Oleh:
Eduard Simatupang
Dosen FKIP Universitas Quality
Email: eduardsimatupang@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap mengajar dengan
prestasi siswa. Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA Cerdas Bangsa Deli Tua
berjumlah 120 orang yang terdiri dari 4 kelas. Untuk menemukan hubungan sikap
mengajar terhadap prestasi siswa dan menggunakan rumus Product Momen, dari
perhitungan koefisien korelasi antara variabel X dan Y diperoleh R = 0.450 kategori
rendah.
Dengan menggunakan uji t diperoleh uji t = 4,329 untuk t tabel = 0,68 dengan
membandingkan pada tingkat signifikan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa harga t >
ttabel.
Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan ada
korelasi sikap mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang studi PKN di
kelas XI PKN SMA Cerdas Bangsa Deli Tua pada tahun akademik 2015-2016
Kata Kunci : Sikap Mengajar, Prestasi Belajar
Abstract
This study aims to determine relations teaching attitude with student
achievement. The population is all students of class XI SMA Cerdas Bangsa Deli Tua
numbered 120 people consisting of 4 classes. To find the relationship of teach attitude
toward student achievement and using the formula Product Moment, from the calculation
of the correlation coefficient between variables X and Y obtained R = 0.450 low category.
By using the t – test obtained ttest = 4.329 to ttabel = 0.68 by comparing at
significant level of 0.05 it can be concluded that the price t> t tabel. Thus H0 refused and ha
accepted then it can be concluded there is a correlation attitude of teachers teaching on
student achievement in the field of study in 11th grade XI SMA Cerdas Bangsa Deli Tua
in the academic year 2015-2016
Keyword: teaching attitude, student achievement
Hal 39
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
Hal 40
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
Hal 41
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
proses belajar". Sedangkan dalam dianggap perlu untuk ujian dan masa
pengertian yang luas, "mengajar depannya. Tak jarang guru menjadi
diartikan sebagai suatu aktivitas otoriter dan menggunakan kekuasaannya
mengorganisasi atau mengatur untuk mencapai tujuannya tanpa lebih
lingkungan sebaik-baiknya dan jauh mempertimbangkan akibatnya bagi
menghubungkan dengan anak sehingga anak, khususnya bagi perkembangan
terjadi proses belajar. Menurut Sutikno, pribadinya. Namun, kebanyakan guru
mengajar adalah "penciptaan sistem yang otoriter dapat menyelesaikan tugas
lingkungan yang memungkinkan keguruannya dengan baik, dalam arti
terjadinya proses belajar". Jadi yang sesuai dengan rencana. Namun guru
dinamakan mengajar adalah suatu upaya semacam ini sangat sering menimbulkan
untuk menciptakan kondisi yang kemarahan dan kekesalan siswa,
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan khususnya siswa pria, bukan saja karena
belajar bagi para siswa. wataknya yang agresif tetapi juga karena
Guru ketika mengajar selalu merasa kreativitasnya terhambat. Jadi
mengadakan interaksi dengan siswa. kesimpulannya, guru yang otoriter
Interaksi tersebut menimbulkan respon melakukan pembelajaran dengan
dari guru baik berupa sikap dan hukuman dan ancaman, sehingga siswa
perilaku. Sikap guru dalam mengajar menjadi takut untuk mengikuti proses
sebagai respon atas interaksi yang pembelajaran.
terjadi dapat dibagi menjadi 3, antara Sikap permissive membiarkan
lain: sikap otoriter, sikap permissive, anak berkembang dalam kebebasan
dan sikap riil. tanpa banyak tekanan, frustasi, larangan,
Secara harfiah, otoriter berarti perintah atau paksaan. Pelajaran
berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. hendaknya menyenangkan. Guru tidak
Dalam proses belajar mengajar, guru menonjolkan dirinya dan berada di latar
yang otoriter selalu mengarahkan belakang untuk memberi bantuan bila
dengan keras segala aktivitas para siswa diperlukan. Guru membiarkan siswa
tanpa dapat ditawar-tawar. Hanya untuk mengatur belajarnya sendiri,
sedikit sekali kesempatan yang menurut seleranya sendiri, guru
diberikan kepada siswa untuk berperan bertindak memberikan pengarahan,
serta memutuskan cara terbaik untuk kecuali bila diminta. Jadi apabila siswa
kepentingan belajar mereka. Bila guru berkeinginan untuk mengubah proses
mengajarkan suatu mata pelajaran, ia pembelajaran, maka guru dengan senang
tidak hanya mengutamakan mata hati memperbolehkannya. Yang
pelajaran akan tetapi harus juga diutamakan adalah perkembangan
memperhatikan anak itu sendiri sebagai pribadi anak khususnya dalam aspek
manusia yang harus dikembangkan emosional agar ia bebas dari
pribadinya. Pikiran waras mengatakan kegoncangan jiwa dan menjadi manusia
bahwa harus dipelihara keseimbangan yang dapat menyesuaikan diri dengan
antara perkembangan intelektual dan lingkungannya. Bila anak bebas dari
perkembangan psikologis anak. Hanya gangguan emosional, maka anak itu
mementingkan bahan pelajaran dengan akan menjadi pelajar yang lebih efektif
mengabaikan anak dapat merugikan dan lebih berbahagia. Jadi
anak itu. Macam-macam cara akan kesimpulannya, guru yang memiliki
digunakan oleh guru untuk sikap ini, dalam mengajar, ia
mengharuskan anak itu belajar, di membiarkan anak berkembang dengan
sekolah maupun di rumah. Dengan sendirinya tanpa arahan dan masukan
hukuman dan ancaman anak itu dipaksa yang akan menjadikan anak berpikir
untuk menguasai bahan pelajaran yang
Hal 42
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
atau petunjuk bagi anak tersebut untuk dipandang yang paling baik dan ideal.
