hal ini termasuk perwujudan
31 maret 2009 menolak permohonan pailit tersebut.
dan campurtangan pemerintah dalam hal pengaturan
PT Intercherm Plasagro melakukan upaya hukum BUMN. Mahkamah iAgung memiliki pendapat terkait
kasasi di Mahkamah Agung karena tidak dikabulkannya dengan status kekayaan pada BUMN dimana
permohonan pailit oleh majelis hakim, oleh sebab itu pendapatitersebut dituangkan padaifatwa Mahkamah
Mahkamah Agung mengeluarkan putusan No.397 Agung iWKMA/Yud/20/VIII/2006 itentang ipemisahan
K/Pdt.Sus/2009 tertanggal 30 juli yang pada intinya kekayaan iBadan iUsaha iMilik Negara pada iKekayaan
Negara.
mengabulkan permohonan kasasi yang dimohonkan oleh
Fatwa Mahkamah Agung
PT Intercherm Plasagro dan membatalkan putusan WKMA/Yud/20/VIII/2006 tersebut menghasilkan suatu
pengadilan niaga Surabaya No.1/Pailit/2009.PN.Niaga simpulan bahwa memang kekayaan negara yang ada pada
Surabaya. Pertimbangan majelis hakim ditingkat kasasi BUMN tersebut dipisahkan hanya sebatas
dalam mengabulkan permohonan pailit beranggapan pengelolaannya saja, yang selanjutnya pengelolaan itu
bahwa PT IGLAS (Persero) termasuk BUMN yang tujuan akan didasarkan pada prinsip korporasi sebagai bukti
utamanya untuk mencari keuntungan, dimana hal tersebut bahwa BUMN merupakan bada usaha yang berlandaskan
pada prinsip usaha yang sehat. Hal ini dapat dibuktikan
merupakan tujuan awal suatu PT, sehingga sesuai dengan
dengan sifat dari jenis BUMN itu sendiri yakni Persero
pasal 2 UU KPKPU permohonan pailit dapat diajukan yang berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang
oleh kreditornya. Majelis hakim juga berpendapat bahwa berlaku bagi PT dan Perum yang mengikuti prinsip good
pengadilan niaga Surabaya telah salah menerapkan corporate governance.
hukum. PT IGLAS (persero) selaku termohon pailit Pemisahan kekayaan yang idimaksud ipada iUU
menanggapi putusan kasasi No.397 K/Pdt.Sus/2009 dan BUMN itersebut tidak semerta imerta imenghilangkan
mengajukan permohonan peninjauan kembali secara lisan andil inegara idalam ikeikutsertaan pada BUMN,
pemisahan itersebut idipisahkanihanya sebatas tindakan-
kepada Mahkamah Agung melalui kepaniteraan
tindakan operasional ipengelolaannya saja iyang
pengadilan negeri Surabaya tanggal 15 oktober 2009. Hal dilakukan iBUMN iguna melakukan isuatu usaha yang
tersebut melahirkan putusan PK No.111 PK/Pdt.Sus/2009 baik. BUMN idiberikan ikeleluasaan iuntuk mengelola
yang pada intinya majelis hakim mengabulkan perusahaannya berdasarkan iperaturan iyang itelah ada,
permohonan PK oleh PT IGLAS (persero). hal ini dibuktikan idenganiadanya suatu ikebijakan idari
pemerintah ikepada BUMN iuntuk imengelola
perusahaannya idengan ibaik, oleh ikarena itu
PEMBAHASAN
dikeluarkanlah iperaturan menteri inegara ibadan iusaha
Mempailitkan BUMN di Indonesia Sesuai milik negara nomor: iPer-i09 /Mbu/2012
Peraturan Perundang-Undangan yang Relevan. tentangiperubahan atas peraturan menteri negara badan
BUMN imemiliki iharta ikekayaan yang usaha milik negara nomor iPer-01/Mbu/2011 iTentang
iterpisah idari ikekayaan pendiriimaupun pengurusnya Penerapan iTata iKelola iPerusahaan Yang iBaik (Good
sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU BUMN, kekayaan Corporate Governance) pada BUMN yang diharapkan
tersebutidiperoleh dariipemisahan APBNi oleh inegara bisai idijadikan isebagai pedoman idalam ipengelolaan
dan untuk idijadikan ipenyertaanimodal negara pada usaha BUMN iyang baik.
