Anda di halaman 1dari 5

Anggota Kelompok 5 :

1. Dinda Angela Salsabila (19037021)


2. Elvina Amelia Patricia (19037023)
3. Miftahul Indriani (19037043)
4. Nurul Aulia Assufi (19037057)
5. Sari Yulistiani (19037071)

SCATTERPLOT DAN FISHBONE

 Konsep
Scatter Diagram atau Diagram Tebar adalah salah satu alat dari QC Seven Tools (7 alat
pengendalian Kualitas) yang berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap seberapa
kuatnya hubungan antara 2 (dua) variabel serta menentukan jenis hubungan dari 2 (dua)
variabel tersebut apakah hubungan Positif, hubungan Negatif ataupun tidak ada hubungan
sama sekali.

Bentuk dari Scatter Diagram adalah gambaran grafis yang terdiri dari sekumpulan titik-
titik (point)dari nilai sepasang variabel (Variabel X dan Variabel Y).Scatter Diagram
sering disebut juga dengan Scatter Chart, Scatter Plot, Scattergram, dan Acatter Graph..
Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram merupakan salah satu alat (tools)
dari QC 7 tools yang dipergunakan untuk meng-identifikasikan dan menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat agar dapat menemukan akar penyebab dari suatu
permasalahan. Fishbone Diagram dipergunakan untuk menunjukkan Faktor-faktor
penyebab dan akibat kualitas yang disebabkan oleh Faktor-faktor penyebab tersebut.

Fishbone Diagram (Diagram Tulang Ikan) ini juga dikenal sebagai Cause and Effect
Diagram (Diagram Sebab Akibat), dikatakan Fishbone Diagram karena bentuknya
menyerupai kerangka tulang ikan. Ada juga yang menyebutkan Cause and Effect
Diagram ini sebagai Ishikawa Diagram karena yang pertama memperkenalkan Cause and
Effect Chart ini adalah Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo di tahun 1953.

 Kapan Digunakan
Scatterplot digunakan ketika ingin melihat relasi antar 2 variabel.

Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram ini dipergunakan untuk :

1. Meng-identifikasikan akar penyebab dari suatu permasalahan


2. Mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan suatu
masalah
3. Membantu dalam pencarian dan penyelidikan fakta lebih lanjut
 Kelebihan
Scatterplot :
a. Range data yang jelas, titik minimum dan maksimum dapat dilihat.
b. Data yang ditampilkan akurat karena menggunakan titik.
c. Dapat menampilkan relasi positif dan negatif.
d. Metode penggambaran grafik yang mudah.
e. Memungkinkan kita untuk melihat data secara visual.

Fishbone :
a. Memungkinkan analisis yang bijaksana untuk mengelola akar penyebab dari suatu
permasalahan.
b. Mudah diterapkan dan menciptakan representasi visual yang mudah dipahami dari
penyebab, kategori penyebab, dan kebutuhan.
c. Dengan menggunakan fishbone diagram, kita dapat lebih fokus dalam melakukan
identifikasi risiko pada “gambaran besar” nya. Hal ini berguna dalam melakukan
analisis kemungkinan penyebab masalah atau faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah.
d. Dari akar penyebab yang sudah ditemukan, dapat dilakukan analisis penyebabnya
secara lebih jauh. Kemudian dapat dilakukan pencarian solusi untuk
menyelesaikan masalah yang ada dengan menyelesaikan akar masalah tersebut.

 Kekurangan
Scatterplot :
a. Tidak bisa menampilkan relasi yang menggunakan lebih dari 2 variabel.
b. Jumlah data yang bisa diobservasi terbatas, karena jika menampilkan data yang
banyak tidak akan jelas.
c. Sulit untuk mengakomodasi data yang menggunakan nilai desimal.
d. Hanya dapat menggunakan variabel yang datanya bersifat kuantitatif.
e. Tidak adanya kriteria objektif untuk memilih garis terbaik.

Fishbone :
opinion based on tool dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara visual
dalam  menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali
bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin
yang terdaftar pada diagram tersebut.

 Contoh penerapannya
Scatterplot :
Perusahaan A yang mempunyai Tenaga Kerja sebanyak 300 orang dan bergerak di
bidang industri perakitan elektronik sedang menghadapi permasalahan atas tingginya
tingkat kerusakan dalam produksi. Dicurigai bahwa penyebabnya adalah dikarenakan
jumlah absensi operator (tenaga kerja) yang tinggi di dalam produksinya. Berikut ini
adalah Tabel tentang jumlah absensi tenaga kerja dengan tingkat kerusakan.

Tabel Hubungan Antara Jumlah Absensi Dengan Tingkat Kerusakan

Tangga Jumlah Absensi Tingkat Kerusakan


l (orang) (%)
1 5 4.5
2 4 3.8
3 6 4.4
4 1 1.4
5 2 1.2
6 5 3.3
7 4 4.2
8 3 2.1
9 2 2
10 1 1.4
11 2 1.8
12 2 2.2
13 3 2.8
14 4 4.1
15 5 4.4
16 6 5.6
17 1 1.2
18 2 1.5
19 3 3.2
20 4 4.3
21 1 0.7
22 2 2.1
23 1 2
24 2 2.3
25 3 3.3
26 3 3.8
27 4 3.7
28 5 5
29 3 3.3
30 5 5.1

Pada tabel diatas pasangan data sebanyak 30 data (n=30)


Sumbu vertikal : tingkat kerusakan (%)
Sumbu horizontal : jumlah absensi (orang)
Interval waktu : 1-30 november 2012

Fishbone :

Kualitas petik teh dan produk jadi teh yang kurang dari standar merupakan pokok
permasalahan di PT Rumpun Sari Kemuning yang akan diteliti. Data yang dibutuhkan
adalah data produksi teh dan data analisa kualitas teh kering di PT Rumpun Sari
Kemuning selama bulan Maret tahun 2009. untuk menganalisis faktor-faktor yang
menentukan kualitas produksi teh khususnya di PT Rumpun Sari Kemuning. Maka salah
satu alat analisis yang dilakukan yaitu fishbone.

Langkah-langkah dalam membuat fishbone :


1. Menggambarkan garis horizontal dengan tanda panah pada ujung sebelah kanan
dan suatu kotak di depannya yang berisi masalah yang diteliti.
2. Menuliskan penyebab utama dalam kotak yang dihubungkan ke arah garis panah
utama.
3. Menuliskan penyebab kecil di sekitar penyebab utama dan menghubungkannya
dengan penyebab utama.

Maka dapat diketahui rincian permasalahan pada faktor sebab tersebut :


1. Manusia atau tenaga kerja
a. Kurang hati-hati dalam pemberian suhu pengeringan
b. Pengetahuan tenaga kerja kurang memadai
c. Kurangnya kedisiplinan pekerja
d. Usia pekerja banyak yang tidak produktif
e. Tidak ada kontrak kerja antara mandor kebun dengan pemetik
f. Kognitif mandor kebun rendah
2. Material atau bahan baku
a. Bahan baku rusak dan tua atau kasar
b. Banyaknya tanaman yang tidak produktif
3. Metode kerja
a. Suhu pengeringan dan pelayuan tidak stabil
b. Sistem kerja yang tidak terspesialisasi
c. Penjualan yang berdasarkan sistem order dan saluran yang panjang
4. Mesin atau peralatan
a. Mesin yang terlalu tua
b. Kondisi mesin yang kotor
5. Lingkungan
a. Cuaca dan suhu unpredictable
b. Kondisi tanah yang tidak stabil

Anda mungkin juga menyukai