berpikir dalam proses pembelajaran. Guru mampu menempatkan anak didik
Baik sikap otoriter maupun sesuai dengan tempatnya dalam dunia
permissive, masing-masing mendapat pembelajaran.
kecaman. Sikap otoriter yang mengatur Anak didik harus menyesuaikan
setiap perbuatan anak, bila perlu dengan diri dengan dunia kenyataan, dengan
paksaan dan hukuman, tidak mendidik tuntutan atau keinginan orang lain,
anak menjadi manusia merdeka yang dengan adat kebiasaan serta norma-
demokratis yang sanggup berdiri sendiri, norma dunia sekitarnya. Maka karena itu
sanggup memilih atas tanggung jawab anak-anak perlu sejak mulanya
sendiri. Bila diberi kebebasan ia tidak mengenal dunia kenyataan. Dan guru
dapat menggunakannya dengan baik juga harus bersikap sesuai dengan
karena biasa diatur oleh orang lain. kenyataan, yaitu tidak membebaskan
Sikap permissive dicap sebagai anak didik sepenuhnya dan juga tidak
sikap lunak yang memberi kebebasan mengekangnya.
yang berlebihan kepada anak didik Sikap guru yang dianggap
untuk berkembang sendiri, sebenarnya paling ideal dan cocok untuk diterapkan
tidak memberi bimbingan kepada anak dari ketiga sikap guru di atas, adalah
dan dengan demikian sebenarnya tidak sikap riil atau demokratis, karena hal itu
mendidik anak. Pendidikan memerlukan sesuai dengan konsep pembelajaran dan
pimpinan dari pendidik. psikologi modern. Guru membimbing
Sikap pendidik hendaknya peserta didik dengan memberikan
jangan terlampau otoriter atau terlampau masukan dan saran, namun guru tidak
permissive, akan tetapi harus realistis. terlalu mengekang mereka dan
Pendidikan memerlukan kebebasan akan membiarkan mereka untuk berkembang
tetapi juga pengendalian. Larangan dan sesuai dengan perkembangan yang
konflik maupun kebebasan dan umumnya dialami oleh manusia.
kepuasan merupakan bagian dari
pendidikan. Terlampau banyak frustasi B. Tinjauan tentang prestasi belajar
atau terlampau banyak kebebasan Menurut Djamarah, prestasi
berbuat sekehendak hati akan dapat adalah hasil dari suatu kegiatan yang
menghalangi perkembangan individu. telah dikerjakan, diciptakan baik secara
Anak-anak harus diberi individual maupun kelompok. Prestasi
kesempatan yang cukup untuk bermain tidak akan pernah dihasilkan selama
bebas tanpa diatur atau diawasi ketat seseorang tidak melakukan kegiatan.
oleh orang dewasa. Di samping itu Dalam kegiatan untuk mendapatkan
mereka harus pula melakukan kegiatan prestasi tidak semudah yang
menurut petunjuk dan di bawah dibayangkan, akan tetapi penuh
pengawasan orang dewasa. Dalam perjuangan dengan berbagai tantangan
kehidupan yang riil manusia lebih yang harus dihadapi untuk mencapainya.
banyak menghadapi tugas yang berat, Hanya dengan keuletan dan
membosankan dan menimbulkan konflik keoptimisme dirilah yang dapat
dan frustasi daripada kegiatan bebas membantu untuk mencapainya. Oleh
yang menyenangkan. Dalam buku yang karena itu, wajarlah kalau pencapaian
lain, sikap ini dinamakan demokratis, prestasi itu harus dengan jalan keuletan
arti demokratis adalah bersifat kerja.
demokrasi, yang pada intinya Berbagai kegiatan dapat
mengandung makna memperhatikan dijadikan sebagai sarana untuk
persamaan hak dan kewajiban semua mendapatkan prestasi, semuanya
orang. Guru yang memiliki sifat ini tergantung dari profesi dan kesenangan
Hal 43
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
Hal 44
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
Hal 45
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
Hal 46
Jurnal Curere | Vol. 01 | No. 01 | April 2017 | p-ISSN : 2597-9507 | e-ISSN: 2597-9515
Hal 47