Kanker payudara memiliki angka insiden yang cukup tinggi didapatkan di negara
maju maupun di negara berkembang. Kanker payudara memiliki angka mortalitas
dan morbiditas yang tinggi baik didunia maupun di Indonsia.
Hal ini terjadi karena banyak wanita dinegara berkembang tidak menyadari tanda
dan gejala kanker serta kurang mengetahui bagaimana deteksi kanker diakibatkan
masih kurangnya edukasi pengetahuan tentang kanker dimasyarakat. Deteksi dini
ini bisa dilakukan dengan pencagahan primer berupa mengurangi ataupun
meniadakan faktor-faktor resiko yang diduga erat kaitannya dengan kanker
payudara. Selanjutnya bisa juga dilakukan pencegahan sekunder yaitu dengan
melakukan skrining. Skrining ini bisa dengan melakukan SADARI,SADANIS dan
mamografi. Keterlambatan penderita kanker dalam melakukan deteksi dini
mengakibatkan kanker payudara ditemukan saat stadium lanjut. Maka dari itu
saya ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterlambatan
penderita kanker dalam deteksi dini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga terjadi pertumbuhan
yang tidak normal,cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan
payudara (Mulyani, 2013). Kanker payudara adalah tumor ganas yang
tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara (Sekar, 2011). Menurut World Health
Organization (WHO), sekitar 9-8% wanita berpotensi akan mengalami
kanker payudara. Kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling
banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru
kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di
Amerika Serikat (Lumban Gaol and Briani,2014).
Data GLOBOCAN yang merupakan salah satu proyek dari
International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2018,
dikeahui terdapat 2.088.849 kasus baru kanker payudara pertahun di
seluruh dunia dan 6,6% kasus kematian yang disebabkan oleh kanker
payudara diseluruh dunia. Berdasarkan data National Cancer Institute’s
Surveillance, Epidemiologi and End Result Program (NCI) tahun 2018,
perkiraan kasus baru kanker payudara di Amerika sekitar 15,3% dari
semua jenis kasus baru kanker.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017,
menunjukkan Sedangkan angka kejadian penyakit kanker di Indonesia
berjumlah (136,2 per 100.000 penduduk) dan berada diurutan ke-8 di Asia
Tenggara, sedangkan di Asia berada diurutan ke-23. Angka kejadian
kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematiannya 17 per 100.000 penduduk dan diikuti kanker leher rahim
sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per
100.000 penduduk (WHO, 2017).
GLOBOCAN yang merupakan salah satu proyek dari International
Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2018, dikeahui terdapat
2.088.849 kasus baru kanker payudara pertahun di seluruh dunia dan 6,6%
kasus kematian yang disebabkan oleh kanker payudara diseluruh dunia.
Berdasarkan data National Cancer Institute’s Surveillance, Epidemiologi
and End Result Program (NCI) tahun 2018, perkiraan kasus baru kanker
payudara di Amerika sekitar 15,3% dari semua jenis kasus baru kanker.
Data lapangan udah ada, tapi masih belum ada analisis dari penulis mengenai
“pentingnya”mengetahui faktor pengaruh keterlambatan deteksi dini. Bandingkan
dengan penelitian yang telah ada, apa yang kurang