Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Kualitas suatu produk merupakan salah satu hal yang terpenting dalam bidang
industri. Untuk menghindari adanya kerusakan atau cacat pada sebuah produk
industri, maka dilakukan quality control untuk pemeriksaan. Dalam melakukan
quality control atau pengecekan cacat pada logam dapat dilakukan dengan metode
Non Nestructive Testing (NDT). NDT merupakan pengujian yang ditujukan untuk
mengidentifikasi adanya cacat atau kelemahan pada material tanpa merusak ataupun
menghancurkan material itu dimana cacat tersebut dapat mengganggu kinerja dari
elemen-elemen mesin industri yang ada. Selain itu, dengan metode NDT juga dapat
mengetahui interpretasi dari hasil pengujian untuk menentukan lokasi cacat atau
retakan pada suatu material.
Pada praktikum ini akan dilakukan tiga macam pengujian tanpa merusak
(NDT) yaitu dengan metode Ultrasonic Inspection, Liquid Penetrant, dan Magnetic
Particle. Secara umum pengujian dilakukan dengan membersihkan permukaan benda
terlebih dahulu kemudian terdapat perlakuan berbeda pada setiap metodenya. Pada
metode Ultrasonic Inspection, specimen diinspeksi setelah alat dikalibrasi
menggunakan standard block dan kemudian probe ditaruh pada permukaan yang
akan diuji, pengamatan dilakukan dengan mengamati pulse echo pada layar CRT.
Pada metode Liquid Penetrant specimen akan disemprotkan dengan penetrant dan
ditunggu selama 5 menit. Kemudian dibersihkan dengan tissue dan disemprotkan
kembali developer pada permukaan dan diamati perubahan yang terjadi. Pada metode
Magnetic Particle specimen akan diukur dimensinya terlebih dahulu, kemudian
disemprotkan pylox. Setelah kering, yoke diletakkan pada permukaan spesimen,
kemudian diinduksikan dengan listrik, kemudian magnetic particle disemprotkan
pada permukaan specimen dengan tetap diberi induksi listrik lalu kita amati
perubahan bentuk dan ukuran spesimen.

Kata Kunci : Ultrasonic inspection, Liquid Penetrant, Magnetic Particle


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan logam yang berkualitas pada industri permesinan sangat
penting untuk pembuatan alat-alat penunjang yang dibutuhkan oleh manusia. Hampir
seluruh alat ciptaan manusia didominasi oleh logam, mulai dari mobil, sepeda, sepeda
motor, jembatan, dan lain sebagainya. Tentu saja logam yang digunakan tidak hanya
dari satu jenis logam saja, tetapi dari berbagai macam jenis logam.
Selain pemilihan jenis logam yang digunakan, produsen pengguna logam juga
memikirkan kualitas dari logam yang akan digunakan. Oleh karena itu, semua logam
pasti telah melalui proses Quality Control (QC) atau uji kelayakan sebelum
dipasarkan. Dalam menguji sebuah logam, harus dipahami metode-motode yang akan
digunakan, salah satunya adalah metode Non Destructive Test (NDT). Pengujian
NDT merupakan metode pengujian logam tanpa harus merusak logam yang akan di
uji.
Terdapat beberapa jenis metode pengujian NDT, tetapi pada percobaan ini akan
digunakan 3 jenis saja yaitu Ultrasonic Inspection, Liquid Penetrant, dan Magnetic
Particle. Dengan melakukan percobaan NDT dengan jenis metode tersebut kita dapat
mendeteksi adanya cacat atau retakan pada suatu material tanpa merusak material
serta mengetahui interpretasi dari hasil pengujian untuk menentukan lokasi cacat atau
retakan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana mendeteksi adanya cacat pada bagian dari suatu benda tanpa merusak
benda tersebut?
2. Bagaimana mengetahui interpretasi dari hasil pengujian untuk menentukan lokasi
cacat atau retakan pada suatu material?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeteksi adanya cacat atau retakan pada bagian dari suatu material tanpa
merusak material tersebut
2. Mengetahui interpretasi dari hasil pengujian untuk menentukan lokasi cacat atau
retakan pada suatu material.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang digunakan dalam praktikum ini adalah semua
praktikum dilakukan pada suhu kamar (270).