BUMN ibaik ipersero maupun perum. Dipisahkannya BUMNi di Indonesia ihanya iberbentukiPersero
kekayaan negara dari iAPBN itersebut memiliki maksud dan Perum, pasal 1 angka 2 iUU iBUMN menyebutkan
untuk idijadikan penyertaan modal negara ipada iBUMN Persero merupakan PT yang modalnya terbagi idalam

4
saham yang iseluruh atauiminimal 51%isahamnya memiliki tugas dalam penyelenggaraan dan pembinaan
dikuasai negara dani tujuan iutamanya mengejar BUMN serta membantu presiden dalam
keuntungan. Intinyaisuatu persero berlakuiketentuan dan menyelenggarakan fungsi pemerintahan negara. Menteri
prinsip UU PT serta cenderungimencari keuntungan yang BUMN bertugas dalam merumuskan dan menetapkan
sebesar-besarnyaisehingga modalnyaitak hanya kebijakaan dibidang BUMN, koordinasi dan sinkronisasi
diperolehidari negara saja tapii juga didapat dari pelaksanaan kebijakan BUMN serta pengawasan
masyarakat, imeskipun isebagian ibesar modal dari terhadap pelaksanaan tugas kementerian BUMN.
persero iberasal idari inegara inamun imasyarakat ijuga Menteri keuangan sebagai bendahara umum
berhak memberikan iandil idalam isuatu iRUPS, jadi juga mengatur kegiatan finansial BUMN yang memang
pada ipersero isaham tidak sepenuhnya idikuasai inegara dikaitkan dengan penyertaan modal negara pada BUMN,
melainkan iterbagi iatas iinvestor lainnya, namun suara sehingga terdapat aturan yang imenganggap bahwa
terbesar tetap berada pada negara yang diwakili oleh modal inegara iyang idisetor ipada iBUMN termasuk
menteri keuangan. Perumisesuaiipasal 1 angka 4iUU kedalam ruang lingkup ikeuangan negara, pasal i1 angka
BUMN merupakan BUMN yang seluruh modalnya 1 iUU KN menganggap bahwa keuangan negara
dimiliki inegara idan itidak iterbagiiatas saham, yang merupakan semua hak dan kewajiban negara yang dapat
bertujuan untuki kemanfaatan iumum iberupa dinlai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang
penyediaanibarang dan/atau jasa yang bermutu maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
perusahaan iserta ikeseluruhan imodalnya murni iberasal serta berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
dari negara. kewajiban negara. Selanjutnya imengenai ruang ilingkup
Persero dalam memperoleh status badan hukum keuangan inegara berdasarkan ipasal 2 ihuruf g iUU KN
sama halnya dengan PT, sehingga ipersero imemperoleh meliputi kekayaan inegara/kekayaan idaerah yang
status ibadan hukum setelah akta pendirian idisahkan dikelola isendiri iatau pihak lain berupa iuang, surat
oleh iKementerian iHukum dan Hak Asasi Manusia berharga, piutang, ibarang serta ihak-hak lain yang idapat
(HAM), sedangkan ipada iPerum iberlaku iketentuan dinilai idengan uang, termasuk kekayaan iyang
pada pasal 35 iUU iBUMN iterkait idengan iperolehan dipisahkan pada perusahaan inegara/perusahaan daerah.
status ibadan ihukum, dimana pada ipasal i35 iayat i (3) UU iPN juga mengaitkan bahwa ikekayaan yang
menyebutkan bahwai “ketentuan ilebih lanjut mengenai dipisahkan termasuk kedalam iruang lingkup
pendiriani, ipembinaan, ipengurusan, idan ipengawasan perbendaharaan inegara sepertiiapa iyang dijelaskan pada
Perum diatur dengan iPeraturan iPemerintah.” iPendirian pasal 1 iayat 1 UU iPN.
