Rohayati Fuf
Rohayati Fuf
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial
Oleh:
ROHAYATI
NIM. 101033221846
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Strata Satu (S-1) pada
Jakarta,
……………………
Ketua Sekretaris
Penguji I Penguji II
…………………… ………………………..
Pembimbing I Pembimbing II
kehidupan ini yang tanpa-Mu aku tak ada, yang tanpa-Mu aku tak
ini… !
Selesainya skripsi ini, juga tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, rasa
1. My beloved parents, Bapak Rimun dan Ibu Icih, yang tiada henti-
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Agus Darmadji, M.Fil, selaku Ketua Jurusan dan Ibu
Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA, selaku Sekretaris Jurusan yang baik
5. Para Bapak dan Ibu Dosen PPI yang telah memberikan banyak
diperlukan.
susah.
Agus, si imoet Devy, Jemut, Mimiz, Ida, Susi, Nila, Lele, Lela,
Asep, Wahyoe (terima kasih yang tulus atas pelajarannya yang
11.Kak Edoy dan te’ Ida yang ada di Garut (terima kasih untuk
Demplon, Mpo’ Mila, Bang Yadi, Arie, Ayoe, Mpo’ Linda, Imam
mendaki lagi?).
sedalam-dalamnya.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
Penulis juga mohon maaf jika didalam skripsi ini terdapat kata-kata
(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
lantahkan Aceh yang dikenal sebagai tanah rencong itu pada 26 Desember
tragedi yang selama ini selalu akrab dan mewarnai kehidupan di Aceh.
kekuatan bersenjata dan pada tahun 2003 sudah terjadi perang terbuka
masing-masing pihak.
1
Thung Ju Lan, dkk, Penyelesaian Konflik di Aceh : Aceh dalam Proses Rekonstruksi &
Rekonsiliasi, (Jakarta : Riset Kompetitif Pengembangan IPTEK Sub Program Otonomi Daerah
Konflik dan Daya Saing-LIPI, 2005 ), H.13.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa konflikpun sudah sangat
masih banyak orang Aceh yang tidak memihak, namun posisi mereka
menjadi tidak tampak akibat dikotomi yang kian lama kian mengkristal
itu). Oleh sebab itu, tidak mengerankan apabila upaya perdamaian yang
kegagalan.
sebuah penderitaan bangsa. Dalam hal ini adalah wilayah Aceh yang
2
Munawar Fuad Noeh, SBY dan Islam, (Depok : Lembaga Studi dan Advokasi
Kerukunan Umat Beragama, 2004), Cet. 1, h. 42
merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang perlu mendapatkan
perhatian serius.
tepat.
2. Selain itu tulisan ini ditujukan sebagai tugas Akhir Akademik Strata-1
D. Metode Penelitian
Dalam mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi ini,
penulis menggunakan :
berupa buku jurnal, surat kabar, majalah dan lain sebagainya yang
interpretasikan
mengevaluasi bukti yang kuat dihubungkan dengan fakta yang ada pada
sistematika penulisan.
perjuangannya.
konflik Aceh, dalam hal ini pemerontah pusat, pemerintah daerah dan
perundingan Helsinki dan salah satu isi perundingan yang menjadi wacana
dalam demokrasi.
Helsinki.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saran-saran.
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA
Pencetusnya
berlanjut kepada gerakan separatis Aceh Merdeka, tak terlepas dari adanya
kemerdekaan Republik Indonesia atau tidak. Bukan hanya itu tapi juga
merah putih pun dikibarkan untuk pertama kalinya di halaman kantor Shu
uleebalang. Perang ini terjadi sebagai akibat dari perpecahan antara kaum
terbesar sepanjang sejarah Aceh. Perang tersebut baru bisa diatasi pada
3
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan dan
Impian, (Jakarta : PT. Grasindo, 2001), h. 1-2.
4
Usman A. Rani, Sejarah Peradaban Aceh, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.