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan praktikum ini meliputi :
BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum,
batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II Dasar Teori berisi dasar teori dalam praktikum Non Destructive Test
yang meliputi Ultrasonic Inspection, Liquid Penetrant, dan Magnetic Particle.
BAB III Metodologi Percobaan berisi alat dan bahan, langkah-langkah, serta
flowchat percobaan.
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan berisi analisa data dan pembahasan
yang menjelaskan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB V Kesimpulan dan Saran berisi kesimpulan dan saran yang menjelaskan
tentang kesimpulan dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dan saran dari
praktikan untuk praktikum demi adanya perbaikan kedepannya.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Non Destructive Test (NDT)


Non Destructive Test (NDT) merupakan suatu tes untuk mengidentifikasi
adanya cacat atau kelemahan pada material tanpa merusak ataupun menghancurkan
material. Cacat yang terdapat pada material dapat mengganggu kinerja dari elemen-
elemen mesin yang ada. Prinsip dasar yang digunakan dalam pengujian ini adalah
dengan mengamati perubahan fisik dari suatu mesin indikator yang melewati daerah
retakan atau cacat baik secara langsung maupun tidak. Test ini biasa diaplikasikan di
dunia industri untuk melakukan quality control guna mengetahui sebuah produk itu
layak atau tidak untuk digunakan tanpa harus merusak produk tersebut.

2.2 Jenis-jenis Non Destrucive Test (NDT)


2.2.1 Ultrasonic Inspection
Ultrasonic Inspection adalah salah satu jenis pengujian NDT yang
menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mengukur ketebalan dan
adanya cacat. Cacat yang dideteksi dapat berupa retakan (crack), cacat gas
(brau hole), penetrasi yang tidak sempurna (incomeplete penetration) pada
pengelasan, inklusi, slag, dan lain sebagainya.
Prinsip kerja ultrasonic inspection adalah dengan memanfaatkan rambatan
gelombang ultrasonic yang dikeluarkan oleh transmitter (pemancar) pada benda
kerja dan kemudian gelombang baliknya ditangkap oleh alat penerima (probe).
Gelombang ultrasonic memiliki sifat Gelombang suara yang digunakan
memiliki range frekuensi antara 0,1-15 MHz dengan kecepatan ribuan feet per
sekon. Pada umumnya pemeriksaan ultrasonic ini didasarkan pada perbedaan
intensitas gelombang yang diterima, perbedaan intensitas, dan waktu
perambatan serta perbedaan resonansi. Pada material yang ditembus oleh
gelombang ini akan terjadi tranmisi dan refleksi yang ditimbulkan oleh
transduser, energi tersebut kemudian akan mengakibatkan timbulnya panas pada
material. Maka ultrasonic tersebut dapat mendeteksi adanya cacat pada bahan,
mengukur ketebalan material, menguji kesatuan dari material, dan evaluasi hasil
proses manufaktur. Hasil pantulan berupa intensitas dan waktu ditampilkan
dalam bentuk sinyal ECHO dan ditampilkan dalam layar CRT. Secara umum
tampilan puls pada layar monitor terdiri dari :
1. Initial Pulse : Signal puls yang selalu muncul pada saat awal tampilan
pengukuran yang terbaca dilayar monitor
2. Backwall Pulse : Signal puls yang menyatakan ketebalan bahan uji
3. Defect Pulse : Signal puls yang muncul sebagai indikasi adanya cacat pada
bahan uji
4. Noise Pulse : Kumpulan puls-puls noise yang muncul pada bahan uji

