Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL ILMIAH

NILAI NILAI PANCASILA DALAM BERNEGARA

DISUSUN OLEH :

ARI YUSTIAN YUSUF(211110100)


ADELIA NOVA (211110091)
IRVAN ALFI(211110092)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI


SULTAN MAUALANA HASANUDIN BANTEN
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR................................................................................................................................. 2
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
I.I LATAR BELAKANG ............................................................................................................................ 3
I. 2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................................... 3
I. 3 TUJUAN PENELITIAN ..................................................................................................................... 3
I. 4 PENDEKATAN HISTORIS .............................................................................................................. 4
I. 5 MANFAAT PENELITIAN ................................................................................................................ 4
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5
METODE PENELITIAN .......................................................................................................................... 5
II.1 JENIS KEGIATAN .............................................................................................................................. 6
II.2 PROSEDUR PENELITIAN .............................................................................................................. 6
II.3 SUMBER DATA ................................................................................................................................. 7
II.4 TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGGUMPULAN DATA ....................................................... 7
II.15 TEKNIS ANALISA DATA ............................................................................................................. 7
BAB 3 ........................................................................................................................................................... 8
III.1 POSISI DAN FUNGSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA.............................................................................................................................................. 8
BAB 4 ........................................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 17

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rakhmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah artikrl ini dengan tepat waktu. Pada
kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu selama pengerjaan tugas ini .

Pada artikel ini kami membahas tentang Linux Ubuntu yang materinya diambil
dari materi perkuliahan yang telah disampaikan oleh dosen dan dari berbagai sumber
lainnya.

Kami menyadari artikel ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kami kedepannya.

2
BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Kesetiaaan , nasionalisme, dan patriotisme warga Negara kepada


bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka
terhadap filsafat negaranya secara formal diwujudkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan (Undang-undang Dasar 1945, dan peraturan
perundang-undangan lainnya). Kesetiaan warga Negara tersebut tampak
dalam sikap dan tindakan, menghayati, mengamalkan dan mengamankan
peraturan Perundangan-Undangan itu.

Pancasila adalah sendi, asas, dasar atau peraturan tingkah laku yang
penting dan baik. Secara singkat dapat diuraikan bahwa kedudukan pancasila
adalah sebagai dasar Negara RI. Untuk mengatur pemerintahan dan
penyelenggaraan Negara, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan
sebagai ligature bangsa Indonesia.
Kesetiaan ini akan semakin kokoh apabila mengakui dan menyakini
kebenaran, kebaikan dan keunggulan pancasila sepanjang masa. Pancasila
dalam kedudukannya sebagai ideology Negara, di harapkan mampu
menyaring dan menseleksi pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini
yang dapat merusak atau memudarkan budaya pancasila dengan masuknya
budaya barat yang dengan cepat masuk di masyarakat idonesia.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pancasila sebagai dasar negara Indonesia?

2. Bagaimana Implementasi sila pancasila bagi kehidupan


berbangsa dan bernegara di Indonesia?

I.3 Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan artikel ini, penulis bertujuan untuk :

1. Memahami lebih dalam arti dan manfaat Pancasila yang sesungguhnya

2. Penulis berusaha menggali dan Memahami lebih dalam sejarah Pancasila

3
3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila – sila Pancasila
yang di implementasikan/terapkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara

I.4 Pendekatan Historis

Pada tanggal 22 Juli 1945, disahkan Piagam Jakarta yang kelak


menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Naskah rancangan konstitusi
Indonesia disusun pada waktu Sidang Kedua BPUPKI tanggal 10-17 Juli 1945.
Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia. Dalam kurun waktu 1945-1949, UUD
1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang
disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. sehingga
peristiwa ini merupakan penyimpangan UUD 1945. pada tanggal 5 Juli 1959,
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,
menggantikan UUD Sementara 1950 yang waktu itu. Pada masa Orde Baru
(1966-1998), Pemerintah menyatakan kembali menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun dalam pelaksanaannya terjadi
juga penyelewengan UUD 1945 yang mengakibatkan
terlalu besarnya kekuasaan pada Presiden. Salah satu tuntutan Reformasi
1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945.
kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang
belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian semacam ini jelas bermanfaat sebagai bahan masukan
dan dapat dijadikan pedoman berpikir, bersikap, dan bertindak bagi pejabat
negara, aparat pemerintah, DPR/DPRD, para penegak hukum, para pengusaha,
para pendidik, tokoh- tokoh agama dan adat dan tak kecuali masyarakat umum
dalam menentukan kebijakan dan keputusan dalam lingkup tugas masing-
masing.