122-124.
dan mulai menata kehidupan dan kebudayaannya dalam suasana yang baru
yaitu merdeka.
dalam propinsi Sumatera Utara dan ini membuat sejumlah tokoh Aceh
akhirnya tahun 1959 ke luar keputusan Perdana Mentri Mr. Hardi No.
Namun daerah istimewa Aceh ini menurut pengertian daerah dan pusat
keagamaan, adat dan pendidikan. Tetapi, sekali lagi rakyat Aceh merasa
status daerah istimewa Aceh tidak terwujud, sebab yang berlaku untuk
bergabung dengan Negara Islam Indonesia (NII) yang dipimpin oleh Karto
Suwiryo.
panglima militer Iskandar Muda. Tokoh ini telah mampu mengobarkan api
(GAM)
adalah singkatan dari Gerakan Aceh Merdeka dan dalam Bahasa Inggris
yang disebut sayap militer dari GAM. AGAM bukan organisasi tetapi
5
Wawancara Teuku Don dengan Tabloid Kronika 22 Januari 2000 dalam “Aceh
Sekarang dan Masa Depan”, http : //www. Indo-News. Com/. Diakses tanggal 08 Maret 2006.
Munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah akibat
yang dianggap tidak adil dan tidak menyantuni rakyat Aceh. Markas
Negara.6
seluas 58. 798 km2 dan meliputi sekitar 100 pulau ke dalam wilayah
6
Syamsudin Haris, et. al, Indonesia di Ambang Perpecahan, (Jakarta : Erlangga, 1999),
h. 56.
7
Syamsudin Haris, et. al, Indonesia di Ambang Perpecahan, h. 96.
8
Syarifudin Tippe, Aceh di Persimpangan Jalan, (Jakarta : Cidencindo Pustaka, 2000), h.
48.
pemerintahan orde baru tidak hanya ditujukan kepada gerakan perlawanan
rakyat Aceh dan disebut sebagai bapak rakyat Aceh dilahirkan pada
Kabupaten Aceh Pidie. Saat itu berkumpul sejumlah tokoh eks Darul
Islam, Republik Islam Aceh, maupun pejabat pemerintah yang asli putra
9
S. Satya Dharma & Fikar W. Eda, Aceh Menggugat : Sepuluh Tahun Rakyat Aceh di
Bawah Tekanan Militer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), Cet. 1, h. 7.
tokoh militer Republik Islam Aceh pun melebur ke dalam organisasi
dan tokoh mudanya. Tokoh tuanya yang dimotori oleh Daud Beureu-eh
Pasai. Kejayaan Kerajaan Islam ini terus berlanjut pada Kejayaan Islam
tujuan agar GAM bisa lebih cepat berkembang dan menjadi isu
monarki.12
10
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan dan
Impian , h. 36.
11
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan dan
Impian , h. 35.
12
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan dan
Impian, h. 37.
Pecahnya GAM bukan hanya terjadi dalam masyarakat Aceh saja,
bahkan ini terjadi pada kalangan elit politik yang membahas persoalan
dalam mengisi jabatan GAM antara kader eks Libia dan kader eks
Dari kedua tokoh GAM besar itu terpecah lagi menjadi tiga bagian
yaitu : (1) GAM konvensional pimpinan Abdullah Syafi’I, (2) GAM radikal
pimpinan Ahmad Kandang dan (3) GAM gabungan yang terdiri dari aliansi
kader-kader muda GAM eks Libia dengan para oknum TNI/POLRI yang
disersi.14
radikal adalah suatu kelompok GAM beraliran keras. Mereka lebih senang
penduduk, kontak fisik dengan anggota TNI/POLRI dan dengan siapa saja
13
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan dan
Impian, h.14 228.
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan dan
Impian h. 232-235.
yang tidak mendukung perjuangan GAM. GAM gabungan adalah suatu
Pada bagian ini saya akan membahas sedikit mengenai gerakan dan
perjuangan Aceh merdeka. Meskipun GAM sudah lahir, pada pemilu 1977
GAM ini merupakan bentuk perlawanan sebagian rakyat Aceh yang ingin
15
Suradi, Analisa Kriminologis Terhadap Perlawanan GAM Kepada Pemerintahan
Pusat : Studi Kasus Konflik Aceh Tahun 2000-2002, h. 40-41.