Gambar 2.1 Tampilan Puls pada Monitor


Pengujian non destructive test metode ultrasonic inspection ini memiliki
kelebihan, diantaranya :
1. Dapat mendeteksi cacat pada permukaan (surface) dan didalam
(subsurface)
2. Pada metode Pulse Echo hanya perlu menggunakan satu sisi saja
3. Tingkat keakuratannya tinggi dalam mendeteksi letak, bentuk, dan ukuran
cacat
4. Persiapan yang dibutuhkan dalam metode ini lebih sedikit dibanding
metode lain
5. Didapatkan hasil secara langsung saat pengujian
6. Lansung didapatkan gambar cacat secara detail
7. Dapat juga mengukur ketebalan material, menguji kesatuan dari material,
dan evaluasi hasil proses manufaktur
dan juga memiliki kelemahan, diantaranya :
1. Permukaan harus dapat memantulkan gelombang ultrasonic
2. Dibutuhkan kemampuan khusus untuk melakukan metode ini
3. Dibutuhkan medium untuk memancarkan gelombang ultrasonic ke
spesimen uji
4. Material yang bentuknya tidak beraturan (irregular), sangat kecil, terlalu
tipis, dan tidak homogen sulit untuk dilakukan pengujian dengan metode ini
5. Sulit mendeteksi cacat pada besi tuang dan material yang berbutir kasar
karena kemampuan untuk memantulkan gelombang ultrasonic rendah dan
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi
6. Kemungkinan tidak dapat mendeteksi jika ada cacat yang searah dengan
arah pancaran gelombang ultrasonic
7. Referensi standardisasi sangat dibutuhkan baik untuk kalibrasi peralatan
maupun untuk karakteristik cacat.
2.2.2 Liquid Penetrant
Dye penetran merupakan pengujian tanpa merusak yang menggunakan
dua cairan, yaitu cairan penetrant dan cairan developer. Pengujian ini ditujukan
untuk mengetahui kecacatan tanpa menunggu kerusakan terlihat agar material
yang diuji dapat diketahui masih dapat digunakan atau tidak. Pengujian ini
dapat mendeteksi retak, lubang atau kebocoran. Prinsip kerja dye penetran yaitu
menggunakan kapilaritas dimana ketika terdapat sebuah celah atau lubang yang
sempit, cairan akan masuk kedalam celah tersebut. Benda uji dipenetrasi
menggunakan cairan penetrant sehingga, cairan penetrant dapat masuk ke dalam
lubang cacat pada permukaan benda uji. Penggunaan cairan penetrant
bergantung pada beberapa faktor yaitu, kondisi permukaan benda kerja yang
diselidiki, karakteristik umum keretakan logam, waktu dan tempat penyelidikan,
dan ukuran benda kerja. Terdapat dua klasifikasi cairan penetrant, yaitu
berdasarkan cara pembersihannya dan berdasarkan pengamatannya. Klasifikasi
berdasarkan cara pembersihannya dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. The Water Washable Penetrant System
Penetrant jenis ini dapat dibersihkan langsung menggunakan air sehingga
prosesnya cepat dan efisien. Akan tetapi pembasuhan harus dilakukan secara
hati-hati, karena liquid penetrant dapat terhapus habis dari permukaan yang
retak. Proses pembersihannya juga harus memperhatikan derajat dan
kecepatan pembasuh untuk proses ini tergantung pada karakteristik dari
spray nozzle, tekanan, temperatur air selama pembasuhan, kondisi
permukaan benda kerja, dan karakteristik liquid penetrant sendiri.
2. The Post Emulsifisible System
Penetrant jenis ini digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat
kecil, tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant jenis ini dilarutkan dalam oli
dan membutuhkan langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu
pembubuhan emulsifier pada permukaan benda kerja. Akan tetapi harus
dibatasi waktunya agar penetrant yang berada di dalam keretakan tidak
menjadi water washable sehingga tidak ikut terbasuh.
3. The Solvent Removeable System
Penetrant jenis ini digunakan pada saat pembersihan pendahuan (pracianing)
dan pembasuhan penetrant. Proses seperti ini sesuai digunakan untuk
inspeksi lapangan. Penetrant jenis ini larut dalam oli, pembersihan pelarut
secara optimum dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja
dari penetrant dengan lap yang dibasuhi solvent. Tahap akhir dari
pengelapan dilakukan dengan kain kering. Penetrant dapat pula dibasuh
dengan cara membanjiri permukaan benda kerja dengan solvent. Cara ini
diterapkan pada benda kerja yang besar, tetapi cairan dalam keretakan tidak
boleh terbasuh. Proses ini biasanya dilakukan untuk aplikasi yang khusus,
karena prosesnya memakan tenaga yang relatif banyak dan tidak praktis
untuk diterapkan sebagai inspeksi pada hasil produksi.
Berdasarkan pengamatannya juga dibagi menjadi tiga, diantaranya :
1. Visible penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukan pada
penampilannya yang kontras terhadap latar belakang warna developernya.
Proses menggunakan cairan penetrant ini tidak membutuhkan cahaya
ultraviolet, tetapi membutuhkan cahaya putih yang cukup untuk
pengamatan. Walaupun sesivitas penetrant jenis ini tidak setinggi jenis
fluorescent, tetapi cukup memadai untuk berbagai kegunaan.
2. Fluorescent penetrant
Liquid penetrant jenis ini adalah liquid penetrant yang dapat berkilau bila
disensitivitas. Fluorecent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultraviolet yang lemah pada ruangan
gelap. Terdapat tiga tingkatan sensitivitas, yaitu terhadap cahaya normal,
terhadap cahaya gelap, dan terhadap infra merah. Pemilihan penggunaan
sensitivitas penetrant bergantung pada kekritisan inspeksi, kondisi
permukaan yang diselidiki, jenis proses (system), dan tingkat senstivitas
yang diinginkan.
3. Dual Sensitivity Penetrant
Penetrant ini adalah gabungan dari visible penetrant dan fluorescent
penetrant, maksudnya adalah benda kerja mengalami dua kali pengujian
yaitu visible penetrant dan fluorescent penetrant, sehingga dengan
sensitivity dapat diperoleh hasil yang lebih teliti dan akurat.
Gambar 2.2 Prosedur Pengujian Dye Penetrant
Pengujian non destructive test metode dye penetrant ini memiliki
kelebihan, diantaranya :
1. Mudah di aplikasikan
2. Biaya terjangkau
3. Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi
kimianya
4. Jangkauan pemeriksaan yang cukup luas
5. Dapat diaplikasikan pada semua material (ferrous dan non ferrous)
dan juga memiliki kelemahan, diantaranya :
1. Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk powder
metallurgy
2. Hanya dapat mendeteksi cacat pada permukaan material
3. Tidak dapat mengetahui kedalaman cacat yang terjadi pada material uji
(specimen).
2.2.3 Magnetic Particle
Magnetic particle inspection merupakan suatu cara untuk mengetahui
adanya retak atau cacat yang ada di permukaan (surface atau sub surface
discontinuitas) pada bahan-bahan ferromagnetic. Prinsip kerja pengujian ini
didasarkan pada sifat benda-benda ferromagnetic yang akan memberikan kutub-
kutub magnet jika benda tersebut di magnetisasi, adanya kutub magnet itu akan
menyebabkan timbulnya aliran medan magnet dari kutub utara ke kutub selatan.
Jika terdapat cacat pada benda uji maka cacat tersebut akan menyebabkan
timbulnya medan magnet baru, jika cacatnya terletak tegak lurus terhadap arah
medan magnet. Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface)
dan bawah permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik
dapat diketahui. Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan
diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan
kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan
adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk memdeteksi adanya
kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik
dipermukaan. Partikel-partikel tersebuat akan berkumpul pada daerah
kebocoran medan magnet.