4
BAB II

METODE KEGIATAN

II. 1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini kami menggunakan jenis/pendekatan penelitian yang


berupa

Studi Kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai
macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-
kisah sejarah, dsb (Mardalis:1999).

Studi kepustakaan juga dapat mempelajari beberbagai buku referensi serta hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori
mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono:2006). Studi kepustakaan juga berarti
teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur,
catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan
(Nazir:1988). Sedangkan menurut ahli lain studi kepustakaan merupakan kajian
teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan
norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono:2012).

II. 2 Prosedur Penelitian

Metode penelitian kepustakaan ini digunakan untuk menyusun konsep


mengenai Expressive Writing (EW) yang nantinya dapat digunakan sebagai pijakan
dalam mengembangkan langkah-langkah praktis sebagai alternatif pendekatan
konseling. Adapun langkah-langkah dalam penelitian kepustakaan menurut Kuhlthau
(2002) adalah sebagai
berikut :

1) Pemilihan topik

2) Eksplorasi informasi

3) Menentukan fokus penelitian

4) Pengumpulan sumber data

5) Persiapan penyajian data

6) Penyusunan laporan

5
II.3 Sumber Data

Sumber data yang menjadi bahan akan penelitian ini berupa buku, jurnal dan
situs internet yang terkait dengan topik yang telah dipilih. Sumber data penelitian ini
terdiri dari 5 buku dan 14 jurnal tentang konseling Expressive Writing (EW).

II.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu


mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, makalah atau
artikel, jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2010).

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah daftar check-list klasifikasi


bahan penelitian, skema/peta penulisan dan format catatan penelitian.

II.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
isi (Content Analysis). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan inferensi yang valid
dan dapat diteliti ulang berdasarkan konteksnya (Kripendoff, 1993). Dalam analisis ini
akan dilakukan

proses memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilah berbagai pengertian


hingga ditemukan yang relevan (Serbaguna, 2005).

Untuk menjaga kekelan proses pengkajian dan mencegah serta mengatasi mis -
informasi ( Kesalahan pengertian manusiawi yang bisa terjadi karena kekurangan
penulis pustaka) maka dilakukan pengecekan antar pustaka dan memperhatikan
komentar pembimbing

6
BAB III

Pembahasan

III.1 Posisi dan Fungsi Pancasila Dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara;

A. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pancasila sebagai falsfah negara (philosohische gronslag) dari negara,


ideology negara, dan statside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai
dasar mengatur pemerintahan atau penyenggaraan negara. Hal ini sesuai
dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan
“……..maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu udang-undang dasar


negara Indonesia yang terbentuk dalam suat susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…..” Pancasila
sebagai pandangan

hidup dan dasar negara Indonesia mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu:
Pancasila dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan yang pada
hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
tertib hukum. Hal ini tentang tertuang dalam ketetapan MRP No.
XX/MPRS/1966 dan ketetapan MPR No. V/MP/1973 serta ketetapan No.
IX/MPR/1978. merupakan pengertian yuridis ketatanegaraan.

Pancasila sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya


(merupakan pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis). Pancasila sebagai
pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran
(merupakan pengertian Pancasila yang bersifat etis dan filosofis).

B. PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA

Sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila


telah menjadi obyek aneka kajian filsafat. Antara lain terkenallah temuan
Notonagoro
dalam kajian filsafat hukum, bahwa Pancasila adalah sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar belakang yang
bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai “satu-
satunya azas” dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula
sejumlah naskah tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama karena

7
selain unsur-unsur lokal (”milik dan ciri khas bangsa Indonesia”) diakui
adanya unsur universal yang biasanya diklim ada dalam setiap agama.
Namun rasanya lebih tepat untuk melihat Pancasila sebagai obyek kajian
filsafat politik, yang berbicara mengenai kehidupan bersama manusia
menurut pertimbangan epistemologis yang bertolak dari urut-urutan
pemahaman (”ordo cognoscendi”), dan bukan bertolak dari urut-urutan logis
(”ordo essendi”) yang menempatkan Allah sebagai prioritas utama.

Pancasila sebagai falsafah kategori pertama adalah perwujudan bentuk


bangunan yang diangan-angankan dalam penggambaran di atas kertas, dan
Pancasila sebagai falsafah. Kategori yang kedua adalah adanya lokasi serta
tingkat ketersediaan bahan-bahan untuk merealisasikan bangunan yang
dicita-citakan. Pancasila sebagai falsafah yang dimaksudkan adalah tiap sila
di dalamnya yang oleh karena perkembangan sejarah masih tetap berfungsi
sebagai landasan ideologis, maupun nilai-nilai filsafat yang dapat kita
masukkan kedalamnya adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila
Persatuan Indonesia.

Pancasila tidak dapat diragukan lagi dalam naskah Pembukaan UUD


1945 dan dalam kata “Bhinneka Tunggal Ika” dalam lambang negara
Republik Indonesia. Dalam naskah Pembukaan UUD 1945 itu, Pancasila
menjadi “defining characteristics” = pernyataan jati diri bangsa = cita-cita
atau tantangan yang ingin diwujudkan = hakekat berdalam dari bangsa
Indonesia. Dalam jati diri ada unsur kepribadian, unsur keunikan dan unsur
identitas diri. Sesungguhnya dalam kata “Bhinneka Tunggal Ika” terdapat
isyarat utama untuk mendapatkan informasi tentang arti Pancasila, dan
kunci bagi kegiatan merumuskan muatan filsafat yang terdapat dalam
Pancasila. Dalam konteks itu dapatlah diidentifikasikan mana yang bernilai
universifal dan mana yang bersifat lokal = ciri khas bangsa Indonesia. Secara
harafiah “Bhinneka Tunggal Ika” identik dengan “E Pluribus Umum” pada
lambang negara Amerika Serikat. Demikian pula dokumen Pembukaan UUD
1945 memiliki bobot sama dengan “Declaration of Independence” negara
tersebut. Suatu kajian atas Pancasila dalam kacamata filsafat tentang manusia
menurut aliran eksistensialisme disumbangkan oleh N Driyarkara. Menurut
Driyarkara, keberadaan manusia senantiasa bersifat ada-bersama manusia
lain. Oleh karena itu rumusan filsafat dari Pancasila adalah sebagai berikut:

Aku manusia mengakui bahwa adaku itu merupakan ada-bersama-


dalam-ikatan-cintakasih (”liebendes Miteinadersein”) dengan sesamaku.
Perwudjudan sikap cintakasih dengan sesama manusia itu disebut
“Perikemanusiaan yang adil dan beradab”.

Perikemanusiaan itu harus kujalankan dalam bersama-sama


menciptakan, memiliki dan menggunakan barang-barang yang berguna

8
sebagai syarat-syarat, alat-alat dan perlengkapan hidup. Penjelmaan dari
perikemanusiaan ini disebut “keadilan sosial”.

Perikemanusiaan itu harus kulakukan juga dalam memasyarakat.


Memasyarakat berarti mengadakan kesatuan karya dan agar kesatuan karya
itu betul-betul merupakan pelaksanaan dari perikemanusiaan, setiap anggota
harus dihormati dan diterima sebagai pribadi yang sama haknya. Itulah
demokrasi = “kerakyatan yang dipimpin …”.

Perikemanusiaan itu harus juga kulakukan dalam hubunganku dengan


sesamaku yang oleh perjalanan sejarah, keadaan tempat, keturunan,
kebudayaan dan adat istiadat, telah menjadikan aku manusia konkrit dalam
perasaan, semangat dan cara berfikir. Itulah sila kebangsaan atau “persatuan
Indonesia”.

Selanjutnya aku meyakini bahwa adaku itu ada-bersama, ada-terhubung,


serba-tersokong, serba tergantung. Adaku tidak sempurna, tidak atas
kekuatanku sendiri. Adaku bukan sumber dari adaku. Yang menjadi sumber
adaku hanyalah Ada-Yang-Mutlak, Sang Maha Ada, Pribadi (Dhat) yang
mahasempurna, Tuhan yang Maha Esa. Itulah dasar bagi sila pertama:
“Ketuhanan yang Maha Esa”.

C. NILAI LUHUR BANGSA

Dalam menjalankan kehidupan berbangsa diperlukan adanya


pelaksanaan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, agar nilai
norma dan sikap yang dijabarkan benar-benar menjadi bagian yang utuh dan
dapat menyatu dengan kepribadian setiap manusia Indonesia, sehingga
dapat mengatur dan memberi arah kepada tingkah laku dan tidak tanduk
manusia itu sendiri.
Hipokrit; senang berpura-pura, lain dimuka, lain dibelakang. Serta
menyembunyikan yang dikehendaki karena takut ganjaran yang merugikan
dirinya.

Berjiwa feodalis senang memperhamba pihak yang lemah, senang


dipuji, dan tidak suka dikritik. Mempunyai watak yang lemah serta kuat
mempertahankan keyakinannya. Melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme,
karena itu perlu didorong dan dituntun oleh pandangan hidup yang luhur
sedini mungkin, sebab tantangan dimasa depan akan semakin sulit dan
semakin berat yang menuntut kita untuk meningkatkan sumber daya
manusia tanpa meninggalkan nilai luhur-luhur dari ideologi bangsa kita yaitu
Pancasila.

9
Pengamalan semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang
utuh, yaitu:

Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang antara lain


mencakup tanggung jawab bersama dari semua golongan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME dan meletakkan landasan spritual, moral
dan etika yang kukuh bagi moral bangsa.

Pengamalan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, yaitu


mencakup peningkatan martabat serta hak dan kewajiban asasi manusia,
penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan dari muka bumi.

Pengamalan sila Persatuan Indonesia, mencakup pembinaan bangsa di


kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga rasa
kesetiakawanan semakin kuat dalam rangka memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa.

Pengamalan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan


Dalam Permusyawaratan Perwakilan, yaitu mencakup upaya makin
menumbuhkan dan mengembangkan sistem politik demokrasi yang makin
mampu memelihara stabilitas nasional yang dinamis.

Pengamalan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yaitu


mencakut upaya mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang
dikaitkan dengan pemerataan pembangunan menuju terciptanya
kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kita sebagai bangsa Indonesia, hendaknya dapat menjalankan nilai-


nilai dalam Pancasila secara seutuhnya. Jika kita sudah menjalankannya,
mungkin tidak akan ada lagi pertikaian antar sesama, seperti yang kita lihat
akhir-akhir ini.

D. KEPRIBADIAN BANGSA

Sebagai bangsa Indonesia, kita berkeyakinan bahwa pancasila yang


kini menjadi dasar Negara, adalah falsafah Negara, pandangan hidup dan
sebagai jiwa bangsa. Pancasila yang menjadi dasar Negara sebagai mana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945.Nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dapat
dijadikan dasar dalam motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai tujuan
nasional, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

10
berbangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

E. SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah


dijadikannya nilai nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma
hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar pancasila itu adalah
dijadikannya pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan norma hukum
di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan
satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan
berdasar pada pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila
berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau
staatfundamentalnorm (norma fondamental negara) dalam jenjang norma
hukum di Indonesia.

Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan


perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-
peraturan lain pada hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai
penjabaran dari nilai-nilai dasar pancasila.

Sistem hukum di Indonesia membentuk tata urutan peraturan


perundang-undangan. Tata urutan peraturan perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang sumber
hukum dan tata urutan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang No. 10
Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan perundang-undangan juga
menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.
Pasal 2 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara. Hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai dasar (filosofis) negara
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV. F. IDEOLOGI
NEGARA

G. PERTUMBUHAN BUDAYA MANUSIA DAN BANGSA INDONESIA


Keberagaman menjamin kehormatan antarmanusia di atas perbedaan, dari
seluruh prinsip ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia, baik ilmu
ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Hak asasi manusia memperoleh tempat
terhormat di dunia, hak memperoleh kehidupan, kebebasan dan kebahagiaan
yang dirumuskan oleh MPR, dan ketika amandemen UUD `45, pasal 28,
ditambah menjadi 10 ayat dengan memasukkan substansi hak pencapaian
tujuan di dalam pembukaan UUD `45. Pancasila yang digali dan dirumuskan
para pendiri bangsa ini adalah sebuah rasionalitas yang telah teruji. Pancasila

11
adalah rasionalitas kita sebagai sebuah bangsa yang majemuk, yang multi
agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras yang bernama Indonesia.
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup
bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa,
suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena
perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas
elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah
beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang
diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk
diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada
suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan
bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.

Kebinekaan yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin.


Kebhinekaan yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat, yang
berdiri tegak di atas moral dan etika bangsa kita sesuai dengan keragaman
budaya kita sendiri. Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah,
aka berbagai hal yang mengancam kebhinekaan harus ditolak, pada saat yang
sama segala sesuatu yang mengancam moral kebhinekaan harus diberantas.
Karena kebhinekaan yang bermatabat di atas moral bangsa yang kuat
pastilah menjunjung eksistensi dan martabat manusia berbeda.

Setelah kita mengungkit tentang sejarah pancasila dari era perjuangan


hingga era reformasi, kita dapat melihat seberapa tangguhnya struktur nilai
pancasila. Tetapi pegamalannya pun perlu diperhitungkan sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan negara. Berikut
implementasi nilai-nilai sila pancasila yang mengacu pada kehidupan
berbangsa dan bernegara :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan


kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh
karenanya masyarakat Indonesia meyakini dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.Di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antar
pemeluk agama dan penganut yang berbeda-beda, sehingga dapat selalu
dibina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini, maka

12
dikembangkanlah sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai agama dan kepercayaannya dan tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan itu kepada orang lain.oleh karna itu sikap toleransi kepada
sesame warga Negara harus lebih di junjung agar idak terjadi selisih paham
atau konflik antar keyakinan.

2. Kemanusian Yang Adil dan Beradab

Dengan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-
kewajiban asasinya tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social, warna kulit, dan sebagainya.
Karena itu kita harus menanamkan pada diri kita sikap saling mencintai
sesama manusiam sikap tenggang rasa serta sikap tidak semena-mena
terhadap orang lain kususnya orang-orang kecil (wong cilik). Kemanusian
yang adil dan beradap berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian,
gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusian dan berani membela dan
mengakui kebenaran dan keadilan.

Sadar bahwa Manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia


merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa-bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

Dengan sila Persatuan Indonesia, ,manusia Indonesia menempatkan


persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara
di atas kepentingan pribadi dan golongan. Menempatkan Kepentingan
Negara dan Bangsa di atas kepentingan pribadi berarti bahwa manusia
Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa
itu dilandasi oleh rasa cinta tanah air dan bangsanya, maka dikembangkanlah
rasa kebanggaan kebangsaan dan bertanah air Indonesia, dalam rangka
memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka
Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan
bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

13
Dengan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan, manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya
ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat. Karena mempunyai
kedudukan hak dan kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak boleh
ada satu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum mengambil
keputusanyang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan
musyawarah. Keputusan disyahkan secara mufakat. Musyawarah untuk
mencapai mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan
ciri khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia menghormati dan menjunjung
tinggin setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang
bersangkutan menerima dan melaksanakan dengan itikad baik dan rasa
tanggungjawab.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dengan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia


Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan
sosial dalam masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkanlah
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-
hak orang lain. Demikian Perlu dipupuk sikap sukamemberikan pertolongan
kepada orang yang memerlukan agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap
yang demikian ia tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan hidup bergaya mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang
bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. Demikian juga
dipupuk sikap suka kerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain
yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

14
BAB IV

Kesimpulan dan saran

1. Kesimpulan

Dari materi yang telah tertulis di atas kita dapat menarik sebuah
kesimpulan bahwa dari sejarah pancasila yang penuh perjuangan telah di
hasilkan dasar negara yang mutlak. Hingga saat ini Pancasila lah
yangmengatur atau mengontrol aspek- aspek perilaku bagi rakyat Indonesia.
Setelah di implementasikan, kita telah mengetahui bahwa peraturan negara
yang begitu baik untuk kehidupan bangsa kini muali memudar dan justru di
salah gunakan oleh para manusia yang justru mementingkan kepentingannya
individu di banding kepentingan bangsa dan negara hal ini bias dikarenakan
bebasnya dan banyak kebudayaan asing yang masuk dan merusak ideologi
Nangsa dan Negara

2. Saran

Kita harus menanam kan dasar Bangsa dan Negara (Pancasila) kepada
setiap individu penerus bangsa. dan menyeimbangi antara kepentingan
pribadi dan kepentingan bersama dengan aturan negara. Dengan begitu kita
warga negara Indonesian akan dapat mewujudkan sebuah Bangsa dan
Negara yang benar-benar mengerti arti pancasila yang sesungguhnya.

15
Daftar Pustaka

www.wikipedia.org

www.openlibrary.org

www.gudangmateri.com

www.kompas.com

www.g-excess.com

http://meynyeng.wordpress.com/2010/05/07/sospol/

16

Anda mungkin juga menyukai