GAM pada awalnya adalah gerakan yang masih bernafaskan
Merdeka (AGAM). Dalam periode ini, sebagian dari 400 kader Aceh
merasa cukup kuat untuk menyerang pasukan pemerintah, warga sipil dan
hak asasi manusia kemudian menjadi sorotan publik yang luas tidak lama
16
Syarifuddin Tippe, Aceh di Persimpangan Jalan, h. 70.
setelah kerusuhan politik Mei 1998. GAM memanfaatkan situasi tersebut
mulai kembali.
sebagainya.17
ancaman yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka maupun akibat dari
17
Soejono Soekanto, Kamus Kriminologi, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), h. 87.
18
Syamsudin Otto Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh, (Jakarta :YAPPIKA, LSPP Cordopa,
2000), h. 1-6.
Perjuangan dan Gerakan Aceh Merdeka semakin kuat karena GAM
oleh GAM maupun oleh oknum aparat yang bertugas di Aceh. Masyarakat
tidak dapat berbuat banyak. Inilah kesempatan baik bagi GAM untuk
Merdeka (GAM).
dengan baik oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan tidak mengakui
masyarakat Aceh dengan terpaksa tunduk dan takut atas peraturan yang
dibuat oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Lamban tidak ada kepastian
hukum atau politik yang tegas dari pemerintah pusat untuk melindungi
terpaksa masyarakat harus taat dan patuh terhadap kebijakan yang dibuat
oleh Gerakan Aceh Merdeka untuk bertahan hidup dan mencari selamat
19
Kompas, 26 Agustus 2002, h. 26.
Masyarakat yang telah bergabung dalam Gerakan Aceh Merdeka,
penderitaan baik secara fisik maupun prikis, serta harta benda yang telah
dirampas atau diminta secara paksa baik oleh aparat maupun oleh Gerakan
pusat. Ini yang membuat GAM dapat berbaur dengan masyarakat dan sulit
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ini terjadi hampir diseluruh daerah yang
20
Kompas, 26 Agustus 2002, h. 25.
telah dikuasai serta dijadikan basis kekuatan dari Gerakan Aceh Merdeka
(GAM).21
Sumpah Bangsa Aceh dengan opsi bergabung atau pisah dari Negeri
Kesatuan Republik Indonesia yang dihadiri oleh sekitar 100 ribu orang.
halaman masjid yang sama pada tanggal 8 November 1999, kali ini
lagi kepada pemerintah pusat, sehingga mereka mencari jalan keluar dari
kesulitan yang sedang menimpa daerah serta dirinya dan dari gangguan
21
Harian Tempo, 28 Januari 2002.
22
Syarifuddin Tippe, Aceh di Persimpangan Jalan h. 61-63.
membentuk negara sendiri atau memisahkan diri dari Negara Kesatuan
oleh prajurit GAM sama seperti yang pernah dilakukan oleh aparat pada
visi kepada masyarakat agar setia dan berbagai lapisan sosial termotivasi
imbalan seperti apa yang mereka inginkan dari pemerintah pusat, maka
perasaan takut dan khawatir para investor lokal maupun asing yang
23
Syarifuddin Tippe, Aceh di Persimpangan Jalan h. 70.
berdiam di Aceh. Bisa diinterpretasikan bahwa tokoh-tokoh GAM telah
24
Hasan Tiro, GAM Hasan Tiro dalam Perjuangan Bangsa Aceh, h. 113.
25
Hasan Tiro, GAM Hasan Tiro dalam Perjuangan Bangsa Aceh, h. 115-116.
pada cara-cara GAM melakukan propaganda agar masyarakat Aceh
itu.
GAM ini sama sekali tidak bisa diketahui oleh pasukan maupun panglima
perjuangannya.
sistem super canggih dan mendapat pasokan senjata dan amunisi secara
26
Hasan Tiro, GAM Hasan Tiro dalam Perjuangan Bangsa Aceh, h. 120-124.