Gambar 2.3 Ilustrasi MPI


Cara kerjanya dengan menggunakan alat yang disebut Yoke yang
didalamnya berisi kumparan/coil yang apabila dialiri arus listrik akan
menghasilkan medan magnet yang fungsinya nanti menarik keluar magnetic
flux pada benda uji. Dimana flux line yang berada pada cacat benda uji akan
berpendar (stray) dan menjadi magnetic attractive poles North dan South.
Sehingga menimbulkan medan magnet dan keberadaan cacat pun bisa terbaca
dari sini. MPI sangat sensitif terhadap permukaan retak, bahkan jika pembukaan
retak sangat sempit. Namun, jika retak berjalan sejajar dengan medan magnet,
ada sedikit gangguan medan magnet dan tidak mungkin bahwa retak akan
terdeteksi. Untuk alasan ini disarankan bahwa permukaan pemeriksaan
magnetised dalam dua arah pada 90° satu sama lain.
Magnetik partikel yang digunakan dapat digolongkan menurut media
pembawaannya yaitu udara (dry particle method) atau cairan (wet particle
method). Partilel-partikel magnetic dibuat menjadi butiran yang sangat halus
dan memiliki sifat ferromagnetic yang sangat tinggi agar dapat mudah
termagnetisir oleh field dan ditarik oleh medan tersebut sehingga menghasilkan
indikasi yang mudah terbaca. Oleh karena itu retentiviti harus rendah agar tidak
mudah menggumpal. Selain itu partikel akan mudah melekat pada permukaan
yang disentuhnya pertama kali. Untuk memudahkan pembacaan indikasi,
partikel juga diberi pewarna merah atau hitam, merah untuk permukaan yang
agak kelabu dan hitam untuk permukaan yang seperti warna karat. Untuk
memperjelas pembacaan biasanya dipakai partikel-partikel yang diberi
fluorescent berwarna kuning-hijau atau jingga. Partikel ini harus disinari dengan
cahaya agar mudah terlihat.
Metode ini memiliki kelebihan, diantaranya adalah :
1. Dapat mendeteksi cacat yang sangat kecil
2. Mendeteksi cacat pada benda-benda yang kompleks
3. Dapat memeriksa cacat surface dan subsurface
4. Dapat memeriksa benda yang berbentuk ring maupun pipa
5. Portabel
sedangkan kelemahan yang dimiliki metode ini adalah :
1. Benda yang di teliti hanya benda ferromagnetic
2. Memerlukan arus listrik
3. Untuk benda uji yang besar di perlukan sebuah yoke yang besar pula.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Ultrasonic Inspection
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam metode Ultrasonic
Inspection adalah sebagai berikut :
1. Spesimen
2. Kain lap
3. Pesawat ultrasonic SIUI CTS-9005
4. Probe SIUI 2,5Z20NL00
5. Standard block
6. Gliserin
7. Mistar Ukur
3.1.2 Liquid Penetrant
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam metode Liquid Penetrant
adalah sebagai berikut :
1. Spesimen
2. Kain lap
3. Developer SKD-S2
4. Penetrant SKL-SP1
5. Thinner
6. Mistar ukur
3.1.3 Magnetic Particel
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam metode Magnetic Particel
adalah sebagai berikut :
1. Spesimen
2. Magnetic particle 7HF
3. Kain lap
4. Yoke MAGNAFLUX 220V
5. Mistar ukur
6. Pylox warna putih