perum disahkan dan diundangan idalam iTambahan Mahkamah ikonstitusi imenerima iadanya
Berita iNegara iRI untukimemperoleh status ibadan permohonan ipengujian materill iterhadap iketentuan iUU
hukumnya. Oleh karena itu akta ipendirian iperum KN dan iUndang-Undang iNomor 15 Tahun i2006
berbeda dengan ipersero dimana itidak iperlu idilakukan tentang iBadan Pemeriksa Keuangan isehingga
pengesahan ioleh kemeneterian ihukum idan iHAM. mahkamah mengeluarkan iPutusan Mahkamah Konstitusi
Pada BUMN dapat dimungkinkan terjadinya Nomor 62/PUU-XI/2013 yang pada iintinya ibahwa pada
kepailitan karena hal tersebut merupakan akibat dari hakikatnya iBUMN, iBUMD, iatau nama lain iyang
isistem pengelolaan operasional yang kurang optimal, sejenisnya iyang iseluruh iatau isebagian ibesar
kepailitani pada BUMN ijuga ididasarkan ipada iUU sahamnya merupakan imilik inegara iadalah imerupakan
KPKPU dimana aturan tersebut disamakan idengan suatu kepanjanganitangan negara, dalam ihal ini pemerintah
perusahaan sebagaimana imestinya, iiBUMNisendiri atau pemerintah idaerah, di ibidang perekonomian iyang
tidak diberikan previlage iselain itu ipengaturan modal atau isahamnya isebagian atau iseluruhnya berasal
mengenai BUMN dimungkinkan terjadinyai kepailitan dari ikeuangan inegara yang idipisahkan. Sebagai
juga diatur ipada pasal i7 PP No. 12 iTahun 1998 tentang kepanjangan tangan negara BUMN atau iBUMD berlaku
Perseroimaupun pada pasal 25 Peraturan Pemerintah ketentuan ikonstitusional yang terdapat idalam iBAB
No.13 Tahun 1998 tentang iPerum. Regulasi tersebut XIV iPerekonomian iNasional dan iKesejahteraan Sosial,
menyatakan bahwa suatu BUMN memang dapat khususnya Pasal i33 untuk pengaturan ibidang iekonomi
dipailitkan hanya saja iterdapat ikesulitan itersendiri dan ipasal 34 untuk pengaturan ikesejahteraan sosial
dalam mempailtkan suatuiBUMN, yakni terkait adanya sesuasi iUUD NRI i1945.
aset negara yang berada pada BUMN itu sendiri sehingga Keuangan inegara yang pada iprinsipnya
terdapat campurtanganipemerintah dalam hal kepailitan meliputi ipenerimaan dan pengeluaran inegara maupun
tersebut, karena dianggapi bahwa pemerintahlah iyang daerah, secara iluas ruang ilingkup keuangan inegara
memiliki kuasa terbesar pada BUMN terkait modal yang terutama imenyangkut ikekayaan inegara yang dikelola
ia tanamkan. Oleh karena itu pemerintah memiliki hak pihak lain itermasuk ikekayaan yang dipisahkan
untuk ikut serta berkenaan dengan dipailitkannya padaiperusahaan negara. Keuangan iyang disetor pada
perusahaan negara tersebut. BUMN merupakan hasilidari APBN dimana diperoleh
BUMN ijuga isulit idipailitkan ikarena dari irakyat dan iseharusnya idigunakan iuntuk
bagaimanapun juga BUMN merupakan perusahaan kemakmuran rakyat isebesar-besarnya, oleh karena itu
negara yang ditujukan untuk kemakmuran rakyat dimana perlu iada icampur itangan pemerintah iataupun inegara
terdapat keterkaitan pemerintah dalam menjalankan terkait iharta iyang idiberikan pada iBUMN. Fungsi
kegiatannya. Pada BUMN campurtangan pemerintah Pemerintah tersebut juga diharapkan sebagai cara agar
dapat diketahui dengan adanya kementrian BUMN yang

5
Analisis Yuridis Kepailitan Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

tidakiada penyalahgunaan mengenai kekayaan yang telah terbesar dalam RUPS apabila kepailitan diajukan sendiri
diberikan inegara ipada BUMN. oleh debiturnya, dan saham terbesar dipegang oleh
Ruang ilingkup ikeuangan negara terdiriidari negara yang diwakili oleh menteri keuangan.
kekayaan negara yang dipisahkani dan itidak idipisahkan, BUMN jika dipailitkan baik persero maupun
oleh karena itu ipengelolaan ikeuangan negara iberlaku perum juga memiliki beberapa perbedaan diantaranya
dua irezim ihukum, yaitu ihukum ikeuangan inegara yang seperti yang dijelaskan dalam pasal i2 ayat (5) iUU
mengatur ipengelolaan ikekayaan inegara iyang itidak KPKPU, yang menyebutkan dalam hal idebitor iadalah
dipisahkan berupa APBN/APBD, dan irezim ihukum perusahaan iasuransi, iperusahaan ireasuransi, idana
korporasi iyang mengatur ipengelolaan kekayaan inegara pensiun atau iBUMN yang ibergerak di ibidang
yang idipisahkan. Berdasarkan iUU KN, UU iPN serta kepentingan ipublik ipermohonan ipernyataan pailit
Putusan Mahkamah Konstitusii Nomor i62/PUU-XI/2013 hanya idapat diajukan oleh menteri ikeuangan. Merujuk
tersebut menganggap ibahwa penyertaan imodal ipada pada ketentuan iPasal i1 angka i4 UU iBUMN
BUMN itermasuk ikedalam keuangan inegara sehingga dinyatakan ibahwa iBUMN yang bergerak ibagi
apabila iperusahaan iBUMN idipilitkan makaiterdapat kepentingan ipublik adalah iperum bukan merupakan
aturan lain yang imemang harus idilewati. Kaitannya jenis persero. Perum imerupakan BUMN iyang seluruh
apabila irezim keuangan inegara terdapat pada kepailitan modalnya dimiliki negara idan tidak terbagi atas isaham,
BUMN maka perlu ada ipihak yang dilibatkan seperti yang bertujuan untuk ikemanfaatan umum bagi
Menteri iBUMN, iMenteri Keuangan, iPresiden, atau penyediaan barang dan jasa yang ibermutu tinggi dan
DPR. sekaligus mengejar ikeuntungan berdasarkan pengelolaan
Kepailtan pada BUMN ini memiliki aturan yang perusahaan.
spesifik dibandingkan dengan perusahaan lainnya karena Menteri keuangan dapat imempailitkan iperum
aset pada BUMN termasuk kedalam ruang lingkup alasannya karena menteri keuangan memiliki
keuangan negara sehingga perlu melewati aturan yang pertimbangan iseperti mengetahui ikeadaan atau ikondisi
khusus yakni melalui peraturan menteri keuangan perum isesungguhnya. iMenteri idapat imempailitkan
No.50/PMK.06/2014 tentang tata cara pelaksanaan perum karena iselain isebagai penyelamat perekonomian
penghapusan barang milik negara, selain itu terdapat negara, menteri juga bertindak imewakili inegara dalam
kewenangan menteri keuangan selaku wakil pemerintah mengetahui iperekonomian inegara secara ikeseluruhan.
dalam kaitannya apabila BUMN dipailitkan karena tiap Jadi imenteri dapat imempailitkan perum berdasarkan
jenis BUMN baik persero ataupun perum dikontrol oleh amanat dari ipasal i33 iayat (3) iUUD iNRI i1945 yang
menteri keuangan meskipun kedudukan menteri mengatakan ibahwa ibumi, air, dan ikekayaan ialam
keuangan pada tiap jenis BUMN tidak sama. Perbedaan yang iterkandung di dalamnya idikuasai oleh inegara dan
dari kedua jenis iBUMN tersebut dapatidiketahui pada diperguanakan isebesar-besarnya untuk ikemakmuran
Pasali13 UU BUMN yang menyebutkan bahwa organ rakyat, selain itu modal iBUMN berasal dari irakyat dan
persero adalah RUPS,idireksi danikomisaris, isedangkan harus idigunakan isebaik-baiknya untuk ikemakmuran
organ pada perum idijelaskan pada pasal i37 UU BUMN rakyat, oleh karena iitu perlu ada campur itangan
organiperum ialah menteri, direksi dan dewan pengawas. pemerintah dimana imenteri keuangan dan imenteri
Pada Perum kedudukani Menteri iadalah sebagai iorgan BUMNi selaku perwakilani negara untuk mengawasi
yang ipemegang kekuasaan itertinggi serta mempunyai kegiatan perekonomian iBUMN.
segala wewenang yang itidak idiberikan ikepada idireksi Dari uraian pasal 104 UU PT dapat dipahami
atau idewan pengawas idalam batas yang iditentukan bahwa direksi perusahaan juga dapat mengajukan
dalam iundang-undang dan/atau iperaturan ipemerintah permohonan pailit pada persero, namun harus
tentang ipendiriannya. mendapatkan persetujuan dari RUPS yang suara
Perbedaani organ yang terdapat persero imaupun terbesarnya diwakili oleh menteri keuangan selaku
perum membuat kewenangan suatu menteri berbeda, pemegang saham terbesar pada sebuah persero, sehingga
pada ipasal 1 angka 5 iUU BUMN memberikan ketika menteri keuangan menganggap bahwa suatu
gambaran bahwa pada persero menteri iadalah iseseorang perusahaan persero tersebut layak untuk dipailitkan,
yang ditunjuki dan/atau diberi kuasa untuk mewakili maka menteri keuangan memberikan suara terbesar
pemerintahi selakuipemegang sahaminegara, sedangkan dalam RUPS dan suara menteri keuangan bersifat
pada perum menteri sebagai pemilik imodal dengan mayoritas dibandingkan dengan pemegang saham
memperhatikan peraturan i perundang-undangan. lainnya.