Para anggota GAM tidak bisa seenaknya mempergunakan
dilakukan pasukan GAM adalah menembaki markas polisi atau TNI dari
mobil yang sedang melaju. Strategi dari pasukan GAM adalah mereka
memata-matai sikap aparat TNI, baik lewat orang GAM sendiri maupun
lewat intelijennya.27 Strategi yang lain dari sebagian anggota GAM radikal
Syafei tidak setuju dengan strategi ini, tapi ada saja anggota GAM radikal
dukungan dunia internasional. Hal ini bisa dilihat dari masuknya berbagai
setelah presiden Soeharto jatuh dan para pejuang GAM di luar negeri
bersama daerah lain untuk kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, Hasan
27
Hasan Tiro, GAM Hasan Tiro dalam Perjuangan Bangsa Aceh, h. 125-127.
gembira oleh rakyat Aceh, pada saat Aceh menjadi NKRI. Kalaupun itu
suatu kebodohan yang dilakukan oleh pemimpin Aceh pada tahun 1945.28
perang gerilya serta teror perkotaan. Dengan strategi ini jelas tidak terlihat
satu kota pun yang pernah diduduki atau direbut GAM. Keempat, Hasan
di dalam perjuangan GAM, dengan tujuan agar bisa lebih cepat mendapat
28
Dr. M. Isa Sulaeman, Aceh Merdeka : Ideologi, Kepemimpinan dan Gerakan, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2000), h. 17.
29
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan dan
Impian, h. 47-48.
BAB III
A. Pemerintah Pusat
dilakukan dengan cara, pendekatan dan strategi yang tepat. Tentang peran
Pemerintah Pusat dalam konflik Aceh tidak hanya menyetop konflik tetapi
juga harus mengisi suasana awal pasca konflik menjadi suatu keadaan
Pusat.
Agustus 2001 sebagai jalan penyelesaian konflik Aceh. disamping itu ada
bagian penting dari 6 program kerja cabinet ini merupakan langkah yang
tepat.31
30
“Inpres No. 4 Tahun 2001 tentang Langkah-Langkah Komprehensif dalam rangka
penyeelesaian Aceh”, dapat dilihat jelas dalam http///www.Dfa-deplu. Go. Id.
31
Bantoro Bandoro, Politik Luar Negeri Republik Indonesia : Tantangan, Agenda dan
strategi dalam 30 tahun CSIS, h.2-3.
pemerintah. Untuk mengakhiri pemberontakan di tubuh orang Aceh hanya
militer selesai pada 19 November 2003, tiga alternative itu adalah keadaan
propinsi NAD.33
Soekarno Putri selama enam bulan, terhitung mulai tanggal 19 Mei 2004,
18 Mei malam. Dengan status darurat sipil, penguasa darurat sipil Daerah
masyarakat Aceh.
32
33
Republik, Aceh : Solusi Militer atau Politik, Selasa 16 Agustus 2003, h.5.
Kompas, Tiga Alternatif Penanganan Aceh, Jum’at 16 Mei 2003, h.8.
34
Kompas, Presiden tetapkan Darurat Sipil NAD, Rabu 19 Mei 2004, h. 1.
Pemda NAD di bawah kepemimpinan Gubernur saat ini (Ir.
Abdullah Puteh) dan Wakil Gubernur Ir. H. Azwar Abubakar dimulai pada
termaktub dalam visi dan misi pemerintah NAD. Pemda NAD mempunyai
hokum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran yang
35
Abdul Rahman Patji, dkk, Negara dan Masyarakat Dalam Konflik Aceh (Studi tentang
Pemerintah dan Masyarakat Dalam Penyelesaian Konflik Aceh), Jakarta : Pusat Penelitian
Masyarakat dan Kebudayaan (PMB)-LIPI, 2004, h.61.
