Anda di halaman 1dari 1

AKTIVITAS PERKULIAHAN 3

SETELAH SAUDARA MEMBACA MATERI BERIKAN ANALISA SAUDARA TERHADAP KASUS HAK ASASI
MANUSIA BERIKUT INI!

NAMA : CAHYANI RAHMAWATI

NIM : 2111420042

Memeluk agama sesuai keyakinannya masing-masing, menikah dan melanjutkan keturunan merupakan Hak Asasi
Manusia yang paling mendasar, dan merupakan pula Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikesampingkan, di
Indoensia pernikahan beda agama tidak dapat diakui oleh negara menurut undang-undang perkawinan kita,
sedangkan di Belanda di Amerika, Finlandia menikah beda agama masih tetap dapat dilangsungkan dan diakui oleh
negara, mengapa hal ini dapat terjadi, bahwa hakikatnya HAM bersifat universal lintas agama, lintas suku, dan lintas
bangsa, jelaskan tentang terjadinya perbedaan HAM yang universal tetapi dalam pelaksanaannya dapat berbeda
bahkan bertentangan, berikan analisas saudara!

Jawab :

HAM bersifat universal memiliki makna berlaku bagi setiap orang atau bangsa tanpa memperhatikan latar belakang
sejarah, politik, ekonomi, sosial-budaya, agama dan lainnya. Sementara itu, terdapat pula persepsi lain yang
memandang konsep hak asasi manusia bukan sesuatu yang sepenuhnya universal, melainkan terkait erat dan
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang melingkupi setiap komunitas manusia. Persepsi universalitas hak asasi
manusia, ditinjau dari perspektif historis perkembangan pemikiran hak asasi manusia, lahir dari dan dipengaruhi oleh
teori hak-hak alamiah yang berpandangan bahwa hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki setiap orang pada
setiap waktu dan tempat atas dasar eksistensinya sebagai manusia. Tidak ada perbedaan antara sesama manusia
dalam hal pemilikan dan penghormatan hak asasi manusia. Sedangkan persepsi tentang relativitas hak asasi manusia
lahir dari teori relativitas budaya yang berseberangan dengan teori hak alamiah. Teori relativitas budaya
berpandangan bahwa manusia merupakan produk dari lingkungan sosial budaya. Perbedaan-perbedaan tradisi
budaya di antara masyarakat menyebabkan perbedaan-perbedaan pula pada pemikiran dan persepsi tentang
manusia, termasuk dalam hal hak asasi manusia. Hal ini yang terjadi pada perbedaan hukum pernikahan beda agama
di Indonesia dan di luar negeri. Adanya perbedaan sosial-budaya dan agama menjadikan hukum di Indonesia dan di
luar negeri pun berbeda. Di Indonesia perkawinan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu. Artinya hukum pernikahan di Indonesia diserahkan sepenuhnya pada agama
masing-masing. Di Indonesia sendiri, masyarakatnya masih sangat terikat dengan hukum agama. Sedangkan di luar
negeri lebih fleksibel atau dengan kata lain hukum agama di luar negeri tergolong lebih bebas.

Anda mungkin juga menyukai