Sehingga imenteri pada ipersero bergabung isebagai Terhadap kepailitan persero berlaku segala
RUPS dan pada perum imenteriisebagaiipemilik ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi PT,
keseluruhan modalnya, terdapat perbedaan kewenangan maka syarat kepailitan persero mengikuti kepailitan pada
menteri ikeuangan iterkait imasalah ikepailitan persero PT dimana apabila debitur mempunyai dua atau lebih
dan perum. iKedudukan imenteri ikeuangan idalam kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
persero sebagai ipemegang saham iatau ibagian dari telah jatuh waktu dan dapat ditagih serta dapat diajukan
RUPS, isehingga apabila persero imau dipailitkan oleh permohonan pailit oleh debitur dan para krediturnya. Hal
debitornya sendiri maka haruslah mendapatkan lain yang dapat ditemui pada pasal 2 ayat (5) UU KPKPU
persetujuan dari anggota iRUPS yang lain terlebih yakni apabila debitur adalah Persero dibidang perbankan
dahulu, karena dalam persero isaham terbagi atas negara dan pasar modal maka yang dapat mengajukan
dan swasta maka menteri keuangan memiliki suara permohonan pernyataan pailit adalah oleh OJK. BUMN

6
baik persero maupun perum jika dipailitkan pengajuan membubarkan Perum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
permohonan pailit sama seperti halnya kepailitan badan 87 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengadilan dapat
hukum biasa yakni dengan sederhana (sumir) seperti membubarkan perum sesusai pasal 83 huruf c atas
terlihat dalam Pasal 2 ayat (1).
permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat Perum
Akibat Hukum Terhadap Aset BUMN yang melanggar kepentingan umum. Selain itu dalam
Dinyatakan Pailit. penetapan pengadilan ditetapkan pula dapat dilakukan
Penjatuhan putusan pailit oleh pengadilan penunjukan likuidator. Dalam hal Perum bubar sesuai
mengakibatkan debitur kehilangan haknya untuk Pasal 83 huruf e karena debitur dalam keadaan insolvensi,
menguasi dan mengurus harta kekayaannya yang masuk maka pembubaran itu didasarkan dengan peraturan
dalam harta pailit sejak tanggal putusan kepailitan itu. perundang-undangan di bidang kepailitan. Menteri akan
Kepailitan menjadi salah satu penyelesaian yang cukup
segera mengajukan rancangan peraturan pemerintah
memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Dengan
diberlakukannya kepailitan maka hal ini akan mengenai pembubaran Perum sebagaimana dimaksud
memberikan perlindungan bagi semua pihak, sehingga dalam pasal 84 ayat (4).
BUMN dalam melakukan usahanya dapat leluasa Akibat apabila perum dinyatakan bubar oleh
melakukan hubungan bisnis dengan pihak lain, tanpa menteri keuangan maka berlakulah pasal 90 yang
menimbulkan keraguan bagi mitra bisnisnya. menyatakan bahwa dalam hal Perum bubar, maka Perum
Akibat hukum lainnya adalah apabila ketika tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali
setelah proses kepailitan berakhir, harta benda
diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam
perusaahaan BUMN tidak mencukupi untuk pembayaran
hutang-hutangya kepada kreditor dan perusahaan BUMN proses likuidasi. Tindakan pemberesan sebagaimana
dimungkinkan tidak dapat berkembang serta melanjutkan dimaksud pada ayat (1) meliputi: pencatatan dan
usahanya lagi, maka maka BUMN dapat dimungkinkan pengumpulan kekayaan Perum, penentuan tata cara
untuk bubar dan tidak mendapatkan rehabilitasi terkait pembagian kekayaan, pembayaran kepada para kreditor,
akibat putusan pailit tersebut . pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada
Pembubaran terkait status BUMN Persero dan
Menteri; dan tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan
Perum tersebut perlu adanya campur tangan pemerintah
karena terkait kepemilikan modal terbesar pada dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan. Dalam hal
perusahaan BUMN tersebut, sehingga pembubaran Perum sedang dalam proses likuidasi, maka pada surat
BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yakni keluar dicantumkan perkataan ‘dalam likuidasi’ di
diatur pada PP Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, belakang nama Perum.
Pengurusan, Pengawasan Dan Pembubaran Badan Usaha Berdasarkan pasal 91 atas permohonan 1 (satu)
Milik Negara (selanjutnya disebut PP P4BUMN). orang atau lebih yang berkepentingan atau atas
Pembubaran BUMN Persero dilakukan hampir
permohonan kejaksaan, ketua pengadilan negeri dapat
sama dengan ketentuan dan prinsip prinsip yang diatur
mengangkat likuidator baru dan memberhentikan
dalam peraturan perundang-undangan di bidang
likuidator lama karena yang bersangkutan tidak
perseroan terbatas dimana seperti halnya PT biasanya
melaksanakan tugas sebagaimana mestinya atau dalam
yang mengikuti kaidah dan aturan dari UU PT.
hal utang Perum melebihi kekayaan Perum. Dalam
Pembubaran Persero karena keputusan RUPS tersebut
penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dengan
(1), ditetapkan pula hal-hal yang berkaitan dengan
dasar pertimbangan yang mana telah dikaji bersama
pengalihan tugas dan kewajiban likuidator. Likuidator
dengan menteri keuangan. Pengkajian terhadap rencana
yang ditunjuk oleh menteri sesuasi pasal 92 bertanggung
pembubaran Persero dapat mengikutsertakan menteri
jawab kepada menteri atas likuidasi yang dilakukan.
teknis, menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang
Berdasarkan pasal 93 ayat (1) dan (2) sisa
dipandang perlu dengan atau tanpa menggunakan
kekayaan hasil likuidasi diperuntukkan bagi menteri,
konsultan independen. Persero apabila dibubarkan
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada pasal 81 ayat (3) PP
mengenai pembubaran Perum. Menteri langsung
P4BUMN dilakukan atas inisatif menteri teknis, maka
menyetor sisa kekayaan hasil likuidasi sebagaimana
inisiatif tersebut harus disampaikan kepada menteri untuk
dimaksud pada ayat (1) ke kas negara. Likuidator wajib
selanjutnya dikajian dan dikoordinasikan oleh menteri.
mendaftarkan dalam daftar perusahaan dan
Menteri segera mengajukan rancangan Peraturan
mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Pemerintah kepada Presiden mengenai pembubaran
Indonesia sesusai pasal 93 ayat (3) mengenai hasil akhir
Persero yang bubar bukan karena keputusan RUPS.
proses likuidasi serta mengumumkannya dalam 2 (dua)
Pembubaran Perum didasarkan pada Pasal 83
surat kabar harian dalam waktu paling lambat 30 (tiga
huruf a yakni ditetapkan oleh peraturan pemerintah
puluh) hari setelah ditetapkannya keputusan menteri atau
berdasarkan usulan menteri. Pengadilan dapat

7
Analisis Yuridis Kepailitan Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

pengadilan mengenai persetujuan atas hasil akhir Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
likuidasi. Jakarta: Balai Pustaka
Asyhadie, Zaeni dan Budi Sutrisno. 2012. Hukum
PENUTUP Perusahaan & Kepailitan. Mataram:
Simpulan Erlangga
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, Black, Henry Campbell. 1979. Black’s Law Dictionary.
maka penulis memberikan kesimpulan bahwa BUMN St. Paul Minn: West Publisher Co
apabila dipailitkan tidak semudah seperti mempailitkan Dirjosisworo, Soedjono. 1997. HukumPerusahaan
orang ataupun badan hukum lainnya, karena dalam
Mengenai Bentuk-bentuk Perusahaan (badan
BUMN ini terdapat aset negara yang memang
pengaturannya harus ada campur tangan pemerintah. usaha) di Indonesia. Bandung: Mandar Maju
Campur tangan pemerintah tersebut dapat dibuktikan Fajar, Mukti. 2009. Dualisme Penelitian Hukum
dengan adanya Menteri Keuangan selaku penanggung Normatif dan Empiris. Yogyakarta : Pustaka
jawab finansial dan pemegang saham mayoritas pada Pelajar
BUMN persero serta Menteri BUMN sebagai pengelola Fuady, Munir. 2005. Hukum Pailit dalam Teori dan
dan pengawas kinerja BUMN, selain itu adanya aturan-
Praktek. Bandung: Citra Aditya Bakti
aturan yang mendukung yakni UU KN, UU PN serta
Putusan MK No. 62/PUU-XI/2013 yang menyatakan Gautama, Sudargo. 1998. Komentar Atas Kepailitan.
bahwa kekayaan yang dipisahkan pada BUMN tetap Jakarta: Citra Aditya Bakti
termasuk kedalam kekayaan negara. Ketika BUMN Hartini, Rahayu. 2008. Hukum Kepailitan. Malang:
persero dipailitkan oleh debitornya sendiri, maka menteri UMM Press
keuangan selaku RUPS memiliki suara terbesar dalam Ichsan , Achmad. 1993. Hukum Dagang. Jakarta:
memberikan pendapat terkait dipailitkannya BUMN, Pradnya Paramitha
pada perum menteri keuangan memiliki kekuasaan
Ilmar, Aminuddin. 2012. Hak Menguasai Negara dalam
tertinggi dan satu-satunya pihak yang dapat mengajukan
permohonan kepailitan. Privatisasi BUMN. Jakarta: Kencana
Akibat hukum dari BUMN yang dinyatakan Prenada Group
pailit yakni pelaksanaan sitaan umum, namun pada Jono. 2008. Hukum Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika
BUMN terlebih dahulu harus melalui proses Kurniawan. 2014. Hukum Perusahaan Karakteristik
penghapusan barang milik negara sesuai dengan Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak
Permenkeu No. 50/PMK.06/2014 karena barang BUMN Berbadan Hukum Di Indonesia. Yogyakarta:
tetap dianggap barang milik negara. Pembubaran suatu
Genta Publishing
BUMN juga ditetapkan dengan PP No. 45 Tahun 2005
tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Marzuki, Peter Mahmud. 2010. Penelitian Hukum.
Pembubaran BUMN karena BUMN merupakan Jakarta: Kencana Prenada Group
perusahan yang dimiliki oleh negara. Mulhadi. 2010. Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk
Usaha di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Saran Rido, Ali. 1981. Badan Hukum dan Kedudukan Badan
Berdasarkan penjabaran dan kesimpulan yang
Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,
dibuat, maka penulis memberikan saran kepada
pemerintah melalui lembaga legislatif untuk diharapkan Yayasan dan Wakaf. Bandung : Alumni
memberi perubahan peraturan yang ada pada UU PN Saliman, Abdul, Hermansyah dan Ahmad Jalis. 2008.
terkait dengan dipailitkannya suatu BUMN, serta perlu Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta:
adanya harmonisasi antara pasal 50 UU PN dengan pasal Kencana
1 angka 1 UU KPKPU. Perubahan dari DPR tersebut Sembiring, Sentosa. 2004. Hukum Dagang. Bandung:
diharapkan memberikan kejelasan mengenai aturan Citra Aditya Bakti
penerapan sitaan umum terhadap aset milik BUMN baik
Sjahdeini, Sutan Remy. 2002. Hukum Kepailitan.
pada Persero maupun Perum pailit, sehingga jelas bahwa
kekayaan milik BUMN dapat dilakukan sitaan umum Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
karena untuk kepentingan suatu perkara perdata, dimana Subekti, Raden dan Tjitrosoedibyo. 1989. Kamus
hal tersebut digunakan untuk melindungi kepentingan dari Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita
BUMN pailit itu sendiri maupun kepentingan kreditornya ___________. 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata.
dari kerugian yang lebih besar. Jakarta: PT. Intermasa
Subhan, Hadi. 2008. Hukum Kepailitan. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Kencana Prenadamedia Group
Suryani, Bhekti. 2015. 215 Tanya Jawab Perseroan
Ali, R. Rido. 1987. Badan Hukum Dan Kedudukan
Terbatas. Jakarta: Laskar Aksara
Badan Hukum Perseroan, Bandung: Alumni
Usman, Rachmadi. 2004. Dimensi Hukum Perusahaan
Perseroan Terbatas. Bandung: Alumni

8
Yani, Ahmad dan Gunawan Wijaya. 2002. Hukum Nomor 182 tahun 1998, Tambahan
Bisnis Kepailitan. Jakarta: Raja Grafindo Lembaran Negara Republik Indonesia
Persada Nomor 3790 Tahun 1998;
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 Tentang
Wijaya, I. G. Ray. 2000. Hukum Perusahaan, Bekasi:
Perusahaan Perseroan (Persero), Lembaran
Kesaint Blanc
Negara Republik Indonesia Nomor 15 tahun
1998, Tambahan Lembaran Negara Republik
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Indonesia Nomor 3731 Tahun 1998;
Wetboek);
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Perusahaan Umum (Perum), Lembaran
Usaha Milik Negara, Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Nomor 16 tahun
Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2003,
1998, Tambahan Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3732 Tahun 1998;
Indonesia Nomor 4297 Tahun 2003;
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 Tentang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan
Perbendaharaan Negara, Lembaran Negara
Kewenangan Menteri Keuangan pada
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2004,
Persero, Perum dan perjan kepada Menteri
Tambahan Lembaran Negara Republik
BUMN, Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355 Tahun 2004;
Indonesia Nomor 82 tahun 2003, Tambahan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Lembaran Negara Republik Indonesia
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Nomor 4305 Tahun 2003;
Jawab Keuangan Negara, Lembaran Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 Tentang
Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2004
Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan
,Tambahan Lembaran Negara Republik
Pembubaran Badan Usaha Milik Negara
Indonesia Nomor 4400 Tahun 2004;
(BUMN), Lembaran Negara Republik
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Indonesia Nomor 117 tahun 2005,
Perubahan Atas Undang Undang Nomor 16
Tambahan Lembaran Negara Republik
Tahun 2001 tentang Yayasan, Lembaran
Indonesia Nomor 4556 Tahun 2005;
Negara Republik Indonesia Nomor 115
tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara
Ikhwan, Mufarrijul, 2014, Jurnal Hukum, Vol 9 No.2:
Republik Indonesia Nomor 4430 tahun 2004;
Reevaluasi Strategi Kebijakan Pemerintah
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Indonesia tentang Privatisasi BUMN di
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Indonesia, Madura: E-Journal Trunojoyo
Pembayaran Utang, Lembaran Negara
Madura
Republik Indonesia Nomor 131 tahun 2004,
Irianto , Catur, 2014. Penerapan Asas Kelangsungan
Tambahan Lembaran Negara Republik
Usaha Dalam Penyelesaian Perkara Kepailitan
Indonesia Nomor 4433 Tahun 2004;
Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
(PKPU). Jakarta: Puslitbang Hukum dan
Perseroan Terbatas, Lembaran Negara
Peradilan
Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2007,
Khairandy, Ridwan, 2009, Jurnal Hukum Ius Quia
Tambahan Lembaran Negara Republik
Iustum, Vol.16 No.1: Korupsi di Badan Usaha
Indonesia Nomor 4756 Tahun 2007;
Milik Negara Khususnya Perusahaan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perseroan: Suatu Kajian atas Makna Kekayaan
Perkoperasian , Lembaran Negara Nomor
Negara yang Dipisahkan dan Keuangan
212 tahun 2012, Tambahan Lembaran
Negara, Yogyakarta, Fakultas Hukum
Negara Republik Indonesia Nomor 5355
Universitas Islam Indonesia
Tahun 2012;
Marheny , Lily, 2012, Kedudukan Benda Jaminan yang
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Dibebani Hak Tanggungan Apabila Terjadi
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Eksesuksi dalam Hal Debitur Pailit dari
Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran
Perspektif Hukum Kepailitan, Tesis Magister
Negara Nomor 182 tahun 1998, Tambahan
Ilmu Hukum pada UNUD Bali: tidak
Lembaran Negara Republik Indonesia
diterbitkan
Nomor 3790 Tahun 1998;
Pratolo, Suryo, 2007, Jurnal dan Prosiding SNA, Vol. 10
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
No.2: Good Corporate Governance Dan
Jasa Keuangan , Lembaran Negara Nomor
Kinerja Bumn Di Indonesia: Aspek Audit
111 tahun 2011, Tambahan Lembaran
Manajemen Dan Pengendalian Intern Sebagai
Negara Republik Indonesia Nomor 5253
Variabel Eksogen Serta Tinjauannya Pada
Tahun 2011;
Jenis Perusahaan, Makasar: Simposium
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
Nasional Akuntansi X di UNHAS
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Purwadi , Ari, 2011, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. XVI No.
Tentang Perbankan, Lembaran Negara
3: Penerapan Ketentuan Kepailitan Pada Bank

9
Analisis Yuridis Kepailitan Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Yang Bermasalah, Surabaya: E-Journal UWK


Surabaya
Rahadiyan, Inda, 2013, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum,
Vol. 20 No.4: Kedudukan BUMN Persero
sebagai Separate Legal Entity dalam
Kaitannya dengan Pemisahan Keuangan
Negara pada Permodalan BUMN, Yogyakarta
, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Safitri, Fahriza Nurul, 2008, Kepailitan Terhadap Badan
Usaha Milik Negara (Bumn) Studi Kasus PT
Dirgantara Indonesia (Persero) Dan PT Istaka
Karya (Persero), Tesis Magiter Ilmu Hukum
pada Pascasarjana UI: tidak diterbitkan

10

Anda mungkin juga menyukai