36
Abdul Rahman Patji, dkk, Negara dan Masyarakat Dalam Konflik Aceh (Studi tentang
Pemerintah dan Masyarakat Dalam Penyelesaian Konflik Aceh), h.61.
meningkatkan kualitas masyarakat dan sumber daya manusia melalui
karimah, iman dan taqwa serta memiliki keunggulam kompetitif dalam penguasaan dan penerapa
BAB IV
kegiatan militer agresif sejak tahun 1980-an dan banyaknya orang merasa
pada hakekatnya adalah sesuatu yang selalu diinginkan oleh semua pihak.
mendambakan hal yang sama karena mereka selama kurang lebih 30 tahun
keadaan yang serba sulit ini pulalah, maka sebutir gagasan dan sebersit
37
Ungkapan salah seorang peserta dislusi penelitian yang dilaksanakan oleh TIM LIPI di
Banda Aceh 2004.
penuh harapan.38 Oleh karena itu pula perundingan perdamaian antara
dan dialog adalah cara yang lebih terhormat dan bermartabat serta
Jika memang air mata dan darah tak boleh lagi menetes setitik
warga Aceh yang tahu dimana posisi Helsinki dalam peta dunia. Tapi,
38
Thung Ju Lan, dkk, Penyelesaian Konflik di Aceh : Aceh dalam proses Rekonstruksi &
Rekonsilisasi, (Jakarta : Riset Kompetitif Pengembangan IPTEK Sub Program Otonomi Daerah
Konflik dan Daya Saing-LIPI, 2005), h. 47.
39
Thung Ju Lan, dkk, Penyelesaian Konflik di Aceh : Aceh dalam Proses Rekonstruksi &
Rekonsiliasi, h. 48.
oleh pemerintahan SBY-JK tawaran pemberian otonomi khusus pada
Indonesia dengan GAM yang telah berlangsung sejak akhir tahun 1976
40
Nasional, “Pemerintah RI dan GAM Bicarakan Penyelesaian Aceh”, 21 Februari 2005
41
Thung Ju Lan, Thung Ju Lan, dkk, Penyelesaian Konflik di Aceh : Aceh dalam Proses
Rekonstruksi & Rekonsiliasi, h. 19
42
“peace talks”, bukanlah merupakan upaya pertama untuk menyelesaikan konflik politik
dengan GAM, yang sementara itu kehadirannya identik dengan sebuah tuntutan kemerdekaan
untuk sebuah wilayah yang dikonsepsikan sebagai Aceh, Sumatra.
pembicaraan informal babak kelima yang akan dilakukan bulan Juli
43
Kompas, “Delegasi Asing di Aceh : Menhan Kecewa DPR Bocorkan Surat
Rahasianya”, 30 Juni 2005.
44
Aceh Kita, “Dialog Babak Ketiga Helsinki, Mendebatkan Bentuk Pemerintahan Aceh,”
April 2005, h. 4.
government sebagai pengganti istilah otonomi khusus yang digunakan
adalah jalan pintu utama yang dikedepankan oleh para pihak yang
berkonflik. Pada banyak kasus, perundingan berujung pada win-win
dan pihak GAM sendiri belum jelas self government yang seperti apa
rakyat.
untuk GAM
NAD
Otonomi Khusus
45
Aceh Kita,” Dialog Babak Ketiga Helsinki, Mendebatkan Bentuk Pemerintahan Aceh”,
h. 7
2. Menyerahkan minimal 900 pucuk senjata
Nasional (Lemhanas).
yang belakangan ini, Uni Eropa, dalam pandangan mereka hanya akan
46
Thung Ju Lan, dkk, Penyelesaian Konflik di Aceh : Aceh dalam Proses Rekonstruksi &
Rekonsiliasi , h. 21.
GAM sama sekali tidak mempersoalkan tiga hal pokok dan sensitif,
dan hukumnya.
titik temu dalam sejumlah agenda. Tetapi tak semua berjalan lancar,
47
Tempo, “Menanti Partai Lokal GAM”, Edisi 25-31 Juli 2005, h. 10
Sejauh ini DPR belum mengeluarkan suara resmi. Namun
Politik.
suara responden yang mendukung dan yang menolak partai lokal tak
berbeda jauh, yang setuju mencapai 53,35 persen dan yang tidak setuju
48
Tempo, “Menanti Partai Lokal GAM”, h. 10
menyaksikan momen yang amat bersejarah itu. Martti berperan
Perselisihan.
kehilangan muka.
Depok dalam harian Kompas 2002, paling tidak ada empat hal yang perlu
ini tidak lagi berpusat pada pemerintah. Yang baik menurut pemerintah
belum tentu baik untuk rakyat apalagi rakyat Aceh. Dalam alam
untuk dirinya.
informasi yang disampaikan tidak secara utuh dan bersumber pada media
massa. Informasi juga penting disampaikan agar publik tidak dikejutkan
dijalankan tanpa ada jangka waktu, tetapi pada kehati-hatian untuk tidak
bukan tidak menuai kecaman, tetapi banyak sekali pro dan kontra dalam
pertemuan dan perundingan yang melalui proses yang panjang dan rumit
kritik dan tantangan belum hilang sama sekali. Pro dan kontra antara
bersenjata. Di belahan bumi mana saja dan sepanjang sejarah hal itu biasa
sebagai soft power. Tak urung kritik tetap dilancarkan terhadap berbagai
segi musyawarah Helsinki, dari soal isi yang dirundingkan sampai soal
49
Lihat Tabel 2.
adalah prinsip sah atau tidaknya perundingan, harusnya isi yang
akademisi, LSM dan lain sebagainya, dengan nada baik yang bersifat
bahwa tidak ada satu paragraph pun dalam MoU (Nota Kesepahaman)
yang menyebutkan bahwa NKRI dan UUD 45 sebagai dasar konstitusi dari
Tentu saja semua ini masih merupakan harapan dan tujuan yang
hampir dua tahun tertutup, kembali dibuka setelah wilayah itu dilanda
tahun 2004 mengatakan bahwa beliau akan berusaha sekuat tenaga untuk
Konflik Aceh garus diselesaikan dengan cara yang adil dan sedamai
masyarakat Aceh sendiri dan juga dari tokoh-tokoh masyarakat lain dalam
suatu bangsa yang beradab lahir dan batin dengan menguburkan dendam
damai itu adalah cara yang terbaik, kata Sutrisno Bachir di sela Muswil
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang baru saja selesai
dapat dilaksanakan secara jujur dan terbuka, tidak ada propaganda atau
provokasi yang bertujuan untuk menggagalkan pengimplementasiannya
2005.
A. Kesimpulan
wilayah negara kita diduduki oleh pasukan Sekutu dan Belanda, kita
pergolakan dan pemberontakan, yang baru dapat diatasi pada akhir dekade
yang ada, telah mendorong timbulnya gerakan pemisahan diri, sejak tahun
1976. sejak itu hampir tiga dekade lamanya konflik bersenjata terjadi di Aceh.
masih jauh dari memuaskan. Betapa sedih dan duka hati kita, dalam 60 tahun
usia kemerdekaan bangsa kita, hanya beberapa tahun saja rakyat kita di Aceh
gempa bumi yang dahsyat dan gelombang tsunami melanda Aceh. Hampir dua
ratus ribu jiwa menjadi korban dalam waktu sekejap. Dalam suasana duka
Nomor VI/MPR/2002.
Aceh yang terlihat lebih dominan dilakukan adalah proses dialog dan
terjadi. Pada akhirnya muncullah isu referendum yang dipelopori pada saat
menghasilkan dua buah solusi, yang berlanjut pada 9 janji program kebijakan
yang berkepanjangan.
konflik tersebut.
mereka menaruh harapan besar agar ketegangan dan kekerasan yang terjadi
dapat segera diakhiri dan diganti dengan suasana yang kondusif, aman, damai
Pada tataran ide dan konsep, banyak pihak berkeinginan dan menaruh
harapan besar agar jeda kemanusiaan menjadi rahmat bagi masyarakat Aceh
kebutuhan masa lalu yang menyebutkan bahwa rasa aman dan hidup dalam
50
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), h. 20.
sinergis, sebab tujuan utama penyaluran bantuan kemanusiaan tidak terlaksana
secara optimal.
untuk memberikan amnesty dan abolisi kepada mantan aktivis GAM. Semua
dengan konsisten.
B. Saran-saran
Kalau bisa kita lihat dari masa lalu, yang sekarang jadi persoalan
adalah peta persoalan akibat dari semua proses yang terjadi di Aceh sejak
1989 itu belum terekam dengan baik. Kalau memang pemerintah beritikad
Situasi dan kondisi Aceh yang masih dalam kekerasan membuat masyarakat
trauma dan shock, sehingga kita akan menghadapi banyak hambatan-
Militer masih terlalu formil untuk dinilai sebagai suatu keputusan politik yang
Aceh.51
Analisa ini hanyalah sebagai salah satu untuk lebih mengetahui banyak
Indonesia bukanlah hal yang menarik untuk dikaji, namun bukan berarti ini
demi terciptanya rakyat Aceh yang damai dengan penyelesaian yang adil dan
bermartabat.
butuh analisa dan kritikan, oleh karena itu teruslah menganalisa dan
dalam persepsi pribadi. Akhirnya penulis meyadari bahwa dalam karya ini,
minimnya pengetahuan dan khasanah keilmuan yang dimiliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritiknya guna kelanjutan skripsi ini di masa
yang akan datang dan penulis memgucapkan terima kasih atas kesediaannya
51
Irfan S. Awwas, ed., Bencana Kaum Muslimin di Indonesia 1980-2000, (Yogyakarta :
WIHDAH PRESS, Cet. V, 15 April 2000), h. 168.
DAFTAR PUSTAKA
Blau, M Peter, Exchange and Power in Social Life, New York : Wiley, 1964
Fuad, Noeh Munawar, SBY dan Islam, Depok : Lembaga Studi dan Advokasi
Kerukunan Umat Beragama, 2004, Cet. Ke-1
Ju, Lan Thung, dkk., Penyelesaian Konflik di Aceh : Aceh dalam Proses
Rekonstruksi & Rekonsiliasi, Jakarta : Riset Kompetitif Pengembangan
IPTEK Sub Program Otonomi Daerah Konflik dan Daya Saing-LIPI, 2005
Mustofa, Kurdi dan Wahid, Yani, Susilo Bambang Yudhoyono dalam 5 hari
mandat maklumat : Demokrasi, Kekuasaan dan Hati Nurani, Jakarta :
Aksara Kurnia, Juli 2001, Cet. Ke-1
Otto, Ishak Syamsudin, Dari Ma’af ke Panik Aceh, Jakarta : YAPPIKA, LSPP
Cordopa, 2000
Rahmany, P Dyah, Matinya Bantaqiah, Banda Aceh : Cordova Institute For Civil
Society Empawerment, Agustus 2001
Satya, Dharma S & W, Eda Fikar, Aceh Menggugat : Sepuluh Thun Rkyat Aceh
di Bawah Tekanan Militer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1999
Tiro, Hasan, GAM Hasan Tiro dalam Perjuangan Bangsa, Titian Ilmu Insani,
Oktober 2000, Cet. Ke-1
Umar, Musni, (ed.)1, Aceh Win-Win Solution, Jakarta : Forum Kampus Kuning,
2002
Majalah/Jurnal
Surat Kabar
Tesis
Website
Damai di Pidie Damai di Helsinki, diakses pada tanggal 08 Maret 2006, dari
http://www.Kompas.Com/Kompas-Cetak/0502/15/Opini/1561643.htm
Statement by Dr. Tengku Hasan M. di Tiro, The Head of Aceh Sumatra National
Liberation Front, diakses pada tanggal 29 Maret 2006, dari
http://www.Asnlf. Net
Wawancara Teuku Don dengan Tabloid Kronika 22 Januari 2000 dalam Aceh
Sekarang dan Masa Depan, diakses pada tanggal 08 Maret 2006, dari
http://www.Indo-News.Com