Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

ELIMINASI URINE
Untuk memenuhi tugas
Praktik Kebutuhan Dasar Manusia

Disusun oleh:
M. Wahyu Nur Arifin
(202914201015)

STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK


PRODI PENDIDIKAN NERS
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
ELIMINASI URINE
Yang Bertandatangan Diobawah Ini, Dosen Pembimbing, Pembembing
PK, Dan Ketua Kaprodi Jurusan Pendidikan NERS Stikes Satria Bhakti
Nganjuk Mengatakan Bahwa Laporan Praktek Dari:

M. Wahyu Nur Arifin


201914201015

Dengan judul:

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI


URINE

Telah selesai diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbing dan pembimbing PK

Nganjuk,3 Desember 2021


Disahkan oleh:
Dosen pembimbing Pembimbing PK

………………………………… …………………………………

Ketua Jurusan

……………………………..
BAB I
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH
GANGGUAN ELIMINASI URINE

1.1 Konsep Dasar Gangguan Eliminasi


1) Pengertian
Menurut (Kasiati & Rosmalawati, 2016) Eliminasi adalah proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau bowel (feses).
Eliminasi urin bergantung pada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal berfungsi untuk menyaring komponen darah dan membentuk urin. Ureter
berfungsi untuk mentransfer urin dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih
untuk menampung sementara urin sampai timbul keinginan untuk berkemih.
Uretra sebagai saluran untuk mengeluarkan urin dari dalam tubuh manusia.
Komposisi urin terdiri dari air, urea, asam urat dan ammonia yang merupakan
hasil perombakan dari zat protein, zat warna empedu yang menjadikan urin
berwarna sedikit kekuningan, dan bermacam-macam garam/NaCl. Jumlah urin
normal rata-rata 1 sampai 2 liter per harinya, tetapi berbeda-beda tergantung
beberapa faktor yang dapat memengaruhi eliminasi urin.
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang
yang mengalami gangguan eliminasi urin dilakukan kateterisasi urine, yaitu
tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra
dengan tujuan mengeluarkan urine.
2) Etiologi/ Penyebab Gangguan Eliminasi
a. Intake Cairan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi output
urine atau defekasi. Seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine
yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari
kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
b. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter
internal dan eksternal. Hilangnya tonus ototkandung kemih terjadi pada
masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama.
c. Obstruksi
Batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra.
d. Infeksi
e. Kehamilan
f. Penyakit : pembesaran kelenjar prostat
g. Trauma sumsum tulang belakang
h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
i. Umur
j. Penggunaan obat-obatan
3) Klasifikasi/jenis gangguan/permasalahan eliminasi
a) Retensi urine, adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. Hal ini
menyebabkan distensi vesika urinaria yang ditandai dengan ketidaknyamanan
daerah pubis.
b) Inkontinensia Urine, ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c) Enuresis, sering terjadi pada anak-anak. Umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis). Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d) Urgency, merupakan perasaan seseorang untuk berkemih, adanya ketakutan
mengalami inkontinensia urin jika tidak berkemih.
e) Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. Biasanya
ditemukan pada pasien yang mengalami infeksi saluran kemih, trauma, dan
striktur uretra (mengalami penyempitan pada uretra).
f) Polyuria, produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal seperti
2.500 ml/hari tanpa adanya intake cairan, defisiensi ADH, penyakit ginjal
kronik.
g) Urinary suppresi, berhenti mendadak produksi urine.
4) Patofisiologi/ Pohon Masalah
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit
infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan
tekanan abdomen secara tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen
misalnya pada spinal cord trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil
dengan struktur dasar panggul yang lemah dapat berakibat terjadinya
inkontinensia urine. Meskipun inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien
dari berbagai usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah bagi lanjut
usia.

Pathway
Pengisian kandung kemih

Tekanan kandung kemih


Tekanan kandung kemih

Sumbatan urine Otot distrusor relaksasi

Otot-otot destrusor tidak Volume daya tampung membesar


mampu mengeluarkan urin

Peningkatan volume urin


Retensi urine

Gangguan eliminasi urin


Pemasangan kateter

Cidera pada uretra

Risiko infeksi

5) Tanda dan Gejala gangguan eliminasi


a) Retensi Urine
- Ketidaknyamanan daerah pubis.
- Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
- Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
- Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
b) Inkontensia Urine
- Pasien sering mengompol
- Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai ke WC.
6) Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium urine dan feses
7) Penatalaksanaan
- Monitor tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
- Monitor eliminasi urine ( mis. Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan
warna .
- Catat waktu dan keluaran berkemih
- Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
- Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra.
BAB II
KONSEP DASAR PROSES ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
ELIMINASI FEKAL
2.1 Pengkajian
a) Status Kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
1.1 Alasan masuk rumah sakit
1.2 Faktor pencetus
1.3 Keluhan utama
1.4 Timbulnya keluhan
1.5 Pemahamanaan penatalaksanaan masalah Kesehatan
1.6 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
1.7 Diagnosa medik
2) Status kesehatan masa lalu
2.1 Penyakit yang pernah dialami
2.2 Pernah dirawat
2.3 Operasi
2.4 Riwayat alergi
2.5 Status imunisasi
2.6 Kebiasaan obat–obatan
b) Pengkajian keperawatan
1) Pola eliminasi
2) Gambar feses dan perubahan yang terjadi
3) Masalah eliminasi
4) Faktor yang mempengaruhi seperti: penggunaan alat bantu, diet, cairan.

2.2 Intervensi keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
. Hasil
1. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi
b.d penurunan kapasitas tindakan keperawatan Urine (1.04152)
kandung kemih,iritasi selama … x 24 jam, O:
kandung kemih, maka inkontinensia - Identifikasi tanda dan
penurunan kemampuan urine membaik dengan gejala inkontinensia
menyadari tanda-tanda kriteria hasil: urine
gangguan kandung - Kemampuan - Monitor eliminasi
kemih, , kelemahan otot berkemih meningkat urine(mis.frekuensi,
pelvis, ketidakmampuan - Residu volume urine konsistensi, aroma,
mengakses toilet, setelah berkemih volume, dan warna)
hambatan lingkungan, dan menurun T:
outlet kandung kemih - Hesitancy menurun - Catat waktu dalam
tidak lengkap d.d urine Frekuensi berkemih berkemih
menetes (dribbling ), menurun - Batasi asupan cairan.
sering buang air kecil, E:
mengompol, hesitancy, Ajarkan terapi
volume residu urine modalitas penguatan
meningkat. otot-otot
panggul/berkemihan
K:
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
2. Retensi urine b.d Setelah dilakukan Kateterisasi urine
(1.04148)
peningkatan tekanan uretra tindakan keperawatan
O:
d.d sensasi penuh pada selama ... x 24 jam,
- Periksa kondisi pasien (
kandung kemih, maka eliminasi urine
mis. Kesadaran, ttv,
disuri/anuria, membaik dengan
refleks berkemih).
inkontinensia berlebih. kriteria hasil :
T:
- Pola eliminasi tidak
- Siapkan alat, bahan, dan
terganggu
ruang tindakan
- Sensasi berkemih
- Siapkan pasien :
membaik
bebaskan pakaian
- Pengeluaran urine
bawah dan posisi dorsal
tidak tuntas
rekumben (wanita) dan
menurun
supine (laki-laki)
- Disuri/anuria
- Pasang sarung tangan,
menurun
- Bersihkan daerah
perineal dengan NaCl/
aquabides.
- Sambungkan kateter
urine dengan urine bag,
fiksasi selang kateter.
- Pastikan kantung urine
ditempat yang rendah
dari kandung kemih,
lalu beri label waktu
pemasangan.
- Jelaskan tujuan
pemasangan kateter.
E:
Anjurkan tarik
napas saat insersi
selang kateter.
Daftar Pustaka

PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Kasiati, N. S., & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan dasar manusia I. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Siregar, C. T. (2004). Kebutuhan dasar manusia eliminasi BAB. Universitas Sumatera
Utara: Diakses Dari Http://Library. Usu. Ac. Id/Download/Fk/Keperawatan-
Cholina. Pdf.

Anda mungkin juga menyukai