3.2 Langkah-langkah Percobaan


3.2.1 Ultrasonic Inspection
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode Ultrasonic
Inspection adalah sebagai berikut :
1. Dibersihkan spesimen dari kotoran
2. Dikalibrasi alat ultrasonic inspection menggunakan standard block
3. Setelah dikalibrasi, simulai inspeksi specimen
4. Dilakukan inspeksi dengan menaruh probe pada permukaan yang akan diuji.
Diamati pulse echo pada layar CRT
5. Digambar dan diukur bentuk cacat yang timbul pada specimen.
3.2.2 Liquid Penetrant
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode Liquid Penetrant
adalah sebagai berikut :
1. Dibersihkan permukaan spesimen kemudian dikeringkan
2. Disemprotkan penetrant pada spesimen lalu didiamkan selama 5 menit
3. Dibersihkan spesimen dari penetrant dengan menggunakan tissue
4. Disemprotkan developer pada permukaan spesimen lalu didiamkan. Apabila
ada cacat, akan timbul bercak merah pada permukaan
5. Digambar dan diukur cacat yang timbul pada permukaan specimen.
3.2.3 Magnetic Particel
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode Magnetic Particel
adalah sebagai berikut :
1. Dibersihkan permukaan spesimen
2. Diukur dimensi spesimen dengan mistar
3. Disemprotkan pylox pada permukaan spesimen. Tunggu hingga kering
4. Diletakkan yoke pada permukaan spesimen
5. Diinduksikan spesimen dengan listrik
6. Disemprotkan magnetic particle pada permukaan specimen
7. Ketika magnetic particle disemprotkan, spesimen tetap diberi induksi listrik
8. Digambar dan diukur bentuk cacat yang timbul pada specimen.

3.3 Flowchart
3.3.1 Ultrasonic Inspection

Mulai

Spesimen, Kain lap, Pesawat


ultrasonic SIUI CTS-9005, Probe
SIUI 2,5Z20NL00, Standard block,
Gliserin, Mistar ukur

Dibersihkan spesimen dari kotoran

Dikalibrasi alat ultrasonic inspection menggunakan standard block

Diinspeksi spesimen dengan menaruh probe pada permukaan yang akan diuji

Diamati pulse echo pada layar CRT

Digambar dan diukur bentuk cacat yang timbul

Selesai
3.3.2 Liquid Penetrant

Mulai

Spesimen, Kain lap, Developer


SKD-S2, Penetrant SKL-SP1,
Thinner, Mistar ukur

Dibersihkan spesimen dari kotoran

Disemprotkan penetrant pada spesimen lalu didiamkan 5 menit

Dibersihkan spesimen dari penetrant dengan menggunakan tisu

Disemprotkan developer pada permukaan spesimen, lalu diamati

Digambar dan diukur bentuk cacat yang timbul

Selesai
3.3.3 Magnetic Particel

Mulai

Spesimen, Magnetic particle 7HF,


Kain lap, Yoke MAGNAFLUX
220V, Mistar ukur, Pylox warna
putih

Dibersihkan permukaan spesimen dari kotoran

Diukur dimensi spesimen menggunakan mistar

Disemprotkan pylox pada permukaan spesimen dan dikeringkan

Diletakkan yoke pada permukaan spesimen

Diinduksikan spesimen dengan listrik

Disemprotkan magnetic particle sembari spesimen diberi induksi listrik

Digambar dan diukur bentuk cacat yang timbul

Selesai
Daftar Pustaka

Hill,McGraw.1974.Introduction to Physical Metallurgy.New York : McGraw-


Hill BOOK COMPANY
Ir.Suherman,Wahid.1999.Ilmu Logam 2.Surabaya : Jurusan Teknik Mesin FTI –
ITS
Modul Praktikum Metalurgi 2 “Non Destructive Test” Jurusan Teknik Mesin
FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai